Disusun Oleh :
Charly A Samori
(2020021014355)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI CENDERAWASIH
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara hukum, hal ini sebagaimana diatur dalam pasal
1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Menurut
Jimly Asshiddiqie dalam negara yang mendeklarasikan diri sebagai negara
hukum, hukum merupakan panglima dalam negara tersebut. Istilah yang
sering dipakai untuk mendeskripsikan prinsip negara hukum adalah ‘the
rule of law, not of man’ yang artinya adalah hukum merupakan pengatur
dari semua dinamika yang terjadi dalam sebuah negara.
Sengketa perdata adalah perkara perdata dimana paling sedikit ada dua
pihak, yaitu penggugat dan tergugat. Jika di dalam masyarakat terjadi
sengketa yang tidak dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah, maka
pihak yang dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut
penggugat. Gugatan diajukan ke pengadilan yang berwenang menyelesaikan
sengketa tersebut.
1.2 Tujuan
1. Untuk memperoleh pengetahuan atau penemuan baru.
2. Sebagai pengembangan pengetahuan suatu bidang keilmuan yang sudah
ada.
3. Melatih penulis agar mampu menyusun tulisan ilmiah yang benar.
4. untuk memberi sumbangan pemikiran baik berupa konsep teoritis maupun
praktis.
5. Untuk memenuhi ujian akhir semester Mata Kuliah Hukum Acara Perdata.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahap ini, para pihak yang telah mendapat relaas panggilan sidang,
hadir di persidangan. Selanjutnya, majelis hakim akan memeriksa Surat
Kuasa Khusus para pihak. Surat Kuasa Khusus merupakan syarat formal
sehingga bilamana tidak sah, maka berdampak segala proses pemeriksaan
tidak sah atas dasar pemeriksaan dihadiri oleh kuasa yang tidak didukung
oleh Surat Kuasa Khusus yang memenuhi syarat. Hal utama yang perlu
digaris bawahi mengenai Surat Kuasa Khusus adalah penerima kuasa akan
secara langsung berkapasitas sebagai wakil pemberi kuasa dan bertindak
untuk dan atas nama pemberi kuasa terhadap pihak ketiga. Surat Kuasa
Khusus merupakan syarat formal sehingga bilamana Surat Kuasa Khusus
tidak sahmaka berdampak segala proses pemeriksaan tidak sah.
C. Tahap Mediasi
Pada hari sidang yang telah ditetapkan oleh Majelis Hakim, Penggugat dan
Tergugat telah hadir, maka Majelis Hakim sebelum melanjutkan
pemeriksaan, wajib untuk mengusahakan upaya perdamaian dengan
Mediasi, yaitu suatu cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
untuk memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.
Mediator adalah pihak netral yang membantu Para Pihak yang berperkara
dalam perundingan untuk mencari penyelesaian secara mufakat. Mediator
dapat merupakan seorang Hakim Pengadilan (yang bukan memeriksa
perkara) dan dapat juga merupakan seseorang dari pihak lain yang sudah
memiliki sertifikat sebagai Mediator.
Kewajiban Mediasi ini diatur secara umum dalam Pasal 130 HIR dan secara
khusus diatur secara lengkap dalam Peraturan Mahkamah Agung (Perma)
Republik Indonesia No. 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan. Kesempatan Mediasi diberikan oleh Majelis Hakim selama 40
hari, dan apabila masih belum cukup dapat diperpanjang selama 14 hari.
Pada kesempatan tersebut Para Pihak akan mengajukan apa yang menjadi
tuntutannya secara berimbang untuk mendapatkan titik temu dalam
penyelesaian sengketa secara win-win solution. Apabila dalam proses ini
telah tercapai kesepakatan, maka dapat dituangkan dalam suatu akta
perdamaian yang ditandatangani oleh Para Pihak dan diketahui oleh
Mediator. Akta kesepakatan ini disampaikan kepada Majelis Hakim untuk
mendapatkan Putusan Perdamaian. Akan tetapi sebaliknya, jika dalam
jangka waktu tersebut tidak tercapai perdamaian dan kesepakatan, maka
Mediator akan membuat laporan kepada Majelis Hakim yang menyatakan
Mediasi telah gagal dilakukan.
E. Tahap Pembuktian
F. Tahap Kesimpulan
G. Tahap Putusan
Putusan Hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat
negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan
bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa
antara Para Pihak. Selanjutnya dikatakan, bahwa suatu putusan Hakim
terdiri dari 4 bagian, yaitu Kepala Putusan, Identitas Para Pihak,
Pertimbangan, dan Amar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum hukum acara perdata mengatur proses penyelesaian perkara
perdata melalui hakim di pengadilan mulai dari penyusunan gugatan,
pengajuan gugatan, pemeriksaan perkara, putusan pengadilan sampai dengan
eksekusi atau pelaksanaan putusan pengadilan. Tahapan proses persidangan
perdata pada peradilan tingkat pertama di Pengadilan Negeri terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu tahap Pemanggilan Para Pihak, tahap Pemeriksaan
Para Pihak, tahap Mediasi, tahap Pembacaan Gugatan ( termasuk Jawaban,
Replik, dan Duplik ), tahap Pembuktian, tahap Kesimpulan, dan tahap Putusan.
Daftar Pustaka
https://www.surialaw.com/news/proses-dan-tahapan-persidangan-
perkara-perdata
http://eprints.ums.ac.id/37555/3/04.%20BAB%20I.pdf
https://setjen.kemenkeu.go.id/api/Medias/991e1c61-c410-4960-a656-
6148c583bb75