Anda di halaman 1dari 27

Analisis Hukum Acara Penegak Hukum Dan Pengadilan Perspektif

Mahkamah Konstitusi

Baharuddin Yusuf Habibi Choir


20020311061

Fakultas Hukum, Universitas Maulana Malik Ibrahim

ABSTRAK
Hukum acara atau hukum prosedur adalah serangkaian ketentuan yang mengatur tata cara
jalannya persidangan untuk menjamin proses hukum yang fair dalam penegakan hukum. MK,
sebagai lembaga peradilan konstitusional, memiliki peran penting dalam menegakkan konstitusi
dan memastikan perlindungan hak-hak konstitusional. Oleh karena itu, pemahaman yang tepat
tentang hukum acara MK menjadi krusial dalam memastikan keadilan dan kepastian hukum.
Salah satu substansi penting Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 adalah keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang berfungsi
menangani perkara tertentu di bidang ketatanegaraan, dalam rangka menjaga konstitusi agar
dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-cita
demokrasi. Kewenangan konstitusional Mahkamah Konstitusi untuk melaksanakan prinsip
checks and balances yang menempatkan semua lembaga negara dalam kedudukan setara
sehingga terdapat keseimbangan dalam penyelenggaraan negara. Keberadaan Mahkamah
Konstitusi merupakan langkah nyata untuk dapat saling mengoreksi kinerja antar lembaga
negara. Mahkamah Konstitusi dalam menyelenggarakan peradilan untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara tetap mengacu pada prinsip penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yakni antara lain dilakukan secara sederhana dan cepat.
_
Kata kunci: hukum acara, konstitusi, checks and balance

PENDAHULUAN hukum materiil1. Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia
Hukum acara atau hukum
Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD
prosedur adalah seperangkat peraturan
1945) menegaskan bahwa kedaulatan
yang mengatur jalannya persidangan
berada di tangan rakyat dan
untuk menjamin proses hukum yang
dilaksanakan menurut Undang-Undang
adil dalam penegakan hukum. Oleh
Dasar. Kemudian ditegaskan pula
karena itu, hukum acara, termasuk
bahwa negara Indonesia adalah negara
hukum acara, merupakan alat atau
hukum. 1 Menurut ketentuan tersebut,
sistem pendukung bagi
salah satu prinsip negara hukum yang
terselenggaranya prosedur hukum yang
1
transparan dan akuntabel secara adil. Nano Tresna Arfana, Sekjen MK Ingatkan
Pentingnya Memahami Hukum Acara, 01 Juni
Hukum acara harus tertulis, jelas, 2021,
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita
definitif dan mampu mendukung kerja &id=17322.
terpenting adalah adanya jaminan dan ayat (2) UUD 1945, Mahkamah
pelaksanaan kekuasaan kehakiman Konstitusi berwenang menguji
yang merdeka, bebas dari campur undang-undang yang bertentangan
tangan kekuasaan hukum lainnya, dengan UUD 1945, memutus
untuk menegakkan hukum dan perselisihan tentang kewenangan
keadilan. Menurut UUD 1945, lembaga negara yang diberi wewenang
kekuasaan kehakiman adalah oleh UUD 1945, memutus pembubaran
kekuasaan yang berdiri sendiri yang partai, memutus hasil pemilihan
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung umum, dan Mahkamah Konstitusi
dan badan peradilan yang berada di wajib memutus berdasarkan pendapat
bawahnya dalam lingkungan hukum DPR atas dasar bahwa Presiden
umum, peradilan agama, peradilan dan/atau Wakil Presiden diduga
militer, lingkungan peradilan tata melanggar UU makar, korupsi, suap ,
usaha negara, dan peradilan konstitusi, kejahatan berat lainnya atau perbuatan
serta yang mempraktekkan hukum memalukan dan/atau tidak lagi
pada tahun 1945. menjunjung tinggi memenuhi syarat Presiden dan/atau
hukum dan keadilan. eksistensinya Wakil Presiden berdasarkan UUD
sebagai lembaga negara yang bertugas 1945.
menangani persoalan tertentu di Kewenangan konstitusional
bidang administrasi publik. Mahkamah Konstitusi menerapkan
mengamankan konstitusi agar prinsip check and balances, yang
dilaksanakan secara bertanggung menempatkan semua lembaga negara
jawab sesuai dengan kehendak rakyat pada kedudukan yang sama sehingga
dan aspirasi rakyat. Keberadaan penyelenggaraan negara seimbang.
Mahkamah Konstitusi (selanjutnya Keberadaan Mahkamah Konstitusi
disebut Mahkamah Konstitusi) selain merupakan langkah nyata menuju
untuk menjaga terselenggaranya saling koreksi fungsi lembaga
stabilitas ketatanegaraan, juga internasional. Mahkamah Konstitusi
merupakan koreksi terhadap menggunakan hak untuk memeriksa,
pengalaman kehidupan ketatanegaraan memutus, dan menyelesaikan lebih
sebelumnya yang disebabkan oleh lanjut perkara berdasarkan asas
multitafsir. dari Mahkamah Konstitusi. penyelenggaraan kekuasaan
Konstitusi. kehakiman, yaitu untuk membuatnya
Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) mudah dan cepat. Mahkamah
Konstitusi menggunakan hukum acara memberikan kewenangan kepada
umum dan hukum khusus dalam Mahkamah Konstitusi untuk mengatur
yurisprudensinya. Hukum acara yang lebih lanjut hal-hal yang diperlukan
digunakan oleh MK adalah untuk kelancaran pelaksanaan tugas
berdasarkan UU MK No. 24 Tahun dan wewenangnya. Tujuan penelitian
2003 yang diubah dengan UU No. 8 ini, yaitu:
Tahun 2011 tentang perubahan UU
1. Untuk melayani masyarakat,
MK No. 24 (selanjutnya disebut MK),
akademisi, advokat, masyarakat
sebagaimana telah diubah pada tahun
khususnya penanggung jawab
2011. undang-undang ).
penyelesaian sengketa pilkada,
Hukum acara yang dibentuk
pejabat pemerintah,
oleh Mahkamah Konstitusi dibagi
legislator/partai politik dan
menjadi dua bagian, yaitu hukum
anggota parlemen.
acara, yang memuat aturan umum dan
2. Untuk memberikan pendidikan dan
aturan khusus acara Mahkamah
pemahaman kepada publik,
Konstitusi sesuai dengan karakteristik
politisi, peneliti, profesional
masing-masing kasus di bawah
hukum tentang hukum acara
yurisdiksi Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Konstitusi yang relatif
Setelah itu, Mahkamah diberi
baru.
kewenangan untuk melengkapi hukum
acara menurut undang-undang
Landasan Teori Konseptual
Mahkamah Konstitusi agar dapat
1. Pengajuan Permohonan
menjalankan tugas dan wewenangnya
Permohonan yang diajukan
tanpa masalah. Selain itu, ketentuan
harus memenuhi ketentuan-ketentuan
mengenai tata cara sidang Mahkamah
sebagai berikut:
Konstitusi sebagian dimuat dalam
a. ditulis dalam Bahasa Indonesia;
UUD 1945. Pasal 7B, selebihnya ada
b. ditandatangani oleh pemohon
di UU MK, yakni. bagian 28-85. sendiri atau kuasanya;
Selebihnya diatur dalam tata tertib dan c. dalam 12 (dua belas) rangkap;
praktik Mahkamah Konstitusi (PMK), d. memuat uraian yang jelas mengenai
yaitu. dalam putusan Mahkamah permohonannya:

