Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Fakultas Hukum

Universitas Sam Ratulangi


Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

Penerapan Praktik Inkonstitusional Bersyarat Di Mahkamah Konstitusi1


Efer Musa Tamungku2
tamungkuefer@gmail.com
Donald Albert Rumokoy3
Toar Neman Palilingan4

ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan praktik
inkonstitusional bersyarat di Mahkamah Konstitusi serta implikasi hukumnya. Sejak
Mahkamah Konstitusi berdiri pada Tahun 2003 di Republik Indonesia seringkali Mahkamah
Konstitusi menujukan progresnya melalui pembaharuan hukum yang diciptakan oleh
Mahkamah Konstitusi sebagai pegadilan norma “¢ourt of law” juga sebagai penjaga konstitusi
sejati “the true guardian of constitution. Salah satu bentuk hasil dari tabrakan terhadap hukum
positif yakni dengan dikeluarkannya jenis amar putusan konstitusional bersyarat “conditionally
constitutional” dan inkonstitusional bersyarat “conditionally unconstitutional” yang
sebelumnya berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 jo. Undang-undang Nomor 8
Tahun 2011 jo. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Mahkamah Konstitusi, hanya
diatur tiga jenis amar putusan yakni putusan dikabulkan, ditolak, dan tidak dapat diterima.
Salah satu amar putusan inkonstitusional bersyarat yang menimbulkan perdebatan dikalangan
para sarjana hukum maupun masyarakat luas pada saat Mahkamah Konstitusi mengeluarkan
Putusan Nomor 91/PUU-XVIII/2020 tentang pengujian Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta kerja, dalam putusan tersebut Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta kerja dinyatakan inkonstitusional bersyarat, yang
harus diperbaiki oleh pembentuk undang-undang selama dua tahun, apabila tidak dilakukan
perbaikan dalam jangka waktu tersebut maka undang-undang a qou harus dinyatakan
inkonstitusional secara parmanen dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Secara
normatif undang-undang a qou cacat formil dan diakui oleh Mahkamah Konstitusi melalui
putusannya, seharusnya apabila suatu norma yang dinyatakan cacat prosedural harus dimaknai
cacat keseluruhan dan dinyatakan bertentangan dengan konstitusi, namun Mahkamah
Konstitusi mempertimbangkan kemanfaatan hukum, yakni undang-undang a qou
menyederhanakan beberapa undang-undang melalui metode omnibus law dan beberapa muatan
materiil yang dianggap penting sehingga apabila Mahkamah Konstitusi menyatakan
inkostitusional berdasarkan hukum positif maka akan terjadi suatu kegaduhan besar di
Republik Indonesia.
Kata kunci: Konstitusi, Mahkamah Konstitusi, Putusan Inkonstitusional Bersyarat.
PENDAHULUAN yang terjadi didalam sistem ketatanegaraan
harus sesuai dan berdasarkan atas hukum.
A. Latar Belakang 5
Sebagaimana mewujudkan negara hukum
Indonesia adalah negara hukum yang pada yang dicita-citakan oleh Undang-Undang
pokoknya menjelaskan bahwa segala sesuatu Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dapat terealisasikan apabila seluruh proses

1
Artikel Skripsi.
2
Mahasiswa Fakultas Hukum Unsrat, Nim 19071101220.
3
Fakultas Hukum Unsrat, Guru Besar Hukum Tata Negara.
4
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum.
5
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

penyelenggaraan pemerintah yang didasarkan penyelenggaraan suatu negara berdasarkan


