Anda di halaman 1dari 20

UJIAN AKHIR SEMESTER FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA TAHUN


AKADEMIK 2020-2021

Nama : Inna Nur Lailatul Fajrin


NIM : C03217014
Kelas : HPI-A
Dosen : Dr. H.M. Hasan Ubaidillah, Shi, Msi
Matkul : Simulasi Persidangan

Jawaban

1. deskripsikan secara detail tahapan-tahapan dalam persidangan mulai dari


proses pendaftaran hingga putusan !

jawab:

Tahapan proses perkara

Standard operating procedure (SOP)

 Pendaftaran perkara

1. Pihak berperka datang ke Pengadilan Agama Sumber dengan membawa surat


gugatan atau permohonan :
a. Blangko gugatan
b. Blangko permohonan
2. Pihak berperkara menghadap petugas meja Pertama dan menyerahkan surat gugatan
atau permohonan, minimal 6 (enam rangkap beserta fotokopi Kutipan Akta Nikah
yang telah ditempeli materai dan cap pos dan fotokopi KTP (untuk perkara
perceraian).
3. Petugas Meja Pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu
berkenaan dengan perkara yang diajukan menaksir panjar biaya perkara yang
kemudia ditulis dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
4. Pihak berperkara membayar Panjar Biaya Perkara ke Bank yang ditunjuk yang
besarnya sesuai dengan jumlah yang tertera pada Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM).
5. Pemegang kas (kasir) menandatangani Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan
membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal penerimaan perkara dalam Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kemudian menyerahkan tindasan pertama Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM) yang telah dicap lunas dan surat gugatan atau
permohonan kepada pihak berperkara.

 Tahapan penanganan perkara di persidangan

Perkara yang sudah didaftar di Pengadilan Agama oleh Penggugat/Pemohon


selanjutnya tinggal menunggu panggilan sidang dari Juru Sita/Juru Sita Pengganti

Pemanggilan oleh Juru Sita/Juru Sita Pengganti kepada pihak Penggugat/Pemohon dan
Tergugat/Termohon dilakukan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum sidang sudah
sampai kepada yang bersangkutan, dan langsung disampaikan kealamat
Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon seperti yang tersebut dalam surat
gugatan/permohonan. Jika pada saat dipanggil para pihak tidak ditemukan di
alamatnya, maka panggilan disampaikan melalui Kepala Desa/Lurah dimana para pihak
bertempat tinggal.

Jika para pihak sudah dipanggil dan datang ke Pengadilan Agama segera mendaftarkan
diri di piket Meja Informasi yang tersedia, dan tinggal menunggu antrian sidang. Para
pihak yang sedang, menunggu giliran sidang diruangan khusus yang tersedia sambil
menonton televisi.

 Tahapan-tahapan penanganan perkara di persidangan Upaya perdamaian.

Pada perkara perceraian, seperti cerai gugat dan cerai talak, hakim wajib mendamaian
kedua belah pihak berperkara pada setiap kali persidang ( Pasal 56 ayat 2, 65, 82, 83
UU No 7 Tahun 1989. Dan selanjutnya jika kedua belah pihak hadir dipersidangan
dilanjutkan dengan mediasi PERMA No 1 Tahun 2008. Kedua belah pihak bebas
memilih Hakim mediator yang tersedia di Pengadilan Agama Pelaihar tanpa dipungut
biaya. Apabila terjadi perdamaian, maka perkaranya dicabut oleh Penggugat/Pemohon
dan perkara telah selesai.

Dalam perkara perdata pada umumnya setiap permulaan sidang, sebelum pemeriksaan
perkara, hakim diwajibkan mengusahakan perdamaian antara para pihak berperkara
( Pasal 154 R.Bg), dan jika tidak damai dilanjutkan dengan mediasi. Dalam mediasi ini
para pihak boleh menggunakan hakim mediator yang tersedia di Pengadilan Agama
tanpa dipungut biaya, kecuali para pihak menggunakan mediator dari luar yang sudah
punya sertikat, maka biayanya seluruhnya ditanggung kedua belah pihak berdasarkan
kesepakatan mereka. Apabila terjadi damai, maka dibuatkan akta perdamaian ( Acta
Van Verglijk). Akta Perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
putusan hakim,dan dapat dieksekusi, tetapi tidak dapat dimintakan banding, kasasi dan
peninjauan kembali.

Apabila tidak terjadi damai dalam mediasi, baik perkara perceraian maupun perkara
perdata umum, maka proses pemeriksaan perkara dilanjutkan.