Konstitusi. Hal itu dimungkinkan 1) pengujian undang-undang


terhadap UUD 1945;
berdasarkan pasal 86 Undang-Undang
2) sengketa kewenangan lembaga
Mahkamah Konstitusi, yang
negara yang kewenangannya persyaratan yang dijelaskan di atas.
diberikan oleh UUD 1945; Oleh karena itu, petugas mengecek
3) pembubaran partai politik; kelengkapan administrasi permohonan.
4) perselisihan tentang hasil Hasil pemeriksaan akan diberitahukan
pemilihan umum, atau
kepada pemohon. Jika permohonan
5) pendapat DPR bahwa Presiden
tidak lengkap, pemohon memiliki
dan/atau Wakil Presiden
kesempatan untuk menyelesaikannya
diduga telah melakukan
dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja. Jika
pelanggaran hukum atau
permohonan sudah lengkap, langsung
perbuatan tercela, dan atau
dimasukkan dalam Buku Pendaftaran
tidak lagi memenuhi syarat
Perkara Konstitusi (BRPK) dan
sebagai Presiden dan/atau
pemohon menerima dokumen tentang
Wakil Presiden sebagaimana
perkara yang didaftarkan. BRPK
2
dimaksud dalam UUD 1945.
memuat catatan kelengkapan
e. Sistematika uraian nama dan
administrasi, nomor perkara, tanggal
alamat pemohon atau kuasanya
diterimanya berkas, nama pemohon
(identitas dan posisi pihak);
dan pokok persoalan.
1) dasar-dasar permohonan
(posita), meliputi terkait dengan;
Alat Bukti
- kewenangan;
Bukti yang diajukan ke
- kedudukan hukum (legal
standing); Mahkamah Konstitusi, terlepas dari
- pokok perkara; apakah itu diajukan oleh pemohon
2) hal yang diminta untuk diputus atau terdakwa dan/atau orang yang
(petitum) sesuai dengan terkait, perolehannya atau cara
ketentuan dalam setiap perolehannya harus dapat
permohonan; dipertanggungjawabkan secara hukum.
f. dilampiri alat-alat bukti pendukung. Hakim konstitusi tidak dapat
membenarkan bukti-bukti yang
Pendaftaran dan Penjadwalan diperoleh atau diperoleh secara tidak
Sidang
sah (illegally acquired evidence). Oleh
Aplikasi harus memenuhi
karena itu, setiap calon dan/atau badan
lain yang mengajukan alat bukti
2
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 4 Tahun 2023 tentang
kepada hakim konstitusi selalu
Tata Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum,
Hal. 8 ditanyakan bagaimana cara
memperoleh atau memperoleh alat undang-undang, di mana salah satu
bukti tersebut. Bukti pemohon cara untuk menemukan makna
biasanya disajikan pada sidang ketentuan konstitusi adalah dengan
pendahuluan. 24 Tahun 2003 berbeda mencari maksud (original intent) para
dengan pembuktian biasa dalam penyusun konstitusi. Di antara
persidangan lainnya. Menurut hakim-hakim periode pertama ada
Maruarar Siahaan, beberapa hakim konstitusi yang tahu
perbedaan-perbedaan tersebut adalah: tentang ketentuan konstitusi (1945)
Pertama, dalam hukum acara dikenal bahkan ikut debat, karena mereka
tidak ada hukum acara, atau yang kemudian menjadi bagian dari PAH
disebut “mencurigakan” dalam hukum BP MPR yang menyusun amandemen
acara perdata, pengakuan dan sumpah, UUD 1945. Bahkan para Hakim
dan dalam hukum acara pidana, Konstitusi tersebut memiliki
disebut kesaksian. pengakuan para pengetahuan yang lebih dalam dan
pihak dan sepengetahuan hakim. tidak tercermin dengan baik dalam
Pengakuan pihak-pihak dalam proses risalah Rapat Perubahan UUD 1945.
tersebut dipandang tidak relevan
dalam hukum acara ketatanegaraan, Pemeriksaan Persidangan
karena tidak menghilangkan Pemrosesan permohonan atau
kewajiban hakim konstitusi untuk perkara mengenai UUD dilakukan
mencari kebenaran, mengingat dalam sidang MK yang bersifat
persoalan yang akan dibahas dan terbuka, hanya rapat permusyawaratan
diputuskan berkaitan dengan publik. hakim (RPH) yang berlangsung dalam
kepentingan dan memaksa semua sidang tertutup. Karena setiap orang
orang. masyarakat, bukan hanya dapat berpartisipasi dalam persidangan
3
pemangku kepentingan. umum, sedangkan penyelidikan kasus
Namun ada juga hal yang tidak membutuhkan penyelidikan yang
termasuk dalam alat bukti, tetapi cermat dan ketenangan, setiap orang
mempengaruhi penyidikan di yang hadir di persidangan wajib
persidangan, yaitu “pengetahuan mematuhi keputusan pengadilan.
hakim”. Hal ini terutama berlaku Berdasarkan kewenangan yang
dalam kasus pengujian diberikan oleh undang-undang,
Mahkamah Konstitusi menerbitkan
3
Maruarar Siahaan, op. cit., hal. 157 – 160. Peraturan Mahkamah Konstitusi
(PMK) tentang proses peradilan, PMK membawa kredensial lain, tetapi hanya
nomor 03/PMK/2003. Itulah sebabnya jika mereka memiliki selain kredensial,
Mahkamah Konstitusi pemohon harus membuat pernyataan
mengklasifikasikan siapa saja yang yang akan diajukan ke Mahkamah
melanggar perintah pengadilan sebagai Konstitusi selama persidangan.
delik (contempt of court).
Dalam prosesnya, hakim Putusan
Mahkamah Konstitusi membahas Dasar hukum putusan dalam
permohonan yang memuat subjek ketatanegaraan adalah UUD
kewenangan Mahkamah Konstitusi (1945) sebagai konstitusi tertulis
mengenai permohonan, status hukum negara Republik Indonesia. Putusan
pemohon dan pokok permohonan, mengabulkan permohonan harus
serta alat bukti yang dihadirkan di didasarkan pada sekurang-kurangnya 2
gedung pengadilan. . Para pihak yang (dua) alat bukti yang sah dan
bersengketa, saksi dan ahli keyakinan hakim bahwa permohonan
memberikan keterangan yang diminta. tersebut memenuhi kriteria dan
Hal yang sama berlaku untuk instansi persyaratan konstitusional. Oleh
pemerintah yang terlibat dalam karena itu, putusan harus memuat
aplikasi. Mahkamah Konstitusi wajib fakta-fakta yang telah dijelaskan dan
menghadirkan para pihak, saksi dan dibuktikan secara sah di pengadilan
ahli serta penyelenggara negara serta pertimbangan hukum yang
tersebut untuk melakukan mendasarinya. Cara pengambilan
pemeriksaan. Hakim juga dapat keputusan dilakukan dengan
meminta permintaan tertulis dari musyawarah mufakat di RPH dalam
instansi pemerintah tersebut, apabila sidang pleno tertutup yang dipimpin
diminta, instansi pemerintah tersebut oleh ketua sidang. Aturan yang
harus memenuhinya paling lambat 7 disebutkan di atas tentang presiden
(tujuh) hari kerja setelah menerima majelis umum berlaku untuk bagian
permintaan. yang relevan dari undang-undang ini.
Para pihak dapat berpartisipasi Dalam rapat pengambilan keputusan
dalam persidangan dengan pengacara ini, masing-masing hakim konstitusi
mereka atau sebagai perwakilan di menyampaikan pendapatnya atau
bawah surat kuasa khusus. pendapat tertulis (legal opinion) atas
Sebenarnya, mereka juga bisa permohonan tersebut. Dengan
demikian, tidak ada pengekangan pada dasar atau asas umum yang menjadi
pertemuan terakhir. titik tolak pengertian atau pengaturan.
Jika dalam perundingan tidak Prinsip, sebaliknya, dapat disebut
tercapai kesepakatan, maka dasar atau alasan pembentukan aturan
pembahasan akan ditunda ke sidang hukum, yang meliputi nilai-nilai yang
paripurna berikutnya. Dalam refleksi diwujudkan, semangat atau cita-cita
ini, kami benar-benar berusaha sosial. Asas hukum adalah hati yang
mencapai konsensus. Namun apabila menghubungkan kaidah hukum dengan
ternyata mufakat belum tercapai, cita-cita dan pandangan masyarakat
keputusan diambil dengan suara tempat hukum itu diterapkan (asas
terbanyak. Keputusan dengan suara hukum yang objektif).4
terbanyak bisa gugur karena jumlah
Sebagaimana diuraikan di atas,
suaranya sama. Jika demikian,
hukum acara Mahkamah Konstitusi
pemungutan suara terakhir dari majelis
dibagi menjadi dua bagian, yaitu
presiden akan menentukan. Dalam
hukum acara umum dan khusus.
pengambilan keputusan dengan cara
Ketentuan Hukum Acara Umum
demikian, perbedaan pendapat hakim
mengatur tentang ketentuan umum,
dicantumkan dalam putusan.
yaitu. ketentuan tentang tata cara,
Keputusan dapat diambil pada hari
persyaratan permohonan dan
yang sama atau ditunda ke hari lain.
keputusan.
Tanggal pemberitahuan keputusan
Disposisi dalam sidang
akan diumumkan kepada para pihak.
Mahkamah Konstitusi, misalnya,
Mahkamah Konstitusi memeriksa,
menilai, dan memutus dalam sidang
paripurna yang diikuti oleh 9
(sembilan) orang hakim, hanya “diluar