pada norma-norma yang tercantum dalam pada prinsip demokrasi.8
konstitusi Republik Indonesia. Konsep negara
hukum yang dikemukakan oleh Sri Soemantri Beberapa tahun terakhir terjadi
yaitu pemerintah dalam menjalankan tugas dinamika perkembangan yang menjadi
dan kewajibannya harus berdasarkan atas perdebatan dalam pengujian undang-undang
hukum, atas peraturan perundang-undangan, terhadap Undang-Undang Dasar Negara
serta adanya penjaminan terhadap hak-hak Republik Indonesia Tahun 1945. Jika
asasi manusia, adanya pembagian kekuasaan sebelumnya jenis amar putusan Mahkamah
dalam negara dan adanya pengawasan dari Konstitusi hanya berupa permohonan
badan-badan peradilan. Menjalankan suatu dikabulkan, permohonan ditolak,
pemerintahan setiap lembaga negara harus permohonan tidak dapat diterima untuk
selalu berada pada koridor dan kontrol agar sebagian atau seluruhnya dengan menyatakan
tercipta checks and balances untuk suatu undang-undang, pasal, ayat atau frasa
menegakkan norma hukum berkeadilan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
dilakukan oleh sebuah lembaga kekuasaan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
kehakiman yang merdeka untuk menjalankan menyatakan tidak memiliki kekuatan hukum
peradilan.6 Dalam konsepsi negara hukum, mengikat (legality null and void) sesuai
kehadiran lembaga kekuasaan kehakiman dengan ketentuan dalam Pasal 56 ayat (3) dan
yang independen dan imparsialitas sebagai Pasal 57 ayat (1) Undang-undang Nomor 8
ciri esensinsial negara hukum. Di Indonesia Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-
sendiri, keberadaan dari Mahkamah undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Konstitusi sebagai salah satu bentuk Mahkamah Konstitusi. Tapi pada praktiknya
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang malah Mahkamah Konstitusi menciptakan
dilegitimasi berdasarkan Pasal 24 C Undang- jenis amar putusan baru yakni konstitusional
Undang Dasar Negara Republik Indonesia bersyarat (conditionally constitutional), dan
Tahun 1945 yang salah satu kewenangannya inkonstitusional bersyarat (conditionally
adalah menguji undang-undang terhadap unconstitutional). Sehingga amar putusan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Mahkamah Konstitusi menjadi putusan
Indonesia Tahun 1945.7 Kewenangan dikabulkan, putusan ditolak, putusan tidak
Mahkamah Konstitusi sebagaimana yang dapat diterima, putusan konstitusional
disebutkan menegaskan bahwa tupoksi bersyarat dan putusan inkonstitusional
Mahkamah Konstitusi adalah sebagai satu- bersyarat. Dengan menjadi lima jenis amar
satunya penafsir tunggal konstitusi (the sole putusan di Mahkamah Konstitusi dinilai telah
interpreter of the constitution), juga sebagai multifungsional baik sebagai lembaga
penjamin dan pelindung Hak Asasi Manusia peradilan norma (court of law) juga sebagai
(the protector of the human rights). Konstitusi pembentuk norma baru (positive legislature).9
sebagai hukum tertinggi mengatur Hal ini merupakan salah satu fenomena baru
dalam sistem ketatanegaraan di Republik ini.

6
Sri Soemantari, Bunga Rampai Hukum Tata 8
Ni’matul Huda Dan R. Nazriyah, 2011,
Negara Indonesia, Bandung, Alumni, 1990, Teori & Pengujian Peraturan Perundang
Hal.29 Undangan, Nusa Media, Bandung, Hal 145
7
Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara 9
Allan R. Brewer-Carias, 2013,
Republik Indonesia Tahun 1945. Constitutional court as Positive Legislators: A
Comparative Law Study, Cambride University
Press, Hal.146

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

mengingat Mahkamah Konstitusi dengan dan pemahaman analitis. Terhadap data yang
penerapan praktik putusan inkonstitusional dianalisis tersebut kemudian dilakukan
bersyarat dan konstitusional bersyarat interpretasi sehingga akan diperoleh
merupakan suatu bentuk progresif dari gambaran yang jelas mengenai permasalahan
Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga yang ada, selanjutnya dapat diambil suatu
penafsir norma dasar. kesimpulan dan diajukan saran.
Maka dari itu penulis beranggapan
bahwa perlu dan penting untuk mengangkat PEMBAHASAN
persoalan penerapan praktik putusan
inkonstitusional bersyarat di Mahkamah A. Eksistensi Putusan Inkonstitusional
Konstitusi yang juga menjadi salah satu Bersyarat di Mahkamah Konstitusi
persoalan hukum saat ini.
Kewenangan pengujian undang-undang
B. Rumusan Masalah yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi
sebagai bentuk implementasi dari konsep
1. Apa landasan yuridis dari penerapan norma berjenjang yang dikemukakan oleh
praktik putusan inkonstitusional Hans Kelsen (stufenbau theory) dan
bersyarat di Mahkamah Konstitusi? dikembangkan oleh Hans Nawiasky (die
2. Bagaimana praktik dan implikasi hukum theory von stufenordnung der rechtsnormen),
dari penerapan putusan inkonstitusional bahwa setiap norma itu berjenjang dan
bersyarat di Mahkamah Konstitusi? berlapis. Aturan yang lebih rendah berpegang
pada aturan yang paling tinggi, aturan yang
C. Metode Penelitian tinggi tersebut berpegang dan berdasarkan
pada aturan yang lebih tinggi lagi, begitu
Penelitian yang digunakan dalam seterusnya hingga pada suatu aturan yang
penulisan ini adalah penelitian hukum paling tinggi yang sifatnya abstrak yang
normatif. Penelitian adalah suatu kesatuan sering disebut hukum dasar atau konstitusi.
metode ilmiah dengan tata cara teratur, runtut Sehingga adanya kewenangan pengujian
dan baik yang memiliki tujuan untuk mencari, undang-undang di Mahkamah Konstitusi
menggali, dan menemukan serta dimaksudkan agar Mahkamah Konstitusi
mengembangkan suatu gejala untuk dilihat dapat mengoreksi jika terdapat suatu aturan
kebenarannya. Penelitian ini menggunakan yang rendah bertentangan dengan aturan yang
bahan sekunder yakni berupa kumpulan paling tinggi (Undang-Undang Dasar
bahan atau sejumlah keterangan yang /konstitusi).10 Dalam dinamika hukum
diperoleh melalui sumber-sumber tertentu ketatanegaraan harus memunculkan
seperti peraturan perundang-undangan, buku- sebuah preseden baru yang dianggap
buku, jurnal, dokumen-dokumen resmi, surat progresif untuk kemajuan dan
kabar, situs internet, maupun bahan-bahan pembaharuan hukum dalam suatu negara.
lainnya. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan bahan melalui studi
Berawal dari kasus di Amerika Serikat
dokumen/kepustakaan (liblary research) pada tahun 1803 antara Marbury versus
dengan menganalisis menguraikan kalimat Madison, Mahkamah Agung (supreme
yang teratur dan tidak tumpang tindih dan court) Amerika Serikat memutuskan
efektif serta memudahkan interpretasi data perkara yang bukan kewenangannya

