Anda di halaman 1dari 21

[00:13 - 00:43]

Speaker 0:

Selamat datang di acara kuliah umum dengan tema ekonomi, politik, hubungan, bisnis dan negara
yang akan disampaikan oleh Prof. Dr. Fadi Fadi Hadis Selamat datang, Bro Kita beri tepuk tangan ke
Prof. Prof. Prof. Fadi Fadi Hadis yang terhormat dekan fakultas ilmu administrasi yang diwakili oleh
wakil dekan bidang superdaya Ventura dan Administrasi UU, Dr. Renato

Renato Suasturi MSI yang kami hormati wakil dekan bidang pendidikan, perlintihan dan pengabian
masyarakat Prof. Dr. Hola Hola Rustiana MSI yang kami hormati Prof. Dr. Femi Femi Hadi selagu guru
besar kajian Asia Deputi Direktur Asia Institute, The University of Melbourne, Australia.

Yang kami hormati, Bapak Eka Sasra, Anggota DPR Komisional. Yang kami hormati, teman-teman dari
Komite Ekonomi dan Intrusi Nasional Yang kami hormati Ketua Departemen Ilmu Administrasi
Negara, Bapak Dr. Dwayne Dwayne Valianto Lomoensor, S.D. Yang kami hormati ketua Departemen
Ilmu Administrasi Fiskal, Dr. Mila Mila Seflyana Setiawati M. Anggar

Anggar yang kami hormati para guru besar dan senat akademik Departemen Ilmu Administrasi yang
kami hormati Ketua Departemen Hubungan Internasional Fisik UI, Dr. Fredy Fredy B. L. L. Thovin
Thovin Yang kami hormati Ketua Program Pascara Sarnyana Hubungan Internasional Fisik UI, Dr. Asra
Asra Mirjana Pirjanita, PhD dalam hubungan internasional, visi UI, Indutasra, Pirjana, Pirjanita, PSB
yang kami hormati, Bapak dan Ibu dosen serta para peserta kuliah umum yang berbahagia sebelum
kita memulai acara pada sari hari ini, malah kita bertutup tangan untuk memberiakan suliah umum.

Saya Eliani akan membacakan langkah-langkah acara pada hari ini. Pertama adalah sambutan oleh
Degan Pakultas Kehidupan Administrasi yang diwakili oleh Wakil Degan Bidang Sumber Daya Ventura
dan Administrasi Umum, Ibu Dr. Rethna Rethna Kusuma Surya Neski. Dan kemudian dilanjurkan oleh
acara inti, yaitu pemaparan materi dan diskusi yang dimoderatori oleh Dr. Wisnu Wisnu Yuwono
acara selanjutnya yaitu penyerahan pelanggan dan motogosaman dan penutup acara pertama yaitu
Samutan Dekan Fakultas Ilmu Administrasi yang diwakili oleh Wakil Dekan Bidang Superdaya,
Ventura dan Administrasi Umum. Kepada

Kepada Ibu Doktor Renang Kusumastudia, maaf kami bersilahkan. Kusmas Kusmas Tertia Mesti kami
bersilahkan kita beri terima kasih terima kasih banyak

[03:33 - 04:08]

Speaker 1:

Assalamualaikum Wr. Wb Wb Bapak, Ibu, adik-adik yang saya ingatkan, adik-adik matahulia, bisnis
dan negara. Saya dengar tadi ada yang terlupa, tapi mungkin belum semuanya. Yang Yang saya
hormati, Ibu Wakil Dekan Kementerian Pendidikan dan Pengadilan Masyarakat, Prof. Dr. Dr. Mawar

Mawar Rufiana, Sekretaris Pendidikan Bursa, Prof. Mirahayu, Mirahayu, Sama Bapakku, Kak Idlan,
Sekretaris Senata Kemeny, Prof. Ancar Ancar Kasi, Bapak saya, Pak

[04:18 - 04:18]

Speaker 0:
Pak Idlan, Pak Taris Mata Kampung, Pak Ancar Kasi,

[04:18 - 04:46]

Speaker 1:

Kasi, Pak Esaya, Calon Profesor Proib Kalian Salomo, dan tentunya yang saya hormati para dosen dari
sekitar temen yang lain. Tepuk Tepuk tangan dulu, dosen dari Kalian, dosen dari Kalian, para Andra,
dan lain-lain. Dan terakhir, tamu kita yang sangat prestisius, Prof. Fedi Fedi Hadies Prof. Fedy Fedy
Hadis

[04:48 - 04:49]

Speaker 0:

Saya mau mengajarkan

[04:52 - 06:17]

Speaker 1:

pesan-pesan Jadi atas nama Dekan Fakultas Hidup dan Administrasi Saya menyampaikan beberapa
butir sambutan Jadi Hari ini adalah hari yang berkah buat kita semua insya Allah karena kita
kedatangan tamu yang cukup prominent Profesor Fedi, ini beliau kalau boleh saya perkenalkan Beliau
adalah salah satu guru besar di Melbourne University Saya pengen tanyakan Jadi dengan dengan
konferensi apris yang barusan ada dia usah menyebutkan diri terima kasih pro, jadi terima kasih
untuk kalian di acara media umumnya dan judul ekonomi politik hubungan bisnis dan negara. Jadi,
Profesor Fedy ini kalau kita lihat, rekam jejaknya semuanya, mudah-mudahan kita bisa mengikuti dan
mengambil manfaat dari jejak dan pengalaman beliau. Beliau ini guru besar juga dan Pakir Direktur
Asia Institute di maaf nih, Asia Institute di University of Melbourne. Kemudian beliau juga guru besar
di Morda University untuk kajian politik dan masyarakat Asia kemudian asosiat profesor di National
University of Singapore Prof. Fedy Fedy juga akademis yang produktif kalau kita lihat age index nya
yang masuk itu kemarin 11 ya mas ya, tepuk tangan dulu.

Jurnal yang impact faktornya, impact faktor itu kalau ade-ade yang tidak tahu, daya jangkaunya, citasi
orang, refer. Jadi jangan-jangan yang ade-ade pernah nulis, kita juga pernah nulis, Profesor Fedy itu
yang ini orangnya, gitu. Jadi, tangan. Jadi, jurnal-jurnal berikut nih, ada Development and Change,
New Politic Economy, Democratization, Journal of Diplomatic Studies, Pacific Review, terus ada Pacific
Affairs, Third World Poetry, dan seterusnya. Buku-bukunya juga panjang kalau diceritain.

Yang jelas ruang lingkungnya di bidang ekonomi. Dan juga ada sesi politiknya. Yang paling menarik
adalah yang paling terakhir ya Prof, Islamik populism in Indonesia and Indonesia Prof. Lagi Lagi juga
tulisannya ada yang seperti inilah, biasa, tepuk tangan. Kemudian hari ini, hari adil, kenapa menjadi
penting?

Mata kuliah bisnis dan negara merupakan core dari mata kuliah fakultas ilmu administrasi. Jadi kalau
ditanya perbedaan antara FIA dan yang lain yang terdapat di mata kuliah ini, jadi mata kuliah dan
penyampaian deliverable hari ini itu menjadi penting karena adik-adik yang di mata kuliah bisnis dan
negara di sini bisa memperoleh pemahaman dan konteks bagaimana relasi antara sektor bisnis dan
negara makanya di bawah Fakultasi Keuatentikasi itu ada Departemen Administrasi Publik,
Keuatentikasi Publik juga ada Fakultasi Bisnis dan juga ada Fiska. Sesungguhnya itu satu kesatuan gitu
ya. Jadi Jadi hari ini tolong disimak dengan baik, baca doa dulu supaya imunnya nyerah, kemudian
nanti ada sesi tanya-jawab silahkan tanya jangan malu di depan ini semua kami juga mengucapkan
terima kasih karena disini para peserta juga masih mau belajar mendengarkan kuliah dari Prof. Herlih
Herlih ya Bapak Ibu yang saya hormati mungkin akhir kata Prof. Eko

Eko menyampaikan terima kasih atas kehadiran Bapak-Ibu semua dan terima kasih untuk adik-adik
yang sudah datang Hari ini mudah-mudahan menjadi langkah pertama bagi kita supaya bisa nanti
suatu saat melakukan kerjasama di Grand Melbourne ya, Barnovita Barnovita kan mama di Australia,
jadi tau bagaimana nanti kerjasama di bidang riset, misalnya komunikasi dengan profili dan
seterusnya. Akhir kata, Wakili Dekan Wakil Tauhasa Inggris Mahadmini Yastrafi saya mengucapkan
selamat menikmati kunyawung hari ini Semoga bermanfaat Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh

[09:06 - 09:41]

Speaker 0:

Terima kasih Ibu Retno, kita beri aplaus yang meriah untuk Ibu Retno kebanggakannya. Dan acara
selanjutnya adalah acara ini, sebelum acara ini, baiknya kita beri aplaus yang meriah untuk
memberikan terima kasih pada hari ini yaitu adalah pemamparan, meditasi dan diskusi yang akan
dimoderatori oleh Dr. Wisnu Yuwono yaitu seorang dosen ilmu administrasi negara dan akan matri
yang disampaikan oleh Prof. Dr. Fedi Fedi Hadis kami persilahkan Bapak Bisnu kita berikan tepuk
tangan yang meriah untuk Bapak Hadis sebagai moderator

[09:53 - 10:24]

Speaker 2:

Oke, terima kasih banyak atas kedatangan adik-adik sekalian dan Bapak dan Ibu serta rekan-rekan
dosen, baik dia, bisip, dan dari fakultas lain. Tentu saja ini merupakan sebuah privilege ya bagi kita,
Prof. Edy Edy Hadis bisa hadir ya untuk memberikan kuliah umum. Seperti yang kita ketahui Prof.
Eddy Eddy ini adalah murid dari Prof. Richard

Richard Robinson. Richard Robinson itu yang bukunya terkenal itu The Rise of Capital. Yang di jaman
Orde Baru itu dilarang karena mengkritisi Regime Soeharto waktu itu terutama bisnis, terkait dengan
bisnis yang relasinya Nah Prof. Fedy ini adalah Mori Prof. Richard Richard Robinson dan beliau juga
sering menulis buku dan artikel dengan beliau dan salah satu bukunya yang terkenal adalah di
Organizing Power yang Impulse Suharto Eran yang diterbitkan oleh Routledge.