biasa” sekurang-kurangnya 7 (tujuh)
orang hakim konstitusi. untuk
berpartisipasi dalam sidang umum. 3
Keadaan luar biasa itu berarti
meninggal dunia atau cacat
PEMBAHASAN
fisik/mental yang membuatnya tidak
Ketentuan Hukum Acara Umum
4
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung:
Asas biasanya diartikan sebagai Alumni, 1982), hal. 85 – 86.
dapat menjalankan tugas kehakiman. tertentu untuk saling bertukar
Ketua sidang paripurna adalah informasi tentang arah keputusan atau
Ketua Mahkamah Konstitusi. Dalam keputusan itu sendiri, karena ada jeda
hal presiden berhalangan, wakil waktu antara keputusan yang diambil
presiden memimpin sidang, dan jika dengan keputusan yang diumumkan.
presiden dan wakil presiden tidak Untuk merahasiakan putusan tersebut,
dapat memimpin sidang, ketua sidang hanya hakim konstitusi, juru tulis,
dipilih dari antara anggota Mahkamah wakil panitera dan beberapa pejabat
Konstitusi. Pemeriksaan dapat pengadilan yang hadir di RPH, yang
dilakukan oleh juri yang dibentuk oleh telah bersumpah untuk tidak
Mahkamah Konstitusi yang terdiri dari membeberkan apa yang terjadi dan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang diputuskan di RPH.5
hakim. Hasil pemeriksaan
disampaikan kepada Majelis Umum Ketentuan Hukum Acara Khusus
untuk keputusan dan penyelidikan a. Pengujian Undang-Undang
Terhadap Undang-Undang Dasar
lebih lanjut. Seluruh badan pengajuan
Hukum acara khusus yang
panel untuk membahas dan memutus
mengatur prosedur dan hal-hal lain
perkara disebut Rapat
terkait dengan pengujian
Permusyawaratan Yudisial (RPH) yang
undang-undang di dalam UU MK
tertutup untuk umum. Rapat
meliputi hal-hal sebagai berikut:
Permusyawaratan Hakim (RPH)
a. undang-undang yang dapat
digelar tertutup.
dimohonkan pengujian;
karena dalam rapat tersebut
b. pihak yang dapat bertindak dalam
para hakim konstitusi menyampaikan permohonan pengujian
pendapat untuk mengambil keputusan undang-undang;
atas masalah tersebut. Dalam c. bentuk pengujian undang-undang;
pertemuan itu, sempat terjadi diskusi
antar hakim konstitusi yang bisa 5
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI,
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Jakarta:
dibilang sangat tegang. RPH dilakukan Cetakan Pertama, Agustus 2010, hal. 18
3
secara tertutup untuk merahasiakan Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi
keputusan hakim sampai diumumkan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
secara terbuka. Jika RPH tidak 2001 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 24 Tahun
dilakukan secara tertutup, maka 2003 tentang Mahkamah Konstitusi,
Pasal 28 ayat (1).
terbuka peluang bagi pihak-pihak
d. kewajiban MK menyampaikan undang-undang.6
salinan permohonan kepada 1) Undang-undang yang Dapat
institusi/lembaga negara tertentu Dimohonkan Pengujian
(terutama lembaga negara UUD 1945 tidak
pembentuk undang-undang); membatasi upaya hukum. Namun,
e. hak MK meminta keterangan Undang-Undang Mahkamah
terhadap lembaga negara terkait Konstitusi membatasi
dengan permohonan;
undang-undang yang dapat diajukan
f. materi putusan, dan
banding pada undang-undang yang
g. akibat putusan pengujian
undang-undang dan kewajiban MK disahkan setelah amandemen
setelah putusan. konstitusi tahun 1945. Terhadap
ketentuan ini, dalam putusannya
No. 004/PUU-I/2004, Mahkamah
Konstitusi menilai tidak sesuai
dengan konstitusi, sehingga
Mahkamah Konstitusi
mengecualikannya.
2) Pihak yang Dapat Bertindak
sebagai Pemohon dalam
Permohonan Pengujian
Undang-Undang
Dalam sebuah kajian,
Dalam prakteknya, peraturan beberapa negara, yakni Georgia
tersebut tidak dapat memperhitungkan dan Republik Ceko, menetapkan
permasalahan yang muncul. Oleh bahwa orang asing dapat
karena itu, Mahkamah Konstitusi yang mengajukan permohonan judicial
berwenang mengatur berdasarkan review ke Mahkamah Konstitusi..7
pasal 86 UU MK membentuk Mahkamah Konstitusi Mongolia
Peraturan Mahkamah Konstitusi 6
Ahmad Fadlil Sumadi, HUKUM ACARA
MAHKAMA KONSTITUSI TEORI DAN
(PMK) untuk melengkapi perbuatan PRAKTIK, hal. 861
7
hukum acara yang telah ada, yaitu dari C. Staynnes, “Perlindungan Hak Asasi Orang
asing dalam Konstitusi: Analisis Kedudukan
instruksi nomor 06/ dari PMK. Hukum Orang Asing dalam Permohonan
Pengujian Undang-Undang di Mahkamah
PMK/2005. dalam hal-hal yang Konstitusi”, Skripsi pada
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010,
berkaitan dengan revisi hal. 60-68
juga mengakui status hukum orang (khusus) dan aktual atau
asing dan orang tanpa setidak-tidaknya bersifat
kewarganegaraan yang secara sah potensial yang menurut
tinggal di wilayah tersebut.8 penalaran yang wajar dapat
Menimbang bahwa dipastikan akan terjadi;
berdasarkan ketentuan pasal 51 d. adanya hubungan sebab
ayat 1 PS dan sesuai dengan akibat (casual verband)
yurisprudensi Mahkamah antara kerugian dan
Konstitusi dalam putusannya no. berlakunya undang-undang
006/PUU-III/2005 dan no. yang dimohonkan untuk
010/PUU-III/2005, yang diuji; dan
memberikan pengertian dan e. adanya kemungkinan bahwa
pembatasan kerugian dengan dikabulkannya
konstitusional akibat permohonan, maka kerugian
pemberlakuan UU Pengertian dan konstitusional yang didalilkan
Pembatasan menurut pasal 51 (1) tidak akan atau tidak terjadi
KUH Perdata, harus dipenuhi lima lagi;9
syarat yaitu antara lain : 3) Bentuk Pengujian
a. adanya hak konstitusional Undang-Undang
pemohon yang diberikan oleh Seperti yang Anda
Undang-Undang Dasar 1945; ketahui, tinjauan hukum mencakup
b. bahwa hak konstitusional tinjauan formal dan tinjauan
pemohon tersebut dianggap material. Oleh karena itu, Pemohon
oleh pemohon telah dirugikan wajib menjelaskan secara jelas
oleh suatu undang-undang apakah permohonan tersebut
yang diuji; dimaksudkan untuk perubahan
c. bahwa kerugian formal atau perubahan substantif
konstitusional Pemohon yang UUD 1945. Mengesahkan
dimaksud bersifat spesifik undang-undang yang bertentangan
dengan ketentuan UUD 1945.
8
Majalah Konstitusi sebagaimana dikutip dalam Dalam hal ini, PMK menetapkan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
Putusan
9
Mahkamah Konstitusi tentang Pengujian UU Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI,
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Jakarta:
terhadap UUD, loc Cetakan Pertama, Agustus 2010, hal. 99
cit., hal. 441.
apa yang dimaksud dengan menginformasikan Mahkamah
pembentukan, yang meliputi Agung. Salinan permohonan dan
pembahasan, pengesahan, pemberitahuan tersebut harus
pengumuman, dan pelaksanaan. dikirimkan selambat-lambatnya 7
Implementasi ini justru menjadi (tujuh) hari kerja setelah
dasar keluarnya Perkara No. permohonan dimasukkan ke dalam
018/PUU-II/2004 terkait dengan BRPK. Pemberitahuan yang
revisi UU No. 45 Tahun 1999 disampaikan kepada Mahkamah
sebagaimana telah diubah dengan Agung disertai dengan
UU No. 5 Tahun 2000 tentang pemberitahuan tentang kewajiban
Pembentukan Provinsi. Jaya, Mahkamah Agung untuk
Irlandia Barat. Namun, penjabaran menghentikan pengujian peraturan
materi permohonan peninjauan berdasarkan undang-undang yang
kembali menyangkut substansi berlaku, jika undang-undang yang
muatan pasal, pasal, dan/atau bagian menjadi dasar perubahan peraturan
undang-undang yang bertentangan tersebut masih tertunda. akan
dengan UUD 1945.10 diadili di Mahkamah Konstitusi
sampai ada putusan Mahkamah
4) Kewajiban MK Menyampaikan
Konstitusi.
Salinan Permohonan kepada
Lembaga Negara Tertentu 4
Pasal 51 ayat (2) dan ayat (3) UU MK dan
Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 06/PMK/2005 Pasal 4 ayat(1),
Secara administratif, ayat (2), dan ayat (3)
permohonan dianggap diterima di
Mahkamah Konstitusi jika
didaftarkan. Mahkamah Konstitusi
yang mendaftarkan permohonan
wajib meneruskan salinannya
kepada DPR dan Presiden selaku
legislator. Selain itu, ia
berkewajiban untuk
10
Pasal 51 ayat (2) dan ayat (3) UU MK dan
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor
06/PMK/2005 Pasal 4 ayat(1), ayat (2), dan ayat
(3).
keterangan DPD.11 Contoh kasus