 Pembacaan surat gugatan penggugat.

Sebelum surat gugatan dibacakan, jika perkara perceraian, hakim wajib menyatakan
sidang tertutup untuk umum, sementara perkara perdata umum sidangnya selalu
terbuka.

Surat Gugatan Penggugat yang diajukan ke Pengadilan Agama itu dibacakan oleh
Penggugat sendiri atau salah seorang majelis hakim, dan sebelum diberikan kesempatan
oleh mejelis hakim kepada tergugat memberikan tanggapan/jawabannya, pihak
penggugat punya hak untuk mengubah, mencabut atau mempertahankan isi surat
gugatannya tersebut. Abala Penggugat menyatakan tetap tidak ada perubahan dan
tambahan dalam gugatannya itu kemudian persidangan dilanjutkan ketahap berikutnya.

 Jawaban tergugat.

Setelah gugatan dibacakan, kemudian Tergugat diberi kesempatan mengajukan


jawabannya, baik ketika sidang hari itu juga atau sidang berikutnya. Jawaban tergugat
dapat dilakukan secara tertulis atau lisan ( Pasal 158 ayat (1) R.Bg). Pada tahap
jawaban ini, tergugat dapat pula mengajukan eksepsi (tangkisan) atau rekonpensi
(gugatan balik). Dan pihak tergugat tidak perlu membayar panjar biaya perkara.

 Replik penggugat.

Setelah Tergugat menyampaikan jawabannya, kemudian si penggugat diberi


kesempatan untuk menanggapinya sesuai dengan pendapat penggugat. Pada tahap ini
mungkin penggugat tetap mempertahankan gugatannya atau bisa pula merubah sikap
dengan membenarkan jawaban/bantahan tergugat.

 Duplik tergugat.

Setelah penggugat menyampaikan repliknya, kemudian tergugat diberi kesempatan


untuk menanggapinya/menyampaikan dupliknya. Dalam tahap ini dapat diulang-ulangi
sampai ada titik temu antara penggugat dengan tergugat. Apabila acara jawab
menjawab dianggap cukup oleh hakim, dan masih ada hal-hal yang tidak disepakati
oleh kedua belah pihak, maka hal ini dilanjutkan dengan acara pembuktian.

 Pembuktian.

Pada tahap ini, penggugat dan tergugat diberi kesempatan yang sama untuk
mengajukan bukti-bukti, baik berupa bukti surat maupun saksi-saksi secara bergantian
yang diatur oleh hakim.

 Kesimpulan para pihak.

Pada tahap ini, baik penggugat maupun tergugat diberi kesempatan yang sama untuk
mengajukan pendapat akhir yang merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan selama
sidang berlangsung menurut pandangan masing-masing. Kesimpulan yang disampaikan
ini dapat berupa lisan dan dapat pula secara tertulis.

 Musyawarah majelis hakim.

Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasi ( Pasal 19 ayat (3) UU No. 4
Tahun 2004. Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim , semua hakim
menyampaikan pertimbangannya atau pendapatnya baik secara lisan maupun tertulis.
Jika terdapat perbedaan pendapat, maka diambil suara terbanyak, dan pendapat yang
berbeda tersebut dapat dimuat dalam putusan (dissenting opinion).

 Putusan hakim.

Setelah selesai musyawarah majelis hakim, sesuai dengan jadwal sidang, pada tahap ini
dibacakan putusan majelis hakim. Setelah dibacakan putusan tersebut, penggugat dan
tergugat berhak mengajukan upaya hukum banding dalam tenggang waktu 14 hari
setelah putusan diucapkan. Apabila penggugat/ tergugat tidak hadir saat dibacakan
putusan, maka Juru Sita Pengadilan Agama akan menyampaikan isi/amar putusan itu
kepada pihak yang tidak hadir, dan putusan baru berkekuatan hukum tetap setelah 14
hari amar putusan diterima oleh pihak yang tidak hadir itu.

Catatan:

Perkara Cerai Talak masih ada Sidang lanjutan yaitu sidang pengucapan Ikrar Talak,
dan ini dilakukan setelah putusan Berkekuatan Hukum Tetap (BHT). Kedua belah
pihak akan dipanggil lagi kealamatnya untuk menghadiri sidang tersebut.

2. Jelaskan peran masing-masing pihak!

a. Pemohon, penggugat, tergugat

-Pemohon yaitu seseorang yang memintakan permohonan. Dimana suatu


permohonan yang didalamnya berisi suatu tuntutan hak perdata oleh satu pihak yang
berkepentingan terhadap suatu hak yang tidak mengandung sengketa, sehingga
badan-badan peradilan dalam mengadili suatu perkara permohonan (voluntair) bila
dianggap sebagai suatu proses peradilan yang bukan sebenarnya.

