OLEH :
HERU ISTAWATI
NIM. 22009100
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
TAHUN 2023
1. Kekuasaan Kehakiman dan Kewenangan Peradilan Agama?
Jawab : Fungsi peradilan agama antara lain Fungsi mengadili (judicial power), Fungsi pembinaan
Fungsi pengawasan, Fungsi nasehat, Fungsi administrative dan fungsi lainnya melakukan
koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan instansi lain yang terkait, seperti
DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain, serta pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan
riset/penelitian dan sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam
era keterbukaan dan Transparansi Informasi Peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua
Mahkamah Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di
Pengadilan.
Sumber :
https://badilag.mahkamahagung.go.id (1)www.pta-pontianak.go.id/e_dokumen (2) https://badilag.mahkamahagung.go.id (3) https://jdih.situbondokab.go.id (4)
https://web.pa-sumber.go.id/tahapan-pendaftaran-perkara (5)
Jika tidak dapat menulis atau buta huruf, surat permohonan/gugatan dapat diajukan
secara lisan dengan menghadap Ketua Pengadilan Agama setempat
Melampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) atau jaminan sosial lainnya
2) Pemohon menunggu surat panggilan sidang dari Pengadilan Agama setempat, yang berisi
tentang tanggal dan tempat sidang kepada Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon
secara langsung ke alamat yang tertera dalam surat permohonan/gugatan.
3) Menghadiri Persidangan
Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon datang ke Pengadilan Agama setempat
sesuai dengan tanggal dan waktu yang tertera dalam surat panggilan.
Manakala upaya perdamaian tidak berhasil dan surat permohonan/gugatan tidak ada
lagi perubahan, maka sebelum memasuki poko perkara, Majelis Hakim memeriksa
permohonan yang berkaitan dengan prodeo.
Majelis Hakim memberikan kesempatan kepada Tergugat/Termohon untuk member
tanggapan yang berkaitan dengan permohonan untuk berperkara secara prodeo
Penggugat/Pemohon mengajukan bukti-bukti dan saksi (bila diperlukan oleh Hakim).
4) Pengambilan Keputusan untuk berperkara secara prodeo
Majelis Hakim melakukan musyawarah mempertimbangkan dalil dan alat bukti yang
berkaitan dengan permohonan prodeo dan jika dalam musyawarah tersebut Majelis
Hakim menilai alasan Penggugat/Pemohon telah terbukti, maka Majelis Hakim
memberikan keputusan dengan putusan sela yang isinya mengijinkan kepada
Pemohon/Penggugat untuk berperkara secara prodeo
Jika Majelis Hakim menilai alasan Pemohon/Penggugat untuk berperkara secara prodeo
tidak terbukti dipersidangan, maka Majelis Hakim memberikan keputusan menolak
permohonan Pemohon/Penggugat untuk berperkara secara prodeo. Maka
Pemohon/Penggugat harus membayar panjar biaya perkara dalam jangka waktu 1 bulan
sejak putusan sela dibacakan
5) Setelah melalui tahapan-tahapan di atas, selanjutnya proses persidangan dilakukan sesuai
dengan perkara yang diajukan berdasarkan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan dalam
hukum acara, sampai adanya putusan pengadilan yang salah satu isinya menyatakan
membebankan biaya perkara kepada negara.
11. Dasar hukum kuasa dan syarat menjadi kuasa serta berakhirnya surat kuasa?
Jawab : Surat kuasa memiliki pengaturan hukum secara tersirat di dalam Pasal 1792 KUHPerdata
yang menjelaskan bahwa pemberian kuasa adalah suatu persetujuan yang berisikan pemberian
kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama orang
yang memberikan kuasa. Untuk dapat menjadi Kuasa Hukum, orang perorangan harus
memenuhi persyaratansebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia (WNI).
2. Memilki izin Kuasa Hukum.
3. Memiliki Surat Kuasa Khusus yang asli dari pihak yang bersengketa.
Menurut pasal 1813 KUHPer salah satu sebab berakhirnya pemberian kuasa adalah dengan
meninggalnya, pengampuannya, atau pailitnya si pemberi kuasa maupun si kuasa. Jadi,
berdasarkan pasal tersebut jelas bahwa surat kuasa gugur atau berakhir ketika si pemberi kuasa
ataupun si (penerima) kuasa meninggal.
12. Dasar hukum kuasa dan syarat menjadi kuasa serta berakhirnya surat kuasa?
Jawab : Menurut pasal 1 angka 11 UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan TUN gugatan adalah
suatu permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau pejabat TUN dan diajukan ke
pengadilan untuk mendapatkan putusan. Gugatan voluntair ini dapat diartikan sebagai salah
satu jenis gugatan yang diajukan atas dasar permohonan ke pengadilan negeri. Banyak yang
mengatakan bahwa voluntair ini bukanlah gugatan sebab tidak mengandung sengketa, sehingga
tidak tepat dikatakan sebagai “gugatan”, namun lebih tetap dikatan sebagai “permohonan”.
17. Pengertian sita jaminan, sita jaminan milik penguggat dan tergugat?
Jawab : Penyitaan dilakukan lebih dahulu atas barang bergerak yang cukup untuk menjamin
dipenuhinya gugatan penggugat, apabila barang bergerak milik tergugat tidak cukup, maka
tanah-tanah dan rumah milik tergugat dapat disita.
Sumber :
18. Alat alat bukti dan bukti yang ada dalam perkara hokum acara peradilan agama?
Jawab : Menurut pasal 164 HIR/ 284 RBg terdapat 5 (lima) macam alat bukti, sebagai berikut: 1.
Alat bukti tertulis ( surat ), 2. Alat bukti saksi, 3. Persangkaan, 4. Pengakuan, 5. Sumpah.