5) Hak MK untuk Meminta dimana pemerintah dan DPR

Keterangan dan/atau Risalah memberikan keterangan di

Rapat kepada Majelis pengadilan adalah Putusan Nomor

Permusyawaratan Rakyat 003/PUU-IV/2006 tentang

(MPR), Dewan Perwakilan Pengujian Undang-Undang

Rakyat (DPR), Dewan Pemberantasan Tindak Pidana

Perwakilan Daerah (DPD), Korupsi Nomor 31 Tahun 1999

dan/atau Presiden sebagaimana telah diubah dengan

Menurut ketentuan pasal Undang-Undang Nomor 20 Tahun

41(2) dan pasal 54 UU MK No. 24 2001 tentang Amandemen.

Tahun 2003, MK dapat meminta Undang-Undang Nomor 31 Tahun

keterangan kepada MPR, DPR, 1999 tentang Penghapusan Tindak

DPD, Presiden dan/atau Wakil Pidana Korupsi Tahun 1945.12

Presiden tentang permohonan 6) pembentukannya maka

peninjauan kembali. . hukum yang Mahkamah Konstitusi dapat

diperiksa oleh pengadilan. DPD mendengar dan/atau Materi

dapat menjadi pihak yang Putusan

berkepentingan dalam masalah Mahkamah Konstitusi

pengujian undang-undang 291 wajib menanggapi permintaan itu

Mahkamah Konstitusi harus menurut sistemnya sendiri. Pertama,

berkonsultasi dengan DPD yurisdiksi Mahkamah Konstitusi,

dan/atau meminta keterangan dari kemudian persyaratan kewenangan

DPD tentang undang-undang yang 11


Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah
Konstitusi tentang Pedoman Beracara dalam
sedang diuji dalam proses Perkara Pengujian
Undang-Undang, op cit., ps. 27 ayat (1) dan ayat
pembentukannya, termasuk DPD (2).
12
antara lain di Sementara itu Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
Perkara Pengujian UU Nomor 31 Tahun 1999
mengenai isi undang-undang yang tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
berkaitan dengan kepentingan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20
Tahun 2001 tentang
teritorial, sekalipun tidak Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
bersinggungan, DPD dalam tahap Terhadap UUD
pembentukan, sehingga Negara RI Tahun 1945, Nomor
003/PUU-III/2006. Keterangan Pemerintah
Mahkamah Konstitusi dapat diwakili oleh Menteri Hukum dan HAM Dr.
Hamid Awaludin, sedangkan DPR diwakili oleh
mengadili dan/atau meminta Nursyahbani Kantjasungkana.
hukum berdasarkan Pasal 51 UU berlaku di masa yang akan datang
MK, dan kemudian subjek (perspektif), artinya sampai
permohonan. Mengenai hak diputuskan bahwa undang-undang
Mahkamah Konstitusi tersebut di bertentangan dengan UUD 1945,
atas untuk meminta perubahan undang-undang yang diajukan
undang-undang, pada awalnya perubahannya adalah sah. Putusan
hanya berlaku untuk Mahkamah Konstitusi yang
undang-undang yang diadopsi mengabulkan permohonan revisi
setelah perubahan UUD 1945, yaitu undang-undang diteruskan ke DPR,
UUD 1945. setelah 19 Oktober DPD, presiden, dan Mahkamah
1999. Kemudian, dengan keputusan Agung. Bahkan diumumkan
Mahkamah Konstitusi tanggal 30 kepada publik dengan
Desember 2003, No. 004/PUU-I menerbitkannya di surat kabar dan
diakui /2003 Pasal 50 dicabut. majalah serta menerbitkannya di
Terakhir, Putusan MK No. situs web Mahkamah Konstitusi.
066/PUU-II/2004 tanggal 12 April www.mahkamahkonstitute.go.id
2005 menyatakan Pasal 50 UU MK agar lebih dikenal masyarakat.
tidak sesuai dengan UUD 1945 Terhadap isi pasal, pasal dan/atau
sehingga tidak mempunyai bagian undang-undang yang
kekuatan hukum mengikat. diminta dan ditolak oleh Mahkamah
Pengadilan memiliki hak untuk Konstitusi, tidak dapat dimintakan
meninjau undang-undang yang pengujian baru. Kecuali untuk
disajikan. permohonan yang tidak diterima
karena alasan yang timbul dari
7) Hal-hal Terkait dengan Putusan
persyaratan otoritas
Putusan Mahkamah
perundang-undangan, PMK tetap
Konstitusi tentang diterimanya
mengizinkan permohonan
permohonan perubahan
pemrosesan ulang atas materi yang
undang-undang harus diumumkan
ditolak berdasarkan persyaratan
di Majelis Nasional
konstitusionalitas yang mendasari
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
permohonan tersebut.
hari kerja setelah pengumuman
putusan dalam rapat umum. b. Sengketa Kewenangan Lembaga
Negara
Putusan Mahkamah Konstitusi
1) Objectum Litis lembaga negara yang
Kewenangan Mahkamah kewenangannya diberikan oleh
Konstitusi untuk menyelesaikan konstitusi pada tahun 1945.
sengketa konstitusionalitas Putusan Mahkamah Konstitusi
lembaga negara yang diberi No. 04/SKLN-III/2006
kewenangan oleh UUD, selain mengatakan bahwa meskipun
untuk merevisi undang-undang lembaga negara didirikan oleh
yang bertentangan dengan UUD 1945. UUD 1945, tetapi
UUD, pada hakikatnya jika kewenangan yang
merupakan kekuasaan dipersengketakan bukan
konstitusional yang diciptakan merupakan kewenangan yang
untuk melaksanakan ketentuan diberikan oleh UUD 1945, maka
UUD. . Ini karena dua sengketa tersebut bukan
pertanyaan konstitusionalitas kewenangan Mahkamah
ini. Fungsi Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa,
Konstitusi sebagai mahkamah mengadili, dan memutuskan.
konstitusi tercermin dalam (2) 2) Pihak-Pihak
dua kewenangan tersebut, yaitu: Dalam perebutan
(1) hak untuk menguji kekuasaan ini, Pemohon dapat
undang-undang merupakan instansi pemerintah
inkonstitusional; dan (2) yang diberi kewenangan oleh
kewenangan mengatur SKLN UUD 1945 dan Pemohon
yang kewenangannya bersumber berkepentingan langsung
dari UUD.13 dengan instansi tersebut. Oleh
karena itu, pemohon harus
Mahkamah Konstitusi
secara jelas menjelaskan dalam
adalah lembaga negara yang
aplikasinya :
memutuskan masalah konstitusi.
a. kepentingannya itu;
Perselisihan tentang kekuasaan
b. kewenangan yang
lembaga negara dengan
dipersengketakan;
demikian berarti pemegang
c. lembaga negara yang
kekuasaan yang timbul antara
menjadi Termohon;
13
Harjono, Transformasi Demokrasi, (Jakarta:
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah 3) Putusan
Konstitusi,
2009), hal. 140. Hukum Acara SKLN
mengenal beberapa jenis putusan Putusan sementara yang
berdasarkan tujuan dan penalaran, mewajibkan pemohon dan/atau
antara lain putusan pencabutan tergugat untuk menangguhkan
permohonan (keputusan), putusan sementara penggunaan
sela dan putusan akhir. Putusan kewenangan yang
pencabutan permohonan adalah dipersengketakan sampai
putusan Mahkamah Konstitusi putusan Mahkamah Konstitusi
yang dibuat jika pemohon diucapkan dapat dibuat atau
mengajukan permohonan kepada ditolak oleh Mahkamah
Mahkamah Konstitusi untuk Konstitusi setelah dilakukan
mencabut permohonannya pemeriksaan pendahuluan.
sebelum atau selama pemeriksaan Pelaksanaan kekuasaan yang
perkara. Putusan sela adalah dipersengketakan yang dimaksud
putusan yang dibuat oleh hakim di sini adalah kegiatan, dan
sebelum putusan akhir, di mana kegiatan khusus serta perbuatan
dilakukan atau tidak hukum yang merupakan
dilakukannya sesuatu terhadap pelaksanaan kekuasaan yang
objek sengketa (objectum litis), dipersengketakan. Perintah
yang hasilnya dipertimbangkan interim untuk sementara
dalam putusan akhir. Hukum menangguhkan pelaksanaan
acara SKLN mengatur ketentuan wewenang yang disengketakan
putusan sementara ini dalam dapat diberikan jika:
