DISUSUN OLEH
NURYONO
DEDI HADIANTONO
MEMET SADIKIN
DIMAS PAMUNGKAS
NI LOH SARIASIH
KHARDIANSYAH
UNIVERSITAS SAMAWA
PENDAHULUAN
Dasar peradilan dalam UUD 1945 dapat ditemukan dalam pasal 24 yang
menyebutkan:
(1) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman
menurut undang-undang.
(2) Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang.
Sebagai pelaksanaan Pasal 24 UUD 1945, dikeluarkanlah Undang-undang Nomor 14 Tahun Tahun
1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Dalam Pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan:
a. Peradilan Umum;
b. Peradilan Agama;
c. Peradilan Militer;
d. Peradilan Tata Usaha Negara.
c. Peradilan Umum, melaui Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Melihat betapa pentingnya peran Peradilan Tata Usaha negara dalam menciptakan
Negara Indonesi ayang adil dan sejahtera, pemakalah tertarik untuk membahas lebih dalam
mengenai Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia dengan membuat makalah yang berjudul:
“Peradilan Tata Usaha Negara”
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai salah satu badan peradilan khusus yang
berada di bawah Mahkamah Agung, berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana di ubah dengan Undang-undang nomor 9 tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara dalam Pasal 47 mengatur tentang kompetensi PTUN dalam sistem peradilan di Indonesia
yaitu bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha
negara.
Kewenangan Pengadilan untuk menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan
perkara yang diajukan kepadanya yang dikenal dengan kompetensi atau kewenangan mengadili.
Peradilan Tata Usaha Negara akan menyelesaikan sengketa yang terjadi di dalam lingkungan
administrasi itu sendiri.
Untuk itu, pemakalah akan menguraikan mengenai kewenangan pengadilan Tata
Usaha Negara dan Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara.
Secara ringkas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah, sebagai berikut:
PEMBAHASAN
1. Kebenaran di dalam menentukan norma-norma hukum yang berlaku agar sesuai dengan
rasa kebenaran yang hidup dalam masyarakat.
Demikian empat kebenaran yang harus diperhatikan dalam rangka mencapai keadilan.
Prof. Ir. S. Prajudi Atmosudirdjo, SH, mengatakan bahwa tujuan daripada Peradilan
Tata Usaha Negara adalah untuk mengenbangkan dan memelihara Administrasi Negara yang
tepat menurut hukum (rechtmating) atau tepat menurut undang-undang (wetmatig).
Pemakalah sendiri berpendapat bahwa Peradilan Tata Usaha Negara dibentuk untuk
menyelesaikan sengketa yang timbul antara Badan/Pejabat Tata Usaha Negara dengan warga
masyarakat oleh akibat pelaksanaan atau penggunaan wewenang pemerintah yang dilakukan
oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang menimbulkan benturan kepentingan,
perselisihan, atau sengketa dengan warga masyarakat.
Ciri khas hukum acara Peradilan tata usaha negara terletak pada asas-asas hukum
yang melandasinya. Satjipto Rahardjo berpendapat bahwa barangkali tidak berlebihan apabila
dikatakan, bahwa asas hukum ini merupakan jantungnya peraturan hukum. Kita menyebutnya
demikian oleh karena; pertama, ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu
peraturan hukum, bahwa peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan
kepada asas-asas tersebut. Kecuali disebut landasan, asas hukum ini layak disebut sebagai
alasan lahirnya peraturan hukum, atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum.
Selanjutnya Satjipto Rahardjo menambahkan bahwa dengan adanya asas hukum, hukum itu
bukan sekedar kumpulan peraturan-peraturan, maka hal itu disebabkan oleh karena asas itu
mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis.
Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Bruggink memberikan definisi asas hukum
adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat di dalam dan di belakang sistem hukum masing-
masing dirumuskan dalam aturan-aturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim,
yang berkenaan dengannya ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individual dapat
dipandang sebagai penjabarannya.
