USAHA NEGARA
Oleh Kelompok 4:
SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peradilan Tata Usaha Negara adalah istilah resmi yang digunakan
dalam Undang Undang Peradilan Tata Usaha Negara, demikian juga dalam
Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman juga
digunakan istilah Peradilan Tata Usaha Negara. Akan tetapi berdasarkan
dalam ketentuan pasal 144 UU Peradilan Tata Usaha Negara juga dikatakan
bahwa dalam istilah Peradilan Tata Usaha Negara dapat juga disebut dengan
istilah Peradilan Administrasi Negara. Dalam hukum positif yang mengatur
tentang Tata Usaha Negara yaitu Undang Undang Nomor 5 tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dengan perubahan Undang Undang
Nomor 9 tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dan juga dalam
perubahan kedua dengan Undang Undang No 51 Tahun 2009 mengenai
Peradilan Tata Usaha Negara.
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) merupakan wadah untuk
menjaga keseimbangan antara 2 kepentingan yaitu :
1. Kepentingan umum yang dimana selalu diwakili oleh tindakan
Pemerintah melalui aparatnya.
2. Kepentingan individu yang sangat mungkin akan terlanggar
Oleh sebab itu PTUN dilaksanakan dalam rangka memberikan suatu
perlindungan kepada rakyat pencari keadilan yang merasa dirinya dirugikan
akibat suatu keputusan Tata Usaha Negara.
Dalam PTUN adanya unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam suatu
peradilan yaitu :
1. Adanya suatu aturan hukum yang abstrak yang mengikat
umum, yang dapat diterapkan pada suatu persoalan,
2. Adanya suatu perselisihan hukum yang konkrit,
3. Adanya sekurang kurangnya 2 pihak,
4. Adanya suatu aparatur peradilan yang berwenang
memutuskan perselisihan,
5. Adanya unsur hukum formal.
Peradilan Tata Usaha Negara juga dapat diartikan dalam suatu badan
Peradilan yang bertugas untuk memeriksa/ mengadili/ memutus/
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara antara orang perorangan/ badan
hukum perdata dengan pejabat/ badan Tata Usaha Negarayang dilakukan oleh
hakim yang khusus diangkat untuk itu. Dalam peradilan itu sendiri dilakukan
penilaian terhadap tindakan penguasa (pejabat atau Badan Tata Usaha Negara)
yang diajukan ke pengadilan Tata Usaha Negara.
Menurut Rozali A menyatakan bahwa Hukum Aacara Peradilan Tata
Usaha Negara merupakan rangkaian peraturan peraturan yang memuat cara
bagaimana orang harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan
berjalannya peraturan Hukum Tata Usaha Negara/ Hukum Administrasi
Negara, sehingga dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
merupakan hukum yang mengatur tentang car acara berengketa di peradilan
Tata Usaha Negara serta mengatur hak dan kewajiban pihak pihak yang
terkait dalam proses penyelesaian sengketa tersebut. Hukum Acara Peradilan
Tata Usaha Negara yang berlaku adalah sebagimana yang diatur dalam
Undang Undang No. 51 / 2009 yang tidak mencabut berlakunya UU No. 5 /
1986 maupun UU No. 9 / 2004. Sehingga yang berlaku adalah ketiga Undang
Undang sekaligus yang dimana selanjutnya disebut dengan UU Peratun.
