Anda di halaman 1dari 9

RESUME HUKUM ACARA

PERADILAN TATA USAHA


NEGARA
DOSEN: VICTOR EMANUEL,SH.,MH.

Nama: YONITA SALSIA


NIM: 190400082941
KELAS: REGULAR A SEMESTER 4
Dinamika yang terjadi sehingga UU PTUN harus diubah dan mengikuti

perkembangan kebutuhan hukum di Indonesia. Ia menjelaskan, pada dasarnya peradilan

PTUN adalah sarana untuk melindungi kepentingan masyarakat dari tindakan sewenang-

wenang yang dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat dalam hal ini diberi ruang untuk

mendapatkan keadilan melalui pihak ketiga yaitu pengadilan TUN apabila merasa haknya

dilanggar oleh pemerintah dalam menjalankan tugas pemerintahan.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan perkembangan terkini dari peradilan TUN pasca

lahirnya Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan yang

dianggapnya sebagai UU Payung bagi hukum administrasi di Indonesia. Dengan lahirnya UU

Administrasi Pemerintahan itu, maka terjadi pula perluasan kewenangan dari pengadilan

TUN. Ia menjelaskan, perluasan kewenangan tersebut bisa dilihat pada pasal 87 UU

Administrasi Pemerintahan yang menghendaki bahwa saat ini, yang menjadi objek gugatan

TUN tidak hanya surat yang dikeluarkan oleh pejabat TUN yang bersifat konkret, individual,

dan final, tetapi juga tindakan yang bersifat factual yang dilakukan oleh pejabat TUN tidak

hanya pada lingkungan eksekutif, tapi juga legislatif dan yudikatif.

Perkembangan peradilan TUN ini perlu dipahami oleh lulusan hukum, supaya kelak

apabila berurusan dengan peradilan TUN dapat memberikan pertimbangan hukum bagi

pihak-pihak yang terlibat. “Seorang sarjana hukum haruslah memiliki sifat pembelajar,

karena hukum terus berubah dan seorang sarjana hukum harus mampu mengikuti perubahan-

perubahan itu”. Pesannya di akhir perkuliahan kepada mahasiswa STH Indonesia Jentera.

Kompetensi PTUN

 Kompetensi absolut à kewenangan memeriksa/mengadili perkara berdasarkan pembagian


wewenang atau tugas (atribusi kekuasaan)
 Kompetensi relatif à kewenangan memeriksa/mengadili perkara berdasarkan pembagian
daerah hukum (distribusi kekuasaan)
Pengecualian

 Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa TUN


tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu dikeluarkan dalam waktu perang, keadaan
bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar biasa yang membahayakan, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penyelesaian sengketa TUN

 Upaya Administratif, Prosedur yang ditentukan dalam suatu peraturan perundang-


undangan untuk menyelesaikan suatu sengketa TUN yang dilaksanakan di lingkungan
pemerintahan sendiri

Bentuk yang dapat ditempuh melalui prosedur upaya administratif

 Prosedur keberatan, digunakan dalam hal penyelesaian KTUN harus dilakukan sendiri
oleh Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan tersebut.
 Banding administratif

Gugatan ke PTUN

 Permohonan tertulis yang berisi tuntutan kepada Pejabat Administrasi Negara yang
ditujukan ke PTUN

Pengajuan Gugatan dan Tenggang Waktu

 Gugatan, permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan/Pejabat TUN dan diajukan
kepada pengadilan untuk mendapatan putusan (Pasa 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986)
 Isi gugatan hanya terbatas pada suatu macam tuntutan pokok, yaitu agar keputusan TUN
yang diselengarakan batal/tidak sah.
 Tidak setiap KTUN dapat langsung digugat melalui PTUN. Menurut Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986, terhadap KTUN yang mengenal upaya administratif disyaratkan lebih
dahulu menempuh saluran administratif yang tersedia. KTUN yang tidak mengenal upaya
administratif, gugatan langsung ditujukan kepada PTUN tingkat pertama.
 Jika tidak ada peraturan perundang-undangan yang menyediakan upaya administratif,
sengketa TUN dapat langsung diajukan kepada PTUN bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN di tingkat pertama.
 Apabila terhadap putusan PTUN tersebut dirasakan tidak puas, penggugat dapat
mengajukan banding kepada PTTUN bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus sengketa
TUN di tingkat banding. Terhadap putusan PTTUN dapat diajukan permohonan kasasi kepada
Mahkamah Agung.