Dengan didasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka secara garis
besarnya kita dapat menggali beberapa asas hukum yang terdapat dalam Hukum Acara
Peradilan tata Usaha Negara:
1. Asas Praduga rechtmatig. (Pasal 67 ayat (1) UU PTUN)
2. Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan keputusan tata usaha
negara (KTUN) yang dipersengketakan. (Pasal 67 ayat 1 dan ayat 4 huruf a)
4. Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka (Pasal 24 UUD 1945 jo Pasal 4
UU 14/1970)
5. Asas peradilan dilakukan dengan sederahana, cepat, dan biaya ringan (Pasal 4 UU 14/
1970)
6. Asas hakim aktif. Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap pokok sengketa hakim
mengadakan rapat permusyawaratan untuk menetapkan apakah gugatan dinyatakan
tidak diterima atau tidak berdasar yang dilengakapi dengan pertimbangan-pertimbangan
(Pasal 62 UU PTUN), dan pemeriksaan persiapan untuk mengetahui apakah gugatan
penggugat kurang jelas, sehingga penggugat perlu untuk melengkapinya (Pasal 63 UU
PTUN). Dengan demikian asas ini memberikan peran kepada hakim dalam proses
persidangan guna memperoleh suatu kebenaran materil dan untuk itu UU PTUN
mengarah kepada pembuktian bebas .Bahkan, jika dianggap perlu untuk mengatasi
kesulitan penggugat memperoleh informasi atau data yang diperlukan, maka hakim dapat
memerintahkan badan atau pejatan TUN sebagai pihak tergugat itu untuk memberikan
informasi atau yang diperlukan itu (Pasal 85 UU PTUN).
7. Asas sidang terbuka untuk umum. (Pasal 17 dan Pasal 18 UU 14/1970 jo Pasal 70 UU
PTUN).
8. Asas peradilan berjenjang. Jenjang peradilan dimulai dari tingkat yang terbawah yaitu
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), kemudian Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
(PT TUN), dan puncaknya adalah Mahkamah Agung (MA). Dengan dianutnya asas ini,
maka kesalahan dalam keputusan pengadilan yang lebih rendah dapat dikoreksi oleh
Pengadilan yang lebih tinggi. Terhadap putusan yang belum mempunyai kekuatan hukum
tetap dapat diajukan upaya hukum banding kepada PT TUN dan kasasi kepada MA.
Sedangkan terhadap putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat
diajukan upaya hukum permohonan peninjuan kembali kepada MA.
9. Asas pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan. (Pasal 78 dan pasal
79 UU PTUN).
a. Kompetensi Relatif
Kompetensi relatif suatu badan pengadilan ditentukan oleh batas daerah hukum
yang menjadi kewenangannya. Suatu badan pengadilan dinyatakan berwenang untuk
memeriksa suatu sengketa apabila salah satu pihak sedang bersengketa (Penggugat/Tergugat)
berkediaman di salah satu daerah hukum yang menjadi wilayah hukum pengadilan itu.
Pengaturan kompetensi relatif peradilan tata usaha negara terdapat dalam Pasal 6 dan Pasal
54 :
2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di ibukota Provinsi dan daerah
hukumnya meliputi wilayah Provinsi.
Untuk saat sekarang PTUN masih terbatas sebanyak 26 dan Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara (PT.TUN) ada 4 yaitu PT.TUN Medan, Jakarta, Surabaya dan Makasar di seluruh
wilayah Indonesia, sehingga PTUN wilayah hukumnya meliputi beberapa kabupaten dan kota.
Seperti PTUN Medan wilayah hukumnya meliputi wilayah provinsi Sumatera Utara dan PT.TUN
wilayah hukumnya meliputi provinsi-provinsi yang ada di Sumatera.
Adapun kompetensi yang berkaitan dengan tempat kedudukan atau tempat kediaman para
pihak, yakni pihak Penggugat dan Tergugat.
Dalam Pasal 54 UU No. 5 Tahun 1986 UU No. 9 Tahun 2004 menyebutkan gugatan
dapat diajukan kepada PTUN tempat kedudukan (domisili) tergugat. Apabila tergugatnya lebih
dari satu, maka gugatan dapat diajukan keapda PTUN dari tempat kedudukan salah satu
tergugat. Gugatan juga dapat diajukan melalui PTUN tempat kedudukan penggugat untuk
diteruskan kepada PTUN tempat kedudukan (domisili) dari tergugat. PTUN Jakarta, apabila
penggugat dan tergugat berdomisili di laur negri. Sedangkan apabila tergugat berkedudukan di
dalam negeri, maka gugatan dapat diajukan kepada PTUN tempat kedudukan tergugat.
b. Kompetensi Absolut
Kompetensi absolut berkaitan dengan kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara
untuk mengadili suatu perkara menurut obyek, materi atau pokok sengketa. Kompetensi
absolut PTUN adalah sengketa tata usaha negara yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara
antara orang atau Badan Hukum Perdata dengan Badan atau Pejabat tata usaha negara, baik di
pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan tata usaha negara,
termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Pasal 1 angka 4 UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004).
