TUJUAN
MAKALAH INI DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA MATA KULIAH
HUKUM ACARA PERDATA OLEH IBU AVELIA MANTELI SH.
Oleh :
Kelompok 4
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Namun semua itu ada syarat yang telah ditetapkan dalam UU, misalnya saja
ada bukti yang terbaru atau novum yang dapat meringankan atau bahkan
membebaskan si terdakwa dari putusan pengadilan pertama atau pengadilan negeri.
Untuk pengajuan banding itu ada batasan waktu yang jika melewati batasan tersebut
maka putusan pengadilan negeri atau pengadilan tingkat pertama telah disetujui oleh
pihak yang telah di dakwa oleh pengadilan. Jika sebuah keputusan pada tingkat
banding juga tidak memuaskan salah satu pihak, maka pihak yang merasa tidak puas
dengan keputusan tersebut dapat mengajukan peninjauan kembali (PK) pada
tingkatan Mahkamah Agung (MA) dalam bentuk kasasi.
Maka dalam makalah ini kami mencoba membahas tentang procedure atau
tatacara dalam pengajuan banding dan kasasi atau lebih tepastnya tentang Upaya-
upaya Hukum dalam undang-undang pengadilan di Indonesia, pengertian dari upaya
hukum dan bentuk-bentuk upaya hukum yang telah digariskan oleh undang-undang
(KUHAP) Dan juga, kami mencoba membahas dan menjelaskan tentang hak dari
para pihak yang tidak puas terhadap putusan pengadilan negeri ataupun pengadilan
tinggi.
b. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Tujuan utama dalam suatu proses di muka Pengadilan adalah untuk memperoleh
putusan Hakim yang berkekuatan hukum tetap. Akan tetapi, setiap putusan yang
dijatuhkan oleh Hakim belum tentu dapat menjamin kebenaran secara yuridis, karena
putusan itu tidak lepas dari kekeliruan dan kekhilafan, bahkan tidak mustahil bersifat
memihak. Agar kekeliruan dan kekilafan itu dapat diperbaiki, maka demi tegaknya
kebenaran dan keadilan, terhadap putusan Hakim itu dimungkinkan untuk diperiksa
ulang. Cara yang tepat untuk dapat mewujudkan kebenaran dan keadilan itu adalah
dengan melaksanakan upaya hukum. Jadi, Upaya hukum merupakan Upaya atau alat
untuk mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam suatu putusan (Krisna Harahap,
2003 : 114-115).
Dari segi formal , pemeriksaan banding merupakan upaya yag data diminta oleh
pihak yang berkepentingan , supaya putusan peradilan tingkat pertama diperiksa lagi
dalam peradilan tingkat banding. Dengan kata lain undang-undang memberi upaya
kepada pihak yang berkepentingan untuk mengajukan permintaan pemeriksaan
putusan peradilan tingkat pertama kepada peradilan tingkat banding.
Pada dasarnya segala putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan mengenai hakim
tak luput dari kesalan, kelalaian, dan kekhilafan. Agar kesalahan dan kelalaian
tersebut tidak melekat pada putusan yang dijatuhkan, undang-undang memberikan
kesempatan untuk melakukan upaya hukum yang bertujuan untuk mengoreksi
kekeliruan yang ada dalam putusan tersebut koreksi atau perbaikan atas kesalahan
putusan tingkat pertama tersebut dibebankan kepada peradilan tingkat banding dalam
pemeriksaan tingkat banding.
Mengenai pemeriksaan tingkat banding dalam KUHAP dapat dilihat pada pasal 233 –
243, diantaranya dibahas antara lain mengenai :
Hal ini dapat dilihat dalam pasal 233 yang antara lain memuat :
- Permintaan banding diajukan dalam tenggang waktu yang ditentukan yakni 7 hari
sesudah putusan dijatuhkan.
Memori dan kontra memori banding adalah uraian atau risalah yang memuat
tanggapan keberatan terhadap putusan yang dijatuhkan pengadilan tingkat
pertama, hal ini diajukan oleh pemohon untuk mengemukakan kelemahan dan
ketidaktepatan penafsiran atau penerapan hukum yang terdapat dalam putusan
pengadilan tingkat pertama. Kontra memori banding ini merupakan hak kepada
pemohon, bukan kewajiban hukum jadi tanpa memori banding pun perkara tetap
diperiksa. Pencabutan permohonan banding dapat dilakukan selama perkara
banding belum diputuskan oleh pengadilan tinggi, jadi apabila telah dicabut
permintaan banding keatas perkara tersebut tidak dapat diajukan lagi.