Gugatan Sengketa TUN

 Beracara di muka PTUN tingkat pertama selalu diawali dengan pengajuan gugatan
kepada pengadilan yang berwenang.
 Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan/Pejabat TUN diajukan
kepada pengadilan untuk mendapatkan putusan.
 Gugatan hanya dapat diajukan oleh seseorang atau Badan hukum perdata, dan tidak
dimungkinkan terjadi gugat menggugat antar Badan atau Pejabat TUN.
 Isi gugatan hanya terbatas pada suatu macam tuntutan pokok, yaitu agar KTUN yang
disengketakan batal atau tidak sah.
 Tuntutan pokok dapat juga disertai dengan tuntutan ganti kerugian. Khusus untuk
pegawai negeri selain tuntutan di atas dapat juga ditambah dengan tuntuan rehabilitasi.
 Rehabilitasi adalah pemulihan hak penggugat dalam kemampuan, kedudukan, harkat dan
martabatnya sebagai pegawai negeri sipil seperti semula sebelum ada keputusan yang
disengketakan dan termasuk juga pemulihan terhadap hak-hak yang ditimbulkan oleh
kemampuan, kedudukan, dan harkatnya sebagai pegawai negeri sipil.
 Gugatan diajukan kepada pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan tergugat. Jika tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat TUN dan
berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum pengadilan, maka gugatan diajukan kepada
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu Badan atau Pejabat
tersebut.
 Jika tidak berkedudukan di daerah hukum pengadilan penggugat, maka gugatan dapat
diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi kedudukan penggugat untuk
selanjutnya diteruskan kepada pengadilan yang bersangkutan.
 Pada dasarnya para pihak yang berperkara harus menghadap sendiri dalam perkara di
persidangan PTUN, baik yang bertindak sebagai penggugat naupun sebagai tergugat.
 Tetapi jika penggugat dan tergugat asli tidak mau menghadap sendiri, perkaranya itu
dapat diwakilkan secara lisan kepada orang lain sebagai kuasa di persidangan. Jika yang
bersangkutan tidak dapat hadir, perkaranya harus diwakilkan secara tertulis dengan surat kuasa.

Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan adalah:

 KTUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang


 Badan atau Pejabat TUN pada waktu mengeluarkan keputusan telah menggunakan
wewenang untuk tujuan lain dari maksud diberikan wewenang tersebut.
 Badan atau Pejabat TUN pada waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan keputusan
setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu seharusnya
tidak sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan tersebut.

Penundaan Pelaksanaan KTUN yang digugat

KTUN selalu dianggap sah menurut hukum selama tidak ada keputusan hakim yang menyatakan
sebaliknya, oleh karena itu:

 Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya keputusan Badan atau Pejabat
TUN.
 Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan KTUN itu ditunda selama
pemeriksaan sengketa TUN sedang berjalan, sampai ada keputusan pengadilan yang memperoleh
kekuatan hukum tetap.
 Permohonan dimaksud dapat diajukan sekaligus dalam gugatan dan dapat diputus lebih
dahulu dari pokok sengketa. Namun jika permohonan tersebut baru diajukan setelah tingkat
pembuktian selesai akan sulit diterima karena pada tingkat pemeriksaan itu sudah saatnya untuk
menentukan dikabulan atau tidak permohonan penundaan KTUN itu.
 Untuk mendapat gambaran yang jelas mengenai permasalahannya, ketua pengadilan atau
majelis hakim dapat juga memanggil para pihak yang bersengketa, sanksi-sanksi, saksi ahli, ahli
penerjemah, atau juru bahasa.
 Para pihak dapat juga membawa saksi atau saksi ahli.
 Agar permohonan penundaan pelaksanaan KTUN dapat diterima maka permohonan yang
diajukan secara terpisah, harus memenuhi syarat-syarat formal yang berlaku untuk surat gugatan.
 Permohonan penundaan pelaksanaan KTUN harus hanya berkaitan dengan gugatan
pokok yang telah dimasukan dan jelas masuk dalam kompetensi pengadilan tersebut.
 Permohonan penundaan pelaksanaan KTUN itu tidak menyangkut kepentingan umum.
 Permohonan penundaan pelaksanaan KTUN itu belum pernah diputuskan oleh
pengadilan.
 Jika permohonan seperti itu sudah pernah ditolak oleh pengadilan, tentu saja permohonan
ulang tidak dapat diterima.