Adapun yang menjadi pangkal sengketa TUN adalah akibat dari dikeluarkannya KTUN.
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU PTUN yang dimaksud dengan KTUN adalah: “Suatu penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan
hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang bersifat konkret, individual, final, yang menimbulkan akibat hukum bagi Seseorang atau
Badan Hukum Perdata.
1) Obyek Sengketa
Obyek sengketa di PTUN adalah Keputusan tata usaha negara sebagaimana dimaksud
Pasal 1 angka 3 dan Keputusan fiktif negatif berdasarkan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986 jo UU
No. 9 Tahun 2004.
.
2) Subyek Sengketa
a. Penggugat
Penggugat adalah seseorang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingan dirugikan oleh suatu keputusan tata usaha negara dapat mengajukan gugatan
tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tata usaha negaratutan agar
Keputusan tata usaha negara yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak sah dengan
atau disertai tata usaha Negara ganti rugi dan rehabilitasi. (Pasal 53 ayat (1) UU No. 5 Tahun
1986 jo UU No. 9 Tahun 2004).
Alasan mengajukan gugatan menurut Pasal 53 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1986 UU
No. 9 Tahun 2004 adalah :
Keputusan tata usaha negara tersebut bertentangan dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
Badan atau pejabat tata usaha Negara pada waktu mengeluarkan keputusan
sebagaiaman dimaksud dalam ayat (1) telah menggunakan wewenagnya untuk tujuan
lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut.
Badan atau pejabat tata usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah
mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu
seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan
tersebut.
b. Tergugat
Dengan demikian upaya administatif itu merupakan prosedur yang digunakan dalam suatu
peraturan perundang-undangan untuk menyelesaiakan sengketa TUN yang dilakssanakan di
lingkungan pemerintah sendiri (bukan oleh peradilan yang bebas).yang terdiri dari prosedur
keberatan dan prosedur banding administratif.
Dalam Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 disebutkan bahwa gugatan
dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari terhitung sejak saat
diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat tata usaha negara yang
digugat.
Tenggang waktu untuk mengajukan gugatan 90 hari tersebut dihitung secara bervarisasi:
a. Sejak hari diterimanya KTUN yang digugat itu memuat nama penggugat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Indonesia sebagai Negara Hukum, menjamin hak Asasi Manusia tiap-tiap penduduknya.
termasuk dalam hal administrasi Negara. Pemerintah sebagai aparat yang melaksanakan
kegiatan administrasi di Negara ini, tidak menutup kemungkinan untuk melakukan
penyelewengan-penyelewengan kekuasaan, sehingga merugikan masyarakat Indonsia.
Untuk itu, Pemerintah berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 jo UU No. 9
Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berdasarkan Pasal 144 diberikan
perlindungan hukum terhadap warga masyarakat atas perbuatan yang dilakukan oleh
penguasa.
2. Sengketa tata usaha Negara yang terjadi di lingkungan administrasi, baik itu sengketa
intern, yang menyangkut persoalan kewenangan pejabat TUN yang disengketakan dalam
satu departemen atau suatu departemen dengan departemen yang lain dan sengketa
ekstern yakni perkara administrasi yang menimbulkan sengketa antara administrasi
Negara dengan rakyat. Maka, sengketa ini diselesaikan melalui upaya administrative, yang
mana upaya administratif in berdasarkan penjelasan Pasal 48 disebutkan bahwa itu
merupakan suatu prosedur yang ditempuh oleh seseorang atau badan hokum yang
merasa tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara.
B. Saran
Untuk menciptakan Negara Indonesia yang dapat menjamin kemakmuran dan kesejahteraan
rakyatnya, hendaknya kinerja dari Pengadilan Tata Usaha Negara ini lebih ditingkatkan.
Mengingat saat ini, keberadaan Pengadilan Tata Usaha Negara kurang begitu menjadi sorotan
masyarakat, padahal penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh aparat
pemerintahan sering terjadi, yang tentunya penyelewengan-penyelewengan itu merugikan
masyarakat luas.
Dan diharapkan pula pada pemerintah, agar dalam melaksanakan kewajibannya dalam hal
administrasi Negara agar lebih jujur dan bersih, sehingga Negara Indonesia ini menjadi Negara
yang mendapat ancungan jempol dari Negara-negara berkembang lainnya.