Pemeriksaan pada tingkat banding hanya berdasarkan berkas perkara yang terdiri
daripada :
- semua surat yang timbul selama pemeriksaan sidang negeri sepanjang surat
tersebut berhubungan dengan perkara
- putusan yang dijatuhkan pengadilan negeri
Tujuan upaya kasasi antara lain adalah untuk mengoreksi kesalahan putusan
pengadilan bawahan, dapat juga putusan yang dikeluarkan oleh mahkamah agung itu
merupakan koreksi sekaligus menciptakan hukum baru dalam bentuk yurisprudensi.
Disamping itu juga kasasi dari mahkamah agung juga merupakan bentuk pengawasan
terciptanya keseragaman penegakan hukum.
Dalam buku yang dikarang oleh M.Yahya beliau menjelaskan setidak ada tiga alas an
yang dibenarkan oleh UU untuk mengajukan kasasi, di antaranya:
- Untuk menguji apakah benar suatu peraturan hukum telah diterapkan
sebagaimana mestinya atau tidak.
- Untuk menguji apakah benar cara mengadili telah dilaksanakan berdasarkan
ketentuan UU.
- Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.
1. Prosedur permohonan kasasi antara lain meliputi :
- pengajuan permohonan kasasi kepada panitera pengadilan yang telah
memutuskan perkaranya dalam waktu 14 hari sesudah putusan dan ditandai
dengan adanya tanda terima penyerahan memori kasasi.
- permintaan tersebut ditulis oleh panitera yang kemudian ditandatangani oleh
panitera dan pemohon serta dicatat dalam berkas perkara.
- Permintaan kasasi wajib diberitahukan kepada semua pihak yang
berkepentingan.
- Pemeriksaan kasasi dilakukan dengan sekurang-kurangnya tiga orang hakim
meliputi berkas perkara. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya
pemeriksaan tambahan.
E. Upaya Hukum Luar Biasa
Disebut upaya hukum luar biasa karena:
- Diajukan dan ditujukan terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum yang tetap.
- Upaya ini hanya dapat dilakukan dalam keadaan tertentu, bukan terhadap
semua putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum yang tetap.
- Upaya hukum luar biasa diajukan kepada mahkamah agung sebagai
pemeriksa, serta pembuat keputusan sebagai instansi pertama dan terakhir.
- Upaya hukum luar biasa UU menggolongkannya kepada dua bagian:
F. Kasasi Demi Kepentingan Hukum
Pada dasarnya procedure pengajuan kasasi demi kepentingan hukum ini sama
halnya dengan beberapa upaya hukum yang telah dijelaskan diatas. Yakni,
permohonan nya disampaikan kepada panitera pengadilan tingkat pertama yang
selanjutnya oleh panitera disampaikan kepada pihak yang berkepentingan yang
dilampirkan dalam berkas perkara.
Tetapi pada masa belakangan ini terutama sejak lahir putusan No. 55
PK/Pid/1996 yang menerima secara formal permintaan peninjaun kembali oleh
penuntut umum dalam kasus Muchktar Pak Pahan telah menimbulkna perdebatan
diberbagai kalangan dan menjadi preseden bagi penuntut umum untuk mengajukan
PK. Bahkan hingga saat ini ada beberapa permintaan PK yang terdaftar di
Mahkamah Agung yang diajukan oleh penuntut umum.
Alasan pokok yang dapat dijadikan dasar permintaan PK ialah disebut didalam
pasal 263 ayat 2 adalah Novum, yakni adanya keadaan baru yang mempunyai sifat
dan kualitas untuk meringankan terpidana. baik itu meringankan dari segi dia bisa
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum atau meringankan dari segi tuntutan
penuntut umum tidak dapat diterima atau bisa juga meringankan dari segi pidana
yang dia terima.
PENUTUP
KESIMPULAN
Upaya hukum merupakan suatu tindakan yang diberikan atau hak yang
diberikan oleh undang-undang kepada para pihak yang tidak puas dengan keputusan
pengadilan diberbagai tingkatan pengadilan.
Upaya hukum luar biasa; yang termasuk kedalam upaya luar biasa adalah:
Semua upaya hukum ini mempunyai aturan dan tatacara dalam pengajuannya. Dan
juga merupakan hak dari setiap warga negara Indonesia yang tidak puas dengan
keputusan pengadilan.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap Yahya. Hukum Acara Perdata. 2005, Jakarta: PT. Sinar Grafika