10
Aziz Syamsuddin. 2011. Proses dan
Teknik Penyusunan Undang-Undang. Jakarta:
Sinar Grafika, Hal. 14-15.

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

sehingga menciptakan suatu preseden memeriksa mengadili norma tersebut


yang dianggap sebagai bentuk apabila bertentangan dengan Undang-
pembaharuan hukum.11 Hal ini menjadi undang Dasar Negara Republik Indonesia
perdebatan dalam dunia hukum diseluruh Tahun 1945.14 Selaras dengan munculnya
dunia sehingga dalam memunculkan jenis amar putusan Mahkamah Konstitusi
suatu hukum baru di pengadilan hal itu yakni putusan inkonstitusional bersyarat
dianggap sebagai sebuah penemuan yang merupakan pembaharuan dari
hukum oleh para hakim.12 Mahkamah Konstitusi sebagai bentuk
jawaban atas kebutuhan hukum
Di Indonesia keberadaan Mahkamah masyarakat. Kapsitas Mahkamah
Konstitusi sebagai penafsir tunggal Konstitusi dalam mengeluarkan putusan
konstitusi atau the sole interpreter of inkonstitusional bersyarat dinilai relevan
constitution menuntut agar Mahkamah dengan kewenangannya sebagai penafsir
Konstitusi untuk menafsirkan konstitusi satu-satunya konstitusi, serta pelindung
yang bersifat general abstrak Mahkamah Hak asasi manusia (the protector of the
Konstitusi dituntut harus mampu human rights).15
menafsirkan suatu norma yang kabur serta
dituntut harus menjawab kebutuhan B. Praktik Dan Implikasi Hukum
hukum yang memberikan kemanfaatan Dari Putusan Inkonstitusional
hukum di masyarakat, sehingga tidak Bersyarat
jarang ditemui di Mahkamah Konstitusi
kehadiran norma baru positive Undang-Undang Dasar Negara
legislatur).13 Mahkamah Konstitusi acap Republik Indonesia dalam Pasal 24 C jo
kali menujukan kebaharuan hukum salah Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003
satunya di tunjukan melalui Putusan MK tentang perubahan Undang-undang
No 138/PUU-VII 2009 tentang pengujian Nomor 8 Tahun 2011 sebagaimana telah
Perppu Nomor 4 Tahun 2009 tentang diubah menjadi Undang-undang Nomor 4
Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah Tahun 2014 tentang Mahkamah
menilai bahwa tidak adanya norma yang Konstitusi menegaskan bahwa Putusan
menjelaskan spesifik tentang Mahkamah Konstitusi sifatnya final dan
kewenanagan pengujian Perppu dimiliki mengikat (final and binding) mengartikan
oleh lembaga negara mana? sehingga oleh bahwa putusan Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi Perppu di tafsirkan secara langsung setelah putusan
sama dengan undang-undang sehingga diucapkan diruangan persidangan
Mahkamah wajib memiliki tugas untuk langsung memiliki kekuatan hukum tetap,
11
Pusdik.mkri.id 14
Ni’matul Huda, Pengujian Perppu
Oleh Mahkamah Konstitusi, Vol. 7 No.5, Oktober
12
Titon Slamet Kurnia, The Theorization 2010, Hal. 80-89.
Of Institution Of Judicial Review Of The
Constitutionality Of Laws, Mimbar Hukum, Vol
26, No 1, Februari 2014, Hal 163
13
Mahrus Ali, Mahkamah Konstitusi
Dan Penafsir Hukum Yang Progresif, Jurnal
Konstitusi, Vol, 7 No, 1, Februari 2010, Hal. 77