Jadi, Prof. Edi Edi ini dikenal sebagai pakar oligarki. Jadi kalau oligarki ini punya remis bahwa kekuatan
oligarki ini terlalu kuat ya di dalam perpolitikan, terutama perpolitikan Indonesia dan akhirnya
mereka lah yang paling menentukan segalanya di dalam percanturan perpolitikan sebuah negara Nah
kebetulan sekarang Prof. Fedy Fedy akan membawakan tema yang sangat relevan ya, ekonomi politik
hubungan dan bisnis negara. Dan kita lihat bagaimana pemaparan dia dan analisis dia ya dalam
konteks hubungan antara bisnis dan negara dalam perspektif ekonomi politik.
Silakan Prof. Fedy Fedy dan Goh.

[12:08 - 12:41]

Speaker 3:

Oke, kita mulai. Oke Oke kita mulai. Pertama terima kasih kepada Fabulus untuk buat administrasi
atas kepada saya, saya sangat hormat diundang disini dan bahwa saudara-saudara sekalian sudah
mengambil waktu untuk mendengarkan obrolan dari saya untuk beberapa waktu ini. Nih, kita bicara
tentang kuat hal yang ingin kita kaitkan. Pertama adalah pendekatan ekonomi politik.

Pendekatan ekonomi politik mungkin adalah sesuatu yang lebih dikenal di Indonesia dibandingkan 30
tahun yang lalu ketika saya menjadi mahasiswa di VCPU ini tapi saya kira juga masih berada di luar
mainstream dari pengkajian ilmu-ilmu sosial di berbagai disiplin. Jadi saya mengambil waktu sedikit
untuk menjelaskan ekonomi politik. Kedua dan inti dari Pembicaraan adalah menggunakan
pendekatan ekonomi politik tersebut untuk menganalisa pertembangan hubungan antara negara dan
bisnis di Indonesia dalam periode yang cukup panjang. Tetapi fokusnya adalah pada masa Orde Baru
dan Pasca Orde Baru. Jadi kira-kira itu yang ingin saya lakukan hari ini.

Oke? Nah, pertama mengenai ekonomi politik. Pertama yang mesti disadari adalah bahwa di bawah
rubrik kendekatan ekonomi politik ini sebetulnya ada berbagai tipologi atau berbagai tipe yang agak
berbeda satu sama lain. Ada yang disebut sebagai ekonomi politik yang merupakan derivasi misalnya
dari new institutional economic. Itu merupakan salah satu representasi dari pendekatan ekonomi
politik yang sangat berpengaruh terutama di kalangan international development organizations.

Nah, pendekatan ekonomi politik yang saya kembangkan untuk studi tenaga Indonesia adalah jenis
yang agak berbeda kadang-kadang disebut sebagai, ini bunyinya apa ya? Kadang-kadang disebut
sebagai, apa saya terlalu dekat ini? Kadang-kadang disebut sebagai critical political economy, kadang
disebut sebagai structural political economy. Oke, jadi itu yang saya mau utarakan bahwa analisa
ekonomi politik yang saya pernyatakan hari ini adalah berdasarkan tipe atau subvarian dari ekonomi
politik yang disebut sebagai critical political economy atau structural political economy. Oke?

Nah, seperti saya katakan tadi, pendekatan seperti ini agak jarang digunakan di Indonesia. Yang
mungkin dikatakan Lewi Snu tadi, Halo, ini kalau ini saya bisa nanya. Tapi jangan ada yang mau
dengarkan suara saya, suara saya jelek. Apa namanya, seperti kadang-kadang Lewis knew tadi,
pelopor penggunaan critical political economy ini untuk studi tentang Indonesia adalah bekas
supervisor PhD saya yang namanya Richard Robinson yang sekarang juga saya sering menulis buku
dan karya-karya dunia bersama dia diluar itu mungkin diluar kami, saya dan Dick Robinson itu gak
terlalu banyak sebetulnya yang bisa kita identifikasi mungkin kalau anda pernah dengar nama Jeffrey
Winters misalnya walaupun pendekatan ekonomi politiknya gak bersisama sama kami kadang-kadang
dia dikategorikan dikasihkan juga sebagai critical political economy ya nah kenapa critical political
economy itu jarang digunakan dalam studi Indonesia? Menurut saya sebabnya ada banyak, tetapi
yang intinya adalah menurut saya bahwa analisa critical political economy ini pusat perhatiannya
adalah kepada hal-hal yang sifatnya fundamental di dalam menganalisa hubungan antara negara dan
bisnis yang kadang-kadang sensibilitas politiknya agak tinggi jadi saya kira itu salah satu sebab agak
jarang dimunakan kalau pendekatan yang neoinstitusional itu cenderung menganalisa persoalan dari
sudut pandang bagaimana kita memperbaiki institusi-institusi yang ada yang mengatur
perekonomian, yang mengatur hubungan negara dan masyarakat misalnya dengan capacity building
dan lain sebagainya tapi kalau buat kita itu adalah apa namanya, simpom dari sesuatu yang
sebetulnya lebih mendalam yaitu struktur sosial jadi buat kami, institusi-institusi yang meregulasi
hubungan negara dan bisnis itu adalah derivasi dari struktur sosial yang ada dalam masyarakat.

Nah, kalau kita bicara tentang struktur sosial, kita bicara tentang struktur kekuasaan kita bicara
tentang struktur kekuasaan, kita bicara tentang relasi kekuasaan dalam relasi kekuasaan, ada yang
memiliki posisi yang lebih tinggi, lebih berkuasa, ada yang memiliki posisi subordinat. Nah, oleh
karena itu, kita itu memahami hubungan negara dan masyarakat itu bukan sebagai sesuatu yang
statis. Analisanya dinamis. Kita melihat bagaimana terjadi perubahan di dalam hubungan antara
masyarakat dan bisnis sesuai dengan perubahan di dalam masyarakat. Jadi itu salah satu perbedaan
dari pendekatan yang kami pakai itu. Kita

Kita melihat hubungan antar bisnis dan negara itu sebagai sesuatu yang berevolusi dalam konteks
perubahan sosial dan masyarakat yang lebih luas. Jadi untuk memahami hubungan bisnis dan negara,
kita mesti mengerti konteks masyarakat di mana bisnis dan negara itu berevolusi. Ya, itu kan logical
aja gitu. Jadi kira-kira begitu yang kita, dari segi pendekatan buat kita ya. Nah, lain satu lagi yang
penting buat kita adalah sejarah karena kita itu apa namanya pendekatannya adalah dinamis, tidak
statis kita seperti saya katakan tadi, kita lihat evolusi Jadi itu sesuatu yang kita lakukan adalah melihat
trajectories of state business relations.

Jadi arahnya, arah apa namanya, alurnya gitu ya dari business and state relations Indonesia. Dan
pertanyaan kita sebetulnya selalu sifatnya walaupun kita bicara tentang Indonesia misalnya, dan
saudara-saudara ini yang belajar baru masuk di UI sekarang ini, menurut saya mungkin penting juga
untuk memikirkan hal seperti ini ya karena waktu saya masuk di UI jarang ada yang bicara seperti ini
kepada saya yaitu, kalau pun kita menjadi sarjana tentang Indonesia Walaupun kita berusaha untuk
memahami masalah-masalah Indonesia, walaupun kita berusaha untuk mencari pemecahan-
pemecahan terhadap masalah Indonesia, cara berpikir kita harus komparatif. Jadi, suatu hal yang
dicoba untuk dicegah dalam pendekatan struktural politik ekonomi hari ini adalah pendekatan

[21:57 - 21:57]

Speaker 0:

yang

[21:59 - 23:04]

Speaker 3:

bisa disebut insuler, yaitu hanya melihat ke dalam. Dalam pendekatan yang operatif seperti saya
kemulakan tadi itu Pertanyaannya selalu adalah Kita mau bicara apa aja Buku terakhir saya ini
tentang populisme Islam dan buku yang 10 tahun yang lalu itu tentang bisnis dan politik apapun
lopiknya pertanyaan dasar saya selalu adalah ini kenapa di dalam kasus Indonesia terjadi
perkembangan bisnis dan negara sedemikian rupa kenapa bentuknya jadi kayak gini nih faktor
sejarah, faktor politik, ekonomi macam apa yang menstrukturkan hubungan negara dan bisnis
sedemikian lupa? Kenapa trajekturnya begini? Kenapa di tempat lain trajekturnya berbeda? Kenapa
hubungan bisnis dan negara di Eropa berbeda dengan Indonesia? Kenapa
Kenapa hubungan bisnis dan negara di Eropa berbeda dengan Indonesia? Kenapa hubungan bisnis
dan negara di Jepang atau di Korea berbeda dengan Indonesia? Apa persamaan dan perbedaan
hubungan bisnis dan negara di Indonesia dengan di Malaysia, atau di Thailand, atau di Filipina, atau
di Timur Tengah, atau di Amerika Latin, atau di Afrika, kita gak peduli. Esensinya adalah, bahwa untuk
memah... Asumsinya adalah, untuk memahami Indonesia, Esensinya adalah bahwa untuk memahami
Indonesia, pengalaman-pengalaman dari masyarakat-masyarakat dan bangsa-bangsa lain akan
memberikan iluminasi terhadap masalah-masalah yang kita hadapi.