Pemeriksaan Administratif dan pemeriksaan Persiapan

 Kriteria pemeriksaan administratif setelah perkara didaftar dan memperoleh nomor


perkara, kemudian staf kepaniteraan membuatkan resume gugatan sebelum diajukan kepada ketua
PTUN dengan bentuk formal sebagai berikut:

1. Subjek gugatan, siapa subjek gugatan dan apakah penggugat atau tergugat maju sendiri
atau diwakili oleh kuasanya
2. Objek gugatan, hal yang menjadi objek gugatan, misalnya surat keputusan pemberhentian
sebagai PNS, atau misalnya surat keputusan pembongkaran gedung atau rumah.
3. Ringkasan alasan gugatan, ringkasan alasan gugatan diteliti secara sepintas apakah
memenuhi unsur Pasal 53 ayat (3) huruf a, b, dan c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986.
4. Apakah Tuntutan penggugat (petitum) hanya berisi permintaan pembataan surat
keputusan yang diselenggarakan saja, atau ditambah dengan tuntutan ganti kerugian dan atau
rehabilitasi.

 Pendaftaran perkara baik di tingkat pertama maupun di tingkat banding baru dimasukan
dalam register perkara setelah biaya panjar perkara yang ditaksir oleh panitera
 Jika ada pihak yang didampingi oleh kuasa, maka isi dan bentuk surat kuasa khusus harus
memenuhi persyaratan dengan dibubuhi materai secukupnya.
 Jika surat kuasa khusus tersebut hanya dibubuhi cap jempol pemberi kuasa, maka perlu
adanya penguatan dari seorang pejabat yang berwenang.
 Jika kuasa itu seorang advokat, maka surat kuasa khusus tidak perlu dilegalisasi.
 Dalam surat kuasa khusus mungkin saja disebutkan kuasa subtitusi, maka menurut
Mahkamah Agung kuasa subtitusi juga harus memiliki izin praktek.
 Hasil penelitian administrasi dilaporkan kepada Ketua PTUN atau wakilnya untuk
dilajutkan dalam rapat permusyawaratan.
 Ketua atau wakil ketua akan memeriksa kembali terutama mengenai wewenang PTUN
yang bersangkutan untuk memutus atau mengadilinya.
 Apakah gugatan tersebut telah memenuhi persyaratan, alasan-alasan pengajuan gugatan,
daluwarsa atau tidaknya gugatan yang diajukan tersebut.
 Dalam rapat permusyawaratan, ketua pengadilan berwenang memtuskan dengan suatu
penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan tersebut
dinyatakan tidak dapat diterima atau tidak berdasar.
 Apabila pokok gugatan nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang pengadilan, syarat-
syarat gugatan tidak dipenuhi penggugat sekalipun dia telah diberitahukan dan diperingakan,
gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.
 Dengan demikian, kriteria utama pemeriksaan administrasi yang dilakukan dalam rapat
permusyawaratan adalah fakta yang dijadikan dasar gugatan termasuk kompetensi PTUN; syarat
dan alasan pengajuan gugatan.

Pemeriksaan dengan Acara Biasa, Acara Cepat, Acara singkat


 Surat gugatan merupakan pengantar ke proses pemeriksaan di muka PTUN dengan
masuknya surat gugatan sebagai diharapkan akan menimbulkan reaksi dari pihak pengadilan,
misalnya berupa pernyataan bahwa gugatan itu tidak dapat diterima jika tidak memenuhi syarat-
syarat yang diharuskan.
 Penggugat tentunya mengaharapkan bahwa surat gugatanya itu telah memenuhi syarat-
syarat yang diharuskan dan dapat segera diperiksa dan diputus oleh pengadilan sesuai dengan
tuntutannya.
 Gugatan diajukan karena penggugat merasa kepentinanya dirugikan oleh tindakan
administrasi negara yang dituangkan dalam ketetapan itu bersifat melawan
hukum (onrechtmatige overheidsdaad)
 Atau karena menyalahgunakan wewenang (detournement de pouvoir), atau karena
bertindak sewenang-wenang (abus de droit).
 Oleh karena itu, ketetapan yang diperkarakan itu diminta agar dinyatakan batal atau tidak
sah.
 Apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak yang harus dapat
disimpulkan dari alasan-alasan permohonanya, penggugat dalam gugatannya dapat memohon
kepada pengadilan supaya pemeriksaan sengketa dipercepat.
 Ketua pengadilan dalam jangka waktu 14 hari stelah diterimanya permohonan,
mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan/tidak dikabulkanya permohonan tersebut.
 Terhadap pengadilan tidak dapat digunakan upaya hukum.
 Setelah majelis hakim menganggap perkara tersebut sudah cukup untuk melihat berkas
perkara, maka hakim ketua ketua sidang lalu menetapkan hari mulai dan tempat sidang dilakukan.
 Dalam menentukan hari sidang, hakim harus mempertimbangkan jauh dekatnya tempat
tinggal kedua belah pihak dari tempat persidangan.
 Jangka waktu antara pemanggilan dengan hari sidang tidak boleh kurang dari 6 hari
kecuali dalam hal sengketa harus diperiksa dengan acara cepat. Pengadilan masing-masing telah
menerima surat panggilan yang dikirimkan dengan surat tercatat.
 Jika kedua belah pihak tidak mencapai kata sepakat/perdamaian, maka sidang dilanjutkan
oleh hakim ketua dan pihak tergugat harus sudh siap dengan surat jawabanya.
 Surat jawaban tergugat terdiri jawaan tdk langsung mengenai pokok perkara. Eksepsi
harus diartikan sebagai perlawanan tergugat yang tidak mengenai pokok perkara, melainkan
mengenai acara.
 Pembuktian adalah upaya untuk meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil yang
dikemukakan dalam suatu perkara.
 Tujuan pembuktian adalah untuk memberikan kepastian hukum kepada hakim tentang
adanya dalil-dalil tertentu, sehingga putusanya akan berdasarkan alat bukti.
 Dalam hal pemerikasaan sengketa sudah diselesaikan, kedua belah pihak diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat yang terakhir berupa kesimpulan masing-masing.
 Pemeriksaan sengketa sudah diselesaikan artinya sesudah penggugat mengajukan replik
dan tergugat mengajukan duplik yang kemudian disusul dengan pembuktian, hakim memberi
kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mengajukan kesimpulan.
 Dalam ksmpatan tersebut pihak penggugat dan tergugat harus dapat mempertahankan
dalil-dalil yang telah dikemukakann