-Penggugat yaitu orang yang merasa haknya dilanggar disebut sebagai Penggugat.
Jika dalam suatu Gugatan terdapat banyak Penggugat, maka disebut dalam
gugatannya dengan “Para Penggugat”. Maka peran penggugat yaitu menghadiri
panggilan sidang dari Pengadilan dan memberikan pernyataan yang benar terkait
pokok perkara yang telah digugatnya

-Tergugat adalah orang yang ditarik ke muka Pengadilan karena dirasa telah
melanggar hak Penggugat. Maka peran tergugat adalah menghadiri panggilan sidang
yang telah ditentukan oleh peradilan dan menjawab serta memenuhi konsekuensi
yang telah diberikan oleh Peradilan

b. Advokat

Menurut Mahkamah Konstitusi (MK) bahwa peran advokat berupa pemberian


konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi,
membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien
dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Peran advokat di luar
pengadilan tersebut telah memberikan sumbangan berarti bagi pemberdayaan
masyarakat serta pembaruan hukum nasional, termasuk juga dalam penyelesaian
sengketa di luar pengadilan.
c. Majelis Hakim
Peran hakim adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan
semua perkara yang diajukan kepadanya. Dalam perkara perdata, hakim harus
membantu para pencari keadilan dan berusaha keras untuk mengatasi hambatan-
hambatan dan rintangan agar terciptanya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan.
d. Panitera Pengganti
Pegawai pengadilan yang bertugas mencatat segala kegiatan yang berkaitan dengan
pemeriksaan perkara di Pengadilan. Sehingga, peran Panitera Pengganti adalah
membantu Hakim dalam persidangan perkara perdata dan pidana, mencatat jalannya
persidangan, membuat berita acara, mengetik konsep putusan dan menandatangani
berita acara dan putusan, serta melaporkan kegiatan persidangan kepada panitera
muda yang bersangkutan.

3. Apa yang anda ketahui tentang


a. Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa dengan melibatkan pihak ketiga
yang bersikap netral, tidak berpihak dan diterima oleh yang berssnagkutan.
Pihak ketiga bersifat pasif dan bertugas sebagai fasiliator.
b. Putusan sela ( interim meascure ) adalah putusan yang dijatuhkan oleh Hakim
sebelum hakim memeriksa pokok perkara baik perkara pidana maupun perkara
perdata. Putusan sela biasanya dijatuhkan karena adanya eksepsi dari terdakwa
atau Penasihat Hukumnya.
c. putusan verstek :Berdasarkan sistem hukum di Indonesia, yakni ketentuan pasal
125 HIR, pasal 129 HIR dan pasal 149 RBG, Putusan Verstek, adalah apabila
tergugat tidak hadir pada hari perkara itu akan diperiksa, ataupun tidak pula
menghadiri orang lain menghadap untuk mewakilinya, tanpa alasan yang sah
dan dapat dibenarkan, sedangkan ia telah dipanggil secara patut, dan Penggugat
hadir serta mohon putusan, maka hakim dapat memutuskan gugatan penggugat
tersebut dapat diterima dengan putusan Verstek, kecuali jika gugatan penggugat
tersebut melawan hukum atau tidak beralasan.
d. Obscuur libel dapat disebut secara sederhana sebagai “tidak jelas”.
Ketidakjelasan misalnya terletak pada:
 hukum yang menjadi dasar gugatan,
 ketidakjelasan mengenai objek gugatan, misalnya dalam hal tanah tidak
disebutkan luas atau letak atau batas dari tanah tersebut.
 petitum yang tidak jelas, atau
 terdapat kontradiksi antara posita dan petitum
e. Eror in persona merupakan Suatu gugatan/permohonan dapat dianggap error in
persona apabila diajukan oleh anak dibawah umur (Pasal 1330 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”), mereka yang berada dibawah
pengampuan/curatele (Pasal 446 dan Pasal 452 KUH Perdata), seseorang yang
tidak memiliki kedudukan hukum/legal standing untuk mengajukan gugatan
(persona standi in judicio).