Dalam menciptakan aparatur negara yang efisien, bersih dan
berwibawa serta dalam setiap tindakannya senantiasa berdasarkan hukum /
asas legalitas sebagai wadah untuk menyelesaikan sengketa yang timbul
antara pejabat/ Badan Tata Usaha Negara dengan masyarakat serta
membersihkan pegawaidan membersihkan pengayoman. Untuk mencapai
tujuan tersebut ada beberapa asas atau prinsip yang dianutnya seperti :
1. Asas litis domini
2. Tidak ada gugat rekonvensi / rekopensi
3. Tidak ada juru sita
4. Panggilan siding dengan surat tercatat
5. Eksekusi otomatis
6. Ada sidang tertutup
7. Adanya acara cepat
8. Gugatan boleh disampaikan via pos
9. Penggugatnya orang perorangan / badan hukum perdata
10. Terugatnya pejabat / badan tata usaha negara
11. Obyek gugatan keputusan / penetapan tertulis
12. Tenggang waktu menggugat 90 hari
13. Dismissal prosas
14. Adanya acara penundaan pelaksanaan putusan yang digugat
dan acara permohon untuk bersengketa dengan Cuma Cuma.
Dalam PTUN sendiri terdapat istilah Penggugat dan Tergugat,
Penggugat dalam pasal 53 ayat 1 UU No 9 tahun 2004 menyebutkan bahwa
orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu keputusan tata usaha negara, sedangkan Tergugat dalam PTUN yaitu
badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan
berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang ditimpahkan kepadanya,
yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata menurut pasal 1 butir 6
UU Peratun.
Dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara para pengugat
dapat mengahadiri atau mengugat secara perseorangan juga dapat diwakili
oleh badan hukum perdata (Advokat). Advokat atau pengacara sendiri
merupakan profesi yang berkaitan dalam memberikan jasa hukum, yang
berada di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 tentang advokat. Dalam sebutan pengacara atau
advokat sejatinya sudah diketahui sejak zaman Romawi yang dimana
kedudukan atau profesi tersebut memiliki istilah nama officum nobile yang
mengartikan profesi yang mulia, lantara profesi tersebut mengabdikan dirinya
tidak hanya dirinya sendiri akan tetapi kepada kepentingan masyarakat, dan
juga memiliki kewajiban untuk ikut serta menegakkan hak-hak asasi manusia,
juga bergerak dalam bidang moral, terlebih untuk menolong masyarakat tanpa
mengharapkan imbalan dan/atau menerima imbalan atau honorarium, bahwa
bantuan hukum merupakan bagian dari kegiatan hukum yang secara cuma-
cuma kepada masyarakat miskin dan buta hukum.
Oleh sebab itu dengan adanya latar belakang diatas, kelompok kami
tertarik untuk melakukan analisa lebih lanjut berdasarkan Kunjungan yang
telah dilaksankan sebelumnya pada hari rabu tanggal 22 Febuari 2023, yang
dimana kelompok kami ditugaskan untuk mewawancarai advokat atau
pengacara dari pihak penggugat dalam kasus “ADANYA DUGAAN
TUMPANG TINDIH SERTIFIKAT TANAH PADA NOMOR
PERKARA 225/G/2022/PTUN.SBY”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka pokok permasalahan yang
dirumuskan penulis sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan pengacara menghadiri sidang di PTUN
Surabaya?
C. TUJUAN PENELITIAN
E. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan
akhir dari kelompok kami, yaitu:
1) Dalam pengabdian seorang pengacara tidak terlepas dari kasus kasus
yang menantang.
2) Dalam pengabdian pengacara harus siap untuk menangani kasus klien
dimana pun mau di MA maupun PTUN.
3) Dalam pengabdian pengacara harus memberikan bantuan hukum
kepada klien dan membantu mereka dalam menyelesaikan masalah
hukum mereka.
4) Dalam pengabdian seorang pegacara juga tidak hanya dapat berpaku
dalam satu profesi saja disebabkan pengacara merupakan suatu
pengabdian kepada masyarakat yang bisa tidak dibayar apapun.
5) Dalam pengabdian deorang pengacara tidak lepas dari tekanan dan
beban kerja yang berat dalam menyelesaikan kasus kasus yang
kompleks maupun tekanan dari klien hingga pimpinan dalam
menangani kasus-kasus yang sulit dan komplek.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ptun-surabaya.go.id
LAMPIRAN