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

mengikat dan tidak memiliki upaya terdapat 3 (tiga) kekuatan putusan yaitu
hukum untuk mengubahnya16. Hubungan sebagai berikut:20
antara Mahkamah Konstitusi dengan 1. Kekuatan mengikat, suatu putusan
Pemerintah dan Dewan Perwakilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
Rakyat sebagai bentuk hubungan kontrol tetap (inkracht van gewijsde) yang
dan pengawasan dari produk hukum yang sifatnya tidak dapat diganggu gugat lagi.
dihasilkan sebagai bentuk implementasi 2. Kekuatan pembuktian, suatu
checks and balences system, sehingga putusan yang telah memperoleh kekuatan
putusan Mahkamah Konstitusi atas hukum tetap dapat digunakan sebagai alat
pengujian suatu norma sebagai bentuk bukti yang kuat oleh para pihak.
koreksi atas produk hukum yang kental 3. Kekuatan eksekutorial, suatu
dengan nuansa politik hasil dari putusan yang telah mempunyai kekuatan
Pemerintah dan Dewan Perwakilan hukum untuk dilaksanakan (executorial
Rakyat. Dalam Undang-undang Nomor kracht).
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Putusan Mahkamah Konstitusi sejak
Peraturan Perundang-Undangan, diucapkan dipersidangan yang terbuka
menyebutkan bahwa Presiden dan Dewan untuk umum, memiliki 3 (tiga)21 kekuatan
Perwakilan Rakyat yang berwenang yaitu:
menindak lanjuti putusan Mahkamah 1. kekuatan mengikat
Konstitusi 17 sebagai bentuk respon atau 2. kekuatan pembuktian
produk yang telah di keluarkan yang oleh 3. kekuatan eksekutorial
Mahkamah Konstitusi diberi catatan Implementasi putusan Mahkamah
perbaikan. Apabila suatu putusan Konstitusi sering mengalami kesulitan
Mahkamah Konstitusi yang tidak kunjung dalam proses tindaklanjutnya. Martitah
ditindaklanjuti maka akan berimplikasi menjelaskan bahwa beberapa produk
pada kekosongan hukum, serta dapat hukum undang-undang yang sudah
memengaruhi agenda ketatanegaraan18. dinyatakan inkonstitusional namun tidak
jelas kelanjutannya dan tindak lanjut oleh
Putusan Mahkamah Konstitusi legislatif sebagai pembentuk norma atau
dalam perkara pengujian undang-undang undang-undang, yang berimpek pada
sifatnya declaratoir constitutief artinya kekosongan hukum, adapula undang-
putusan Mahkamah Konstitusi tersebut undang yang telah dibatalkan masih tetap
menciptakan atau meniadakan suatu berlaku dan digunakan akibat dari
keadaan hukum baru atau membentuk
norma baru.19 Soepomo mengemukakan

16
Pasal 24 C ayat (1) Undang-Undang Konstitusi Dalam Pengujian Undang-Undang,
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 APHTN-HAN, Vol.1, No. 1, Januari 2022, Hal.
Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2018, Hal. 162. 36.
17
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 19
Op.cit. Hal. 190
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- 20
Soepomo, Hukum Acara Pengadilan
Undangan
Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1993, Hal. 57
18
Eka. N. A. M. Sihombing, Bentuk 21
Op.cit. Hal. 192
Ideal Tindak Lanjut Atas Putusan Mahkamah

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

kurangnya konfirmasi dari organ-organ pembentuk undang-undang oleh


negara terkait.22 konstitusi. Beberapa putusan Mahkamah
Sifat putusan Mahkamah Konstitusi seperti Putusan MK Nomor
Konstitusi yang menciptakan suatu norma 003/PUU-IV/2006 tertanggal 25 Juli 2006
baru ataupun menghilangkan norma yang tentang perbuatan melawan hukum
sudah ada membuat sifat putusan materiil dalam tindak pidana korupsi,25
Mahkamah Konstitusi menjadi declaratoir kemudian Putusan MK Nomor 7/PUU-
yang seharusnya bentuk tersebut sebagai VII/2009 tertanggal 22 Juli 2009 tentang
bagian dari koreksi lembaga peradilan penerapan Pasal 160 KUHP sebagai delik
terhadap suatu norma hasil dari produk materiil26, kedua putusan ini tindak
politik namun dengan egosentris tiap ditindak lanjuti oleh Pemerintah dan
lembaga negara menjadikan putusan Dewan Perwakilan Rakyat.
Mahkamah Konstitusi seolah-olah hanya
sekedar tulisan yang diucapkan di depan Putusan Inkonstitusional
persidangan dan dimuat dalam lembaran Bersyarat (conditionally unconstitutional)
negara tanpa adanya implementasi dan merupakan jenis amar putusan Mahkamah
tindakan perbaikan.23 Seharusnya jelas Konstitusi yang mana undang-undang
bahwa dapat dikatakan pengingkaran yang dimohonkan diuji pada saat
terhadap putusan Mahkamah Konstitusi pembacaan putusan dinyatakan
merupakan pengingkaran terhadap inkonstitusional akan tetapi undang-
konstitusi. Mahkamah Konstitusi undang tersebut akan konstitusional
merupakan lembaga penafsir konstitusi, apabila syarat yang ditetapkan oleh
oleh karena itu implementasi putusan Mahkamah Konstitusi terpenuhi dalam
Mahkamah Konstitusi merupakan suatu kurun waktu yang ditentukan.27
keharusan dalam rangka penghormatan Konstitusional bersyarat Dalam
terhadap nilai konstitusi.24 Namun dalam perkembangannya Mahkamah Konstitusi
prakteknya seringkali putusan Mahkamah mulai menerapkan putusan
Konstitusi diabaikan dan tidak ditindak inkonstitusional bersyarat hingga saat ini.
lanjuti oleh pemerintah dan Dewan Secara teknis putusan inkonstitusional
Perwakilan Rakyat sebagai lembaga bersyarat tetap digunakan walaupun
negara yang memiliki kewenangan secara formil tidak dikenal dalam

22
Martitah, 2013, Mahkamah Konstitusi 25
Lihat Putusan MK Nomor 003/PUU-
Dari Negative Legislature Ke Positive IV/2006 Tertanggal 25 Juli 2006 tentang
Legislature, Jakarta, Konpress Hal.227 Perbuatan Melawan Hukum Materiil Dalam
Tindak Pidana Korupsi
23
Maruarar Siahaan, Hukum Acara
Mahkamah Konstitusi RI, Konpress, Jakarta, 26
Lihat Putusan MK Nomor 7/PUU-
2005, Hal. 206-207 VII/2009 Tertanggal 22 Juli 2009 tentang
Penerapan Pasal 160 KUHP Sebagai Delik
24
Bactiar. Esensi Paham Konsep Materiil
Konstitusionalisme Dalam Konteks
Penyelenggaraan Sistem Ketatanegaraan. Jurnal 27
https://www.mkri.id..
Surya Kencana Dua: Dinamika Masalah Hukum
dan Keadilan. Volume 6. No. 1. (Maret 2016). Hal.
128.

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

peraturan perundang-undangan baik suatu bentuk kekosongan hukum dalam


konstitusi maupun undang-undang sistem ketatanegaraan. Selain Korea
Mahkamah Konstitusi. Dalam penerapan Selatan, Italia juga menggunakan jenis
model putusan inkonstitusional bersyarat amar putusan yang sejenis dengan putusan
terdapat 4 (empat) karakteristik yakni: 1) bersyarat yang diperkenalkan dengan
dalam amar putusan mencantumkan istilah “sentenza di monito” putusan ini
klausula inkonstitusional bersyarat; 2) saran atau panduan berupa tafsiran dari
amar putusannya berupa pemaknaan atau lembaga peradilan untuk menyelesaikan
penafsiran dari Mahkamah terhadap suatu masalah legislatif dalam membentuk
norma; 3) didasarkan pada suatu norma agar sesuai dan tidak
mengambulkan sebagian atau seluruhnya; bertentangan dengan hukum dasar atau
4) secara subtansi sama dengan konstitusi. Putusan jenis ini juga sebagai
konstitusional bersyarat yang bentuk notif bagi legislatif dalam proses
memberikan syarat dalam sebuah perumusan suatu norma hukum.29
putusan.28
Perspektif komparatif, konsep putusan inkonstitusional bersyarat
putusan yang memuat syarat normatif di Mahkamah Konstitusi yang menjadi
didalamnya dikenal juga dibeberapa perdebatan dimasyarakat umum yakni
negara eksis dengan klausul bersyarat pada putusan Mahkamah Konstitusi
seperti, Korea Selatan, dan Italia. Korea Nomor 91/PUU-XVIII/2020 tentang
Selatan sejak tahun 1990 telah pengujian Undang-undang Nomor 11
memperkenalkan jenis putusan yang Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terhadap
disebut sebagai limited Undang-Undang Dasar Negara Republik
unconstitutionaly/constitutionality, oleh Indonesia Tahun 1945 Mahkamah setelah
Mahkamah Konstitusi Korea Selatan mencermati secara saksama UU Nomor
menggunakan istilah “unconstitutionaly 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dalam
as interpreted” dan “constitutional as pertimbangannya bahwa tata cara
interpreted” jenis putusan tersebut juga pembentukan undang-undang a qou tidak
diklasifikasikan sebagai jenis amar memenuhi asas kejelasan tujuan dan asas
putusan yang oleh bahasa undang-undang kejelasan rumusan. Oleh karena norma
tidak menjelaskan secara spesifik apakah Pasal 5 huruf a, huruf e, huruf f dan huruf
putusan tersebut masuk kategori putusan g Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020
konstitusional atau inkonstitusional. tentang Cipta Kerja mengharuskan
Dalam konteks ini Mahkamah Konstitusi terpenuhinya seluruh asas secara
memberikan tafsiran normatifnya untuk kumulatif maka dengan tidak
memberikan interpretasi sehingga norma terpenuhinya 1 (satu) asas saja, maka
hukum yang diuji tidak dimaknai ketentuan Pasal 5 menjadi terabaikan oleh
inkonstitusional secara permanen, karena proses pembentukan undang-undang a
pertimbangan hukum akan memunculkan qou. Dengan demikian, oleh karena

28
Faiz Rahman dan Dian Agung 29
Faiz Rahman, Anomali Penerapan
Wicaksono, Eksistensi dan Karakteristik Klausul Bersayarat Dalam Putusan Pegujian
Putusan Bersyarat Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Terhadap Undang-Undang
Jurnal Konstitusi, Vol. 13 No. 2, Juni 2016 Hal. Dasar, Jurnal Konstitusi, Volume 17, Nomor 1,
352 Maret 2020, Hal. 34