Putusan Peradilan Tata Usaha Negara

 Putusan pengadilan dapat berupa gugatan ditolak, gugatan dikabulkan, gugatan tidak
dapat diterima, atau gugatan gugur.
 Gugatan ditolak artinya memperkuat Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau
Pejabat TUN .
 Gugatan dikabulkan artinya tidak membenarkan Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan
atau Pejabat TUN baik sebagian atau seluruhnya.
 Gugatan tidak dapat diterima artinya gugatan itu tidak memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
 Gugatan gugur artinya apabila para pihak atau kuasanya semua tidak hadir pada
persidangan yang telah ditentukan dan telah dipanggil secara patut.
 Dalam hal gugatan dikabulkan oleh pengadilan, maka dalam putusan sekaligus dititipkan
kewjiban yang harus dilakukan oleh Badan atau Pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan
berupa:
 Pencabutan KTUN yang bersangkutan;
 Pencabutan KTUN yang bersangkutan ditambah dengan kewajiban untuk menerbitkan
keputusan yang baru, atau
 Penerbitan KTUN apabila gugatan didasarkan pada adanya sikap diam yang disamakan
dengan keputusan penolakan pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 tahun
 Putusan hakim tidak semua dapat dilaksanakan dalam arti yang sebenarnya secara paksa
oleh pengadilan. Hanya putusan penghukuman yang dapat dilaksanakan, sedangkan putusan
pernyataan (deklaratoir) dan putusan penciptaan (contitutive) tidak memerlukan sarana pemaksa
untuk melaksanakanya.
 Karena tidak memuat hak atas suatu prestasi, maka terjadinya akibat hukum tidak
tergantung pada bantuan atau kesediaan dari pihak yang dikalahkan.
 Karena itu, tidak diperlukan sarana pemaksa untuk menjalankann
 Putusan Pengadilan yang tidak mengindahkan syarat-syarat yang ditentukan undang-
undang akibatnya batal demi huku
 Selambat-lambatnya 30 hari setelah putusan itu diucapkan, hakim yang memeriksa
perkara dan panitera yang ikut bersidang harus menandatanganinya.
 Apabila hakim ketua sidang berhalangan menandatangani, maka putusan ditandatangani
oleh ketua pengadilan dengan menyatakan berhalanganya hakim ketua sidang.
 Apabila yang berhalangan adalah hakim anggota majelis, putusan ditandatangani oleh
ketua majelis dengan menyatakan berhalangannya hakim anggota majelis itu
 Setiap perkara yang diputus pengadilan memerlukan biaya.
 Pihak yang kalah lazimnya dihukum untuk membayar biaya perkara, baik untuk
seluruhnya atau sebagian.

Biaya perkara tersebut dibebankan kepada pihak yang kalah meliputi:

1. Biaya kepaniteraan dan biaya materai yang diperlukan untuk perkara itu.
2. Biaya saksi, ahli, dan alih bahasa yang diperlukan dalam perkara termasuk biaya
penyumpahanya, dengan catatan bahwa pihak yang meminta pemeriksaan lebih dari 5 orang saksi
harus membayar biaya untuk saksi yang lebih itu meskipun pihak tersebut dimenangkan.
3. Biaya pemeriksaan di tempat lain dari ruang sidang dan biaya lain yang diperlukan bagi
pemutusan sengketa atas perintah hakim ketua sidang.