Pasal 12-13 Peraturan Mahkamah a. Terdapat kepentingan
Konstitusi Nomor 08/PMK/2006. hukum yang mendesak
Keputusan sementara dapat yang, apabila pokok
dibuat atas permintaan pemohon, permohonan dikabulkan,
dan menurut undang-undang juga dapat menimbulkan akibat
dapat dibuat atas inisiatif juri. hukum yang lebih serius;
Putusan sementara itu akan b. Kewenangan yang
diputuskan dalam rapat Majelis dipersoalkan itu bukan
Hakim dan dibacakan kepada merupakan pelaksanaan
umum dalam sidang terbuka.14 putusan pengadilan yang
telah mempunyai
14
Pasal 13 ayat (4) Peraturan Mahkamah
Konstitusi Nomor 08/PMK/2006.
kekuatan hukum tetap.15 hukum tersebut merupakan
Contoh putusan sela bagian dari naskah asli yang
dalam perkara SKLN ini bersifat rahasia dan disiapkan
misalnya, Putusan Sela oleh panitera sebelum mengambil
Mahkamah Konstitusi Nomor keputusan.18 Putusan akhir
068/SKLN-II/2004 tanggal 8 Mahkamah Konstitusi dalam
November 2004 yang diajukan perkara SKLN memiliki sifat atau
oleh DPD terhadap Presiden dan karakteristik yang sama dengan
DPR tentang pengangkatan putusan peradilan umum.
anggota BPK. Isi Putusan Sela Keputusan diambil berdasarkan
tersebut memerintahkan ketentuan UUD menurut
penghentian sementara ketentuan UUD 1945, menurut
pelaksanaan Keppres Nomor keyakinan hakim yang didukung
185/M Tahun 2004, harus sekurang-kurangnya 2 (dua) alat
dinyatakan tidak berlaku bukti 485 Putusan diambil dalam
lagi.Berbeda dengan putusan sela, sidang paripurna terbuka kepada
maka putusan akhir diambil umum dan dihadiri oleh
dalam Rapat Permusyawaratan sekurang-kurangnya 7 (tujuh)
Hakim (RPH) 16yang khusus orang hakim.19 Putusan tersebut
diadakan untuk itu dan dihadiri bersifat final dan mengikat bagi
oleh sekurang-kurangnya 7 Mahkamah Agung, meskipun
(tujuh) orang hakim.17 Dalam baik pemohon maupun tergugat
putusan akhir RPH, setiap hakim tidak dapat menjadi pihak dalam
harus memberikan pendapat sengketa kekuasaan tersebut. 20
hukum secara tertulis. Pendapat
B. Pembubaran Partai Politik
15
Pasal 13 ayat (5) Peraturan Mahkamah 1) Para Pihak dan Permohonan
Konstitusi Nomor 08/PMK/2006.
16
Dalam Hukum Acara Mahkamah Konstitusi,
Warga negara memiliki hak
RPH dapat digunakan untuk tujuan di luar konstitusional untuk
pengambilan putusan akhir, misalnya untuk
diskusi curah pendapat (brain storming) dan
perancangan (drafting) putusan setelah
18
musyawarah. RPH yang digunakan untuk tujuan Pasal 24 ayat (1) Peraturan Mahkamah
diskusi curah pendapat (brain storming) dan Konstitusi Nomor 08/PMK/2006.
19
perancangan (drafting) putusan setelah Pasal 24 ayat (2) Peraturan Mahkamah
musyawarah ini, tidak memerlukan persyaratan Konstitusi Nomor 08/PMK/2006.
20
kuorum. Lihat, Pasal 23 Peraturan Mahkamah Ketentuan tersebut telah dihapus dengan
Konstitusi Nomor 08/PMK/2006. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang
17
Pasal 24 ayat (1) Peraturan Mahkamah Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24
Konstitusi Nomor 08/PMK/2006. Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
berserikat,21termasuk membentuk permohonan tidak dapat dikabulkan,
partai politik. Pemerintah dalam hal ini permohonan ditolak, atau permohonan
pemerintah pusat dapat mengupayakan dikabulkan.22 Ini berarti bahwa menurut
pembubaran partai apabila ideologi, pasal 68, subyek dan obyek dari
asas, tujuan, program dan kegiatan pernyataan itu harus cocok. Isu tersebut
partai bertentangan dengan UUD terkait dengan calon yang dalam hal ini
1945. UU Peradilan mengatur bahwa harus mewakili pemerintah pusat.
pemerintah dalam hal ini pemerintah Sementara pokok perkara yang tertunda
pusat yang dianggap sebagai calon adalah pembubaran partai karena alasan
status hukum dalam hal pembubaran a) ideologi; b) prinsip; c) tujuan; d)
partai politik. Dalam konteks program; dan/atau (e) perbuatan yang
pertentangan antara partai dengan bertentangan dengan UUD 1945.
UUD, calon harus secara jelas dan Apabila pemohon dan subjek
rinci memaparkan ideologi, asas, permohonan memenuhi ketentuan UU
tujuan, program dan kegiatan yang MK, dan MK berpendapat bahwa
dianggap bertentangan dengan UUD permohonan tersebut beralasan, maka
1945. putusan menyatakan permohonan akan
Pihak-pihak yang dimohonkan diproses.23 Artinya, terbukti bahwa
pembubarannya oleh pemerintah ideologi, asas, tujuan, program atau
karena alasan keadilan prosedural kegiatan partai politik bertentangan
berhak mengetahui dan membela diri. dengan UUD 1945, dan diputuskan
Oleh karena itu, Mahkamah Konstitusi untuk membubarkan partai politik.
akan menyampaikan salinan Menurut PMK No. 12 Tahun 2008,
permohonan kepada partai politik yang pasal 10, ayat 1, jika permohonan
bersangkutan paling lambat 7 (tujuh) diterima, putusannya adalah sebagai
hari kerja setelah pendaftaran berikut:
permohonan di BRPK.
a. mengabulkan permohonan
2) Putusan
pemohon;
Putusan tersebut dapat berupa
b. menyatakan membubarkan dan
putusan yang menyatakan bahwa
membatalkan status badan
21
Pasal 28 UUD 1945 menyatakan, hukum partai politik yang
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
22
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan Pasal 70 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24
dan sebagainya ditetapkan dengan Tahun 2003.
23
undang-undang.” Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2003.
dimohonkan pembubaran; Konstitusi berpendapat bahwa
c. memerintahkan kepada permohonan tidak beralasan, amar
Pemerintah untuk : putusan menyatakan permohonan
1) mengeluarkan partai politik ditolak.27 Hal itu Artinya, tidak
yang dibubarkan dari daftar terbukti bahwa ideologi, asas, tujuan,
DPR paling lama 7 (tujuh) program atau kegiatan partai politik
hari kerja setelah menerima bertentangan dengan UUD 1945.
putusan pengadilan; Putusan Mahkamah Konstitusi
2) mengumumkan putusan diteruskan kepada partai politik yang
pengadilan dalam surat kabar bersangkutan.28 Selain itu, ketentuan
resmi Republik Indonesia Pasal 11 PMK Nomor 12 Tahun 2008
paling lama 14 (empat belas) menyatakan bahwa putusan tersebut
hari setelah putusan diterima. juga disampaikan kepada Pemerintah
sebagai Pemohon, Termohon, KPU,
Oleh karena itu, apabila
DPR, MA, Polri, dan Kejaksaan
permohonan pembubaran partai politik
Agung
diputuskan akan dikabulkan, maka
dilakukan dengan membatalkan
pendaftaran majelis yang berkuasa,
yang berarti membatalkan status badan
hukum partai politik.24 Putusan
3) Pengumuman dan Pelaksanaan
tersebut diumumkan oleh pemerintah
Putusan
dalam Berita Negara Republik
Untuk mengumumkan dan
Indonesia dalam jangka waktu 14 hari
melaksanakan putusan tersebut, MK
25
sejak putusan diterima. Mengingat
menyampaikan putusan pembubaran
Kementerian Hukum dan Hak Asasi
partai politik kepada partai politik yang
Manusia mengurus pendaftaran partai
bersangkutan, dan pemerintah
politik, maka eksekusi putusan
mengumumkannya dalam Berita Negara
Mahkamah Konstitusi berupa
selambat-lambatnya 14 (empat belas)
pembatalan pendaftaran partai
hari setelah putusan diterima MK.
26
politik. Apabila Mahkamah
Selain itu, pemerintah wajib

