Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH UPAYA HUKUM PUTUSAN

TUJUAN
MAKALAH INI DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA MATA KULIAH
HUKUM ACARA PERDATA OLEH IBU AVELIA MANTELI SH.

Oleh :
Kelompok 4

Rifky Zulfikar Mohi NIM : 1011418080


Sabrin A. Jusuf NIM : 1011418006
Nur Rahmawaty B. Wantu NIM : 1011418076
Ficky Hamzah NIM : 1011418243
Sri Nova Hasan NIM : 1011418075
Nigita P. Djafar NIM : 1011418071
Agustam Djakatara NIM : 1011418018
Islamiyati Umar NIM : 1011418008

FAKULTAS HUKUM PRODI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019 - 2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan 
rahmat serta dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Upaya Hukum Putusan”, makalah ini dibuat sebagai
penunjang kegiatan perkuliahan pada mata kuliah Hukum Acara Perdata.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami hanturkan kepada dosen pengajar
mata kuliah Hukum Acara Perdata yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah,
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah kami. Akhir kata, semoga makalah ini dapat diterima
dan dapat memberi manfaat bagi pihak yang membutuhkan
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Dalam undang-undang diupayakan seadil-adil mungkin dalam pembuatannya


dan juga penerapan undang-undang tersebut. Dan juga tidak di kesampingkan hak
dari pada terpidana. Ini jelas terlihat dari kesempatan yang diberikan undang-undang
dalam berbagai tingkatan. Misalnya saja seseorang yang tidak puas dengan keputusan
pengadilan maka dia mempunyai hak untuk mengajukan kembali ketidaksetujuannya
itu kepada pengadilan tinggi.

Namun semua itu ada syarat yang telah ditetapkan dalam UU, misalnya saja
ada bukti yang terbaru atau novum yang dapat meringankan atau bahkan
membebaskan si terdakwa dari putusan pengadilan pertama atau pengadilan negeri.
Untuk pengajuan banding itu ada batasan waktu yang jika melewati batasan tersebut
maka putusan pengadilan negeri atau pengadilan tingkat pertama telah disetujui oleh
pihak yang telah di dakwa oleh pengadilan. Jika sebuah keputusan pada tingkat
banding juga tidak memuaskan salah satu pihak, maka pihak yang merasa tidak puas
dengan keputusan tersebut dapat mengajukan peninjauan kembali (PK) pada
tingkatan Mahkamah Agung (MA) dalam bentuk kasasi.

Maka dalam makalah ini kami mencoba membahas tentang procedure atau
tatacara dalam pengajuan banding dan kasasi atau lebih tepastnya tentang Upaya-
upaya Hukum dalam undang-undang pengadilan di Indonesia, pengertian dari upaya
hukum dan bentuk-bentuk upaya hukum yang telah digariskan oleh undang-undang
(KUHAP) Dan juga, kami mencoba membahas dan menjelaskan tentang hak dari
para pihak yang tidak puas terhadap putusan pengadilan negeri ataupun pengadilan
tinggi.
b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan upaya hukum dalam perkara perdata ?


2. Bagaimana macam-macam upaya hukum dalam perkara perdata ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Upaya Hukum

Tujuan utama dalam suatu proses di muka Pengadilan adalah untuk memperoleh
putusan Hakim yang berkekuatan hukum tetap. Akan tetapi, setiap putusan yang
dijatuhkan oleh Hakim belum tentu dapat menjamin kebenaran secara yuridis, karena
putusan itu tidak lepas dari kekeliruan dan kekhilafan, bahkan tidak mustahil bersifat
memihak. Agar kekeliruan dan kekilafan itu dapat diperbaiki, maka demi tegaknya
kebenaran dan keadilan, terhadap putusan Hakim itu dimungkinkan untuk diperiksa
ulang. Cara yang tepat untuk dapat mewujudkan kebenaran dan keadilan itu adalah
dengan melaksanakan upaya hukum. Jadi, Upaya hukum merupakan Upaya atau alat
untuk mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam suatu putusan (Krisna Harahap,
2003 : 114-115).

