Anda di halaman 1dari 4

Bab 3 – Asas Hukum Acara Peratun

Asas-Asas Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara


1. Asas Praduga Rechtmatig (Vermoeden van rechtmatigheid, praesumtio iustae causa)
Setiap tindakan pemerintahan selalu dianggap rechtmatig sampai ada pembatalan.
Sederhananya, setiap keputusan tata usaha negara selau dianggap sah. Keputusan itu akan
hilang jika ada keputusan baru yang membatalkan atau mencabut yang lama.
Contoh : KTUN tidak bisa dibatalkan sebelum adanya sampai dikatakan batal sama
hakim dan sifat nya mengikat.
Konkretnya : Seseorang (X) memiliki rumah di suatu daerah sejak tahun 2000,
kemudian pada tahun 2015 dibangun Rumah Sakit yang jaraknya tidak berjauhan dari
rumah X mengeluarkan limbah rumah sakit yang tidak dikelola secara bertanggungjawab
sehingga menyebabkan air di wilayah tersebut menjadi tercemar dan hal ini mengganggu
kesehatan si X. Dalam kasus ini X berhak menggugat Badan yang telah mengeluarkan
IMB terhadap rumah sakit tersebut. Namun selama Badan tersebut belum masuk ke tahap
pemeriksaan pengadilan dan belum diputus bersalah dan berkekuatan hukum tetap oleh
pengadilan TUN, maka Badan tersebut tidak boleh dianggap salah.
2. Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan Keputusan Tata Usaha
Negara (KTUN) yang dipersengketakan, kecuali ada kepentingan yang mendesak dari
penggugat. Pasal 67 (1) Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya
Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara serta tindakan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang digugat. dan ayat (4) huruf a. Permohonan penundaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) :
a. dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang
mengakibatkan kepentingan penggugat sangat dirugikan jika Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat itu tetap dilaksanakan;
Contoh : BPN Jakarta mengeluarkan SK mengenai izin reklamasi di daerah pantai
Jakarta. Ternyata reklamasi tersebut membawa dampak negatif bagi masyarakat sekitar
khususnya nelayan sehingga masyarakat menggugat SK tersebut ke PTUN. Padahal asas
praduga rechtmatig (...) dan pelaksanaan dari reklamasi tersebut tidak dapat ditunda
pelaksanaannya walaupun sedang dipersengketakan. Namun terdapat kepentingan
mendeak dari masyarakat sehingga reklamasi tersebut ditunda pelaksanaannya.
3. Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari segala macam
campur tangan kekuasaan yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung
bermaksud untuk mempengaruhi keobjektifan putusan pengadilan.
Pasal 24 (1) UUD 1945 jo Pasal 1 angka 1 UU 48 Tahun 2009.
Pasal 24
(1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.*** )
Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1.Kekuasaan Kehakiman
adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik
Indonesia.
Contoh : Cari contoh yang dulu yudikatif tuh dekat dengan eksekutif.
Ara seorang hakim. Sebaiknya tidak berhubungan intensif dengan yang berperkara
seperti berlibur bersama, main golf, dll karena akan menimbulkan conflict of interest
yang berakibat pada ketidakobjektifan putusan yang dikeluarkan. Cenderung berat
sebelah.
Konkretnya : Contoh penerapan kita dapat lihat pada kasus yang melibatkan antara
Menteri Hukum dan HAM RI dengan PT Sarinah. Dalam memutus perkara tidak ada
campur tangan pemerintah atau pihak manapun dimana dalam kasus ini melibatkan
Menteri Hukum dan HAM RI. Walaupun melibatkan oknum dari bagian kekuasaan
eksekutif, putusan pengadilan yang ada memutuskan jika si tergugat yaitu Menteri
Hukum dan HAM dianggap telah tidak cermat dan tidak bertindak profesional sehingga
tindakan pihak tergugat bertentangan dengan asas asas umum pemerintahan yang baik.
Karena hal tersebut pihak tergugat mendapatkan sanksi untuk membatalkan sekaligus
mencabut beberapa Surat Keputusan dan harus membayar biaya perkara secara tanggung
renteng.
4. Asas peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Sederhana adalah
hukum acara yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Dengan hukum acara yang
mudah dipahami peradilan akan berjalan dalam waktu yang relatif cepat. Dengan
demikian, biaya berperkara juga menjadi ringan.
Pasal 2 (4) UU 48/2009 Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Contoh : Berkaitan dengan kompetensi pengadilan tempat di mana tergugat bertempat
tinggal. Misal A (tergugat) tinggal di Purwokerto jadi merupakan kompetensi pengadilan
Pwt untuk menyelesaikan sengketa (sederhana dan cepat). Biaya perkara ringan.
5. Asas pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan.
Asas ini menempatkan pengadilan sebagai ultimum remidium. Sengketa TUN sedapat
mungkin terlebih dahulu diupayakan penyelesaiannya melalui musyawarah mufakat
bukan secara konfrontatif. Penyelesaian melalui upaya administratif diatur dalam Pasal
48 UU PTUN. Apabila musyawarah tidak mencapai mufakat, maka barulah penyelesaian