24
Pasal 73 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24
27
Tahun 2003. Pasal 70 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24
25
Pasal 73 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003.
28
Tahun 2003. Pasal 72 Undang-Undang Nomor 24 Tahun
26
Maruarar Siahaan, op. cit., hal. 201-202. 2003.
membatalkan pendaftaran partai politik penyelenggaraan Pemilu; dan
tersebut. d. Perselisihan hasil Pemilu

c. Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Pelanggaran pemilu ditangani


Stephen A. Siegel mencatat melalui acara pidana dan hukum acara
bahwa masalah penghitungan suara pidana. Padahal, seperti dikatakan
dalam pemilu adalah praktik tertua Topo Santoso, belum ada pemahaman
negara-bangsa, di antara banyak yang jelas dalam peraturan
masalah hukum tata negara tertua perundang-undangan yang mengatur
lainnya.29 Perselisihan hasil pemilihan tentang tindak pidana pemilu. 30 Badan
anggota parlemen (PHPU) berdasarkan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan
ketentuan UU MK meliputi PHPU Badan Pengawas Pemilu (Panwaslu)
konstitusional dan sengketa Presiden bertindak sebagai pihak yang
dan Wakil Presiden. Berdasarkan UU mengumpulkan bukti tindak pidana
Penyelenggara Pemilu Tahun 2007 No. pemilu, yang kemudian diteruskan ke
22, ditegaskan bahwa “pemilihan kepolisian.31 Jika polisi menemukan
kepala daerah dan wakil kepala daerah cukup bukti, kasus akan diserahkan ke
adalah pemilihan kepala daerah dan penuntut umum. Serupa dengan kasus
wakil kepala daerah yang dipilih secara pidana lainnya, kasus tersebut
langsung dalam Pancasila Negara dilimpahkan ke pengadilan melalui
Republik Indonesia dan kejaksaan. Mengenai penyimpangan
Undang-Undang Dasar Negara dalam penyelenggaraan pemilu, akan
Republik Indonesia Tahun 1945”. dilaporkan kepada KPU/KPUD
Masalah kepemiluan Indonesia pada dengan menggunakan informasi dari
dasarnya juga meliputi beberapa Bawaslu dan/atau Panwaslu. Dalam
masalah, yaitu: hal ini, Bawaslu dan Panwaslu hanya
bertugas mengumpulkan informasi
a. Tindak pidana Pemilu;
terkait pelanggaran administratif.
b. Pelanggaran administrasi
Sengketa yang timbul dari pelaksanaan
Pemilu;
pemilu akan dirujuk ke Bawaslu dan
c. Sengketa yang timbul dalam
Panwaslu. Masalah hukum ini
29 30
Stephen A. Siegel, The Conscientious Topo santoso, Tindak Pidana Pemilu, (Jakarta:
Congressman’s Guide to The Electoral Count Act PT. Sinar Grafika, 2006), hal. 1
31
of 1887, Florida Bandingkan dengan Tim Peneliti Perludem,
Law Review, July, 2004, Efektivitas Panwas: Evaluasi Pengawasan Pemilu
www.ssrn.com/abstract=1265227. Diunduh pada 2004,
Senin, 26 April 2010, pukul 21.00 WIB, hal. 1. (Jakarta: Perludem, 2006), hal. 47.
satu-satunya yang harus diselesaikan petisi. 33 Dalam Keputusan No.
Bawaslu dan Panwaslu. Namun karena 029/PHPU.A-II/2004 Demikian
lembaga Bawaslu dan Panwaslu bukan putusannya. PHPU pertama belum
merupakan badan hukum, banyak memperjelas kedudukan hukum para
pihak yang bersengketa seringkali Pemohon.
tidak menaati keputusannya. Sengketa Terkait status hukum, MK hanya
hasil pemilu diselesaikan di menyatakan bahwa "Pemohon berhak
Mahkamah Konstitusi sesuai dengan mendapatkan bantuan sesuai dengan
UUD 1945. Hal itu diatur dalam Pasal pasal 74 ayat 1 huruf a UU MK"
24C UUD 1945 jo Pasal 10 UU MK Sehingga pada awalnya putusan PHPU
No 24 Tahun 2003. tersebut tidak memuat penjelasan yang
jelas tentang kedudukannya. Adanya
ketentuan Pasal 74 ayat 1 UU MK
1) Pemohon, Materi Permohonan dan
menyebabkan putusan MK terhadap
Tenggang Waktu Pengajuan
PHU mempertimbangkan aspek-aspek
Terhadap para Pemohon dalam
yang memperjelas status hukum
sidang Mahkamah Konstitusi (tidak
pemohon. Dengan merumuskan
hanya PHPU), tidak semua orang
kedudukan hukum para pemohon dalam
dan/atau kelompok dan instansi
putusannya, para pihak dapat melihat
pemerintah tertentu dapat menyatakan
dengan jelas apakah alasan-alasan
diri sebagai Pemohon. Menurut
Mahkamah Konstitusi menerima
Maruarar Siahaani, seseorang dan/atau
kedudukan hukum para pemohon atau
kelompok atau lembaga pemerintah
tidak.
tertentu dapat menjadi pemohon jika
Dalam sengketa hasil pemilu,
memiliki kepentingan yang sah untuk
Mahkamah mengambil landasan hukum
itu.32 Permintaan itu pasti ada
dari Pasal 22E, Pasal 3 UUD 1945 dan
alasannya. Alasan ini biasanya disebut
Pasal 7 UU No. 10 Tahun 2008 tentang
otoritas hukum. Maruarar Siahaan
Pemilihan Anggota DPR, DPD, dan
menyebut banyak ungkapan yang
DPRD, dimana menetapkan bahwa
memiliki kesamaan makna dengan
menurut ketentuan ini peserta pemilu
status hukum, seperti personae standi in
adalah partai politik. Mahkamah
judicio, pengajuan gugatan dan hak
Konstitusi kemudian menjelaskan
hukum atau pengajuan gugatan atau
melalui Pasal 3 (1) (b) PMK No. 16
32 33
Maruarar Siahaan, op.cit. 5, hlm. 79. Ibid.
Tahun 2009 bahwa pihak yang dipulihkan.34
menggugat hasil pemilu anggota DPR
adalah partai peserta pemilu. Mengenai adanya kepentingan
Kedudukan para pihak untuk penggugat yang dirugikan dalam PHU,
memperjuangkan haknya dikenal juga dengan kepentingan
(handelingsbekwaamheid) penting penggugat yang dirugikan dalam
dalam menentukan status hukumnya. konsep hukum acara tata usaha negara.
Pihak yang tidak berkepentingan dalam Dalam konteks “kepentingan yang
sengketa (personae miserabiles) dirugikan”, Indroharto menjelaskan
dianggap tidak berhak dalam bahwa “kepentingan” adalah sesuatu
berperkara. Lebih lanjut Maruarar yang bernilai, baik berwujud maupun
menjelaskan bahwa di Amerika, konsep tidak berwujud, milik seseorang atau
keadilan memiliki tiga syarat yang harus organisasi yang harus dilindungi
dipenuhi agar sebuah petisi memiliki undang-undang. Menurut Indroharto,
nilai hukum. Ketiga syarat tersebut kepentingan tersebut juga harus
adalah; bersifat pribadi dan personal bagi
a. Terganggunya kepentingan pemiliknya, dan nilainya dapat
pemohon yang dilindungi ditentukan secara objektif.35
undang-undang akan
mengakibatkan kerugian yang 2) KPU sebagai Termohon
mempunyai 2 (dua) ciri, yaitu; KPU yang hasil kerjanya digugat di
penyebab kerusakan yang Mahkamah Konstitusi sangat tertarik
spesifik (konkret) dan aktual dengan permintaan ini. Dengan demikian,
(tidak mungkin); dalam praktiknya, KPU berstatus sebagai
b. Adanya hubungan kausal atau tergugat, yang wajib diberitahukan
keterkaitan antara kerugian permohonannya dengan menyampaikan
dengan berlakunya salinan permohonan dan diberi
undang-undang (mengacu pada kesempatan untuk didengar di sidang
konstitusionalitas Mahkamah Konstitusi. Salinan
undang-undang); permohonan harus dikirimkan dalam
c. Ada kemungkinan bahwa
dengan membuat keputusan 34
Ibid, hlm. 80.
35
Adriaan W. Bedner, Peradilan Tata Usaha
yang diharapkan, kerugian Negara di Indonesia, (Jakarta: HuMa, Van
Vollenhoven Institutte, KITLV-Jakarta, 2010),
dapat dihindari atau hal. 111.
waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak berpendapat bahwa dan/atau Wakil
pendaftaran permohonan. Presiden tidak menanggapi permintaan
Presiden dan/atau Wakil Presiden, DPR

3) Putusan dapat mengusulkan kepada MPR untuk

Terhadap permohonan yang tidak memanggil kembali Presiden dan/atau

memenuhi persyaratan kewenangan Wakil Presiden. Usulan ini bisa diajukan

hukum dan kejelasan substantif yang ke MPR setelah DPR terlebih dahulu

ditentukan dalam pasal 74 sub bagian 1–3 meminta MK untuk menyelidiki,

dan pasal 5 UU MK. mengadili, dan memutus perkara

Apabila alasan-alasan permohonan tersebut, dan tentunya setelah MK

terbukti sah dan meyakinkan, MK mengambil keputusan.

memutuskan mengabulkan permohonan Sejalan dengan apa yang telah

tersebut dengan menyatakan membatalkan diuraikan tersebut di atas, berdasarkan

penghitungan suara yang telah diumumkan Pasal 80 ayat (1) dan (2) UU MK,

oleh KPU dan menetapkan penghitungan maka pemohon dalam perkara ini

suara yang benar sesuai rencana pemohon. adalah DPR dan materi

Sebaliknya, jika tidak ada alasan untuk permohonannya adalah dugaan:

membuktikannya, Mahkamah Konstitusi (a) Presiden dan/atau wakil presiden

mengumumkan keputusan untuk menolak telah melakukan pelanggaran

permohonan pemohon. hukum berupa pengkhianatan


terhadap negara, korupsi,
d. Pendapat DPR Mengenai penyuapan, tindak pidana berat
Pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden lainnya, atau perbuatan tercela;

1) Pemohon dan Materi Permohonan dan/atau

Salah satu tugas DPR (b) Presiden dan/atau wakil presiden

berdasarkan UUD 1945 adalah fungsi tidak lagi memenuhi syarat sebagai

pengawasan. Apabila DPR dalam Presiden dan/atau Wakil Presiden

menjalankan fungsi pengawasannya berdasarkan UUD 1945 Pengajuan

menemukan bahwa Presiden dan/atau permohonan dalam perkara ini ke

Wakil Presiden telah melakukan MK harus disertai:

pelanggaran hukum terhadap negara 1) Keputusan DPR tentang hal

berupa makar, korupsi, penyuapan, itu;

kejahatan berat lainnya atau perbuatan 2) Proses pengambilan

yang memalukan, dan/atau Presiden keputusannya;


