Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER

NAMA : ELVA ALVITA GENADISA

NIM : A1011191023

MATA KULIAH : HUKUM ACARA PTUN

KELAS :C

1. Jelaskan oleh sdr. Sejarah terbentuknya Peradilan Tata Usaha!


JAWABAN :

Peradilan TUN sendiri menurut sejarahnya pertama kali dibentuk di Perancis


kemudian diikuti oleh Belanda, sedangkan di Indonesia pemikiran untuk
membentuk Peradilan TUN sudah dimulai sejak tahun 1948 melalui pasal 66
Undang-undang No. 19 Tahun 1948 tentang Susunan dan Kekuasaan Badan-
badan Kehakiman yang menyebutkan bahwa Jika dengan Undang-undang atau
berdasar atas Undang-undang tidak ditetapkan badan-badan kehakiman lain untuk
memeriksa dan memutus perkara-perkara dalam soal tata usaha pemerintahan,
maka PT dalam tingkatan pertama dan MA dalam tingkatan kedua memeriksan
dan memutus perkara-perkara itu. Namun demikian oleh karena Menteri
Kehakiman pada saat itu belum sempat menetapkan saat berlakunya Undang-
undang tersebut berdasar pasal 72 Undang-undang No. 19 Tahun1948 sampai
berlakunya konstitusi RIS 27 Desember 1949, maka undang-undang ini tidak
sempat diberlakukan.

Kemudian pada tahun 1960 berdasarkan TAP MPRS No. II/MPRS/1960


diamanatkan supaya segera dibentuk Peradilan Administrasi Negara. Tindak
lanjut dari amanat TAP MPRS tersebut maka diterbitkan UU No 19 tahun 1964
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang mengakomodir
keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara yaitu melalui pasal 7 ayat (1) yang
menyatakan bahwa Peradilan administrasi merupakan salah satu bagian dalam
lingkungan Peradilan di Indonesia. Salah satu upaya mewujudkan keberadaan
Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud ketentuan pasal 7 tersebut,
maka pada tanggal 16 Februari 1965. Menteri Kehakiman RI melalui surat kep.
No. J.58/12/17 membentuk Panja Penyusunan RUU Peradilan Administrasi yang
kemudian disahkan dalam sidang Pleno Lembaga Pembinaan Hukum Nasional
(LPHN) pada tanggal 10 Januari 1966 akan tetapi draf final RUU tersebut tidak
pernah disampaikan oleh pemerintah kepada DPRGR.

Selanjutnya sebagai upaya mewujudkan terbentuknya Peradilan TUN di Indonesia


maka Presiden RI pada tanggal 13 Mei 1972 melalui surat No. R.07/PUN/V/1972
menyampaikan RUU Peradilan Tun kepada DPR RI, akan tetapi pembahasan
RUU tersebut tidak terselesaikan. Sepuluh tahun kemudian tepatnya tanggal 31
Mei 1982. Pemerintahan yang diwakili Menteri Kehakiman Ali Said, SH kembali
menyampaikan RUU Peratun ke DPR, namun oleh karena beberapa hal terkait
materi RUU Peratun yang merupakan lembaga baru dalam sistem hukum di
Indonesia cukup kompleks, pembahasan RUU Peratun tersebut tidak
terselesaikan. Pada tanggal 16 April 1986 Presiden kembali menyampaikan RUU
Peratun Kepada DPR RI melalui surat No. R.04/PU/IV/1986 untuk mendapatkan
persetujuan dan akhirnya setelah dilakukan pembahasan di DPR, maka pada
tanggal 29 Desember 1986 diUndangkanlah UU No. 5 Tahun 1986 tentang
Peratun.

2. Jelaskan kompetensi Absolut dan Kompetensi relatif dari PTUN!


JAWABAN :

Kompetensi (kewenangan) suatu badan pengadilan untuk mengadili suatu perkara


dapat dibedakan atas kompetensi relatif dan kompetensi absolut. Kompetensi
relatif berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu
perkara sesuai dengan wilayah hukumnya. Sedangkan kompetensi absolut adalah
kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara menurut obyek, materi
atau pokok sengketa.

a. Kompetensi Relatif
Kompetensi relatif suatu badan pengadilan ditentukan oleh batas daerah
hukum yang menjadi kewenangannya. Suatu badan pengadilan dinyatakan
berwenang untuk memeriksa suatu sengketa apabila salah satu pihak sedang
bersengketa (Penggugat/Tergugat) berkediaman di salah satu daerah hukum
yang menjadi wilayah hukum pengadilan itu. Pengaturan kompetensi relatif
peradilan tata usaha negara terdapat dalam Pasal 6 dan Pasal 54 : Pasal 6 UU
No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 menyatakan : (1) Pengadilan Tata
Usaha Negara berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota, dan daerah
hukumnya meliputi wilayah Kabupaten/Kota. (2) Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara berkedudukan di ibukota Provinsi dan daerah hukumnya
meliputi wilayah Provinsi.

b. Kompetensi Absolut
Kompetensi absolut berkaitan dengan kewenangan Peradilan Tata Usaha
Negara untuk mengadili suatu perkara menurut obyek, materi atau pokok
sengketa. Adapun yang menjadi obyek sengketa Tata Usaha Negara adalah
Keputusan tata usaha negara sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU
No. 5 Tahun 1986 UU No. 9 Tahun 2004.
Kompetensi absolut PTUN adalah sengketa tata usaha negara yang timbul
dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau Badan Hukum Perdata
dengan Badan atau Pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah,
sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan tata usaha negara, termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Pasal 1 angka 4 UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004).

3. Sebutkan Para pihak Dalam Gugatan PTUN!


JAWABAN :

 Penggugat adalah Setiap Orang atau Badan Hukum Perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara.
Jadi pihak-pihak yang dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata
Usaha Negara adalah:
- Orang yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata
Usaha Negara (KTUN);
- Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN).

Menurut Yurisprudensi Administratieve Rechtspraak Overheidsbeslissingen,


untuk adanya suatu perkumpulan yang dianggap sebagai badan hukum perdata
diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Adanya lapisan anggota-anggota, hal ini dapat dilihat pada
pengadministrasian anggota-anggotanya;
b. Merupakan suatu organisasi dengan tujuan tertentu, diadakan rapat anggota,
diadakan pemilihan pengurus, adanya kerja sama antara para anggota dengan
tujuan fungsionalnya secara kontinu;
c. Ikut dalam pergaulan lalu lintas hukum sebagai suatu kesatuan.

 Tergugat adalah jabatan yang ada pada Badan Tata Usaha Negara yang
mengeluarkan KTUN berdasarkan wewenang dari Badan Tata Usaha Negara itu
atau wewenang yang dilimpahkan kepadanya. Hal ini mengandung arti bahwa
bukanlah orangnya secara pribadi yang digugat tetapi jabatan yang melekat
kepada orang tersebut. Sebagai jabatan TUN yang memiliki kewenangan
pemerintahan, sehingga dapat menjadi pihak Tergugat dalam Sengketa TUN
dapat dikelompokkan menjadi:
a. Instansi resmi pemerintah yang berada di bawah Presiden sebagai Kepala
eksekutif.
b. Instansi-instansi dalam lingkungan kekuasaan negara diluar lingkungan
eksekutif yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, melaksanakan
suatu urusan pemerintahan.
c. Badan-badan hukum privat yang didirikan dengan maksud untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
d. Instansi-instansi yang merupakan kerja sama antara pemerintahan dan pihak
swasta yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
e.Lembaga-lembaga hukum swasta yang melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan.

4. Jelaskan Oleh Sdr:


a. Gugatan
JAWABAN :

Yang dimaksud dengan gugatan adalah suatu tuntutan hak yang diajukan oleh
penggugat kepada tergugat melalui pengadilan. Gugatan dalam hukum acara
perdata umumnya terdapat 2 (dua) pihak atau lebih, yaitu antara pihak
penggugat dan tergugat, yang mana terjadinya gugatan umumnya pihak
tergugat telah melakukan pelanggaran terhadap hak dan kewajiban yang
merugikan pihak penggugat. Terjadinya gugatan umumnya setelah pihak
tergugat melakukan pelanggaran hak dan kewajiban yang merugikan pihak
penggugat tidak mau secara sukarela memenuhi hak dan kewajiban yang
diminta oleh pihak penggugat, sehingga akan timbul sengketa antara
penggugat dan tergugat. Sengketa yang dihadapi oleh pihak apabila tidak bisa
diselesaikan secara damai di luar persidangan umumnya perkaranya
diselesaikan oleh para pihak melalui persidangan pengadilan untuk
mendapatkan keadilan.

Gugatan dapat disimpulkan sebagai suatu tuntutan hak dari setiap orang atau
pihak (kelompok) atau badan hukum yang merasa hak dan kepentingannya
dirugikan dan menimbulkan perselisihan, yang ditujukan kepada orang lain
atau pihak lain yang menimbulkan kerugian itu melalui pengadilan, yang
dalam objek pembahasan ini adalah pengadilan negeri. Oleh karena itu, syarat
mutlak untuk dapat menggugat ke pengadilan haruslah atas dasar adanya
perselisihan atau sengketa

b. Keputusan
JAWABAN :

Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang


dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan – kemungkinan
dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya.Setiap keputusan akan
membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula
ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irrasional dan
dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah. keputusan adalah suatu
ketetapan yang diambil oleh organ yang berwenang berdasarkan kewenangan
yang ada padanya.

c. Badan Atau Pejabat Tata Usaha Negara.


JAWABAN :

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku

Anda mungkin juga menyukai