Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH HUKUM ACARA TATA

USAHA NEGARA

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh nilai


pada UTS Hukum Acara Tata Usaha Negara

Oleh Kelompok 4:

Jansen Fredick Fernandes /02051210002

Jennifer Putri Tumangkeng /02051210026

Melisa Angela /02051210019

Muhammad Bintang Wijaya /02051210025

Yohanie Maretta /02051210023

PROGRAM STUDI HUKUM

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

SURABAYA

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peradilan Tata Usaha Negara adalah istilah resmi yang digunakan
dalam Undang Undang Peradilan Tata Usaha Negara, demikian juga dalam
Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman juga
digunakan istilah Peradilan Tata Usaha Negara. Akan tetapi berdasarkan
dalam ketentuan pasal 144 UU Peradilan Tata Usaha Negara juga dikatakan
bahwa dalam istilah Peradilan Tata Usaha Negara dapat juga disebut dengan
istilah Peradilan Administrasi Negara. Dalam hukum positif yang mengatur
tentang Tata Usaha Negara yaitu Undang Undang Nomor 5 tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dengan perubahan Undang Undang
Nomor 9 tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dan juga dalam
perubahan kedua dengan Undang Undang No 51 Tahun 2009 mengenai
Peradilan Tata Usaha Negara.
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) merupakan wadah untuk
menjaga keseimbangan antara 2 kepentingan yaitu :
1. Kepentingan umum yang dimana selalu diwakili oleh tindakan
Pemerintah melalui aparatnya.
2. Kepentingan individu yang sangat mungkin akan terlanggar
Oleh sebab itu PTUN dilaksanakan dalam rangka memberikan suatu
perlindungan kepada rakyat pencari keadilan yang merasa dirinya dirugikan
akibat suatu keputusan Tata Usaha Negara.
Dalam PTUN adanya unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam suatu
peradilan yaitu :
1. Adanya suatu aturan hukum yang abstrak yang mengikat
umum, yang dapat diterapkan pada suatu persoalan,
2. Adanya suatu perselisihan hukum yang konkrit,
3. Adanya sekurang kurangnya 2 pihak,
4. Adanya suatu aparatur peradilan yang berwenang
memutuskan perselisihan,
5. Adanya unsur hukum formal.
Peradilan Tata Usaha Negara juga dapat diartikan dalam suatu badan
Peradilan yang bertugas untuk memeriksa/ mengadili/ memutus/
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara antara orang perorangan/ badan
hukum perdata dengan pejabat/ badan Tata Usaha Negarayang dilakukan oleh
hakim yang khusus diangkat untuk itu. Dalam peradilan itu sendiri dilakukan
penilaian terhadap tindakan penguasa (pejabat atau Badan Tata Usaha Negara)
yang diajukan ke pengadilan Tata Usaha Negara.
Menurut Rozali A menyatakan bahwa Hukum Aacara Peradilan Tata
Usaha Negara merupakan rangkaian peraturan peraturan yang memuat cara
bagaimana orang harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan
berjalannya peraturan Hukum Tata Usaha Negara/ Hukum Administrasi
Negara, sehingga dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
merupakan hukum yang mengatur tentang car acara berengketa di peradilan
Tata Usaha Negara serta mengatur hak dan kewajiban pihak pihak yang
terkait dalam proses penyelesaian sengketa tersebut. Hukum Acara Peradilan
Tata Usaha Negara yang berlaku adalah sebagimana yang diatur dalam
Undang Undang No. 51 / 2009 yang tidak mencabut berlakunya UU No. 5 /