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

terhadap tata cara pembentukan Undang- keadilan. Disamping itu juga harus
undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang mempertimbangkan tujuan strategis dari
Cipta Kerja tidak didasarkan pada cara dibentuknya undang-undang a quo. Oleh
dan metode yang pasti, baku, dan standar, karena itu, dalam memberlakukan
serta sistematika pembentukan undang- undang-undang cipta kerja yang telah
undang terjadinya perubahan penulisan dinyatakan inkonstitusional secara
beberapa substansi pasca persetujuan bersyarat menimbulkan konsekuensi
bersama Dewan Perwakilan Rakyat dan yuridis terhadap keberlakuan undang-
Presiden; dan bertentangan dengan asas- undang a quo, sehingga Mahkamah
asas pembentukan peraturan perundang- memberikan kesempatan kepada
undangan, maka Mahkamah berpendapat pembentuk undang-undang untuk
proses pembentukan Undang-undang memperbaiki undang-undang cipta kerja
Nomor 11 Tahun 2020 adalah tidak berdasarkan tata cara pembentukan
memenuhi ketentuan berdasarkan undang-undang yang memenuhi cara dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik metode yang pasti, baku dan standar
Indonesia Tahun 1945, sehingga harus didalam membentuk undang-undang
dinyatakan cacat formil. omnibus law yang juga harus tunduk
dengan keterpenuhan syarat asas-asas
Mahkamah juga pembentukan undang-undang yang telah
mempertimbangkan eksistensi dari ditentukan. Yang kemudian
undang-undang a qou yakni semata-mata memerintahkan agar segera dibentuk
untuk penyelesaian persoalan “obesitas landasan hukum yang baku untuk dapat
regulasi” dan tumpang tindih antar menjadi pedoman didalam pembentukan
undang-undang. namun telah terbukti undang-undang dengan menggunakan
secara hukum adanya metode omnibus law yang mempunyai
ketidakterpenuhannya syarat-syarat sifat kekhususan tersebut. Oleh karena itu,
tentang tata cara dalam pembentukan berdasarkan landasan hukum yang telah
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 dibentuk tersebut undang-undang a quo
tentang Cipta Kerja. Dengan demikian, dilakukan perbaikan selama 2 (dua) tahun
untuk menghindari ketidakpastian hukum sejak putusan ini diucapkan. Apabila
dan dampak lebih besar yang ditimbulkan, dalam waktu 2 (dua) tahun, tidak
maka berkenaan dengan hal ini, menurut dilakukan perbaikan akan berakibat
Mahkamah terhadap Undang-undang hukum menjadi inkonstitusional secara
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja permanen. Hal ini guna mencapai
harus dinyatakan inkonstitusional secara kepastian hukum terutama untuk
bersyarat. Bahwa pilihan Mahkamah menghindari kekosongan hukum atas
untuk menentukan undang-undang a qou undang-undang atau pasal-pasal atau
dinyatakan secara inkonstitusional secara materi muatan undang-undang yang telah
bersyarat tersebut, dikarenakan
Mahkamah harus menyeimbangkan
antara syarat pembentukan sebuah
Undang-undang yang harus dipenuhi
sebagai syarat formil guna mendapatkan
undang-undang yang memenuhi unsur
kepastian hukum, kemanfaatan dan

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

dicabut atau diubah tersebut harus kepentingan masyarakat luas sebagai


dinyatakan berlaku kembali..30 adresaat norma tersebut.33 Ikhtiar baik
oleh Mahkamah Konstitusi ditunjukan
Model non-self executing putusan dengan selalu memunculkan hukum
inkonstitusional bersyarat pada pengujian pembaharuan yang selalu mengedepankan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 pandangan hukum kemanfaatan, karena
yang tidak dapat langsung dilaksanakan. pada dasarnya Mahkamah Konstitusi
Akibat hukum yang timbul dari sebagai penjaga konstitusi sejati “the true
dikeluarkannya putusan inkonstitusional guardian of constitution”. Hal ini tidak
bersyarat sangat menimbulkan ambiguitas terlepas dari paradigma para ahli hukum
hukum.31 Mahkamah Konstitusi yang menjadi perdebatan panjang di
mempraktikan putusan inkonstitusional kalangan para sarjana hukum. Terdapat
bersyarat Mahkamah dinilai telah keluar dua karakteristik berpikir para ahli hukum
dari koridor sebagai lembaga peradilan yakni konservatif dan progresifisme.
norma (cour of law), seharusnya Aliran konservatif cenderung
berdasarkan perintah Pasal 24 C Undang- mempertahankan hukum positif atau
Undang Dasar Negara Republik Indonesia norma yang sudah ada, dengan dampak
Tahun, bahwa Mahkamah Konstitusi tidak hal ini di tentang oleh para ahli hukum
diberikan kewenangan untuk progresif yang berpandangan pada
mengeluarkan jenis putusan yang harus dinamisasi dan progresifisme hukum
melibatkan, menamabah, atau untuk mencapai kebutuhan hukum yang
mengurangi suatu norma. Sehingga ada dimasyarakat. Seperti filosofi hukum
implikasi hukum dari keberlakuan norma yang ditekanakan oleh Satjipto bahwa
tersebut sangat memiliki pengaruh luas di “hukum untuk manusia bukan manusia
masyarakat. Namun hal ini dimaknai untuk hukum”.
sebagai bentuk ikhtiar baik dari
Mahkamah Konstitusi untuk memberikan PENUTUP
kegunaan dan kemanfaatan hukum di
masyarakat.32 Esensi putusan yang A. Kesimpulan
memberikan syarat dalam hal ini putusan 1. Kewenanagan pengujian undang-
inkonstitusional bersyarat sebagai bentuk undang terhadap Undang-Undang Dasar
implementasi dari utilitarianisme therory, Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang mana Mahkamah Konstitusi jelas pada Pasal 24 C yang Pada dasarnya
menempatkan posisi proporsionaliasi atas jenis amar putusan di Mahkamah
2 greatest happiness yaitu kepentingan Konstitusi hanya terdapat 3 (tiga) jenis
pembentuk undang-undang dan amar putusan yakni putusan dikabulkan,