Upaya hukum merupakan hak terdakwa yang dapat dipergunakan apabila


siterdakwa merasa tidak puas atas putusan yang diberikan oleh pengadilan. Karena
upaya hukum ini merupakan hak, jadi hak tersebut bisa saja dipergunakan dan bisa
juga siterdakwa tidak menggunakan hak tersebut. Akan tetapi, bila hak untuk
mengajukan upaya hukum tersebut dipergunakan oleh siterdakwa, maka pengadilan
wajib menerimanya. Hal ini dapat dilihat dalam KUHAP pada rumusan pasal 67 yang
menyatakan: “terdakwa atau penuntut umum berhak untuk minta banding terhadap
putusan pengadilan tingkat pertama, kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala
tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan
putusan pengadilan acara cepat”
KUHAP membedakan upaya hukum kepada dua macam, Upaya hukum biasa dan
upaya hukum luar biasa (istimewa). Upaya hukum biasa terdiri dari dua bagian,
bagian kesatu tentang pemeriksaan tingkat banding, dan bagian kedua adalah
pemeriksaan kasasi. Sedangkan uapaya hukum luar biasa adalah peninjauan kembali
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

B. Upaya Hukum Biasa


1. Pemeriksaan Tingkat Banding

Dari segi formal , pemeriksaan banding merupakan upaya yag data diminta oleh
pihak yang berkepentingan , supaya putusan peradilan tingkat pertama diperiksa lagi
dalam peradilan tingkat banding. Dengan kata lain undang-undang memberi upaya
kepada pihak yang berkepentingan untuk mengajukan permintaan pemeriksaan
putusan peradilan tingkat pertama kepada peradilan tingkat banding.

Ditijau dari segi tujuan pemeriksaan tingkat banding mempunyai beberapa


maksud antara lain sebagai berikut:

a. Memperbaiki kekeliruan putusan tingkat pertama

Pada dasarnya segala putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan mengenai hakim
tak luput dari kesalan, kelalaian, dan kekhilafan. Agar kesalahan dan kelalaian
tersebut tidak melekat pada putusan yang dijatuhkan, undang-undang memberikan
kesempatan untuk melakukan upaya hukum yang bertujuan untuk mengoreksi
kekeliruan yang ada dalam putusan tersebut koreksi atau perbaikan atas kesalahan
putusan tingkat pertama tersebut dibebankan kepada peradilan tingkat banding dalam
pemeriksaan tingkat banding.

b. Mencegah kesewenangan dan penyalahgunaan jabatan

Tidak dapat dibayangkan seandainya undang-undang tidak membuka pemeriksaan


tingkat banding, peradilan tingkat pertama bisa saja terjerumus kepada kesewenangan
dan penyalahgunaan jabatan karena putusan tersebut telah absolut. akan tetapi dengan
adanya upaya banding hal ini mempengaruhi peradilan tigkat pertama untuk lebih
berhati-hati dan korektif karena ada kemungkinan putusan yang dijatuhkannya akan
di uji kebenarannya pada peradilan tingkat banding.

c. Untuk Menciptakan keseragaman Penerapan hukum

Yang dimaksud dengan keseragaman penerapan hukum adalah sesuainya dalam


menafsirkan salah atau tidaknya suatu perbuatan menurut undang-undang . Baik dari
sudut pandang peradilan tingkat pertama maupun peradilan tingkat banding. Hal ini
untuk menghindari terjadinya penerapan putusan peradilan yang saling tidak
bersesuaian antar peradilan .

Mengenai pemeriksaan tingkat banding dalam KUHAP dapat dilihat pada pasal 233 –
243, diantaranya dibahas antara lain mengenai :

1. Penerimaan permintaan banding.

Penerimaan permohonan banding dilakukan atas alasan permintaan yang memenuhi


persyaratan undang-undang, diantaranya :

2. Permohonan banding memenuhi syarat.

Hal ini dapat dilihat dalam pasal 233 yang antara lain memuat :

- Permohonan diajukan kepada panitera pengadilan negeri yang memutus perkara


tersebut.

- Permohonan banding diajukan terhadap putusan yang dapat diminta banding.

- Permintaan banding diajukan dalam tenggang waktu yang ditentukan yakni 7 hari
sesudah putusan dijatuhkan.

C. Tatacara Penerimaan Banding


- permohonan permintaan banding disampaikan kepada panitera pengadilan
negeri yang memutus perkara tersebut, dalam hal ini panitera wajib membuat
akta permintaan banding yang di tandatangani oleh pemohon.
- Permohonan banding juga dapat dilakukan tanpa menghadap langsung pada
panitera yang mungkin karena pemohon berhalangan.
- Yang berhak mengajukan permintaan banding antara lain terdakwa, orang
yang khusus dikuasakan terdakwa, petuntut umum, terdakwa dengan petuntut
umum yang sekaligus sama-sama mengajukan banding.
- permintaan banding wajib diberitahukan kepada pihak lain agar mereka dapat
mempersiapkan diri.
- Tenggang waktu pengiriman berkas paling lambat 14 hari terhitung sejak
permohonan banding diajukan.