4. jelaskan apa yang anda kerahui tentang proses penyelesaian perkara tindak
pidana, mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan dakwaan hingga
putusan !
jawab:
a. Penyelidikan adalah: Penyelidikan adalah suatu langkah penyelamatan untuk
mencari dan menemukan suatu tempat yang dapat diambil sebagai jalan keluar
yang dapat dilakukan tidak dapat dilakukan dengan cara penyidikan menurut
cara yang mengatur dalam undang-undang ini, hal ini merupakan penjelasan
dari (Pasal 1 angka 5 KUHAP).
b. Penyidikan adalah: Penyidikan adalah cara bertindak penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti yang membuat terang tentang tindak
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya, hal ini merupakan penjelasan
dari (Pasal 1 angka 2 KUHAP).
c. Penuntutan

yaitu tindakan penuntut umum melimpahkan perkara pidana ke pengadilan


negeri yang berwenang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh
hakim di sidang pengadilan. Pada tahap ini ranah kewenangan pun beralih, dari
institusi Kepolisian ke institusi Kejaksaan.
KUHAP memberikan kewenangan kepada Kejaksaan untuk memastikan apakah
penyidikan telah dilakukan secara benar. Jika terdapat kekurangan, Kejaksaan
dapat mengembalikan berkas ke Kepolisian untuk diperbaiki atau dilengkapi.
Tetapi jika sebaliknya, Kejaksaan harus segera melimpahkan perkara ke
pengadilan negeri yang berwenang.
d. Pemeriksaan di pengadilan atau mengadili
Yaitu serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus
perkara pidana. Proses pemeriksaan di pengadilan dapat dilakukan dengan acara
cepat, singkat atau biasa tergantung dari karakteristik kasusnya. Tahap ini
merupakan tahap paling menentukan dari keseluruhan proses hukum pidana.
Pada tahap ini jaksa penuntut umum yang didasarkan pada hasil penyelidikan
dan penyidikan Kepolisian berupaya membuktikan bahwa terdakwa bersalah
melakukan tindak pidana. Sebaliknya, terdakwa memiliki kesempatan untuk
membela diri sekaligus membantah dakwaan yang disusun oleh jaksa penuntut
umum.
Muara dari proses pemeriksaan di pengadilan adalah putusan hakim atau vonis
yang pada intinya memiliki dua kemungkinan, yakni bersalah atau tidak
bersalah. Jika divonis bersalah, terdakwa memiliki kesempatan untuk
mengajukan upaya hukum banding ke pengadilan tinggi, kasasi atau peninjauan
kembali ke Mahkamah Agung. Jika divonis tidak bersalah, upaya hukum yang
dapat ditempuh terdakwa tergantung pada jenis vonisnya, apakah bebas atau
lepas.
Vonis bebas adalah vonis yang menyatakan terdakwa tidak terbukti melakukan
tindak pidana sebagaimana dakwaan jaksa penuntut umum. Sedangkan, vonis
lepas
adalah vonis yang menyatakan perbuatan yang didakwakan oleh jaksa penuntut
umum terbukti, namun perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana.
Terhadap vonis bebas atau lepas, sebenarnya tidak ada upaya hukum biasa yang
diperkenankan oleh KUHAP, kecuali kasasi demi kepentingan hukum yang
merupakan kewenangan ‘eksklusif’ yang dimiliki oleh Jaksa Agung. Namun,
pada tahun 2012, Mahkamah Konstitusi (MK) dalam putusan pengujian Pasal
244 KUHAP membuka peluang jaksa untuk mengajukan upaya hukum kasasi
terhadap vonis bebas. Sebelum Putusan MK ini, jaksa sebenarnya telah
beberapa kali mengajukan kasasi terhadap vonis bebas.

5. apa yang anda ketahui tentang eksaminasi putusan, dan kumpulkan tugas
anda tentang eksaminasi hasil simulasi persidangan sesuai dengan kasusnya
masing-masing ?
eksaminasi putusan adalah pengujian atau penilaian dari sebuah putusan (hakim)
apakah pertimbangan-pertimbangan hukumnya telah sesuai dengan prinsip-prinsip
hukum dan apakah prosedur hukum acaranya telah diterapkan dengan benar, serta
apakah putusan tersebut telah menyentuh rasa keadilan masyarakat.
Contoh Eksaminasi putusan cerai gugat Nomor perkara
0866/Pdt.G/2019/PA.Sby

Nomor : W.14-A/ /1216 / PP00.4IX/2014 Surabaya, 11 September 2019


Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Hasil Eksaminasi

Yth. Ketua Pengadilan Agama


se- Jawa Timur
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan hasil rapat Pimpinan dan Hakim Tinggi Pengadilan
Tinggi Agama Pontianak tentang Eksaminasi Berkas dan Putusan, segera saudara download
pada lampiran surat ini dan selanjutnya dijadikan pedoman.
Demikian disampaikan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Wasalamkum Wr. Wb.