3) Risalah dan/atau Berita Acara diambil dengan suara terbanyak
rapat DPR; (voting). Namun, jika suara tidak
4) Bukti-bukti. memperoleh mayoritas,
keputusan akan diputuskan oleh
Proses pengambilan keputusan suara terakhir presiden sidang
berdasarkan Pasal 7B (3) UUD 1945 paripurna Mahkamah Konstitusi,
permohonan tersebut harus didukung setelah keputusan hasil pemilu
oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah akan dibacakan dalam rapat. yang
anggota DPR yang mengikuti rapat terbuka untuk umum, yang
paripurna yang hadir pada paling keputusannya berdasarkan
sedikit. 2 orang. /3 (dua pertiga) ketentuan pasal 13 PMK Tahun
anggota DPR. 2008, dibaca dengan ketentuan
Salinan permohonan yang PMK Tahun 2009 pasal 16 dan
bersangkutan harus disampaikan PMK No. 17 tahun 2009,
kepada Presiden selambat-lambatnya 7 berbunyi sebagai berikut:
(tujuh) hari kerja setelah pendaftaran. a. Permohonan tidak dapat
2) Putusan diterima (niet otvankelijk
a) Putusan dan Hal-hal yang verklaard) apabila
Mempengaruhi pemohon dan atau
permohonan tidak
Untuk mengambil
memenuhi syarat;
keputusan, Mahkamah Konstitusi
b. Permohonan dikabulkan
terlebih dahulu
apabila permohonan
menyelenggarakan RPH (Rapat
terbukti beralasan dan
Permusyawaratan
selanjutnya Mahkamah
Permusyawaratan). Rapat
membatalkan (void an
diadakan setelah pemeriksaan
initio) hasil penghitungan
pura-pura dianggap cukup. Harus
suara oleh KPU, serta
ada sekurang-kurangnya 7 (tujuh)
menetapkan hasil
hakim konstitusi di RPH yang
penghitungan suara yang
pertama kali mendengar hasil
benar;
rapat dewan juri. Jika dalam
c. Permohonan ditolak
perundingan penyelesaian tidak
apabila permohonan
tercapai kata sepakat, keputusan
terbukti tidak beralasan. keputusan yang dibuat dalam
bentuk perjanjian membebankan
Namun, jika pemohon
kewajiban hukum kepada para
mencabut permohonannya di
pihak. Dalam perkara PHPU,
persidangan (Pasal 35 UU MK),
Mahkamah Konstitusi juga dapat
pengadilan akan mengeluarkan
memutuskan bahwa tergugat
putusan. Putusan adalah
(KPU) melakukan penghitungan
perbuatan peradilan di luar
ulang dan/atau pemungutan suara
putusan, serta menetapkan
(pemilihan). Dalam hal-hal
tanggal sidang dan hal-hal lain di
tertentu, putusan Mahkamah
luar putusan (judgment).
Konstitusi juga dapat berbentuk
Pencabutan permohonan
putusan konstitusional, dalam hal
pemohon berarti permohonan
mana putusan Mahkamah
yang sama tidak dapat diajukan
Konstitusi dapat menimbulkan
kembali [PS pasal 35 (2)] Putusan
situasi hukum baru. Biasanya,
Mahkamah Konstitusi bersifat
dalam putusan PHPU, hasil
final, meskipun tidak diketahui
penghitungan suara ditentukan
ada upaya untuk membatalkan
berdasarkan fakta yang
putusan PS. Pengadilan dalam
ditetapkan Mahkamah Konstitusi
masalah PHPU. Upaya
di pengadilan. Sehingga jika
menggugat putusan Mahkamah
Mahkamah Konstitusi
Konstitusi (verzet), putusan yang
memutuskan untuk mengubah
dilakukan di luar tanggal sidang,
hasil pemilu menurut perhitungan
putusan mencabut permohonan,
Mahkamah Konstitusi, maka
putusan pengadilan yang tidak
timbul situasi hukum baru dengan
memiliki yurisdiksi dan putusan
keputusan tersebut. Putusan
lain yang tidak dikenal dalam
Mahkamah Konstitusi mengubah
sengketa MK. pengadilan.
peraturan KPU yang menetapkan
Pengadilan dalam kasus PHPU.
pemungutan suara bagi orang
Putusan MK dalam
yang berhak mendapat kursi.
perkara PHPU dan putusan
b) Pelaksanaan Putusan
pengadilan perdata dapat bersifat
Mahkamah Konstitusi
deklaratif dan konstitutif. 36 Suatu
yang telah mengambil
36
Soehino, Asas-asas Hukum Tata Usaha Negara, (Yogyakarta : Penerbit Liberty, 2000), hal. 45.
keputusan atas pendapat DPR
meneruskannya kepada DPR KESIMPULAN
dan Presiden dan/atau Wakil Untuk menjamin dan
Presiden. Apabila putusan memelihara kedaulatan konstitusional,
Mahkamah Konstitusi demokrasi, keadilan dan hak
menyatakan bahwa sikap DPR konstitusional warga negara, konstitusi
terbukti dan dengan demikian (1945) memberi MK empat kekuasaan
sikap DPR dibenarkan, maka dan satu tugas konstitusional.
DPR akan meninggalkan Pemenuhan kewenangan dan tugas
salinan putusan dengan tujuan konstitusional tersebut memerlukan
mengirimkan mosi hukum acara yang mengatur tata cara
pemberhentian presiden setelah atau tata tertib Mahkamah Konstitusi.
sidang paripurna. pertemuan. Hukum yang berkembang di
sidang dan/atau Wakil Presiden masyarakat menuntut Mahkamah
MPR. Konstitusi untuk mengontrol
perkembangan hukum tersebut,
MPR wajib mengadakan
termasuk hukum acara. Perkembangan
rapat untuk memutuskan usul
hukum acara MK dalam praktiknya
DPR paling lambat 30 hari
menuntut ijtihad hakim konstitusi
setelah usul diterima.
untuk menemukan undang-undang
Keputusan pemberhentian
baru guna melindungi kedaulatan
Presiden dan/atau Wakil
konstitusi, demokrasi, keadilan, dan
Presiden harus diambil dalam
hak konstitusional warga negara.
rapat umum MPR yang dihadiri
Hukum acara Mahkamah Konstitusi
oleh ¾ (tiga perempat) dari
adalah hukum formil yang bertugas
seluruh anggota dan 2/3 (dua
melaksanakan hukum materiil itu,
pertiga) dari jumlah anggota
yang merupakan bagian dari hukum
yang hadir. . Keputusan
tata negara yang berada di bawah
tersebut diambil setelah
Mahkamah Konstitusi. Hak acara
Presiden dan/atau Wakil
Mahkamah Konstitusi dimaksudkan
Presiden diberi kesempatan
sebagai hak acara yang berlaku umum
untuk menyampaikan
terhadap hal-hal yang menjadi
penjelasannya dalam rapat
kewenangan Mahkamah Konstitusi,
paripurna tersebut.
dan sebagai hak acara yang berlaku
khusus untuk masing-masing hukum acara, dan pengembangannya
kompetensi tersebut. Keberadaan untuk menjamin perlindungan hukum
Mahkamah Konstitusi dengan di Indonesia.
kewenangannya menegaskan perlunya
suatu undang-undang baru, yaitu
Progresif, Sebuah Sintesa Hukum
Indonesia. Cet. I,
Yogyakarta: Genta
DAFTAR PUSTAKA
Publishing.
Adji, Oemar Seno. 1985. Peradilan Siahaan, Maruarar. 2006. Hukum
Bebas Negara Hukum. Erlangga Acara Mahkamah Konstitusi
Cetakan Kedua. Republik Indonesia,
Jakarta. Sekretariat Jenderal dan
Hartono, Sunaryanti. 1976. Apakah Kepaniteraan Mahkamah
The Rule of Law Itu? Konstitusi RI, Jakarta.
Alumni Cetakan Ketiga, ---------. 2009. Hukum dan
Bandung. Perubahan Sosial, Suatu
Lotulung, Paulus Effendi. 1994. Tinjauan Teoritis
“Yurisprudensi Dalam
Presprektif Pengembangan Serta
Pengalaman-Pengalaman di
Hukum Administrasi Negara
Indonesia, Yogyakarta:
di Indonesia.” Pidato
Genta Publishing.
Pengukuhan Diucapkan
---------, 1987. Prosedur Dan Sistim
Pada Upacara Penerimaari
Perubahan Konstitusi,
Jabatan Sebagai Guru Besar
Alumni, Bandung, Cetakan
Ilmu Hukum Administrasi
Keempat.
Negara Pada Fakultas
Sumadi, Ahmad Fadiil. 2011.
Hukum, Universitas Pakuan
Hukum Acara
Bogor, 24 September 1994.
Mahkamah Konstitusi
Manan, Bagir. 1995. “Kekuasaan
Dalam Teori dan
Kehakiman Republik Praktik, Jurnal
Indonesia”. LPPM Maruarar Siahaan, Hukum Acara
Universitas Islam Bandung, Mahkamah Konstitusi
Bandung. Republik Indonesia,
Mertokusumo, Sudikno dan A. Pitlo. (Jakarta: Sekretariat
1993. Bab-bab Tentang Jenderal dan
Penemuan Hukum. Citra Kepaniteraan MK RI,
Aditya Bakti, Cetakan 2006),
Pertama. Maruarar Siahaan,
MD., Moh. Mahfud. 1993. Demokrasi Undang-Undang Dasar
Dan Konstitusi Di 1945 Konstitusi yang
Indonesia. Liberty. Edisi Hidup, (Jakarta:
Pertama, Cetakan Pertama, Sekretariat Jenderal dan
Yogyakarta. Kepaniteraan
Soemantri, M. Sri. 2009. Hak Menguji Mahkamah Konstitusi,
Material”. Alumni, Cetakan Kedua, 2008.
Bandung Rahardjo, Satjipto. Hukum
C. Staynnes, “Perlindungan Hak
Asasi Orang Asing
dalam Konstitusi:
Analisis Kedudukan
Hukum Orang Asing
dalam Permohonan
Pengujian
Undang-Undang di
Mahkamah Konstitusi”,
Skripsi pada Fakultas
Hukum Universitas
Indonesia, 2010
Harjono, Konstitusi sebagai
Rumah Bangsa
Pemikiran Hukum Dr.
Harjono,
S.H., M.C.L Wakil Ketua MK,
(Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan
Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi,
2008)
Harjono, Transformasi Demokrasi,
(Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan
Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi,
2009)
Topo santoso, Tindak Pidana
Pemilu, (Jakarta: PT.
Sinar Grafika, 2006
Adriaan W. Bedner, Peradilan Tata
Usaha Negara di
Indonesia, Jakarta:
HuMa, Van Vollenhoven
Institutte,
KITLV-Jakarta, 2010.
Soehino, Asas-asas Hukum Tata
Usaha Negara,
(Yogyakarta : Penerbit
Liberty, 2000

Anda mungkin juga menyukai