Memori dan kontra memori banding adalah uraian atau risalah yang memuat
tanggapan keberatan terhadap putusan yang dijatuhkan pengadilan tingkat
pertama, hal ini diajukan oleh pemohon untuk mengemukakan kelemahan dan
ketidaktepatan penafsiran atau penerapan hukum yang terdapat dalam putusan
pengadilan tingkat pertama. Kontra memori banding ini merupakan hak kepada
pemohon, bukan kewajiban hukum jadi tanpa memori banding pun perkara tetap
diperiksa. Pencabutan permohonan banding dapat dilakukan selama perkara
banding belum diputuskan oleh pengadilan tinggi, jadi apabila telah dicabut
permintaan banding keatas perkara tersebut tidak dapat diajukan lagi.

Pemeriksaan pada tingkat banding hanya berdasarkan berkas perkara yang terdiri
daripada :

- berita acara pemeriksaan penyidik

- berita acara pemeriksaan disidang pengadilan negeri

- semua surat yang timbul selama pemeriksaan sidang negeri sepanjang surat
tersebut berhubungan dengan perkara
- putusan yang dijatuhkan pengadilan negeri

Walaupun di pengadilan tinggi pemeriksaan hanya didasarkan atas berkas


perkara, namun tidak menuntut kemungkinan pihak pengadilan tinggi mendengar
langsung pernyataan yang dianggap perlu kepada pihak yang bersangkutan bentuk
putusan tingkat banding dapat berupa :

1) menguatkan putusan pengadilan negeri. Baik secara murni maupun


dengan tambahan pertimbangan atau bisa juga menguatkan putusan dengan
alasan pertimbangan lain.
2) Mengubah atau memperbaiki putusan peradilan negeri, dapat berupa :
- perubahan atau perbaikan kualifikasi tindak pidana
- perubahan atau perbaikan mengenai alat bukti
- perubahan atau perbaikan pemidanaan
D. Pemeriksaan Tingkat Kasasi

Kasasi merupakan upaya hukum tingkat kedua setelah pemeriksaan tingkat


banding. Aturan formil menegnai procedure dalam beracara pada pemeriksaan tingkat
kasasi ini dapat dilihat dalam KUHAP pasal 244 sampai pasal 258. Terhadap putusan
perkara pidana yang diberikan oleh pengadilan negeri dan pengadilan tinggi,
terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan kasasi permintaan pemeriksaan
kasasi pada Mahkamah Agung, kecuali terhadap putusan bebas. Upaya-upaya kasasi
ini juga merupakan hak yang diberikan kepada terdakwa maupun penuntut umum.

Tujuan upaya kasasi antara lain adalah untuk mengoreksi kesalahan putusan
pengadilan bawahan, dapat juga putusan yang dikeluarkan oleh mahkamah agung itu
merupakan koreksi sekaligus menciptakan hukum baru dalam bentuk yurisprudensi.
Disamping itu juga kasasi dari mahkamah agung juga merupakan bentuk pengawasan
terciptanya keseragaman penegakan hukum.

Dalam buku yang dikarang oleh M.Yahya beliau menjelaskan setidak ada tiga alas an
yang dibenarkan oleh UU untuk mengajukan kasasi, di antaranya:
- Untuk menguji apakah benar suatu peraturan hukum telah diterapkan
sebagaimana mestinya atau tidak.
- Untuk menguji apakah benar cara mengadili telah dilaksanakan berdasarkan
ketentuan UU.
- Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.
1. Prosedur permohonan kasasi antara lain meliputi :
- pengajuan permohonan kasasi kepada panitera pengadilan yang telah
memutuskan perkaranya dalam waktu 14 hari sesudah putusan dan ditandai
dengan adanya tanda terima penyerahan memori kasasi.
- permintaan tersebut ditulis oleh panitera yang kemudian ditandatangani oleh
panitera dan pemohon serta dicatat dalam berkas perkara.
- Permintaan kasasi wajib diberitahukan kepada semua pihak yang
berkepentingan.
- Pemeriksaan kasasi dilakukan dengan sekurang-kurangnya tiga orang hakim
meliputi berkas perkara. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya
pemeriksaan tambahan.
E. Upaya Hukum Luar Biasa
Disebut upaya hukum luar biasa karena:
- Diajukan dan ditujukan terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum yang tetap.
- Upaya ini hanya dapat dilakukan dalam keadaan tertentu, bukan terhadap
semua putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum yang tetap.
- Upaya hukum luar biasa diajukan kepada mahkamah agung sebagai
pemeriksa, serta pembuat keputusan sebagai instansi pertama dan terakhir.
- Upaya hukum luar biasa UU menggolongkannya kepada dua bagian:
F. Kasasi Demi Kepentingan Hukum

Procedure hukum beracara dalam pemeriksaan tingkat kasasi demi kepentingan


hukum dapat dilihat dalam KUHAP pasal 259 sampai pasal 262. Terhadap semua
putusan pengadilan kecuali putusan mahkamah agung, dapat diajukan kasasi demi
kepentingan hukum dengan syarat putusan pengadilan itu telah berkekuatan hukum
yang tetap. Jadi, hanya terbatas pada putusan pengadilan negeri dan putusan
pengadilan tinggi.