Karena apa? Asumsi lain adalah Indonesia itu tidak unik. Apa yang kita bicarakan di Indonesia ini
seperti hubungan bisnis dan negara adalah sesuatu yang menjadi misalnya pembicaraan dari dulu di
Jepang adalah sesuatu yang menjadi pembicaraan di Korea dimana ada kritik terhadap perusahaan-
perusahaan komporat besar yang disebut C-Wall adalah sesuatu yang dibicarakan di China sekarang
ini dimana muncul perusahaan-perusahaan besar negara maupun privat ya, di dalam transisi dia dari
komunisme ke kapitalisme ya kan jadi apa menurut menurut kami pengalaman dari masyarakat-
masyarakat lain itu sangat berguna untuk kita pelajari untuk mencari pengajaran-pengajaran yang
mungkin bisa mengiluminasi kasus Indonesia yang akan berbeda daripada kalau misalnya kita cuma
melihat Indonesia saja, Indonesia saja, Indonesia saja seakan-akan kita unik dan apa yang terjadi di
Indonesia, fenomena sosial, ekonomi, politiknya itu gak ada di tempat lain padahal hampir semua
yang bisa dibahas tulisan saya selama lebih dari 20 tahun sejak PhD saya menurut saya adalah
masalah-masalah yang dihadapi secara global. Tapi manifestasi dari persoalan ini persoalan-
persoalan ini sifatnya selalu konteksual jadi masalah-masalahnya hampir selalu ya secara tematis itu
sama atau serupa Tetapi manifestasinya itu tergantung pada konteks yang ada. Jadi misalnya di
Amerika Serikat pun hubungan antara bisnis dan negara menjadi persoalan yang terus-menerus.

Orang disini pasti tau tentang undang-undang antifrust dan lain sebagainya kan yang adalah bagian
untuk mengatur hubungan bisnis dan negara kemudian berbagai upaya setiap halipartai demokrat
kemudian partai republik mau diregulasi atau re-regulasi sektor-sektor yang mau diregulasi, sektor-
sektor apa yang mau diregulasi, semuanya adalah menyatu hubungan bisnis dan negara. Kita juga
mengalami persoalan itu kan, bagaimana kita meregulasi bisnis, bagaimana kita menderegulasi
sektor-sektor tertentu, tatanya supaya kompetitif dan lain sebagainya. Jadi kan ini apalagupun
masyarakatnya jauh, hidupnya beda banget dari kita, kentok tema itu ada juga di sana. Jadi dari situ
saya mau tanggungkan Terutama kepada saudara-saudara yang muda ini gitu ya untuk kalau berpikir
tentang Indonesia, belajar tentang Indonesia untuk tidak secara narrow gitu loh hanya berpusat
kepada Indonesia saja saya menentang misalnya bahwa ini bukan yang mengkritik mahasiswa-
mahasiswa saya tapi banyak mahasiswa saya yang ngambil PhD dengan saya yang biasanya
persoalannya salah satu dari dua satu adalah teori kadang-kadang teori lemah tetapi kalaupun teori
kuat komparasi sangat lemah karena taunya cuma Indonesia padahal kalau nulis tentang Islam
misalnya, kok gak tau di luar tengah? Kalau mau lu tulis tentang hubungan negara dengan bisnis, Kok
gak tau Korea?

Oke? Jadi kira-kira begini Ini preamble-nya ada mana? Itu baru preamble Tadi mana preamble-nya?
Tapi pendek ya Untung bukan saya yang ngulus Untung Jadi kalau kita mau terapkan cara pandang
seperti ini untuk kasus Indonesia, mulai dari mana? Buat saya, selalu mulai dari sejarah.

Untuk memahami apa yang ada sekarang, kita harus memahami kenapa jadinya seperti ini berarti
masa lalu harus kita pahami itu juga bagian dari mengikis ya apa namanya kecenderungan untuk
insuler karena insuler itu bukan hanya insuler secara geografis, tapi juga secara tempo, dari sisi
temporal, dalam arti nggak mau tahu kalau terjadinya 50 tahun yang lalu. Nggak mau tau kalau
terjadinya 20 tahun yang lalu. Nah, kebetulan menurut saya, masyarakat kita ini punya penyakit
menaun. Yang dari dulu itu nggak sembuh-sembuh. Yaitu amnesia kolektif.

Sehingga, hal-hal yang 20 tahun yang lalu itu udah dipecarakan sampai keringetan dan sampai gotor-
gotoran eee... Sekarang Sekarang dipecarakan lagi dengan keringetan dan gotor-gotoran lagi tanpa
referensi kepada perjabatan 20 tahun yang lalu Jadi you always start from zero Akibatnya apa? Mutu
dari diskusi, mutu dari perdebatan tidak beranjang-anjang karena selalu starting from zero jadi ini
yang saya mau tanamkan kepada saudara-saudara terutama yang muda-muda ini bahwa berpikir
mengenai soal ekonomi dan politik, berpikir mengenai pikir mengenai urusan bisnis dan politik,
berpikir secara komparatif dan secara historis. Kalau kita mulai dengan sejarah Indonesia, kita gak
usah jauh-jauh ya, gak usah ke zaman Mataram segala gitu. Kita mulai aja dengan masa Paska
Kolonial awal.

Kita lihat Apakah bagaimana hubungan bisnis dan negara di jaman Pasca Kolonial awal Seperti saya
katakan sifat dari hubungan bisnis dan negara itu di masyarakat pasca kolonial itu ya tergantung
kepada masyarakat pasca kolonial itu seperti apa struktur kekuasaannya seperti apa relasi-relasi
kekuasaan yang ada seperti apa Inti dari, menurut saya salah satu sifat inti dari masyarakat pasca
kolonial Indonesia bagi saudara-saudara yang masih muda, ini artinya setelah tahun 49 ketika
kemerdekaan Indonesia itu diakui oleh dunia internasional walaupun kita selalu 45 yang jadi
pecahkan kita tapi baru tahun 49 kemerdekaan kita itu diakui oleh dunia internasional Nah, kalau kita
lihat struktur masyarakat kita itu, itu ditandai oleh apa? Oleh under development dari kekuatan-
kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Kenapa? Karena struktur dari ekonomi kolonial itu
adalah sedemikian rupa sehingga semua bisnis yang sifatnya besar dan berurusan dengan pasar
global dikuasai oleh orang Eropa. Semua bisnis yang sifatnya menengah, yang sifatnya tidak in the
modern sector, tapi juga tidak terlalu in the traditional sector cenderung dipuasai oleh China yang itu
adalah struktur ekonomi dari zaman colonial dan di paling bawah ya, apa, adalah petani dan guru
dan lain sebagainya yang cenderung adalah orang yang non-Eropa dan yang disebut apa non, non
other orientals, tidak namanya ini, itu kalau kita pakai islahnya yang dipakai oleh Furnimo Nah Itu kita
bisa telusuri sebetulnya kalau mau telusuri sedikit ke belakang Kenapa pernah ada syarikat Islam di
Indonesia?

Kenapa pernah ada syarikat Islam di Indonesia? Syarikat Islam itu dianggap sebagai organisasi
modern pertama di Indonesia yang kemudian berkontribusi terhadap kunculnya nasionalisme
Indonesia padahal dia pakai nama Islam alasan adanya syarikat Islam sebetulnya kalau kita telusur
dia adalah bahwa domen-domen ekonomi yang tadinya dikuasai oleh pendagang dan produsen kecil
yang centrum secara kultural Islam mulai diambil oleh pengusaha-pengusaha China yang
mendapatkan dukungan yang lebih baik dari negara kolonial Jadi munculnya syarikat Islam itu adalah
untuk memprotek domain yang sedang dikawatirkan akan diambil oleh masyarakat yang diluar dari
mereka sendiri ini implikasinya macam-macam tadi, sangat penting ketika Indonesia Merdeka, kita
punya struktur ekonomi dimana semua perusahaan besar itu masih dikuasai oleh Eropa. Sejauh kita
punya perusahaan-perusahaan yang lebih dari hanya tradisional, cenderung itu dikuasai oleh Cina.
Dan yang lebih kecil lagi itu baru yang bukan Indonesia. Menurut saya pengalaman seperti itu sangat
tertanam di dalam historical memory kita ini sehingga banyak, apa namanya, konflik-konflik sifatnya
etnis sifatnya tagamaan, ya anti-Cina dan sebagainya itu sebetulnya menggali dari historical memory
ini seengaknya narasi yang diberikan oleh pengalaman dimana oh ternyata kelompok Islam
dimarjinalkan oleh dulu itu pemerintah kolonial dan yang pentingnya di zaman Merdeka awal, negara
paska kolonial awal itu strukturnya gak berubah Kenapa strukturnya gak berubah?
Karena kalau kita lihat, di luar Eropa-Eropa itu yang menguasai perusahaan-perusahaan besar, Satu-
satunya kekuatan ekonomi adalah negara. Adalah negara. Jadi, apa namanya, pengusaha-pengusaha
besar itu cenderung tidak ada yang dari domestik pun yang Cina. Cenderung itu masih yang skalanya
menengah. Kemudian kita ada beberapa perubahan, usaha melakukan perubahan yang sebetulnya
gagal.