 Agar ada kepastian hukum, jumlah biaya perkara yang dibebankan kepada pihak yang
kalah harus dimuat dalam amar putusan akhir pengadilan.
 Dalam hal pelaksanan putusan yang berisi kewajiban kepada Badan/Pejabat TUN untuk
memberikan rehabilitasi, dikirim kepada para pihak dalam tempo 3 hari setelah putusan
mempunyai kekuatan hukum tetap.
 Apabila tergugat tidak dapat atau tidak sempurna melaksanakannya sebab telah terjadi
perubahan keadaan, maka dia wajib memberitahukan kepada Ketua Pengadilan dan Penggugat.
 Kemungkinan suatu putusan PTUN tidak dilaksanakan oleh pejabat administrasi negara,
karena alasan teknis yuridis dan sikap tindak pejabat administrasi negara.
 Dari segi teknis yuridis, dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 serta beberapa asas
dalam hukum administrasi memang tidak diatur instrumen yang dapat memaksa pejabat
administrasi negara untuk melaksanakan putusan PTUN.
 Pejabat yang tidak melaksanakan putusan PTUN berarti tidak menghormati prinsip-
prinsip negara hukum dan tidak menyadari bahwa jabatan sebagai pekerjaan yang mengemban
kepentingan umum.
 Untuk dapat menerobos hal ini diperlukan dan diciptakan yurisprudensi oleh para hakim
PTUN.

Upaya hukum terhadap putusan PTUN

 Jenis upaya hukum:

1. Upaya hukum biasa yang berupa pengadilan tingkat banding dan peradilan tingkat kasasi.
2. Upaya hukum luar biasa, yaitu perlawanan pihak ketiga dan peninjauan kembali.

 Perlawanan pihak ketiga

1. Mencabut keputusan yang digugat dalam perkara itu. Misalnya pencabutan izin usaha akan
menimbulkan kerugian penduduk sekitarnya,
2. Mencabut keputusan yang digugat dalam perkara itu dan menerbitkan KTUN yang baru.
Misalnya pencabutan izin usaha tersebut disertai mengeluarkan izin serupa untuk luar daerah,
tentu ketetapan baru akan merugikan kepentingan penduduk yang dahulu sudah menguntungkan
3. Menerbitkan KTUN baru dalam hal gugatan yang dikabulkan mengenai keputusan yang
fiktif.
4. Membayar suatu ganti kerugian.
5. Mereka dilitir penggugat dalam kedudukan semula.

 Pemohonan banding à istilah banding sering disebut pemeriksaan ulang, dalam bahasa
inggris disebut appeal, pemeriksaan tingkat kedua, yaitu memeriksa perkara baik mengenai fakta
maupun penerapan hukumnya dan merupakan pemeriksaan tingkat terakhir (judex facti).
 Permohonan kasasi

Kasasi à pemeriksaan terhadap keputusan pengadilan dalam tingkat peradilan yang terakhir
apakah ada kesalahan atau kekeliruan dalam penerapan hukumnya.

Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi dapat menggunakan 3 alasan untuk membatalkan alasan
pengadilan bawahan (judex facti) yaitu:

1. Karena melampaui batas wewenangnya


2. Salah menerapkan/melanggar hukum yang berlaku
3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh Undang-Undang yang
mengakibatkan batalnya putusan yg bersangkutan

 Peninjauan Kembali à Permohonan peninjauan Kembali terhadap putusan pengadilan


yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap merupakan wewenang eksklusif Mahkamah
Agung.
 Mahkamah Agung akan memutuskan permohonan PK pada tingkat pertama dan terakhir.

 Setelah diputuskan dalam tingkat PK tidak terbuka lagi upaya hukum apapun.
 Alasan-alasan PK diatur dalam Pasal 67-75 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1986
sebagai berikut:

1. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang
diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti perdana dinyatakan palsu
2. Apabila setelah perkara diputus ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan
yang pada waktu pekara diperiksa tidak dapat ditemukan
3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada yang dituntut
4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan
sebab-sebabnya
5. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai soal yang sama atas dasar yang sama,
oleh pegadilan yang sama, atau sama tingkatnya telah diberikan putusan yang satu dengan
lainnya bertentangan
6. Apabila dalam suatu putusan terdapat ketentuan-ketentuan yang bertentangan satu dengan
yang lain

Anda mungkin juga menyukai