Pada dasarnya procedure pengajuan kasasi demi kepentingan hukum ini sama
halnya dengan beberapa upaya hukum yang telah dijelaskan diatas. Yakni,
permohonan nya disampaikan kepada panitera pengadilan tingkat pertama yang
selanjutnya oleh panitera disampaikan kepada pihak yang berkepentingan yang
dilampirkan dalam berkas perkara.

Peninjauan Kembali (PK) putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan


hukum yang tetap Tata cara beracara pada peninjauan kembali putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap (PK) dapat dirujuk pdalam
KUHAP pasal 263-269. Yang membedakan PK dengan kasasai demi kepentingan
hukum adalah bahwa kasasi demi kepentingan hukum dikecualikan atas putusan
mahkamah agung, sedangkan PK dapat diajukan atas semua bentuk keputusan dan
dari segala instansi baik itu putusan dari pengadilan negeri, pengadilan tinggi,
maupun mahkamah agung sendiri. Perbedaannnya juga terdapat pada pihak yang
dapat mengajukan permohonan PK yakni hanya terpidana atau ahli warisnya,
sedangkan Jaksa agung tidak dapat mengajukan PK.

Tetapi pada masa belakangan ini terutama sejak lahir putusan No. 55
PK/Pid/1996 yang menerima secara formal permintaan peninjaun kembali oleh
penuntut umum dalam kasus Muchktar Pak Pahan telah menimbulkna perdebatan
diberbagai kalangan dan menjadi preseden bagi penuntut umum untuk mengajukan
PK. Bahkan hingga saat ini ada beberapa permintaan PK yang terdaftar di
Mahkamah Agung yang diajukan oleh penuntut umum.

Alasan pokok yang dapat dijadikan dasar permintaan PK ialah disebut didalam
pasal 263 ayat 2 adalah Novum, yakni adanya keadaan baru yang mempunyai sifat
dan kualitas untuk meringankan terpidana. baik itu meringankan dari segi dia bisa
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum atau meringankan dari segi tuntutan
penuntut umum tidak dapat diterima atau bisa juga meringankan dari segi pidana
yang dia terima.

Apabila terdapat pertentangan dalam berbagai putusan. misalnya adanya


pertentangan antara putusan perdata dengan putusan pidana. Sebagai contoh:
terdakwa yang berstatus sebagai direktur BPD dijatuhi pidana karena bersalah
melakukan kejahatan penggelapan dalam jabatan karena menjual tanah jaminan di
bawah tangan tanpa melalui PUPN (pasal 374 KUHP). Tetapi dalam perkara
perdata pengadilan perdata menyimpulkan bahwa penjualan dibawah tangan atas
barang jaminan yang dilakukan tersebut adalah sah dan tidak bertentangan dengan
cara yang ditentukan oleh UU. Nah, dalam kasus seperti ini terpidana dapat
menjadikannya sebagai alasan yang mendasari permintaan peninjauan kembali.

Apabila terdapat kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam putusan.

Tata cara mengajukan peninjauan kembali meliputi;

a) Permintaan peninjauan kembali diajukan baik secara tertulis maupun lisan


dengan mengemukakan alasan-alasan yang mendasari permintaan peninjauan
kembali kepada panitera yang memutus perkara itu pada tingkat pertama
tanpa batas waktu.
b) Kemudian panitera membuat akta permintaan PK yang ditanda tangani oleh
permohonan panitera. Kemudian berkas tersebut disampaikan kepada
mahkamah agung melalaui ketua pengadilan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Upaya hukum merupakan suatu tindakan yang diberikan atau hak yang
diberikan oleh undang-undang kepada para pihak yang tidak puas dengan keputusan
pengadilan diberbagai tingkatan pengadilan.

Ada dua upaya hukum yaitu:

A. Upaya hukum biasa; yantermasuk kedalam upaya hukum biasa adalah:


B. Upaya hukum banding
C. Upaya hukum kasasi

Upaya hukum luar biasa; yang termasuk kedalam upaya luar biasa adalah:

A. Kasasi demi kepentingan hukum


B. Peninjauan kembali (PK) putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum yang tetap

Semua upaya hukum ini mempunyai aturan dan tatacara dalam pengajuannya. Dan
juga merupakan hak dari setiap warga negara Indonesia yang tidak puas dengan
keputusan pengadilan.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap Yahya. Hukum Acara Perdata. 2005, Jakarta: PT. Sinar Grafika

http://peunebah.blogspot.com/2011/12/upaya-hukum.html, Diakses pada tanggal 20


April 2020

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.


2000, Jakarta: PT. Yayasan Al-Hikmah

Anda mungkin juga menyukai