Anda pernah denger tentang program Benteng? Program Benteng itu adalah upaya untuk apa
namanya, membangkitkan apa yang disebut sebagai kelas penusaha pribumi ya kan? Tetapi karena
kelas penusaha pribu ini setelah dikasih lisensi oleh pemerintah untuk impor ekspor tidak punya
jaringan, dia jualan ke China itu yang disebut sebagai hubungan alibaba alinya sih berhubungan
dengan babanya yang China jadi itu gagal. Ada juga nasionalisasi dari perusahaan-perusahaan asing.
Ya kan?

Nah ini juga, nasionalisasi perusahaan asing itu kemudian yang dijadikan manager dari perusahaan-
perusahaan asing yang dinasionalisasi itu adalah siapa? Militer. Nah, disitu adalah awal dari militer
masuk dalam bisnis secara resmi. Sebelumnya sebetulnya militer udah masuk dalam bisnis secara
tidak resmi. Dalam arti dulu itu di tahun 40-an dan 50-an, kalau kita mau kasih makanan ke empara,
orang jeneral itu harus terlibat dalam aktivitas penyelundupan.

Biasanya dari Singapura. Termasuk itu dulu Presiden Soearto, dengan rekan-rekan Taneo waktu itu
Lim Sui Yong dan Bok Hasan jadi kalau di zaman order baru itu Presiden Soeharto mempunyai crony
yang paling dekat berupa Linsfield Young Berpopasan, ya jangan heran. Ya membantu dia dalam
penyumbupan untuk membiayai pasukannya di tahun 50-an. Tetapi ya dengan nasionalisasi
perusahaan-perusahaan nasional ini, yang kita dapat adalah for the first time the military itu
mempunyai posisi yang resmi di dalam pre-waromia ini akan mempunyai dampak yang sangat besar
nanti di jaman order baru tapi ini ada sejarahnya, nah tiba-tiba muncul jaman order baru nah Selain
itu sebetulnya kita bincang, jadi bisnis itu boleh dibilang underdeveloped Tapi negara juga
sebenarnya sifatnya underdeveloped juga Dalam arti aparatus negara itu, mungkin saudara-saudara
yang muda ini gak bisa membayangkan bahwa 800 negara itu tidak bisa menguasai seluruh klosok
teritori yang ada di situ yang namanya Republik Indonesia Jadi di tahun 50-an itu banyak tempat-
tempat Indonesia di mana Republik Indonesia hilang ya diambil dari Islam, atau nanti diambil
permesta, atau apa gitu ya atau dimana eee apa eee perintah-perintah dari pemerintah pusat itu ya
tidak apa menjadi sesuatu yang bisa diterjemahkan di dalam tingkat lokal karena gak punya kapasitas
pemerintahnya dan oleh karena itu kita bisa bilang bahwa masa pas katolunial awal Indonesia itu
ditandai oleh both the underdevelopment dari bisnis dan negara.

Nah oke, itu menurut saya poin yang penting untuk dicatat. Oke. Sebetulnya dari segi transformasi,
ya. Transformasi hubungan bisnis dan negara yang agak mendasar itu terjadi di jaman Orde Baru. Jadi
dari tahun 1966 ke atas.

Disitulah di jaman Orde Baru misalnya negara sebetulnya baru ada. Negara yang terkonsolidasi
otoritasnya. Di tahun 50-an otoritas negara itu sebenarnya belum terkonsolidasi. Tahun 60-an ini ya
karena militer di balik order baru ya dengan koersi sebetulnya ya, ya otoritas dari negara itu Apa
namanya, menyebarlah pada seluruh pelosok Indonesia. Jadi saya sering bilang, kalau di tahun 70-an
ya kita pergi kepada pelosok-pelosok desa Indonesia yang manapun gitu dia akan menemukan
simbol-simbol dari negara misalnya kita akan menemukan Garuda Pancasila di rumahnya kepala desa
kita akan menemukan fotonya Soeharto di rumahnya kepala desa Tapi kalau kita pergi ke daerah-
daerah tertentu di Mindanao atau bahkan Luzon di Filipina, negara lenyap.
Dalam arti negara di Filipina itu belum terkonsolidasi di tahun 70an. Nah kalau di Indonesia itu kita
mau pergi ke klosok mana pun itu negara ada kakilang negara itu nah negara ini tapi perlu apa karena
kelompok bisnisnya itu lemah perlu untuk memainkan peranan yang terpenting dalam kriplomian.
Jadi, tapi di awal order baru kalau kita lihat, negara gak punya duit. Ya apalagi kan yang ada hiperan,
inflasi segala macam, negara gak punya uang. Jadi satu hal yang menarik, ya tentang periode awal
order baru adalah begini Undang-undang penanaman modal asing itu dibikin sebelum undang-
undang penanaman modal dalam negeri Artinya apa?

Artinya kan mereka merasa gak bisa mengandalkan modal domestik. Dia bikin undang-undang untuk
penanaman modal asing karena mereka itu mau mengandalkan investasi dari luar negeri ya kan? Dan
terjadilah free port ya kan? Yang Yang sampai sekarang menjadi kontroversi gitu itu kan dalam
konteksnya adalah itu Nah, kemudian semuanya berubah secara mendadak Secara mendadak
semuanya berubah di tahun 73-74 apa yang terjadi di tahun 73 dan 74? Malari apa? Malari

Malari oh bukan, malari adalah sesuatu yang secara insidental terjadi pada waktu yang sama apa? Bu
minyak bu minyak apa artinya bu minyak itu? Pendapatan Pendapatan negara bertambah oke, karena
Karena pada waktu itu terjadi perang Arab Israel, OPEC, dulu kita anggota OPEC, sekarang kita nggak
anggota OPEC lagi karena minyaknya udah habis. Kita tank importer oil sekarang, dulu kita exporter
yang besar. Kita udah nggak jadi anggota OPEC, tapi waktu OPEC meninggikan apa namanya,
international oil prices, kita tiba-tiba dapet windfall revenue, negara tiba-tiba jadi kaya.

Jadi apa, kepentingan untuk merangkul modalasi berkurang. Hubungan bisnis dengan negara
mengalami perubahan di sini. Tetapi kan seperti saya katakan, bisnis domestiknya nggak ada. Jadi apa
yang dilakukan oleh Ban Purno baru? Dia bikin bisnis domestik ini.

Dia bikin bisnis domestik ini dengan duit negara yang ada, yaitu dia memberikan credit, dia
memberikan subsidi, dia memberikan monopoli, dan macam-macam apa, apa, kerjasamaan yang
dikuasai oleh negara yang tujuannya adalah untuk membangun perusahaan-perusahaan domestik.
Tapi ada kaitan ini dengan politik, ya karena ekonomi dan politik kan pasti hubungannya antara
ekonomi dan politik gitu kan ya ini di jaman suharto itu setelah PKI hancur yang ditakutkan di awal
orde baru adalah Islam kenapa? Karena setelah PKI tidak ada satu-satunya kekuatan sosial yang
mempunyai potensi untuk mobilisasi masa di tingkat grassroots adalah Islam Ya kan? Jadi, Jadi,
cenderung itu, bukan cenderung, strategi dari Soeharto itu adalah untuk membangun konglomerat-
konglomerat China Sebab apa konglomerat-konglomerat China itu nanti dia udah menjadi besar
Tidak akan menjadi ancaman politik Karena yang apa namanya, karena berasal dari minoritas,
mereka akan selalu secara politik tergantung dengan perlindungan dari negara. Kalau dia itu
pengusaha domestik yang terimui, ditakutkan bahwa nanti dia akan menjadi focal point untuk oposisi
Untuk menjadi challenge terhadap regime yang sedang dibangun oleh Soekarno.

Jadi ini adalah kalkulasi yang sangat, apa namanya, tingkah lain-lain gitu. Oleh karena itu kita lihat,
sepanjang tahun 70-an dan awal 80-an terjadi perkembangannya amat kesat dari perusahaan-
perusahaan yang sekarang kita kenal sebagai konglomerat mulai dari monopoli seperti flower yang
bogasahari, lalu ada otomotif seperti Astra dulu ya ini kan semuanya adalah keberkatan kejaksanaan
negara jadilah ini perusahaan-perusahaannya dalam kurang lebih waktu 10-12 tahun itu menjadi
perusahaan raksasa ya, difasilitasi oleh hubungan yang dekat dengan kekuasaan jadi kalau ditanya,
kenapa di Indonesia ini hubungan bisnis dengan negara itu begitu dekat. Alas jawabannya adalah,
bisnis besar di Indonesia ini diciptakan oleh negara. Di follow nih, Bisnis besar itu di Indonesia
diciptakan oleh negara. Bukan dia muncul dari pasar, dari mekanisme pasar, persaingan dan
sebagainya.
Bukan. Dia dibina, dikelola, dan didukung, dan disponsori oleh negara. Jadi kalau kita bertanya,
kenapa hubungan bisnis dengan negara di Indonesia itu sekarang begitu kuat, begitu dekat, ya
alasannya memang dari solonya dibentuk strukturnya seperti itu. Dan hubungan-hubungan yang
sudah terstrukturkan sangat sulit untuk diubah ini yang di belakang udah bosan ya? Lagi ngobrolin
apa sih?

Lagi ngobrolin sepak bola? Atau K-pop? Atau J-pop? Gak apa-apa sih, tapi jangan berisik aja Saatnya
konfirmasi saya Koncentrasi saya terganggu Kalau tidak tertarik atau melakukan yang lain, gak apa-
apa Tapi jangan ngobrol itu mengganggu konfirmasi saya. Saya minta aja gitu ya.

