KETENTUAN UMUM
A. Ketentuan Umum
Salah satu tujuan negara kesatuan repulik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
undang-undang dasar negara republic Indonesia tahun 1945 adalah mewujudkan tata
kehidupan bernegara dan berbangsa yang Sejahtera, aman dan tentram serta tertib
yang menjamin adanya kesamaan dalam hukum dan pemerintahan serta menjamin
terpeliharanya hubungan yang harmonis antara penyelenggara negara dan
Masyarakat.
B. Sejarah
Pada tanggal 22 Januari 1991, MARI mengeluarkan SEMA No. 1 Tahun 1991
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan Peralihan UU No. 5 Tahun 1996, salah satu
poin penting yang terkandung dalam SEMA No. 1 Tahun 1991 adalah perkara OOD
yang diajukan kepada pengadilan di lingkungan Peradilan Umum tetapi belum
diperiksa dilimpahkan kepada peradilan TUN, sementara itu perkara OOD yang sudah
diperiksa namun belum diputus oleh Peradilan Umum tetap diperiksa dan diputus oleh
pengadilan di lingkungan Peradilan Umum.
Sejalan dengan diadakannya perubahan terhadap Undang- Undang Kekuasaan
Kehakiman dan Undang-Undang Mahkamah Agung, UU No. 5 Tahun 1986 juga
mengalami perubahan yang meliputi:
Selain itu di dalam undang-undang yang lain juga diatur asas penyelenggaraan
pemerintah yang meliputi
UUPTUN telah mengatur hukum acara yang berlaku pada peradilan TUN
yang meliputi hukum acara pada pemeriksaan tingkat pertama dan pemeriksaan
tingkat banding. Hukum acara yang digunakan pada peradilan TUN mempunyai
persamaan dengan hukum acara yang digunakan pada Peradilan Umum untuk perkara
perdata, namun ada beberapa kekhususan yang terdapat di dalam hukum acara
peradilan TUN, antara lain sebagai berikut:
BAB II
KEWENANGAN PERADILAN TUN
Semua wewenang dan tugas yang dimiliki hakim harus dilaksanakan dalam
rangka menegakkan hukum, kebenaran dan keadilan tanpa pandang bulu dengan tidak
membeda-bedakan orang seperti diatur dalam lafal sumpah hakim, dimana setiap
orang sama kedudukannya di depan hukum dan hakim.
B. Kompetensi Absolut
C. Kompetensi Relatif
Terkait dengan kompetensi relatif peradilan TUN dapat dilihat dari asas Actor
Sequuitur Forum Rei (yang berwenang adalah pengadilan tempat kedudukan
tergugat), dalam hal ini kewenangan untuk memeriksa dan mengadili sebagaimana
ketentuan Pasal 54 UUPTUN adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan tergugat. Pasal 54 UUPTUN menyebutkan:
1. Gugatan sengketa tata usaha negara diajukan kepada pengadilan yang berwenang
yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat.
2. Apabila tergugat lebih dari satu badan atau pejabat tata usaha negara dan
berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum pengadilan, gugatan diajukan
kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu
badan atau pejabat tata usaha negara.
3. Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah hukum
pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke
pengadilan yang daerah hukummnya meliputi tempat kediaman penggugat untuk
selanjutnya diteruskan kepada pengadilan yang bersangkutan.
4. Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa tata usaha negara yang
bersangkutan yang diatur dengan peraturan pemerintah, gugatan dapat diajukan
kepada pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat
kediaman penggugat.
5. Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri,
gugatan diajukan kepada pengadilan di Jakarta. (6)Apabila tergugat
berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar negeri, gugatan diajukan
kepada pengadilan di tempat kedudukan tergugat.
BAB III
SUBJEK DAN OBJEK SENGKETA TUN
1. Subjek dalam sengketa TUN adalah orang atau badan hukum perdata disatu
pihak dan badan atau pejabat TUN dilain pihak.
2. Objek sengketa TUN dalah keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat TUN.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 UUPTUN, hanya orang atau badan
hukum perdata saja yang bisa menjadi penggugat dalam sengketa TUN, sementara itu
badan atau pejabat TUN tidak dapat menjadi penggugat, kedudukannya bersifat tetap
hanya sebagai tergugat.
Apabila badan atau pejabat tata usaha negara tidak mengeluarkan keputusan,
sedangkan hal itu menjadikewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan
keputusan tata usaha negara.
Jika suatu badan atau pejabat tata usaha negara tidak mengeluarkan keputusan
yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam
peraturan perundang- undangan dimaksud telah lewat, maka badan atau pejabat
tata usaha negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan
yang dimaksud.10
Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak
menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka setelah
lewat jangka waktu empat bulan sejak diterimnya permohonan, badan atau
pejabat tata usaha negara yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan
keputusan penolakan.
BAB IV
SUBJEK DAN OBJEK SENGKETA TUN
A. Upaya Administratif
(1) Dalam hal suatu badan atau pejabat tata usaha negara diberi wewenang oleh atau
berdasarkan peraturan perundang- undangan untuk menyelesaikan secara
administratif sengketa tata usaha negara tertentu, maka sengketa tata usaha
negara tersebut harus diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia.
(2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa
tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya
administratif yang bersangkutan telah digunakan.
1. Banding Administratif
2. Keberatan
B. Upaya Peradilan
BAB V
PENYELESAIAN SENGKETA TUN
MELALUI PENGADILAN