Ketua,

M. Latif Ardiyansyah, SH.,M.H


NIP. 19530422 197601 1 001.

Tembusan :
1. Yth. Ketua Kamar Agama Mahkamah Agung RI di Jakarta;
2. Yth. Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI di Jakarta;
3. Yth. Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Agama Surabaya;
4. Yth. Pejabat kepaniteraan dan Panitera Pengganti Pengadilan Tinggi Agama Surabaya

RUMUSAN
HASIL RAPAT PIMPINAN DAN HAKIM TINGGI
PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA
TENTANG
EKSAMINASI BERKAS DAN PUTUSAN

I. PENDAHULUAN

Cerai adalah terputusnya perkawinan antara suami dan isteri, dengan tekanan
terputusnya hubungan ikatan perkawinan antara suami isteri. Sedangkan Cerai Gugat adalah
ikatan perkawinan yang putus sebagai akibat permahonan yang diajukan oleh istri ke
Pengadilan Agama, yang kemudian termohon (suami) menyetujuinya, sehingga pengadilan
agama mengabulkan permohonan dimaksud.

Dalam hal putusan cerai gugat terkadang masih adanya seorang pihak atas putusan
yang ia terima semisal mengenai hak asus anak, harta gono gini dan lain sebagainya. Akan
tetapi kita tidak bisa langsung menyalahkan hakim dan pengadilan ketika, karena terdapat
banyak faktor yang dapat menjadi penyebab putusan tersebut. Akan tetapi, melakukan
kajian secara independen terhadap Putusan, rekaman persidangan dan berkas-berkas terkait
lainnya diharapkan akan memberikan informasi yang lebih dalam hal tentang sebuah
putusan yang kontroversial. Salah satu contoh putusan yang akan dibahas dalam eksaminasi
ini yaitu kasus cerai gugat, putusan Pengadilan Agama Surabaya, Perkara Nomor
0866/Pdt.G/2019/PA.Sby.

Andi Hamzah dalam Kamus Hukum halaman 170 memberikan pengertian bahwa
eksaminasi adalah menguji secara saksama kelengkapan berkas perkara sebelum diajukan
kesidang pengadilan maupun penanganan dan penyelesaiannya sebelum memperoleh
kekuatan hukum tetap, pula bertujuan mempelajari latar belakang perkara, baik untuk
tujuan kesempurnaan administrasi perkara pada umumnya serta mempersiapkan penuntutan
penuntut umum.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan eksaminasi terhadap putusan ini
dengan menggunakan analisis hukum, untuk menemukan bagaimana fakta-fakta dan
penerapan serta pertimbangan hakim dalam menerapkan hukum tersebut dalam
menjatuhkan putusan itu, penulis akan berusaha mencari apakah benar ada kejanggalan-
kejanggalan yang terjadi dalam putusan hakim tersebut sesuai dengan analisi hukum.

II. EVALUASI ADMINISTRASI PERADILAN


1. Pra sidang :
c. Pemberian nomor perkara pada lembar surat gugatan.
1) Temuan :
Pemberian nomor perkara dalam bentuk stempel diletakan disebelah kanan atas
lembar pertama surat gugatan.
2) Seharusnya diletakan disebelah kiri atas lembar pertama surat gugatan dan
diperkirakan apabila dijilid masih terbaca.
b. Surat Kuasa Khusus.
1) Kuasa untuk berperkara pada tingkat peradilan.
a) Temuan :
Terdapat surat kuasa yang tidak jelas menyebut untuk tingkat pertama dan
banding maupun kasasi.
b) Seharusnya :
- Dalam surat kuasa khusus harus disebutkan secara tegas untuk berperkara
pada tinggkat Pengadilan Agama, tingkat banding dan tingkat kasasi.
- Jika untuk tingkat kasasi harus dengan surat kuasa khusus yang dibuat
tersendiri untuk berperkara pada tingkat kasasi (Pasal 44 ayat (1) huruf (a)
Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 dan Putusan Mahkamah Agung
Nomor 51 K/Pdt/1991, tanggal 25 Januari 1992).
2) Kartu Tanda Pengenal Advokat (KTPA) dan Berita Acara Sumpah.
a) Temuan :
Terdapat Kartu Tanda Pengenal Advokat yang telah habis masa
berlakunya, sementara yang bersangkutan masih diperkenankan beracara.
b) Seharusnya :
- Kartu Tanda Pengenal Advokat harus dicocokan dengan mengkroscek
data yang lain dan apakah masih berlaku atau sudah habis masa
berlakunya.
- Tiga bulan sebelum masa berlaku Kartu Tanda Pengenal Advokat habis,
harus sudah diperingatkan oleh hakim agar dilakukan perpanjangan untuk
memperoleh Kartu Tanda Pengenal Advokat yang yang baru.
- Pemeriksaan terhadap Kartu Tanda Pengenal Advokat kuasa hukum
dicatat dan dimasukan kedalam berita acara sidang.
- Bagi kuasa hukum yang bukan anggota dan tidak dapat menunjukkan
Kartu Tanda Pengenal Advokat Peradi, harus menunjukkan Kartu Tanda
Pengenal Advokat non Peradi dan menunjukkan berita acara sumpah yang
sah sebagai pengacara dari Pengadilan Tinggi yang berwenang.
2. Proses Persidangan.
a. Kuasa hukum.
1) Temuan :
Terhadap perkara yang menggunakan kuasa hukum, terdapat gambaran majelis
hakim tidak cermat dan teliti dalam memeriksa syarat formil dan materiil kuasa
hukum.
2) Seharusnya :
Ketentuan tentang pemeriksaan kuasa khusus dapat mempedomani diktum nomor
1 f tentang surat kuasa sebagaimana tersebut diatas. Hasil pemeriksaan terhadap
kuasa hukum harus tergambar dan masuk kedalam berita acara sidang.
b. Relaas panggilan.
1) Hal-hal yang harus ditulis dengan tangan.
a) Temuan :
Majelis Hakim pada setiap persidangan tidak memeriksa relaas panggilan
mengenai resmi dan patutnya, juga tidak memeriksa mana yang harus ditulis
tangan dan mana yang boleh diketik.
b) Seharusnya :
- Kewajiban Majelis Hakim pada setiap persidangan relaas panggilan,
disamping memeriksa resmi dan patutnya, juga memeriksa mana yang
harus ditulis tangan dan mana yang boleh diketik.
- Relaas panggilan yang harus ditulis tangan adalah tanggal dan hari
pelaksanaan pemanggilan, serta kondisi yang ditemukan pada saat
pelaksanaan panggilan, hal tersebut sebagai indikator bahwa
Jurusita/JurusitaPengganti benarbenar melaksanakan tugas di tempat
tinggal para pihak. Apabila sudah diketik memberikan kesan bahwa
panggilan dilaksanakan di Kantor Pengadilan Agama.
3) Pencetakan relaas panggilan.
a) Temuan :
Masih diketemukan relaas panggilan yang sudah ditanda tangani oleh
Jurusita/Jurusita Pengganti mencantumkan kata “contoh formulir panggilan”.
b) Seharusnya :
- Setelah dicetak menjadi relaas panggilan, tulisan “contoh relaas panggilan”
dihilangkan.
- Renvoi terhadap ketikan yang dicoret tetap dicantumkan.
5) Kondisi yang ditemukan jurusita/jurusita pengganti dalam pemanggilan yang
dituangkan dalam relaas panggilan.
a) Temuan :
Dalam relaas panggilan tertulis : “.....tidak bertemu yang bersangkutan,
selanjutnya panggilan disampaikan kepada Lurah akan tapi Lurah yang
bersangkutan tidak ada dan diteruskan ke staf Kelurahan, namun staf Kelurahan
tidak mau menanda tanganinya”, sedang dalam BAS panggilan telah
disampaikan secara resmi dan patut.
b) Seharusnya :
Majelis Hakim harus menyatakan bahwa panggilan seperti itu tidak sampai,
sehingga harus dipanggil kembali. Oleh karena kelalaian Jurusita/Jurusita
Pengganti, maka biaya panggilan berikutnya ditanggung oleh Jurusita/Jurusita
Pengganti yang bersangkutan.

III. EVALUASI TEHNIS PERADILAN


1. Berita acara sidang
a. Penggunaan kertas pada pembuatan berita acara sidang
1) Temuan :
Dalam pembuatan berita acara sidang menggunakan kertas HVS F4.
2) Seharusnya :
Pembuatan acara sidang menggunakan kertas A4 70 gram. Margin atas dan
bawah berjarak 3 cm, margin kiri 4 cm dan margin kanan 2 cm. Jarak antara
baris pertama dengan baris berikutnya 1,1/2 spasi, dengan menggunakan
huruf font arial 12.
b. Penomoran pada berita acara sidang
1) Temuan :
Berita acara sidang tidak diberi nomor halaman secara bersambung dari
sidang pertama sampai sidang yang terakhir.
2) Seharusnya :
Berita acara sidang harus diberi nomor halaman secara bersambung dari
sidang pertama sampai sidang yang terakhir dan diletakkan pada sebelah
kanan bawah. Semua jawaban (termasuk dalam rekonpensi), replik, duplik
rereplik, rereduplik, alat bukti tertulis dan semua surat/dokumen tertulis
serta kesimpulan para pihak, menjadi satu kesatuan dengan berita acara
sidang juga diberi nomor halaman secara berurutan menurut kronologis
persidangan.
c. Sidang perceraian tertutup untuk umum.
1) Temuan :
Terdapat kelalaian dalam penulisan berita acara sidang perceraian,yaitu
tidak disebutkan sidang tertutup untuk umum.
2) Seharusnya :
Berdasarkan pasal 80 ayat 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 kalimat
“ sidang tertutup untuk umum “ merupakan prinsip, apabila hal tersebut
tidak dicantumkan berakibat putusan dapat dibatalkan. Perlu diingat pula
bahwa untuk sidang pembacaan putusan harus terbuka untuk umum.
d. Perdamaian dan mediasi.
1) Temuan :
Usaha perdamaian selalu dilakukan oleh hakim baik dalam perkara
perceraian maupun sengketa kebendaan.
2) Seharusnya :
Untuk perkara perceraian setiap persidangan dilakukan usaha perdamaian
oleh majelis hakim, meskipun telah dilakukan mediasi dan usaha
perdamaian tersebut dimasukan kedalam berita acara sidang.
2. Teknis Pemeriksaan/Putusan.
a. Perumusaan masalah atau pokok sengketa.
1) Temuan :
Merumuskan masalah tidak menyentuh substansi.
2) Seharusnya :
a) Rumusan masalah adalah selisih antara informasi penggugat melalui
gugatan dan replik, dengan informasi tergugat melalui jawaban dan
duplik.
b) Contoh perkara perceraian:
Peristiwa hukum yang didalilkan bahwa rumah tangga antara
penggugat dan tergugat terjadi pertengkaran karena adanya orang ketiga
dan masalah ekonomi. Dari hasil jawab menjawab, sebagian dibenarkan
dan sebagian dibantah oleh tergugat, maka dalam rumusan masalahnya
adalah hal-hal yang dibantah oleh tergugat. Maka dengan demikian
rumusan masalah tidak tepat kalau dikatakan “Apakah rumah tangga
penggugat/pemohon dan tergugat/tergugat tidak harmonis lagi dan
sudah sulit untuk dirukunkan?”. Karena pertanyaan tersebut adalah
kesimpulan hakim, setelah hakim menganalisa/menkonstruksi fakta
hukum (yang dibenarkan dan yang terbukti dalam pokok masalah),
maka hakim menarik kesimpulan bahwa rumah tangga
penggugat/pemohon dan tergugat/termohon sudah pecah karena tidak
harmonis dan sudah sulit dirukunkan.
c) Pengakuan atau hal yang tidak dibantah, ada pengakuan murni ada
pengakuan berkualifikasi dan pengakuan berklausula
d) Pengakuan yang berkualifikasi yaitu pengakuan yang disertai
dengan sangkalan terhadap sebagian dari tuntutan penggugat.
Pengakuan berklausula yaitu suatu pengakuan yang disertai dengan
keterangan tambahan yang bersifat membebaskan. Misalnya penggugat
menyatakan bahwa tergugat telah berhutang sebesar lima juta rupiah.
Tergugat mengaku bahwa ia telah berhutang lima juta rupiah tetapi
tergugat menyatakan bahwa utang telah dibayar lunas, jadi pengakuan
di sini adalah pengakuan yang disertai dengan keterangan
penyangkalan.
e) Rumusan masalah pada pengakuan berkualifikasi adalah halhal yang
dikemukakan tergugat/termohon yang merupakan sangkalan terhadap
sebagian, sedang pada pengakuan berklausula rumusan masalahnya
adalah pada hal yang menyangkut pembebasan.
b. Ketidakhadiran tergugat pada saat pemeriksaan
1) Temuan :
Tergugat tidak datang menghadap dan tidak menyuruh orang lain untuk
menghadap sebagai wali/kuasanya tanpa alasan yang dapat dibenarkan
menurut hukum, meskipun sudah dipanggil secara resmi dan patut.
2) Seharusnya :
Pada sidang pemeriksaan gugatan perceraian, terutama pada sidang
perdamaian, baik suami ataupun istri harus datang secara pribadi. Ataupun
keduanya dapat mewakilkan kepada kuasanya, namun untuk kepentingan
pemeriksaan, Hakim dapat memerintahkan keduanya untuk hadir sendiri.
Hal tersebut terdapat dalam Pasal 142 ayat (2) KHI yang menyebutkan
bahwa dalam hal suami istri mewakilkan kepada kuasanya, untuk
kepentingan pemeriksaan, Hakim dapat memerintahkan yang bersangkutan
untuk hadir sendiri.

IV. PEMBERKASAN DAN MINUTASI


1. Ukuran kertas dalam berkas
a. Temuan
Terdapat perbedaan ukuran berkas gugatan dengan berkas lainnya.
b. Seharusnya
1) Semua ukuran kertas haruslah diseragamkan (berkas gugatan, SKUM,PMH,
PHS, PPP, PJSP, BAS, relas panggilan dan PBT). Maka haruslah memberikan
himbauan kepada para pihak dan kuasa hukum untuk menggunakan ukuran
kertas, margin, spasi dan font huruf sesuai Buku II Edisi Tahun 2013 halaman
30.
2) Pedomani Buku II Edisi Tahun 2013 halaman 30
2. Bentuk dan ukuran huruf
a. Temuan
Terdapat perbedaan bentuk serta ukuran font dalam berkas relass panggilan
b. Seharusnya
1) Sesuai Buku II Edisi Tahun 2013 halaman 30 bentuk serta ukuran font semua
berkas harus sama dengan yang diatur dalam buku II Edisi Tahun 2013.
3. Penyusunan Bundel
a. Temuan
Penyusunan berkas tidak berurutan dan rapi
b. Seharusnya
Berkas disusun secara berurutan sesuai dengan kronologi pmeriksaan
persidangan untuk slanjutnya diserahkan kepada meja III untuk diberi
sampul, dijahit dan disegel
4. Penjahitan Bundel
a. Temuan
1) Penyusunan berkas tidak berurutan dan rapi.
2) Terdapat bundel berkas perkara yang dijahit bersama map tanpa dilumuri
lilin merah
b. Seharusnya
1) Berkas disusun secara berurutan sesuai dengan kronologi pmeriksaan
persidangan untuk selanjutnya diserahkan kepada meja III untuk diberi
sampul, dijahit dan disegel
2) Bundel berkas perkara dijahit dan dilumuri lilin merah
3) Putusan dijahit sendiri
4) Surat pembertahuan isi putusan apabila trdapat bundel B maka ikut dijahit
dan diletakkan pada awal bundel B akan tetapi jika tidak ada bundel B
maka dibundel sendiri secra terpisah dengan bundel yang lain seperti
bundl putusan.
5. Pemberian nomor halaman
a. Temuan
Ditemukan ksalahan penulisan nomor halaman
b. Seharusnya
Bagi dokumen satu surat bukti terdiri dari banyak halman. Maka cara
pemberian nomornya adalah seebagai berikut:
1) Dokumen yang terdiri dari beberapa halaman tersebut diberi nomor
halaman pada urutannya. Seperti: nomor 10
2) Dalam dokumen tersebut diberi halaman khusus seperti halaman 10-1, 10-
2, 10-3 dan seterusnya sesuai dengan jumlah halamannya.

V. PENUTUP
1. Rumusan Hasil evaluasi ini merupakan pedoman bagi hakim dan aparat lainnya dalam
melaksanakan tugas sehari-hari dan dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
dalam rangka meningkatkan kualitas pemeriksaan dan putusan. Oleh karena itu
diharapkan seluruh hakim dan aparat lainnya serta hakim tinggi supaya mempelajari
rumusan hasil eksaminasi ini.
2. Untuk hasil eksaminasi kali ini dilakukan evaluasi secara umum dan hasilnya dikirim
kepada semua Ketua Pengadilan Agama.
3. Untuk eksaminasi berikutnya akan dilakukan evaluasi secara umum bagi seluruh
Pengadilan Agama dan hasil evaluasi tersebut dikirim kepada masing-masing Ketua
Pengadilan Agama dengan dilampiri hasil eksaminasi dan evaluasi masing-masing.
4. Hasil eksaminasi dan evaluasi masing-masing, menjadi salah satu bahan dalam
pengisian SKP pada setiap akhir tahun.

Surabaya, 11 September 2019


Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya

M. Latif Ardiansyah, SH, MH

Anda mungkin juga menyukai