Mau baca laptopnya, iPadnya segala macam. Kan udah aksensi kan, yang penting udah aksensi kan
hahaha hahaha hahaha gapapa gitu ya jangan ngobrol nih soalnya udah tua nih mikun gitu, nanti
anda ngomong gitu saya lupa saya mau ngomong apa ini gak pake text lagi ya oke

[49:53 - 50:05]

Speaker 2:

apalagi saya mohon ya adik-adik sekalian ini kesempatan yang laka ini pak maksudnya guru besar dari
University of Melbourne gitu ya, jauh-jauh dari Australia jadi tolong diperhatikan sekali

[50:08 - 51:50]

Speaker 3:

absensinya udah selesai semua kan, udah tenang lah Duduk baik-baik aja dulu sebentar Ehm Lalu
terjadi perubahan besar lagi, yaitu harga minyak tiba-tiba jatuh. Sedangkan seluruh struktur industri
Indonesia dibentuk berdasarnya asumsi bahwa harganya tinggi. Kita bikin bermacam-macam industri
yang sifatnya mahal, yang sebetulnya kalau mau dibilang tujuannya lebih untuk brand seeking
daripada untuk berkompetisi di pasar Karena pasarnya nggak ada Ya, terus tenang aja gitu kan Saya
bilang kan critical, critical economy jadi pasti kritis gitu kan Jadi apa namanya, itu terjadi macam-
macam korek-korek industri yang mahal, yang kemudian rugi tapi dipompat terus sama duit negara
gitu Yang menerima pompanya kan duitnya semakin, kantongnya semakin gelombang aja gitu di
bawah perusahaan yang merugi dan sebagainya ya itu APBN ya yang bergantung gitu nah tapi APBN
nya gak bisa menahan itu ketika harga minyak jatuh. Karena saya lupa persisnya ya, itu ada di Jeffrey
Winters yang buku saya dulu. Saya lupa, tapi kira-kira di sekitar tahun 81, 70% of export revenue itu
adalah dari sektor migas.

Anda bayangkan kan, itu anjlok harganya kemampuan negara untuk melakukan hubungan,
melangsungkan hubungan bisnis dan negara seperti tadi. Menurun, ngerosok gitu. Nah inilah terjadi
periode yang disebut periode deregulasi dan debirokratisasi Kalau yang umur-umur saya tuh inget
gitu, itu mantra Di Kompas, di Tempu, di Manamatur, semua orang memang debirokratisasi,
deregulisasi actually what it means is economic liberalization actually what it means is integration
dengan neoliberal globalization, that's what it means. Tapi yang kita use to mean sebenarnya adalah
derogulasi dan demilokatisasi. Karena negara gak bisa ini apa itu, maafkan hal lain sama lagi, tapi ini
yang menarik buat saya, ini yang menarik buat saya.

Ini kan kalau kita lihat ya, pertama deregulasinya itu dan demilipidasinya itu pertama-tama walaupun
dipuji-puji setinggi langit oleh bang dunia waktu itu, sifatnya selektif. Sifatnya selektif. Di industri-
industri di mana ada kekuatan-kekuatan yang penting bercokol, itu gak banyak impugris. Ya, itu satu.
Kedua, deregulasi itu kemudian bisa dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok bisnis yang tadinya
dibesarkan lewat proteksi negara.

Kenapa? Mereka sudah jadi besar. Karena mereka sudah jadi besar, mereka mampu untuk
berkompetisi dalam masyarakat. Jadi, ini yang paradoksal mungkin sedikit, bisnis-bisnis yang tadinya
besar dari proteksi negara ternyata kemudian bisa mendominasi periode liberalisasi ekonomi juga
Jadi misalnya terjadi deregulasi yang sangat penting, deregulasi bidang perbankan. Deregulasi bidang
perbankan.

Itu kan disenangin, saya dulu baca itu. Waktu umur saya masih 24 tahun, saya baca itu. Laporan-
laporan Laporan-laporan Bank Dunia segala macem itu yang kata, wah ini hebat ini. Karena dulu bank
Indonesia itu cuma ada sekian, wah terus tiba-tiba ada 200an itu bank Indonesia. Tapi yang terjadi
sebetulnya dari ini, setiap konglomerat bikin bank.

Jadi setiap konglomerat bikin bank itu sebagai sumber dari chip money buat dia. Kemudian hal-hal
seperti capital adequacy ratio dan segala macam, nggak diperhatikan. Biasanya bank itu
meminjangkan kepada perusahaan yang anggota kelompok-kelompoknya sendiri. Jadi nggak ada due
diligence. Orang dikasihnya ke saudara gue juga gitu kan.

Isilahnya gitu ya. Gak Gak ada due diligence. Dengan deregulasi sektor perbankan dan finansial, satu
lagi yang penting adalah akses kepada sumber dana internasional menjadi terjangkau. Kenapa dunia
internasional dan finance mau membiayai pengumuman-pengumuman Indonesia? Karena dianggap,
dijamin oleh kekuasaan otoriterori baru.

Jadi ini kelihatannya, wah, block feasible segala macam. Ah, Ah, tapi gak mungkin bangkut lah,
soalnya di belakangnya ada Soeharto. Apalagi pada waktu itu anak-anak Soeharto sudah pada besar
semua dan punya bisnis sendiri juga. Jadi saya ingat di tahun 1989, saya itu umur 25 tahun,
melakukan studi tentang struktur hutang luar negeri Indonesia dan salah satu hal yang saya tampak
apalagi setelah saya revisit the data tahun 1992 adalah peningkatannya yang luar biasa dari hutang
sektor swasta dibandingkan sektor negara. Dan itu adalah yang kemudian 5 tahun lagi setelah tahun
1992 akan menjadi faktor yang paling penting terhadap krisis ekonomi Indonesia tahun 1997-1998
yang disebabkan oleh overexposure terhadap international debt dalam denominasi asing ya dari
perusahaan-perusahaan swasta Indonesia sebetulnya bukan negara ya jadi ini anda mesti ini, ini
orang-orang ini ya administrasi bisnis segala, ingat gini ya dia itu pinjem dengan dolar karena yang
pinjem itu bilang, oh ini juga gak mungkin bagus lah, ini kan kroni-kroni gitu tapi penghasilan dia
adalah rupiah kenapa?

Dia gak bisa berkompetisi secara internasional misalnya ngeraut di dalam aja gitu walaupun ada juga
waktu itu yang investasi di China tapi itu lebih sebagai apa ya sebagai semacam social insurance
policy Sehingga kalau di Indonesia kenapa-napa dia masih punya dana di luar negeri. Tapi kalau kita
lihat itu, tiba-tiba kan yang apa, dia punya hutang yang nilainya 100 ribu, entarolah 100 ribu rupiah,
dengan rupiah itu tiba-tiba kehilangan 80% dari nilainya itu, nilai dari hutang dia itu kan menjadi
berapa kali lipat. Sedangkan pendapatan dia sama-sama aja malah berkurang karena kapasitas beli
dari masyarakat termasuk bisnis berkurang Hancurlah ekonomi Indonesia. Itulah penyebab dari
hancurnya per-ekonomi Indonesia di tahun 1900. Krisis ekonomi Asia itu mengenai statnya banyak
negara Asia, tapi yang paling hancur adalah Indonesia.

Dan penyebabnya adalah struktur dari hubungan antara bisnis dan negara ini. Oke? Saya punya
waktu berapa?
[58:56 - 59:01]

Speaker 2:

berapa? Masih ada 15 menit

[59:03 - 59:39]

Speaker 3:

kalau udah bosen kasih tau ya saya pendek ya jadi kita lihat itu bahwa bahwa Ya selama 20 tahun itu
kan Indonesia growth nya 7-8% gitu, dipuji-puji segala macem. Ternyata Sunda Mental ya nggak
sehebat yang ditatakan sama Bapak Pernas. Waktu ada serangan terhadap Taibat dan Bung Jumuh,
Indonesia dianggap bisa mengatasi itu lho. Karena

[59:39 - 59:40]

Speaker 4:

Karena katanya kondominium-kondominium

[59:40 - 01:00:59]

Speaker 3:

kondominium-kondominium kuat. Sus, jarang sekali membayangkan apa yang terjadi di Indonesia di
akhir 97-98 Kenapa cuma melihat angka-angka itu? Enggak, Enggak, melihat sepenuh hubungan
negara dan bisnis Dan satu lagi yang saya mau katakan, ini tadi sudah disebut oleh Wisnu bahwa saya
adalah salah satu pembawa teori oligarki dalam studi Indonesia. Saya ini, saya sedikit disiikan aja
dulu ya karena banyak di salah interpretasikan hehehe di dalam apa, perdebatan tentang oligarki
yang disebut oleh Richard Robinson dan saya sebagai oligarki adalah sebuah struktur kekuasaan
sebetulnya yang mengekspresikan fusi dari kekuatan atau kepentingan politik-politik birokrasi dan
ekonomi Jadi fusi antara kepentingan politiko-birokratis dan kepentingan ekonomi. Itu adalah yang
menjadi pendorong terbentuknya oligarki.

Oligarki itu sendiri, ya, diekspresikan oleh keluarga-keluarga bisnis dan politik yang apa, dapat
memfusihkan dua sumber sekan itu jadi kalau dibilang, itu apa, keluarga oligarki yang pertama
adalah keluarga soap ya bahkan kita bisa bilang bahwa oligarki di jaman Orde Baru itu sifatnya sangat
tersentralisasi sama dengan otoriterianismenya yang sangat tersentralisasi kalau kita lihat Orde Baru
sebagai sesuatu yang sedikit lain sebagai suatu sistem patronase kita juga bisa lihat bahwa itu sistem
patronase yang sangat ter-sentralisasi di mana di apex-nya, di pusatnya itu adalah jalan cintana. Ya,
semua harus lewat jalan cintana. Kita lihat ketika anak-anaknya udah semakin besar, itu kan hampir
semua bisnis, dimasukin mobil, jeruk pun masuk, sarang burung walet, apa semua masuk, jalan tol,
TV, nggak ada yang nggak gitu, bank. Jadi itu terbentuk sebuah oligarki yang hasil dari penyatuan
kepentingan ekonomi, birokrasi, dan politik dan mereka lah yang sebetulnya mendominasi orde baru
kita mengatakan bahwa yang mendominasi orde baru bukan militer tidak seperti banyak orang yang
mengatakan di ANU terkena makin bahwa itu negara diktator militer bukan ANU lah, ada orang lain
enggak, Karena yang kita lihat adalah bahwa posisi militer di dalam order baru itu sebetulnya
semakin merosot Bisnis-bisnis militer di tahun pertengahan 80an, akhir 80an itu sudah menyusut
pentingnya itu di dalam struktur ekonomi secara luas Semakin bukan hanya kalah dengan
Konglomerat China tapi semakin kalah dengan Dimantara, Humboldt, dan lain sebagainya itu Itu
adalah salah satu penyebab terjadinya konflik antara swarto dan militer Di akhir tahun 80an Jadi
sebetulnya itu militer sudah menjadi relatively marginal di dalam sebuah kekuasaan yang dinominasi
oleh poligarki itu dan mereka juga udah mulai menjadi sumber kritik ya tapi terjadilah crisis ekonomi
ini crisis ekonomi ini yang seperti saudara-saudara ketahui, yang mudah-mudahan ini mungkin nggak
mengalami, tapi 98 terjadi luapan, ini apa, sama anak masyarakat, orang-orang dulu yang ngakut-
ngutubi politik turun ke jalan, gitu ya.

Lawyer lah, ibu-ibu rumah tangga, insinyur yang tadinya apatis, kenapa pertumbuhan 5-7% setahun,
ya itu ya menguntungkan mereka gitu. Tapi dengan krisis ekonomi ini, ya, yang namanya pegawai
bank tiba-tiba hilangkan pekerjaan Saya sendiri banyak teman-teman pada waktu itu yang kehilangan
rumahnya kemudian menjadi jualan sate, kemudian menjadi supertaksi dan sebagainya. Jadi
legitimasi ekonomi order baru itu hancur lah. Nah, Indonesia kemudian dibantu oleh MF, Itu kan ada
foto yang sangat infamous, ya. Michelle Kambesu itu dari MF.

Liatin Suharto yang sepertinya dipaksa untuk menulis, menandatangani perjanjian dapat bantuan
dari MF. Yang ininya adalah harus liberalisasi lebih lagi harus austerity, artinya itu pengetatan ikat
pinggang subsidi untuk urusan-urusan sosial berkurang subsidi untuk makanan-makanan toko
berkurang dan lain sebagainya itu harus disetujui pemerintah Indonesia perusahaan-perusahaan
besar, kelomoran itu nyatanya itu hancur aset-aset mereka diambil oleh ABBPN ya kan? Yang sudah
tua, yang sumur saya atau lebih ini kan, ini kan ambil oleh BPPN gitu ya malah mungkin punya
perusahaan yang diambil BPPN kali Pak oh ya, tapi ini kan pintar gitu ya. Jadi aset-asetnya udah di-
strip dulu. Sebelum dikasih ke BPPN.

Jadi nilai yang tertera dengan nilai sebenarnya sudah sangat terturang gitu lho ya sudah sangat tidak
sesuai sehingga yang terjadi adalah ketika BPPM mau menjual aset-aset yang diambil itu dari
komplomerat yang beli adalah komplomerat, komplomerat itu juga tapi dengan frank tentunya ya
karena gak boleh mereka beli lagi jadi kita muncul lah pengusaha-pengusaha yang beberapa yang
sekarang masih tengah yang munculnya itu sebagai front buat konglomerat-konglomerat yang sudah
established pada waktu itu ya karena dia dapet proses juga kan dari proses itu ya jadi BPN ngambil
perusahaan-perusahaan itu utangnya dibayar negara dijual dengan harga rendah kepada bisnis-bisnis
itu. Oleh karena itu, walaupun Konglomerat-Konglomerat itu mengalami kerugian dan mengalami
kumpulan dengan rata ekonomi sisi kemudian itu, bukan kumpulan yang fatal. You bisa lihat, kalau
you lihat 100 perusahaan Indonesia yang terbesar sekarang ini mayoritasnya adalah perusahaan-
perusahaan yang dulu-dulu juga gitu ada beberapa yang baru-baru tapi hubungannya juga dari
hubungan dengan negara jadi yang saya bilang adalah boleh jadi kita berubah dari otoriterisme yang
tersentralisasi kepada demokrasi yang terdesentralisasi, tapi hubungan bisnis dan negara masih sama
dan itulah masalah kita sekarang ini jadi kalau kita mau bilang bahwa oke kita mau putak-patik ini
institusi-institusinya yang mengatur perusahaan-perusahaan ini ya terus terang aja undang-undang
di Indonesia tuh banyak banget tapi gak ada yang jalan Dan dia gak jalan terutama di bidang-bidang
dimana kekuasaan yang bercokol dimana undang-undang itu potensi menggantung dia Undang-
undang lingkungan hidup kita, amdal kita itu bagus banget untuk standar rasia Tenggara sih bagus
banget tapi amdal bisa dibeli ya kayak apa itu mana itu tadi nama ya soal reklamasi itu kata nama itu
amdalnya kita bisa pertanyakan gitu terus apa namanya sekarang tentunya yang namanya oligarki itu
ini lah yang saya bilang, oligarki itu tidak hilang dengan jatuhnya order baru mereka melakukan
proses re-organizing dan mereka reinvent themselves sebagai democrats jadi kita bisa lihat bahwa
hampir semua partai politik Indonesia yang paling penting diisi oleh kepentingan-kepentingan yang
lama ya sekarang ada beberapa yang banyak udah tua diganti yang udah gitu tapi saya masih inget
kira-kira 10 tahun yang lalu pasang TV Indonesia ini orang ngomong demokrasi-demokrasi Ini kan
yang 5 tahun yang lalu ngomong soharto, soharto, soharto gitu loh.

Sebagai bapak pembangunan dan segala macem gitu. Bisa berubah gitu. Ini yang saya bilang
masalahnya kita punya itu kolektif amnesia. Jadi kita lupa gitu loh. Oh Oh ini 5 tahun yang lalu
orangnya ngomongnya beda gitu loh sampai kita cuma tau dia ngomong sekarang apa gitu loh nah
karena oligarki itu masih berkuasa lewat menguasai partai politik, menguasai parlement, menguasai
institusi-institusi negara yang lain mereka sangat, apa namanya, itu lah, berusaha untuk menolak
reformasi yang dapat mengangkut kepentingan mereka contohnya sekarang ini ya, KPK ini ya,
sekarang sebetulnya yang mau diambil lah seluruh kekuasaannya gitu Padahal menurut saya KPK itu
tuh mungkin satu-satunya simbol keberhasilan reformasi dengan segala kekurangannya, dengan
segala masalahnya satu-satunya simbol keberhasilan reformasi ya nah, kenapa KPK mau di, mau di
perlemah?

Ya logikanya adalah orang-orang terganggu dengan-dengan KPK yang kuat, dan yang bikin undang-
undang dengan KPK itu adalah orang-orang yang akan diselidiki oleh KPK itu sendiri ya kan, jadi itu
menunjukkan bahwa predator, yang sering saya sebut juga predatory interest itu sangat, masih
sangat mendominasi, predatory interest itu ininya definisinya sebenarnya sangat sederhana dan ini
menurut saya adalah inti dari ekonomi politik Indonesia mekanisme inti dari ekonomi politik
Indonesia bahasa inggrisnya begini, tolong nanti saya coba terjemahin bahasanya. Karena Karena
saya ingin belajar bahasa Inggris. Karena Karena saya ingin belajar bahasa Inggris. Yaitu adalah,
Predatory Capitalism itu adalah, Ya. The The process of private accumulation through access and
control over public institutions and resources.

Itu definisi saya dengan predatory capitalism jadi kira-kira apa terjemahnya adalah akumulasi modal
pribadi berdasarkan kontrol dan akses kepada sumber daya dan institusi publik. Ya, artinya rent
seeking gitu. Itu yang masih belum diubah di Indonesia. Jadi, apa ya kalau mau diselesaikan kalau
udah habis 19 menitnya itu, saya kira begini, kita bisa melakukan analisa apa, apa macem-macem
gitu tentang hubungan bisnis dan negara tapi menurut saya, gak bisa kita lari dari ini, Karena analisa
yang tidak memperhatikan ini, buat saya sih, otomatis nggak akan lengkap. Intinya di situ.

Jadi kita bicara tentang mendidik orang untuk bikin undang-undang yang lebih baik, mendidik orang-
orang yang bekerja dengan lebih operasinya supaya kapasitasnya lebih tinggi, segala macam. Itu Itu
semuanya baik. Tetapi selama masih ada kepentingan-kepentingan yang secara inherent menolak
perubahan-perubahan yang mengganggu pendidikan mereka, keberhasilan dari penggurau-
penggurau itu akan selalu terbatas. Terima kasih.

[01:14:01 - 01:14:30]

Speaker 2:

Mungkin saya buka forum hanya 3 penanya ya, mungkin 1 dosen, 1 mahasiswa, dan 1 non-dosen.
Kira-kira yang dosen siapa yang mau bertanya? Oke Mbak Asra, yang mahasiswa silahkan nanti di
atas, dan yang non dosen non mahasiswa. Nanti Pak Beto tolong kita.
[01:14:34 - 01:15:01]

Speaker 4:

Terima kasih untuk kesempatannya, senang sekali bisa mendengarkan seramah dari Prof. Pedi. Dan
saya kira, ini tanggung jawab juga sudah dikasih ke saya, jadi harus nanya. Begini Prof, saya kira
tertarik tadi misalnya Prof bicara di awal bahwa seringkali mahasiswa ini lebih fokus pada domestik
terlalu nero, terlalu insular. Kebalikan di kami di HI seringkali tahu luar, gak tahu dalam.

Jadi gak paham sejarahnya bagaimana misalnya ekonomi politik hubungan bisnis dan negara dalam
konteks sejarah di Indonesia. Nah ini menarik, saya kira karena kondisinya tadi agak berbeda dengan
yang Prof. Hadis sampaikan. Kira-kira dengan kondisi seperti ini,

[01:15:15 - 01:15:16]

Speaker 0:

dalam pandangan

[01:15:16 - 01:15:29]

Speaker 4:

Prof. Fedi, dimana kemudian seharusnya dalam konteks pengajaran kita bisa memasukkan ini untuk
mematahkan mahasiswa kita dengan apa yang tadi sudah Prof. Fedy Fedy sampaikan. Itu satu. Yang
Yang kedua, saya tertarik dengan Prof. Fedy

Fedy sampaikan tadi, bahwa satu kelemahan lagi selain teori, misalnya bicara komparasi dan saya kira
itu yang masih tadi belum disampaikan oleh Burak Reddy sisi komparasinya mana bro? Jadi Jadi kita
ingin resepannya dari contoh-contoh di negara lain ketika menghadapi proses hubungan bisnis
negara ini seperti apa sih kemudian perubahan misalnya dalam konteks Jepang, konteks Korea itu
seperti apa, perubahan apa yang terjadi setelah krisis ekonomi misalnya, ataupun perubahan-
perubahan politik yang ada di Korea, ataupun ada di Jepang, yang harus kita tahu seperti ada LDP,
kunan DPJ naik dan segala macam ini, adakah perubahan dalam konteks hubungan bisnis dan negara
sebagai studi kualitasnya? Dua poin itu aja Pak, terima kasih.

[01:16:15 - 01:16:16]

Speaker 3:

Oh oke,

[01:16:17 - 01:16:21]

Speaker 2:

takut prof lupa mungkin langsung respon. Karena profnya udah pikul.
[01:16:24 - 01:17:42]

Speaker 3:

Gini, kalau HI itu mungkin sedikit beda, tapi menurut saya ada beberapa ini yang juga sama sih
walaupun fokus perhatiannya adalah di luar negeri misalnya begini, orang-orang AI itu ya mengelajari
hubungan internasional Indonesia gitu kan tapi dia tidak mengetahui ya bahwa kebiasaan politik luar
negeri selalu adalah perpanjangan dari kepentingan domestik. Itu satu. Jadi kenapa kita mempunyai
politik luar negeri seperti A, atau B, atau C, kenapa ini yang kita prioritaskan, bukan ini, bukan itu, itu
semuanya terkait kepada kepentingan politik yang dominan di dalam negeri nah karena tidak
memahami itu untuk memahami politik luar negeri Amerika atau Rusia, atau China, atau Korea juga
kurang jadinya Karena pada dasarnya untuk memahami politik luar negeri di tiap tempat itu, kita
mesti mengerti politik domestiknya. The same thing gitu. Di situ menurut saya.

Kedua memang itu, karena udah tua dan capek dan juga waktu itu udah lewat karena saya
ngoceknya terlalu panjang. Aspek komparatifnya agak kurang luar disitu. Nah, Nah, sebetulnya Ini
yang memang sangat pentingnya. Kenapa hubungan negara yang sangat kuat antara Korea, diantara
bisnis negara di Korea tidak menghasilkan, apa namanya, disfungsionalitas ekonomi sebagaimana
yang kita lihat sekarang ini di Indonesia Menurut saya, antara lain itu kita harus telusuri memang
dalam sejarahnya Sebol-sebol itu memang juga dibentuk oleh hubungan yang dekat dengan negara
Dari zaman Park Chung-hee Dan sebelumnya dia juga, itu siapa? Sekretar Turutuh?

Roh? Apa itu? Roh Tayu? Jadi yang sebelum, ya Jadi, kita udah lihat bola seperti itu. Tetapi, salah satu
yang penting itu adalah sifat negaranya berbeda, birokrasinya negaranya itu berbeda, antara lain
kenapa?

Dia tidak mengalami kolonisasi ala barat, kolonialisasinya itu oleh Jepang selama 35 tahun Sehingga
bentuk dari negara pasca kolonialnya itu berbeda dari bentuk pasca kolonial yang keluar dari
Indonesia. Jadi sifatnya itu berbeda. Kalau kita mau lihat perbedaan antara hubungan dengan sepol
dan negara, menurut saya kita harus mulai di situ. Jepang juga persis sama, dia tidak pernah
dikolonisasi. Nah dengan restorasi neji itu muncul industrialisasi yang berdasarkan model-model
Eropa.

Kalau kita nonton The Last Samurai nya Tom Cruise, kita pikir itu... Apa? Apa? Sebelum ya? Sebelum
Sebelum ya? Sebelum Sebelum ya? Belum-belum

Belum-belum sampai ke sana? Hoping sayangannya. Apa namanya? Kalau kita ikuti film Tom Cruise
dan La Samurai, saatanakan modelnya Jepang itu adalah Amerika Serikat, sama sekali salah. Itu
hanya setelah MacArthur tahun 1945 tapi Meiji restoration modelnya adalah Bismarck nya Jerman
hukum hukum ekonomi dan masyarakat yang mebar kembang di Jepang itu dipelajari dari Bismarck
in Germany Tapi yang memang penting juga adalah baik di Jepang maupun sebetulnya di Korea
karena pengaruh Jepang di Korea Traditional Landed interest itu hilang karena mereka menjalankan
industrialisasi yang menghancurkan kira-kira kekuatan-kekuatan feudal jadi kekuatan-kekuatan feudal
itu tak pernah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap birokrasi dan aparatus negara.

Itu sesuatu yang sangat beda dengan Indonesia. Dan saya bisa lanjutkan ini dengan contoh-contoh
macam-macam. Bahwa Brazil bisa, Amerika bisa, Prancis bisa, tapi panjang.

[01:21:24 - 01:21:26]

Speaker 2:
Yang mahasiswa, silahkan.

[01:21:37 - 01:22:01]

Speaker 5:

Selamat pagi, Pak Pak. Pertanyaannya ada satu, ya, siap-siap. Ini proyek perbincangan yang
mengumumi perusahaan Ajoy sama percara pendapatan penomen. Salah satu dari proyek
perbincangan yang memutuskan sendiri adalah faktor yang salah satunya deregulasi beberapa
software. Deregulasi Deregulasi di perbagai sektor.

Nah apakah salah satu deregulasi itu pun juga patung untuk hubungan akurat misi perang daerah
dan juga perkenaan kembala dari profi sendiri terkait dengan implantasi atau perusahaan harus pakai
kebijakan ekonomi khususnya di Jadidul Istiqlal

[01:22:26 - 01:23:09]

Speaker 3:

jadi persoalan dari pemerintah Jokowi ini dari sejak dia berpuasa hari pertama adalah visi-visinya itu
ini PDB itu bukan? Hahaha ini partanya apa? Ini PDB ini? Ini Ini partanya apa ya? Hahaha eee masalah
Masalah dari hari satu ke satu adalah segala visinya tentang akses kepada kesehatan atau kepada
service-service sosial, visinya tentang pembangunan infrastruktur.

Ya, diambat oleh satu kondisi objektif yang susah sekali untuk ngebapak idea itu, walaupun dengan
subsidi minyak itu dikurangi, 70-an persen dari APBN kita itu adalah untuk pengeluaran rutin dan
membayar utang. Dengan 25-30 persen itu mau bisa apa? Jadi, terjadilah ini berbagai upayanya. Ya
deregulasi itu untuk pemenarik investasi ya, dari luar negeri. Tax amnesty nih, yang diharapkan apa?
Bukannya

Bukannya hanya kalian-kalian ini yang masuk menengah gitu yang maunya sebetulnya adalah
repatriasi dari aset orang Indonesia ke situ yang luar negeri ke sini Nah, yang pertama itu terjadi
orang-orang pada mendaftar, yang keduanya itu nggak terjadi. Karena mereka masih merasa lebih
aman kalau ngumpet di tempat lain. Ya kan? Terus, apa namanya, apa, ketiga adalah ini apa itu
perluasan ini orang pajak, basis pajak. Perluasan basis pajak.

Tetapi, masalah yang dihadapi oleh semua pemerintah Indonesia adalah some of the biggest profits
that are accrued by business indonesia cannot be tax why? Because they are breaking the law
because it's all in the black economy yang pada definisinya gak bisa dibayar jadi uang dari
deforestasi, dari penjualan log secara pasar gelap, itu jual asir, segala macam itu belum lagi
perjudian, prosedusi, drugs ini semua kan duit, gak bisa dipanjang sekian PDB kita ini kan sekian tapi
ini sekali lagi gak unik Indonesia juga. Kalau kita berusaha untuk mempelajari PDB Inggris pun gitu.
Ya, ada sekian persen itu yang dua. Tapi di Indonesia itu, susah sekali untuk di estimate, tapi menurut
saya itu saat besar yang jual.

Karena apa? Kadang-kadang itu ya, ya di tahun seperti ini, tahun-tahun 1998, 2000-2000 dimana gak
ada yang dijual di Indonesia, gak ada produksi, gak ada ekspor, tetapi konsumsi jalan terus. Dari mana
duitnya? Pasti dari kegiatan-kegiatan yang nggak bisa dipajak itu. Jadi mungkin salah satu kure-
pelitian dari ini, dari administrasi pajak itu untuk melihat sektor-sektor yang tidak bisa dipacak itu
jadi itu jawaban saya
[01:26:46 - 01:26:50]

Speaker 2:

pertanyaan terakhir ya, maaf mahasiswa, maaf dosen, silahkan.

[01:26:57 - 01:27:51]

Speaker 6:

Terima kasih, buat Prof tapi kita dua saja. Yang pertama, tadi tidak membahas lebih jauh tentang
masyarakat sipil Padahal Prof sangat menekankan ini Yang saya ingin tanyakan begini Belum ada
ulasan Prof tentang masyarakat sipil itu Dengan implikasi atas faktor masokde baru yang sudah
menyebar ke daerah dan mereka sedang berkuasa hidupnya Di Gimana masyarakat sipil kita atas
kekuasaan yang mereka sampai ke dusun-dusun? Yang kedua, posisi intelektual pro atas perdebatan
klasik, Miliband dan Polansas soal negara. Saya belum dengar. Terima kasih.

[01:28:03 - 01:28:08]

Speaker 3:

Oke, yang terakhir itu asumsinya semua orang pernah baca perdebatan Miliban dan Kolam Kesas
tahun 60-an

[01:28:10 - 01:28:11]

Speaker 0:

Udah ya

[01:28:13 - 01:30:40]

Speaker 3:

Oke, terang masyarakat sibil yang paling gampang dulu, yang lebih gampang dulu untuk dibicarakan
ini yang selalu bikin saya gregetan sebetulnya adalah saya harus secara sangat membosankan diri
saya sendiri itu selalu bicara tentang legacy dari Orde Baru Padahal Orde Baru dulu, dua puluh tahun
nggak ada Tapi warisan sejarahnya kok ada terus gitu Saya sendiri bosen ngomong itu gitu Tetapi
memang jawabannya sebagian adalah situ gitu loh Yaitu bahwa boleh jadi dengan demokrasi itu,
muncul masyarakat sipil yang lebih banyak berorganisasi bikin apa, tapi ya dampak dari mereka
secara politik dampak mereka itu dari segi pengkuatan kebijaksanaan itu masih minimal alasannya
apa? Alasannya Alasannya di jaman Lordebaho itu terjadi disorganisasi masyarakat sipil yang
sistematis dan sangat fundamental sifatnya yang legasinya itu masih kita hadapi sekarang ini
fragmentasi dari masyarakat sipil yang terjadi jadi itu sangat sulit untuk memunculkan pressure
segala kaya yang berdampak kepada kebijaksanaan dan anda harus ingat ya dalam demokrasi
memang theoretically setiap kepentingan dapat mempengaruhi kebijaksanaan tapi in reality Tidak
semua kepentingan mempunyai kedudukan yang sama Jadi adalah kepentingan-kepentingan yang
paling well organized, yang paling well endowed, yang paling punya uang, yang paling punya akses,
yang kepentingannya akan terartikulasikan oleh kebanyaksanaan petani segala macem itu ya
cenderung enggak gitu lho kecuali omong-omong pemilu gitu kita kasih gini, benar segala macem
setelah pemilu lupa, lupain lagi gitu karena enggak ada organisasi-organisasi pani yang bisa secara
kontinu memperjuangkan kepentingan tani secara permainan, orang apa T.I. Nya Nya dikuasai
Prabowo gitu kapan dia jadi petani gitu loh sorry nana

[01:30:53 - 01:30:53]

Speaker 0:

nah

[01:30:57 - 01:33:11]

Speaker 3:

mengenai polansas dan apa namanya polansas dan milipan Saya sebetulnya menghormati kedua
posisi itu Nah ini, aduh saya mesti jelasin dulu sedikit ya Jadi ini di tahun 1962an Terjadi perjabatan
antara Teoritisi Inggris namanya Ruffie Miliband Dengan Teoritisi Prancis namanya Nicolas Pelanzas
maksudnya, Inani, tapi berbasis Prancis namanya Nicholas Klanzas tentang sifat negara ya, kalau
Miliband mereka dua-duanya berusaha untuk menjelaskan kenapa negara cenderung untuk
membela kepentingan dari kelas kapitalis besar Nah penjelasan Emily Band adalah karena kelas
kapitalis besar itu anggota-anggotanya dan birokrasi itu di tingkat tinggi ya anggota-anggotanya latar
belakang sosialnya kurang lebih sama Jadi mereka pergi kepada sekolah-sekolah yang sama, menurut
Inggris itu ya Oxbridge ya, Oxford, Cambridge, ya mungkin LSE segala. Mereka dari keluarga-keluarga
yang intermarry segala macem. Jadi itu apa, apa, penjelasannya pada tingkatan itu. Kalau Polansaz
mengatakan bahwa kenapa negara cenderung untuk mendukung kapitalisme kapitalisme besar
adalah karena negara secara struktural tergantung kepada kapitalisme kepada kapitalisme besar ini
buat pajak, buat employment, dan macem-macem gitu loh sehingga dia tidak bisa mengabaikan dari
kepentingan negara itu dari kepentingan dari kapitalis besar itu menurut saya dua-duanya ada
benernya gitu loh tetapi menurut saya pendekatan miliban itu lebih diskriptif dan pendekatannya
polansas itu lebih dan di tingkat puritis abstraksi yang lebih tinggi dan oleh karena itu menurut saya
untuk jantan yang lebih panjang lebih berguna

[01:33:17 - 01:34:03]

Speaker 2:

Saya sebenarnya ingin menggunakan aku ini sebagai moderator, aku sus Dan sepertinya, saya boleh
bertanya program ini? Karena ada kesempatan, kan? Sepertinya gloomy sekali gitu maksudnya
struktur politik baru-baru masih ada di era post-reformasi kemudian sepertinya kekuatan lama masih
mendominasi konstelasi politik dan ekonomi Indonesia nah saya pengen kira-kira yang solutif gitu,
kira-kira solusinya apa gitu, agar Indonesia bisa terlepas dari kumpulan istilahnya struktur politik
ekonomi yang lain. Mungkin ini pertanyaan saya.
[01:34:05 - 01:34:27]

Speaker 3:

Kalau Anda minta saya membeberkan suatu solusi yang bisa saya beberkan dalam 2-3 menit dan
sifatnya komprehensif dan sifatnya sangat meyakinkan dan sifatnya itu sangat inspiratif saya kasih tau
aja dari start, saya bohong HAHAHAHA

[01:34:30 - 01:34:31]

Speaker 0:

APLAUS

[01:34:32 - 01:36:20]

Speaker 3:

ya dan siapapun yang melakukan itu ya, pembohong, pembuang oke, itu nomor 1 ke 2, ini mungkin
klise, tapi saya betul-betul percaya nih, sebelum kita bisa cari solusi, masalahnya yang ngerti berapa
orang, terobscur oleh adanya pilka ada dan adanya segala macem seakan-akan itu yang di
permukaan adalah yang dilihat permukaan itu, yang di permukaan itu mendistract seluruh perhatian
kita sehingga kita gak melihat yang fundamental yang saya lihat tadi yang saya katakan tadi itu
selama kita masih kayak begitu, bagaimana kita mengumpulkan solusi? Ketiga, dan ini secara ini
sangat sederhana aja ya ada dua, Menurut saya, ada dua hal yang harus ketemu Sebetulnya, dan ini
karena saya gak mau membual Jawabannya jadi mungkin gak serapi dan senang didengar yang
diharapkan kalau seorang pembual yang ada di sini ada dua hal yang harus ditemukan satu, harus
ada krisis pada oligarki itu Kedua, harus ada perorganisasian masyarakat sosial yang mampu untuk
mengisi kekosongan oleh oligarki itu dan polisi Itu yang gak ada waktu Soeharto jatuh waktu
Soeharto jatuh. Tepuk tangan Tepuk tangan Tepuk

[01:36:23 - 01:37:17]

Speaker 2:

tangan Tepuk tangan Terima kasih banyak, Prof. Atas waktunya kuliahnya yang sangat komprehensif
ya. Kita Kita belajar banyak ekonomi politik Indonesia ya dan ternyata memang kondisinya sangat
tidak menjanjikan ya, Prof ya karena kita tidak bisa membuah gitu Tapi sekali lagi terima kasih banyak
atas keliah yang komprensif yang diberikan. Saya yakin simpitas akademi, VIP, PCPUI dan khususnya
mahasiswa ya di kelas Bistek mengeluarkan manfaat yang begitu banyak dari kuliah ini sekali lagi
terima kasih Prof saya kembalikan kepada MC untuk menutup acara terima kasih selamat siang

[01:37:19 - 01:38:57]

Speaker 0:

selamat siang Terima kasih. Sekali lagi Kita beri dukungan tangan yang muria Selamat mulia-mulia
pada sore hari ini. Acara selanjutnya yaitu foto bersama dengan Prof. Mehdi Mehdi Hadis kepada
para pejabat struktural kami persilahkan kepada Ibu Bapak dan juga para tamu undangan yang ingin
berfoto bersama dengan Prof. Mehdi Mehdi Hadis kami persilahkan untuk maju ke podium kita
berfoto bersama dan kita akan menghadap ke teman-teman peserta jadi teman-teman peserta juga
akan dapat berfoto bersama dengan Prof. Edy

Anda mungkin juga menyukai