1986 maupun UU No. 9 / 2004. Sehingga yang berlaku adalah ketiga Undang
Undang sekaligus yang dimana selanjutnya disebut dengan UU Peratun.
Dalam menciptakan aparatur negara yang efisien, bersih dan
berwibawa serta dalam setiap tindakannya senantiasa berdasarkan hukum /
asas legalitas sebagai wadah untuk menyelesaikan sengketa yang timbul
antara pejabat/ Badan Tata Usaha Negara dengan masyarakat serta
membersihkan pegawaidan membersihkan pengayoman. Untuk mencapai
tujuan tersebut ada beberapa asas atau prinsip yang dianutnya seperti :
1. Asas litis domini
2. Tidak ada gugat rekonvensi / rekopensi
3. Tidak ada juru sita
4. Panggilan siding dengan surat tercatat
5. Eksekusi otomatis
6. Ada sidang tertutup
7. Adanya acara cepat
8. Gugatan boleh disampaikan via pos
9. Penggugatnya orang perorangan / badan hukum perdata
10. Terugatnya pejabat / badan tata usaha negara
11. Obyek gugatan keputusan / penetapan tertulis
12. Tenggang waktu menggugat 90 hari
13. Dismissal prosas
14. Adanya acara penundaan pelaksanaan putusan yang digugat
dan acara permohon untuk bersengketa dengan Cuma Cuma.
Dalam PTUN sendiri terdapat istilah Penggugat dan Tergugat,
Penggugat dalam pasal 53 ayat 1 UU No 9 tahun 2004 menyebutkan bahwa
orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu keputusan tata usaha negara, sedangkan Tergugat dalam PTUN yaitu
badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan
berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang ditimpahkan kepadanya,
yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata menurut pasal 1 butir 6
UU Peratun.
Dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara para pengugat
dapat mengahadiri atau mengugat secara perseorangan juga dapat diwakili
oleh badan hukum perdata (Advokat). Advokat atau pengacara sendiri
merupakan profesi yang berkaitan dalam memberikan jasa hukum, yang
berada di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 tentang advokat. Dalam sebutan pengacara atau
advokat sejatinya sudah diketahui sejak zaman Romawi yang dimana
kedudukan atau profesi tersebut memiliki istilah nama officum nobile yang
mengartikan profesi yang mulia, lantara profesi tersebut mengabdikan dirinya
tidak hanya dirinya sendiri akan tetapi kepada kepentingan masyarakat, dan
juga memiliki kewajiban untuk ikut serta menegakkan hak-hak asasi manusia,
juga bergerak dalam bidang moral, terlebih untuk menolong masyarakat tanpa
mengharapkan imbalan dan/atau menerima imbalan atau honorarium, bahwa
bantuan hukum merupakan bagian dari kegiatan hukum yang secara cuma-
cuma kepada masyarakat miskin dan buta hukum.
Oleh sebab itu dengan adanya latar belakang diatas, kelompok kami
tertarik untuk melakukan analisa lebih lanjut berdasarkan Kunjungan yang
telah dilaksankan sebelumnya pada hari rabu tanggal 22 Febuari 2023, yang
dimana kelompok kami ditugaskan untuk mewawancarai advokat atau
pengacara dari pihak penggugat dalam kasus “ADANYA DUGAAN
TUMPANG TINDIH SERTIFIKAT TANAH PADA NOMOR
PERKARA 225/G/2022/PTUN.SBY”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka pokok permasalahan yang
dirumuskan penulis sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan pengacara menghadiri sidang di PTUN
Surabaya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dengan berdasarkan rumusan masalah tersbut, maka tujuan dari peneliti


yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan pengacara menghadiri


sidang di PTUN Surabya.
BAB II
PEMBAHASAN
D. PEMBAHASAN
Dalam Pasal 24 Ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Oleh karena itu, selain
pelaku kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi, badan-ban lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman juga harus mendukung terlaksananya kekuasaan kehakiman yang
merdeka. Salah satunya adalah profesi advokat yang bebas, mandiri, dan
bertanggungjawab1, sebagaimana selanjutnya diatur dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003.
Pasal 5 Ayat (1) UU Advokat menegaskan bahwa Advokat memiliki
status yang setara dengan penegak hukum lainnya dalam menjalankan
tugasnya dalam menegakkan hukum dan keadilan. Untuk memenuhi
kedudukan tersebut, dibutuhkan suatu organisasi yang merupakan satu-
satunya wadah bagi profesi Advokat. Organisasi Advokat, yang dikenal
sebagai PERADI, merupakan organisasi mandiri yang dibentuk sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini dan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas profesi Advokat. Oleh karena itu, PERADI pada dasarnya dianggap
sebagai organ negara yang mandiri dan juga berfungsi sebagai pelaksana
fungsi negara. Oleh karena itu, peran profesi advokat sangatlah penting dalam
menjalankan upaya penegakan hukum. Dalam setiap proses hukum, seperti
dalam bidang pidana, perdata, tata usaha negara, bahkan tata negara, profesi
advokat selalu terlibat dan kedudukannya setara dengan penegak hukum
lainnya.
Bapak Agus Rudiyanto Ghaffur,S.H atau kerap disapa dengan Bapak
Rudi merupkan salah satu pengacara dan juga anggota dari RBS &
PARTNERS LAW OFFICE di dampingi oleh Bapak Dani selaku putra dari
Bapak Rudi menghadiri sidang terbuka di Pengadilan Tata Usaha Negara
Surabaya pada hari rabu, 22 febuari 2023 sebagai pihak dari penggugat
dengan nomor perkara 225/G/2022/PTUN.SBY, dalam ruangan sidang
CANDRA, beragendakan Bukti Surat Para Pihak, Jawaban Tergugat II
Intervensi, hingga agenda Duplik Tergugat dan Tergugat II Intervensi dengan
jenis perkaranya yaitu Pertanahan. Dalam sidang ini pihak yang digugat yaitu
Kepala Kantor atau Badan Pertanahan Nasional Kota Probolinggo terkait
dengan dugaan tumpang tindih pada sertifikat dari pada klien Bapak Rudi
yang mewakili sebagai kuasa hukumnya. Pada kasus ini dari pihak klien
Bapak Rudi memiliki sertifikat yang lebih dahulu terbit yang kemudian
terjadi penerbitan sertifikat baru yang sama diatas sertifiktas klien.
Bapak Rudi sendiri sudah terjun sebagai pengacara sejak tahun 1986
sebagai pekerja magang dari RBS & PARTNERS LAW OFFICE yang
berpusatkan di DKI Jakarta , beliau menyampaikan bahwa RBS merupakan
salah satu cabang kantor di Kota Probolinggo yang memberikan perhatian
karena merupakan salah satu kantor terbaik di Kota Probolinggo. Beranjak
dari keluarga bawah beliau harus bekerja magang sejak masih duduk
dibangku SMA, dan melanjutkan kuliah S1 Hukum agar lebih mudah
diterima dikantor pengacara, ketika sudah selesai kuliah karena ingin menjadi
seorang pengacara syarat minimalnya yaitu 2 tahun magang setelah itu baru
dapat mengambil PKPA dan kemudian melanjutkan ujian advokat ujar Bapak
Rudi. Aktif dan juga berprofesi dalam dunia politik, beliau sempat menjabat
sebagai Pejabat Negara yaitu DPRD Kota Probolinggo dan sekarang Bapak
Rudi mendudukki sebagai Sekertaris pada partai PDI Perjuangan Kota
Probolinggo yang juga berprofesi bersamaan dengan pengacaranya.
Sebagai figur yang berprofesi menjadi pengacaran dan juga politik
Bapak Rudi tidak terlepas dengan suka duka selama bertugas maupun bekerja,
salah satu fondasi utama beliau yaitu harus dapat membagi waktu dengan
jelas. Ketika dipanggil secara partai politik beliau harus mengikuti dimana
adanya pengajaran pengikatan kode etik dan aturan dimana tidak dapat
semena mena persorangan karena terdapat induk organisasi yaitu PRADI,
ketika sudah mendapatkan tugas begitu sudah mendatangani surat kuasa
maka sudah melekat lah kewajiban tersebut hingga tuntas yaitu menang atau
kalah dengan tidak memberikan janji akan tetapi dapat berupaya semaksimal
mungkin dengan adanya data maupun hasil pendukung, sulit atau tidaknya itu
tergantung dari tujuan akhir, ujar Bapak Rudi.
Selama menjadi seorang pengacara yang cukup lama pengalaman
berkesan Bapak Rudi bekerja yaitu beliau pernah dimintai tolong oleh
seorang yang tinggal di desa yang dimana secara fisik tidak mampu, sebagai
pengacara atau kuasa terkadang ada biaya operasional dan itu juga dibantu
tanpa insentif maupun lainnya dalam pengalaman dalam kasus dugaan
penganiyaya yang meskipun hanya dapat diselesaikan sampai secara perdata
dengan perdamaian, setelah selesai pulanglah mereka dengan memberikan
ucapkan terima kasih karena beliau tidak meminta bayaran, setelah 2 hari
kemudian kliennya datang kembali ke rumah Bapak Rudi dengan membawa
bungkusan yang agak gelap yang berisikkan mangga dengan berwarna hijau
dan kuning tak disangka oleh beliau bahwa didalam pemberiannya juga ada
ketela pohon yang bersamaan dengan tikus yang memakani ketela pohon
tersebut. Sehingga itu membuat pengalaman berkesan baginya karena bagian
dari pengabdian beliau dalam menolong sesam dengan tidak mengukur
apapun maupun ras, tutur Bapak Rudi dan Bapak Dani.
BAB III
KESIMPULAN

E. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan
akhir dari kelompok kami, yaitu:
1) Dalam pengabdian seorang pengacara tidak terlepas dari kasus kasus
yang menantang.
2) Dalam pengabdian pengacara harus siap untuk menangani kasus klien
dimana pun mau di MA maupun PTUN.
3) Dalam pengabdian pengacara harus memberikan bantuan hukum
kepada klien dan membantu mereka dalam menyelesaikan masalah
hukum mereka.
4) Dalam pengabdian seorang pegacara juga tidak hanya dapat berpaku
dalam satu profesi saja disebabkan pengacara merupakan suatu
pengabdian kepada masyarakat yang bisa tidak dibayar apapun.
5) Dalam pengabdian deorang pengacara tidak lepas dari tekanan dan
beban kerja yang berat dalam menyelesaikan kasus kasus yang
kompleks maupun tekanan dari klien hingga pimpinan dalam
menangani kasus-kasus yang sulit dan komplek.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ptun-surabaya.go.id

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai