1. Asas Praduga Rechtmatig (Vermoeden van rechtmatigheid, praesumtio iustae causa) Setiap tindakan pemerintahan selalu dianggap rechtmatig sampai ada pembatalan. Sederhananya, setiap keputusan tata usaha negara selau dianggap sah. Keputusan itu akan hilang jika ada keputusan baru yang membatalkan atau mencabut yang lama. Contoh : KTUN tidak bisa dibatalkan sebelum adanya sampai dikatakan batal sama hakim dan sifat nya mengikat. Konkretnya : Seseorang (X) memiliki rumah di suatu daerah sejak tahun 2000, kemudian pada tahun 2015 dibangun Rumah Sakit yang jaraknya tidak berjauhan dari rumah X mengeluarkan limbah rumah sakit yang tidak dikelola secara bertanggungjawab sehingga menyebabkan air di wilayah tersebut menjadi tercemar dan hal ini mengganggu kesehatan si X. Dalam kasus ini X berhak menggugat Badan yang telah mengeluarkan IMB terhadap rumah sakit tersebut. Namun selama Badan tersebut belum masuk ke tahap pemeriksaan pengadilan dan belum diputus bersalah dan berkekuatan hukum tetap oleh pengadilan TUN, maka Badan tersebut tidak boleh dianggap salah. 2. Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang dipersengketakan, kecuali ada kepentingan yang mendesak dari penggugat. Pasal 67 (1) Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara serta tindakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang digugat. dan ayat (4) huruf a. Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) : a. dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat dirugikan jika Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu tetap dilaksanakan; Contoh : BPN Jakarta mengeluarkan SK mengenai izin reklamasi di daerah pantai Jakarta. Ternyata reklamasi tersebut membawa dampak negatif bagi masyarakat sekitar khususnya nelayan sehingga masyarakat menggugat SK tersebut ke PTUN. Padahal asas praduga rechtmatig (...) dan pelaksanaan dari reklamasi tersebut tidak dapat ditunda pelaksanaannya walaupun sedang dipersengketakan. Namun terdapat kepentingan mendeak dari masyarakat sehingga reklamasi tersebut ditunda pelaksanaannya. 3. Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari segala macam campur tangan kekuasaan yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung bermaksud untuk mempengaruhi keobjektifan putusan pengadilan. Pasal 24 (1) UUD 1945 jo Pasal 1 angka 1 UU 48 Tahun 2009. Pasal 24 (1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.*** ) Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1.Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Contoh : Cari contoh yang dulu yudikatif tuh dekat dengan eksekutif. Ara seorang hakim. Sebaiknya tidak berhubungan intensif dengan yang berperkara seperti berlibur bersama, main golf, dll karena akan menimbulkan conflict of interest yang berakibat pada ketidakobjektifan putusan yang dikeluarkan. Cenderung berat sebelah. Konkretnya : Contoh penerapan kita dapat lihat pada kasus yang melibatkan antara Menteri Hukum dan HAM RI dengan PT Sarinah. Dalam memutus perkara tidak ada campur tangan pemerintah atau pihak manapun dimana dalam kasus ini melibatkan Menteri Hukum dan HAM RI. Walaupun melibatkan oknum dari bagian kekuasaan eksekutif, putusan pengadilan yang ada memutuskan jika si tergugat yaitu Menteri Hukum dan HAM dianggap telah tidak cermat dan tidak bertindak profesional sehingga tindakan pihak tergugat bertentangan dengan asas asas umum pemerintahan yang baik. Karena hal tersebut pihak tergugat mendapatkan sanksi untuk membatalkan sekaligus mencabut beberapa Surat Keputusan dan harus membayar biaya perkara secara tanggung renteng. 4. Asas peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Sederhana adalah hukum acara yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Dengan hukum acara yang mudah dipahami peradilan akan berjalan dalam waktu yang relatif cepat. Dengan demikian, biaya berperkara juga menjadi ringan. Pasal 2 (4) UU 48/2009 Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Contoh : Berkaitan dengan kompetensi pengadilan tempat di mana tergugat bertempat tinggal. Misal A (tergugat) tinggal di Purwokerto jadi merupakan kompetensi pengadilan Pwt untuk menyelesaikan sengketa (sederhana dan cepat). Biaya perkara ringan. 5. Asas pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan. Asas ini menempatkan pengadilan sebagai ultimum remidium. Sengketa TUN sedapat mungkin terlebih dahulu diupayakan penyelesaiannya melalui musyawarah mufakat bukan secara konfrontatif. Penyelesaian melalui upaya administratif diatur dalam Pasal 48 UU PTUN. Apabila musyawarah tidak mencapai mufakat, maka barulah penyelesaian melalui PTUN dilakukan. Pasal 48 UU PTUN Contoh : Ara menggugat KTUN berupa pemecatan dirinya sebagai kepala laboratorium fakultas yang dikelurkan oleh dekan atas dirinya. Asanya pengadilan ini sebagai upaya terakhir jadi alangkah baiknya jika pihak Ara dan dekan menyelesaikan permasalah tsb secara musyawaran untuk mencapai mufakat sebelum ke pengadilan. Apabila cara tersebut tidak dapat ditempuh, barulah menempuh pengadilan. 6. Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis baik dalam pemerikasaan di peradilan judex facti, maupun kasasi dengan Mahkamah Agung sebagai puncaknya. Atas dasar satu kesatuan hukum berdasarkan Wawasan Nusantara, maka dualism hukum acara dalam wilayah Indonesia menjadi tidak relevan. Sebagaimana yang telah terjadi pada zaman Hindia Belanda yang diatur dalam HIR, Rbg, dan Rv yang membagi wilayah Indonesia (Jawa – Madura dan luar Jawa – Madura) dan memisahkan beracara di landraad dan Raad van Justitie. Contoh : Ara mengajukan gugatan mengenai KTUN maka beracaranya sejenis yakni pada ruang lingkup acara peradilan tata usaha negara yang mana MA sebagai puncaknya. Jelaskan MA membawahi 4 lingkungan peradilan di Indonesia. NOTE : Judex factie : ini adalah putusan pengadilan tingkat pertama dan banding Judex yuris : adalah putusan tingkat kasasi yang hanya memeriksa penerapan hukumnya Landraad : adalah pengadilan untuk: Kalangan Inlanders ("pribumi") untuk urusan perdata dan pidana dan untuk orang asing non-Eropa untuk urusan pidana saja. Landraad adalah lembaga pengadilan yang memiliki yurisdiksi se-kabupaten dimana hakim yang bertugas di landraad adalah hakim-hakim professional. Perkara-perkara yang disidangkan di landraad adalah: Raad van Justitie : Dewan Kehakiman pada masa pemerintahan Belanda 7. Asas para pihak harus didengar (audi et alteram partem). Para pihak mempunyai kedudukan yang sama dan harus diperlakukan dan diperhatikan secara adil. Hakim tidak tidak dibenarkan hanya memperhatikan alat bukti, keterangan, atau penjelasan salah satu pihak saja. Contoh : Ara sebagai hakim harus memperhatikan alat bukti, keterangan, atau penjelasan baik dari pihak tergugat mau penggugat agar putusan yang dikeluarkan dapat menciptakan keadilan serta objektivitas dari putusan tersebut. Tidak boleh hanya mendengar dari salah satu pihak saja. 8. Asas hakim aktif. Acuan : Pasal 62 dan 63 PTUN. Asas ini memberikan peran kepada hakim dalam proses persidangan guna memperoleh suatu kebenaran materil dan untuk itu, UU PTUN mengarah pada pembuktian bebas. Bahkan jika dianggap perlu untuk mengatasi kesulitan penggugat memperoleh informasi atau data yang diperlukan, maka hakim dapat memerintahkan badan atau pejabat TUN sebagai pihak tergugat itu untuk memberikan informasi atau data yang diperlukan. Contoh : hakim berperan aktif dalam mencari informasi yang diperlukan. Berbeda denga peradilan perdata di mana hakim bersifat pasif artinya luas pokok sengketa yg menentukan para pihak, bukan hakim. 9. Asas Objektivitas. Untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau panitera wajib mengundurkan diri apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga atau hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai dengan tergugat, penggugat atau penasihat hukum atau antara hakim dengan salah seorang hakim atau panitera juga terdapat hubungan sebagaimana telah disebutkan atau hakim atau panitera tersebut mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan sengketanya. Pasal 78 dan 79 UU PTUN Contoh : Ara sebagai hakim di Pengadilan TUN Jakarta wajib mengundurkan diri apabila pihak tergugatnya adalah mantan suaminya yang mana berprofesi sebagai dekan Fakultas Hukum. 10. Asas peradilan berjenjang. Jenjang peradilan dimulai dari tingkat terbawah yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) dan puncaknya adalah Mahkamah Agung (MA). Dengan dianutnya asas ini maka kesalahan dalam putusan pengadilan yang lebih rendah dapat dikoreksi oleh pengadilan yang lebih tinggi. Terhadap putusan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap dapat diajukan upaya hukum banding kepada PTTUN dan kasasi kepada MA. Sedangkan terhadap putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat dilakukan upaya peninjauan kembali kepada MA. Contoh : Ara mengajukan gugatan ke PTUN, tetapi karena putusan pengadilan kurang memuaskan di pihak Ara, Ara mengajukan banding ke PTTUN dan akhirnya menang, namun karena pihak tergugat tidak menerima putusan PTTUN maka pihak tergugat mengajukan ke MA untuk diteliti kembali. 11. Asas sidang terbuka untuk umum. Membawa konsekuensi bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. (Pasal 13 UU No 48 tahun 2009 jo Pasal 70 UU PTUN) Contoh : Sidang PTUN saat dibuka dan harus terbuka untuk umum khususnya pada saat pembacaan putusan.