melalui PTUN dilakukan.
Pasal 48 UU PTUN
Contoh : Ara menggugat KTUN berupa pemecatan dirinya sebagai kepala laboratorium
fakultas yang dikelurkan oleh dekan atas dirinya. Asanya pengadilan ini sebagai upaya
terakhir jadi alangkah baiknya jika pihak Ara dan dekan menyelesaikan permasalah tsb
secara musyawaran untuk mencapai mufakat sebelum ke pengadilan. Apabila cara
tersebut tidak dapat ditempuh, barulah menempuh pengadilan.
6. Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis baik dalam pemerikasaan di peradilan
judex facti, maupun kasasi dengan Mahkamah Agung sebagai puncaknya.
Atas dasar satu kesatuan hukum berdasarkan Wawasan Nusantara, maka dualism hukum
acara dalam wilayah Indonesia menjadi tidak relevan. Sebagaimana yang telah terjadi
pada zaman Hindia Belanda yang diatur dalam HIR, Rbg, dan Rv yang membagi wilayah
Indonesia (Jawa – Madura dan luar Jawa – Madura) dan memisahkan beracara di
landraad dan Raad van Justitie.
Contoh : Ara mengajukan gugatan mengenai KTUN maka beracaranya sejenis yakni
pada ruang lingkup acara peradilan tata usaha negara yang mana MA sebagai puncaknya.
Jelaskan MA membawahi 4 lingkungan peradilan di Indonesia.
NOTE :
Judex factie : ini adalah putusan pengadilan tingkat pertama dan banding
Judex yuris : adalah putusan tingkat kasasi yang hanya memeriksa penerapan hukumnya
Landraad : adalah pengadilan untuk:
Kalangan Inlanders ("pribumi") untuk urusan perdata dan pidana dan untuk orang asing
non-Eropa untuk urusan pidana saja. Landraad adalah lembaga pengadilan yang memiliki
yurisdiksi se-kabupaten dimana hakim yang bertugas di landraad adalah hakim-hakim
professional. Perkara-perkara yang disidangkan di landraad adalah:
Raad van Justitie : Dewan Kehakiman pada masa pemerintahan Belanda
7. Asas para pihak harus didengar (audi et alteram partem). Para pihak mempunyai
kedudukan yang sama dan harus diperlakukan dan diperhatikan secara adil. Hakim tidak
tidak dibenarkan hanya memperhatikan alat bukti, keterangan, atau penjelasan salah satu
pihak saja.
Contoh : Ara sebagai hakim harus memperhatikan alat bukti, keterangan, atau penjelasan
baik dari pihak tergugat mau penggugat agar putusan yang dikeluarkan dapat
menciptakan keadilan serta objektivitas dari putusan tersebut. Tidak boleh hanya
mendengar dari salah satu pihak saja.
8. Asas hakim aktif. Acuan : Pasal 62 dan 63 PTUN.
Asas ini memberikan peran kepada hakim dalam proses persidangan guna memperoleh
suatu kebenaran materil dan untuk itu, UU PTUN mengarah pada pembuktian bebas.
Bahkan jika dianggap perlu untuk mengatasi kesulitan penggugat memperoleh informasi
atau data yang diperlukan, maka hakim dapat memerintahkan badan atau pejabat TUN
sebagai pihak tergugat itu untuk memberikan informasi atau data yang diperlukan.
Contoh : hakim berperan aktif dalam mencari informasi yang diperlukan. Berbeda denga
peradilan perdata di mana hakim bersifat pasif artinya luas pokok sengketa yg
menentukan para pihak, bukan hakim.
9. Asas Objektivitas.
Untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau panitera wajib mengundurkan diri
apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga atau
hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai dengan tergugat, penggugat atau
penasihat hukum atau antara hakim dengan salah seorang hakim atau panitera juga
terdapat hubungan sebagaimana telah disebutkan atau hakim atau panitera tersebut
mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan sengketanya.
Pasal 78 dan 79 UU PTUN
Contoh : Ara sebagai hakim di Pengadilan TUN Jakarta wajib mengundurkan diri
apabila pihak tergugatnya adalah mantan suaminya yang mana berprofesi sebagai dekan
Fakultas Hukum.
10. Asas peradilan berjenjang.
Jenjang peradilan dimulai dari tingkat terbawah yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN), Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) dan puncaknya adalah
Mahkamah Agung (MA). Dengan dianutnya asas ini maka kesalahan dalam putusan
pengadilan yang lebih rendah dapat dikoreksi oleh pengadilan yang lebih tinggi.
Terhadap putusan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap dapat diajukan upaya
hukum banding kepada PTTUN dan kasasi kepada MA. Sedangkan terhadap putusan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat dilakukan upaya peninjauan kembali
kepada MA.
Contoh : Ara mengajukan gugatan ke PTUN, tetapi karena putusan pengadilan kurang
memuaskan di pihak Ara, Ara mengajukan banding ke PTTUN dan akhirnya menang,
namun karena pihak tergugat tidak menerima putusan PTTUN maka pihak tergugat
mengajukan ke MA untuk diteliti kembali.
11. Asas sidang terbuka untuk umum. Membawa konsekuensi bahwa semua putusan
pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum.
(Pasal 13 UU No 48 tahun 2009 jo Pasal 70 UU PTUN)
Contoh : Sidang PTUN saat dibuka dan harus terbuka untuk umum khususnya pada saat
pembacaan putusan.

Anda mungkin juga menyukai