30
Lihat Putusan MK Nomor 91/PUU- 32
Laica Marzuki, Judicial Review Di
XVIII/2020, Hal. 411-415 Mahkamah Konstitusi,Jurnal Legislasi Indonesia,
Vol. 1, No. 3, November 2004, Hal. 2
31
Hasdinar, Implikasi Putusan MK Nomor
91/PUU-XVIII/2020 Tntang Pengujian Undang- 33
I Gede Agus Kurniawan, Putusan
Undang Tentang Cipta Kerja Terhadap Mahkamah Konstitusi Terhadap Undang-Undang
Pembentukan Peraturan Daerah, Jurnal Legalitas, Cipta Kerja Dalam Prepektif Utilitarianisme,
Vol. 6, No. 1, Desember 2022, Hal. 55 Jurnal USM Law Review, Vol. 5, No. 1 tahun
2022, Hal. 292

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

ditolak, dan tidak dapat diterima. Namun 1. Namun negara Indonesia adalah
pada perkembangannya Mahkamah negara hukum (supreme of law) maka
Konstitusi Republik Indonesia menambah sudah selayaknya organ negara bertindak
jenis amar putusan yakni putusan harus didasarkan pada hukum positif.
konstitusional bersyarat (conditionally Penulis menyarankan membentuk dasar
constitutional) dan inkonstitusional hukum dalam penerapan praktik amar
bersyarat (conditionally unconstitutional). putusan bersyarat di Mahkamah
Pada dasarnya hadir kedua model putusan Konstitusi, yakni melalui revisi undang-
ini berdasarkan konsep pembaharuan undang Mahkamah Konstitusi untuk
hukum, hukum dinamis yang seyogyanya menambahkan jenis amar putusan
terus berkembang seiring dengan inkonstitusional bersyarat (conditionally
perkembangan masyarakat. Law as a unconstitutional) dan konstitusional
means of reform hukum sebagai sarana bersyarat (conditionally constitutional) di
pembaharuan. Hadirnya putusan Mahkamah Konstitusi sebagai landasan
inkonstitusional besryarat sebagai bentuk dalam menjalankan kewenangan lembaga
responsif sesuai dengan perkembangan peradilan konstitusi.
kebutuhan masyarakat guna menciptakan
hukum yang bertransformasi dan adaptif. 2. Mahkamah Konstitusi harus
2. Mahkamah Konstitusi acap kali memiliki standing position yang kuat dan
mengeluarkan putusan yang memberikan harus lebih tegas karena sering kali
syarat kepada pembentuk undang-undang putusan Mahkamah Konstitusi
untuk memperbaiki suatu norma yang atas menimbulkan ambiguitas hukum
pertimbangan Mahkamah apabila norma dimasyarakat serta persoalan tidak
tersebut akan dinyatakan inkonstitusional ditindak lanjuti oleh lembaga pembentuk
seutuhnya maka akan menciptakan undang-undang. Ketegasan Mahkamah
kekosongan hukum secara masif terlihat dalam putusan Mahkamah
(rechtsvacuum) dalam sistem Konstitusi No. 91/PUU-XVIII/2020
ketatanegaraan, sehingga praktik ini tentang pengujian undang-undang cipta
dianggap lazim di Mahkamah Konstitusi. kerja, Mahkamah dalam mengeluarkan
Seringkali dalam implementasi syaratnya dengan tegas amar putusan
menimbulkan suatu persoalan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa
ketatanegaraan baik putusan yang tidak dalam jangka 2 (dua) tahun norma a qou
ditindak lanjuti oleh lembaga pembentuk apabila tidak diperbaiki maka harus
undang-undang, atau putusan yang dimaknai dan dinyatakan inkonstitusional
menimbulkan ambiguitas hukum. Namun secara parmanen. Penulis menyarakan
kemanfaatan hukum yang dapat dicapai agar setiap putusan dengan klausul
akibat keterlibatan constitutional court bersyarat harus memiliki poin-poin
dalam memperbaiki suatu norma hasil penegasan oleh Mahkamah Konstitusi
dari produk politik. Dalam hal ini sebagai bentuk eksekusi dan memiliki
Mahkamah Konstitusi bersifat konsekuesi hukum sebagai bentuk
proporsional yang sama-sama punishment.
mengakomodir kepentingan masyarakat
luas dan politik. Daftar Pusataka

