Anda di halaman 1dari 51

HUKUM ACARA

PTUN

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
UPAYA PERADILAN
tahapan yang hanya ada dalam hukum acara PTUN dan tidak
ada dalam hukum acara perdata maupun hukum acara pidana

Pendahuluan
Penelitian Administratif; = Dilakukan oleh Panitera, hanya
syarat formalnya yang diperiksa.
Rapat Pemusyawaratan; = Dilakukan oleh Ketua Pengadilan,
untuk menyaring perkara, tahap ini disebut juga dismissal
proses
Pemeriksaan Persiapan = Dilakukan oleh Majelis Hakim, untuk
melengkapi gugatan yg kurang jelas, jika permohonan acara
cepat dikabulkan, maka tdk ada tahap ini.
Tahapan Pendahuluan adalah sesuatu tahapan yg hanya ada
dalam hukum acara PTUN dan tdk ada dalam hukum acara
perdata maupun hukum acara pidana. Kenapa ? kita harus
ingat bahwa substansi dari pengadilan TUN adalah tentang
hubungan kinerja pemerintah dan masyarakat, sehingga ada
hal yg menjadi karakteristik dalam hukum acara PTUN salah
satunya adalah bahwa dalam hukum acara PTUN ada 1
tahapan yg disebut dengan pendahuluan.
PENELITIAN
ADMINISTRATIF
Penelitian Administratif, apa itu penelitian administratif ??
dilakukan oleh panitera atau petugas pengadilan terkait dgn
syarat2 formal dari gugatan yg diajukan.
Ketika kita mengajukan gugatan ke PTUN maka ada petugas yg
akan memeriksa kelengkapan formal dari isi gugatan kita
kemudian akan dikasih catatan oleh petugas tsb untuk diperbaiki
juga oleh penggugat, diberikan kesempatan memperbaiki gugatan
itu sesuai dgn arahan atau koreksi dari petugas yg ada di PTUN.
Hal ini berbeda ketika kita mengajukan gugatan kepada
pengadilan Perdata walaupun ada petugas yg memeriksa tapi
petugas yang memeriksa di perdata terbatas pada kelengkapan
administratif pendaftaran gugatan saja tdk masuk kepada isi
gugatan.
Dikarenakan PTUN berkaitan dgn kinerja Pemerintah dan
hubungannya dgn masyarakat maka jgn sampai krn syarat
formalnya tdk terpenuhi maka masyarakat kehilangan haknya utk
menuntut keadilan melalui PTUN, sehingga dalam PTUN disiapkan
mekanisme khusus yaitu penelitian administratif ini lah agar semua
gugatan yg di ajukan d PTUN diperiksa syarat formalnya kemudian
diberikan catatan utk dilengkapi atau direvisi setelah dikoreksi
sesuai dgn arahan dari petugas maka penggugat bisa mengajukan
kembali gugatan itu ke PTUN.
rapat
permusyawaratan/
DISMISSAL PROSES
Dismissal Proses atau disebut juga Rapat Pemusyawaratan,
proses ini ibarat filter yaitu menyaring apakah setiap gugatan yg
masuk ke PTUN layak utk diperiksa dan diadili di PTUN, hal ini blm
menyangkut pokok perkara tetapi dlm Rapat Pemusyawaratan
akan ditentukan akan diputuskan oleh Ketua Pengadilan melalui
Rapat Pemusyawaratan apakah perkara ini layak utk diperiksa
atau tdk.
Timbul pertanyaan kenapa dlm PTUN ada Rapat
Permusyawaratan/dismissal proses ?? sedangkn dalam hukum
acara Perdata dan Pidana tdk mengenal dismissal ?? balik lagi ke
konsep awal bahwa PTUN menyangkut hubungan antara
pemerintah dgn masyaratat.
Tujuan dari Dismissal proses ini adalah untuk menyaring setiap
gugatan yg diperiksa di pengadilan benar2 terkait dgn masalah
substansi yg akan diuji dan diadili dan diperiksa oleh Majelis
Hakim PTUN sehingga hal ini meminimalisisr kemungkinan
gugatan2 yg tdk layak utk diperiksa.
Coba kta bayangkan seandainya dalam PTUN tdk ada proses
dismissal artinya setiap gugatan itu semua diperiksa oleh Majelis
Hakim di PTUN maka pemerintah yg selalu jd tergugat selalu akan
dipanggil dan dilibatkan dalam perkara tsb, kemudian pemerintah
akan berhadapan dgn masalah2 yg sebenarnya tdk ada
permasalahan hukum atau tdk termasuk dlm perkara pokok TUN.
Apakah ada upaya ketika Penggugat merasa tdk terima dgn
putusan dismissal yg menyatakan bahwa gugatannya tdk layak
utk diperiksa ???
Jawabannya... iya bisa mengajukan yang namanya Verzet atau
perlawanan terhadap putusan Dismissal
Verzet dalam PTUN sedikit berbeda konsepnya dengan versi
hukum acara Perdata. Kalau verzet dalam hukum acara Perdata
adalah perlawanan terhadap keputusan yg diperiksa melalui
verstek yaitu tdk hadirnya tergugat walaupun dipanggil secara
patuh. Jadi kalau verzet dlam konsep hukum acara perdata
perlawanan terhadap putusan verstek. Sedangkan verzet dalam
PTUN yaitu perlawanan terhadap putusan dismissal.
muncul pertanyaan apa kriteria/kategori
ketua pengadilan akan menghentikan
sebuah gugatan utk tdk dilanjutkan ke
dlm proses pemeriksaan pokok perkara ??
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 telah ditegaskan ada beberapa hal
alasan putusan dismissal menolak atau tdk layak utk diperiksa, Pertama pokok
gugatan tsb tdk termasuk dlm masalah kompetensi absolut, Kedua syarat2 gugatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tdk terpenuhi oleh Penggugat (sekalipun
telah diberitahu utk melengkapi gugatan tsb tdk diperbaiki maka Ketua Pengadilan
berhak utk memutuskan gugatan tsb tdk layak utk diperiksa. Ketiga, gugatan tsb tdk
didasarkan pada alasn2 yg layak, Keempat apa yang dituntut dlm gugatan sdh
terpenuhi oleh KTUN yg digugat (terkait Petitum), Kelima gugatan diajukan sebelum
waktunya atau tlah lewat waktunya (gugatan Prematur dan gugatan Daluarsa)
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 telah ditegaskan
ada beberapa hal alasan putusan dismissal menolak atau tdk layak
utk diperiksa, Pertama pokok gugatan tsb tdk termasuk dlm
masalah kompetensi absolut, Kedua syarat2 gugatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tdk terpenuhi oleh
Penggugat (sekalipun telah diberitahu utk melengkapi gugatan tsb
tdk diperbaiki maka Ketua Pengadilan berhak utk memutuskan
gugatan tsb tdk layak utk diperiksa. Ketiga, gugatan tsb tdk
didasarkan pada alasn2 yg layak, Keempat apa yang dituntut dlm
gugatan sdh terpenuhi oleh KTUN yg digugat (terkait Petitum),
Kelima gugatan diajukan sebelum waktunya atau tlah lewat
waktunya (gugatan Prematur dan gugatan Daluarsa)
pemeriksaan
persiapan/gugatan
HUKUM ACARA
PTUN

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
Pemeriksaan pokok
perkara
Berbicara mengenai pemeriksaan pokok perkara berarti berbicara
tentang tahapan di PTUN, hal ini hampir sama dalam hukum acara
perdata.
PTUN dari karakteristik luarnya hampir sama seperti hukum acara
perdata (tahapan, gugatan, jawaban, replik, duplik, pembuktian,
kesimpulan, putusan akhir) subjeknya jg disebut penggugat dan
tergugat sama seperti hukum acara perdata. Tetapi jika berbicara
isinya maka hukum acara PTUN hampir sama dengan hukum acara
Pidana yaitu kebenaran materiil, hakim bersifat aktif dan
sebagainya.
Jadi itulah karakteristik dari hukum acara PTUN luarnya seperti
acara Perdata tapi dalamnya seperti hukum acara pidana
Gugatan = gugatan, syarat2 gugatan, pengajuan gugatan.
Jawaban = yang diajukan oleh tergugat menaggapi isi dari
gugatan penggugat tentunya tergugat pada PTUN ini adalah
Pejabat atau Badan tata Usaha Negara yang mengeluarkan
Besschiking atau Keputusan TUN.
Replik = setelah tergugat mengajukan jawaban maka sidang
berikutnya dilanjutkan dengan pengajuan Replik oleh penggugat.
Replik pada dasarnya adalah bantahan dari jawaban tergugat
yang isinya membantah dalil jawaban tergugat sekaligus
memperkuat dalil gugatan sebelumnya. Dasar Replik adalah
gugatan yang kemudian ditambah dengan bantahan atau
sanggahan terhadap jawaban dari tergugat.
Duplik = Setelah penggugat mengajukan Replik maka tergugat
diberikan kesempatan untuk mengajukan Duplik. Duplik adalah
jawaban tergugat yang diajukan untuk menguatkan dalil jawaban
sekaligus membantah dalil penggugat.
Pembuktian = Setelah rangkaian jawab jinawab gugatan, replik,
dupkik maka dilanjutkan dengan proses pembuktian, yang dimana
kedua belah pihak mengajukan alat bukti dalam proses
pembuktian di PTUN.
Proses pembuktian dalam PTUN sedikit berbeda dengan pembuktian
dalam hukum acara Perdata, dalam acara Perdata dan acara Pidana
ada dalil yang mengatakan siapa yang mendalilkan dia yang wajib
membuktikan.
Artinya ketika dalam hukum acara Perdata dan Pidana siapa yang
menggugat atau siapa yang mendalilkan adalah Jaksa Penuntut
Umum, maka beban pembuktian terdapat di Penggugat dan di Jaksa
Penuntut Umum.
Hal ini berbeda dengan PTUN yaitu walaupun Penggugat yang
mengajukan gugatannya dan walaupun Penggugat yang menyatakan
dalil2 dalam gugatannya tapi beban Pembuktian tergantung dari
Majelis Hakim. Majelis Hakimlah yang berwenang untuk memutuskan
siapa yang mengajukan pembuktian.
Apakah Pembuktian dilakukan oleh Penggugat terlebih dahulu atau
Pembuktian dilakukan oleh Tergugat saja itu semua tergantung oleh
Majelis Hakim. Inilah juga salah satu karakteristik dalam hukum acara
PTUN.
Kesimpulan = Setelah proses pembuktian dilanjutkan dengan
Kesimpulan kedua belah pihak. Kesimpulan adalah penilaian akhir
pihak baik penggugat maupun tergugat terhadap fakta2 yang terjadi
dalam proses persidangan yg dianggap menguatkan dalil2 mereka
dan digunakan utk menggiring opini Hakim agar apa menjadi dalil2
dalam persidangan sebelumnya itu diamini oleh Majelis Hakim.
Putusan Akhir = Setelah mengajukan kesimpulan maka Majelis
Hakim akan bermusyawarah utk memutuskan Putusan Akhir.
pemeriksaan acara biasa
pemeriksaan acara singkat
pemeriksaan acara cepat
Pemeriksaan Acara Biasa pada umumnya diperiksa oleh Majelis
Hakim (3 orang hakim).
Pemeriksaan Acara Biasa Singkat adalah pemeriksaan yg dilakukan ketika ada
orang/penggugat yg dinyatakan dalam proses dismissal atau dalam rapat permusyawaratan
yg dipimpin oleh Ketua PTUN yg menyatakan bahwa gugatan itu tdk layak diperiksa di PTUN.
Kenapa tdk layak ?? krn ada beberapa alasan bahwa perkara tsb tdk layak diperiksa di PTUN
Sehingga ketika Penggugat merasa bahwa proses dismissal tsb tdk sesuai dengan rasa
keadilannya maka Penggugat bisa mengajukan upaya hukum yang disebut dengan
perlawanan terhadap putusan dismissal atau Verzet.
Disinilah letak perbedaan antara Verzet di PTUN dan di Hukum Acara Perdata.
Verzet hukum Acara Perdata berarti perlawanan terhadap putusan Verstek ketika di PTUN
berarti perlawanan terhadap putusan dismissal.
Ketika Penggugat mengajukan gugatannya dan dinyatakan tdk dapat diterima melalui
dismissal maka penggugat mengajukan perlawanan terhadap Ketua PTUN yg memimpin rapat
Permusyawaratan sehingga yg tadinya statusnya Penggugat menjadi Pelawan dan Ketua
PTUN menjadi sebagai Terlawan.
Upaya hukum yg diajukan terhadap putusan dismissal ini diperiksa oleh Hakim Tunggal
menggunakan acara singkat.
Ada 2 kemungkinan yang terjadi ketika terjadi Perlawanan atau Verzet , Pertama
Perlawanannya diterima dan berarti putusan dismissal tsb dianggap tdk memiliki kekuatan
hukum atau gugur demi hukum dan tdk dilanjutkan ke tahap Pemeriksaan Persiapan Kedua jika
Perlawanan atau Verzet itu ditolak oleh Hakim Tunggal maka selesai sudah upaya hukum yg
dilakukan Pelawan atau Penggugat.
Ketua Pengadilan mengeluarkan Penetapan tentang
dikabulkan atau tidaknya Permohonan untuk
menggunakan acara cepat.
Jika Permohonan tidak layak dikabulkan maka
pemeriksaan akan menggunakan acara biasa.
HUKUM ACARA
PTUN

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
alat bukti di hukum acara ptun
Alat bukti dalam Pengadilan Tata Usaha Negara diatur dalam
Pasal 100 UU PTUN :
1. Alat bukti ialah = Surat atau tulisan (Pasal 101 UU PTUN),
Keterangan Ahli (Pasal 102 UU PTUN), Keterangan Saksi,
Pengakuan Para Pihak, Pengetahuan Hakim.
2. Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan.
bentuk putusan
Putusan Akhir adalah putusan yang mengakhiri suatu sengketa
atau perkara dalam tingkatan pengadilan tertentu. Putusan Akhir
diatur dalam Pasal 97 ayat (7) UU PTUN :
1. Gugatan ditolak, hakim akan menjatuhkan putusan ini jika
penggugat tidak berhasil membuktikan dalil-dalil gugatannya. Hal
ini berarti hakim memperkuat keputusan Badan atau Pejabat TUN
yang digugat tersebut.
2. Gugatan dikabulkan, hakim menjatuhkan putusan ini jika
penggugat berhasil membuktikan dalil2 gugatannya. Keputusan
Badan atau Pejabat TUN yg digugat tsb oleh pengadilan dapat
dinyatakan batal atau tidak sah.
3. Gugatan tidak diterima, hakim akan menjatuhkan putusan ini jika
gugatan tdk memenuhi syarat2 yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan (syarat gugatan sebagaimana dimaksud Pasal
56 UU PTUN).
4. Gugatan gugur, hakim akan menjatuhkan putusan ini jika penggugat
atau kuasanya tdk hadir di persidangan pertama dan kedua berturut2
setelah dipanggil secara patut tanpa alasan yg dapat
dipertanggungjawabkan (Pasal 71 UU PTUN).
Apabila gugatan dikabulkan maka dalam putusan pengadilan
dapat ditetapkan kewajiban yg harus dilakukan Badan atau
Pejabat TUN. Kewajiban tsb berupa :
1. Pencabutan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan.
2. Pencabutan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan
dan menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara yang baru.
3. Penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara dalam hal gugatan
didasarkan pada Pasal 3 UU PTUN.
Kewajiban di atas dapat disertai pembebanan ganti rugi dan
putusan pengadilan tsb menyangkut kepegawaian dapat disertai
rehabilitasi.
Putusan akhir (end vonnis) dapat dibedakan menurut sifat dan
kekuatan mengikatnya.
a. Menurut sifatnya dapat dibedakan atas :
1. Putusan yg bersifat pembebanan (condemnatoir)= putusan yg
bersifat menghukum pihak yg kalah utk memenuhi prestasi
tertentu baik berbuat, memberi atau tdk berbuat. Putusan tsb
dapat berupa membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi maupun
membayar biaya perkara. Misalnya, tergugat diwajibkan mencabut
KTUN yg digugat, dibebani membayar ganti rugi, dan rehabilitasi
sebagaimana dimaksud Pasal 97 (7), (9) dan (10).
Putusan akhir (end vonnis) dapat dibedakan menurut sifat dan
kekuatan mengikatnya.
a. Menurut sifatnya dapat dibedakan atas :
2. Putusan yang bersifat pernyataan (declaratoir) = putusan yg
menyatakan atau menegaskan suatu keadaan hukum yg telah ada.
Putusan declaratoir ini tdk membawa perubahan apa2 dalam
hubungan hukum yg ada antara penggugat dan tergugat. Misalnya
putusan yang menyatakan gugatan tdk dpat diterima atau tdk
berdasar (Pasal 62).
Putusan akhir (end vonnis) dapat dibedakan menurut sifat dan
kekuatan mengikatnya.
a. Menurut sifatnya dapat dibedakan atas :
3. Putusan yang bersifat menciptakan hukum baru (constitutif) =
putusan yg membentuk atau menciptakan atau meniadakan suatu
keadaan hukum baru. Misalnya, tergugat dibebani kewajiban
menerbitkan Keputusan TUN yg didasarkan pada Pasal 3 UU PTUN.
Putusan akhir (end vonnis) dapat dibedakan menurut sifat dan kekuatan
mengikatnya.
b. Menurut kekuatan mengikatnya dapat dibedakan atas :
1. Putusan yang telah mempunyai kekuatan mengikat atau putusan yg telah
berkekuatan tetap (kracht van gewijsde) tdk dapat lagi digunakan upaya
hukum biasa. Asas yg berkenaan dengan putusan tetap, yakni resjudicata
pro veritate habetur.
2. Kekuatan eksekutorial = putusan yg telah berkekuatan hukum tetap pada
umumnya dpt dijalanan yg sering disebut telah mempunyai kekuatan
hukum eksekutorial.
3. Kekuatan pembuktian = kekuatan pembuktian putusan sejajar dengan akta
otentik yg diakui kebenarannya sepanjang telah berkekuatan hukum tetap.
isi atau muatan putusan
Isi atau muatan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara berdasarkan
Pasal 109 angka (1) mengatakan :
1. Kepala putusan yang berbunyi : “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”;
2. Nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman atau tempat
kedudukan para pihak yang bersengketa;
3. Ringkasan gugatan dan jawaban tergugat yang jelas;
4. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yg diajukan dan hal yg terjadi
dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa;
5. Alasan hukum yang menjadi dasar putusan;
6. Amar putusan tentang sengketa dan biaya perkara;
7. Hari, tanggal putusan, nama Hakim yg memutus, nama Panitera, serta
keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.
Elemen-elemen putusan tersebut bersifat mutlak, jika salah satu elemen
itu tdk ada, dapat berakibat batalnya putusan pengadilan. Selambat-
lambatnya 30 hari sesudah putusan pengadilan diucapkan, putusan tsb
harus ditandatangani oleh hakim yg memutus dan panitera yg turut
bersidang.
Apabila Hakim Ketua Majelis atau dalam hal pemeriksaan acara cepat
Hakim Ketua Sidang berhalangan menandatangani maka putusan
Pengadilan ditandatangani oleh Ketua Pengadilan dgn menyatakan
bahwa Hakim Ketua Majelis sedang berhalangan.
Apabila Hakim Anggota Majelis berhalangan menandatangani maka
putusan pengadilan di tandatangani oleh Hakim Ketua Majelis dgn
menyatakan bahwa Hakim Anggota Majelis berhalangan.
Pihak yang kalah untuk seluruhnya atau sebagian dihukum membayar
biaya perkara. Dalam UU dijelaskan yg termasuk dalam biaya perkara
adalah sebagai berikut :
1. Biaya kepaniteraan dan biaya materai
2. Biaya saksi, ahli dan ahli bahasa dengan catatan bahwa pihak yg meminta
pemeriksaan lebih dari 5 org saksi harus membayar biaya utk saksi yg
lebih itu, meskipun pihak tsb dimenangkan.
3. Biaya pemeriksaan di tempat lain dan biaya lain yg diperlukan bagi
pemutusan sengketa atas perintah Hakim Ketua Sidang.
Jumlah biaya perkara yg harus dibayar oleh Penggugat dan/atau Tergugat
disebutkan dalam amar putusan akhir pengadilan.
bentuk-bentuk ketidakpatuhan tergugat terhadap
putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap
1. Tidak mencabut Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan,
dalam hal ini tergugat seharusnya menerbitkan keputusan yang baru yg
menyatakan mencabut keputusan TUN tsb. Untuk pencabutan keputusan
TUN mesti dilakukan oleh pejabat yg bersangkutan, tdk dapat dilakukan
oleh hakim karena hakim tdk boleh duduk di meja eksekutif.
2. Tidak mencabut KTUN yg disengketakan dan memerintahkan menerbitkan
KTUN yg baru. Dalam hal ini ada 2 tindakan yg harus dilakukan tergugat
krn dgn 1 tindakan saja apa yg diinginkan penggugat akan belum tuntas.
3. Tidak menerbitkan KTUN yg dimohonkan penggugat dalam hal gugatan
dgn sikap diam tergugat yg tdk mengindahkan dan tdk merespon apa
yang dimohonkan Penggugat.
4. Tidak mematuhi kewajiban membayar ganti rugi yg telah ditetapkan oleh
pengadilan.
5. Tidak mematuhi kewajiban utk merehabilitasi nama baik pengugat.

Anda mungkin juga menyukai