B. Saran

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

A. Buku Kurnia Titon Slamet, The Theorization Of


Brewer-Carias Allan R., (2013). Institution Of Judicial Review Of The
Constitutional court as Positive Constitutionality Of Laws, Mimbar
Legislators: A Comparative Law Hukum. Volume 26, Nomor 1,
Study, Cambride University Press. Februari 2014.
Huda Ni’matul Dan Nazriyah R., (2011). Kurniawan I Gede Agus, Putusan
Teori & Pengujian Peraturan Mahkamah Konstitusi Terhadap
Perundnag-Undangan, Nusa Media, Undang-Undang Cipta Kerja Dalam
Bandung. Prepektif Utilitarianisme, Jurnal
Martitah, 2013, Mahkamah Konstitusi USM Law Review, Vol. 5, No. 1
Dari Negative Legislature Ke tahun 2022, Hal. 292
Positive Legislature, Jakarta, Mahrus Ali Mohammad, DKK, Tindak
Konpress. Lanjut Putusan Mahkamah
Soemantar Sri, (1990). Bunga Rampai, Konstitusi yang Bersifat
Hukum Tata Negara Indonesia, Konstitutional Bersyarat Serta
Bandung, Alumni. Memuat Norma Baru, Jurnal
Siahaan Maruarar, (2005), Hukum Acara Konstitusi Volume 12, Nomor 3,
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta September 2015
Konpress. Marzuki Laica, Judicial Review Di
Soepomo, (1993), Hukum Acara Mahkamah Konstitusi,Jurnal
Pengadilan Negeri, Jakarta, Pradnya Legislasi Indonesia, Volume. 1,
Paramita. Nomor 3, November 2004
Syamsuddin Aziz. 2011. Proses dan Rahman Faiz, Anomali Penerapan
Teknik Penyusunan Undang-Undang. Klausul Bersayarat Dalam Putusan
Jakarta: Sinar Grafika, Pegujian Undang-Undang Terhadap
Undang-Undang Dasar, Jurnal
B. Jurnal Konstitusi, Volume 17, Nomor 1,
Bactiar, Esensi Paham Konsep Maret 2020.
Konstitusionalisme Dalam Konteks Rahman Faiz dan Wicaksono Dian,
Penyelenggaraan Sistem Eksistensi dan Karakteristik Putusan
Ketatanegaraan, Jurnal Surya Bersyarat Mahkamah Konstitusi,
Kencana dua: Dinamika masalah Jurnal Konstitusi, Vol. 13 No. 2, Juni
Hukum dan Keadilan, Vol. 6, No. 1, 2016
Maret 2016. Sihombing Eka. N. A. M., Bentuk Ideal
Hasdinar, Implikasi Putusan MK Nomor Tindak Lanjut Atas Putusan
91/PUU-XVIII/2020 Tntang Mahkamah Konstitusi Dalam
Pengujian Undang-Undang Tentang Pengujian Undang-Undang,
Cipta Kerja Terhadap Pembentukan APHTN-HAN, Volume 1, Nomor 1,
Peraturan Daerah, Jurnal Legalitas, Januari 2022.
Volume 6, Nomor 1, Desember 2022 C. Peraturan Perundang-Undangan
Huda Ni’matul, Pengujian Perppu Oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik
Mahkamah Konstitusi, Volume 7 Indonesia Tahun 1945
Nomor 5, Oktober 2010.

Efer Musa Tamungku


Jurnal Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi
Lex Privatum Vol.XII/No.1/jul/2023

UU Nomor 24 Tahun 2003 Jo. UU Nomor


8 Tahun 2011 Jo.UU Nomor 4 Tahun
2014 tentang Mahkanah Konstitusi.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Jo
Undang-undang Nomor 15 Tahun
2019 Jo Undang-undang Nomor 13
Tahun 2022 tentang Peubahan ketiga
atas Undang-undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan

D. Putusan Pengadilan
Putusan MK Nomor 003/PUU-IV/2006
Bertanggal 25 Juli 2006 tentang
perbuatan melawan hukum meteriil
dalam tindak pidana korupsi.
Putusan MK Nomor 7/PUU-VII/2009
Bertanggal 22 Juli 2009 tentang
penerapan Pasal 160 KUHP sebagai
delik materiil.
Putusan MK Nomor 91/PUU-XVIII/2020
Bertanggal 27 Oktober 2020 tentang
Pengujian Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

E. Internet

Pusdik.mkri.id
https://www.mkri.id

Efer Musa Tamungku

Anda mungkin juga menyukai