FAKULTAS HUKUM
Kampus I : Jl. Harsono Rm Dalam No. 46, Ragunan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan
Tlp: 021. 7231948, 7267655 Fax: (021) 7267657
Kampus II : Jl. Raya Perjuangan Bekasi Utara, Kota Bekasi
Telp: 021. 88955882
Setelah Tn. Dono membeli tanah tersebut ternyata tanah tersebut diakui oleh
pihak lain dalam hal ini adalah seorang yang bernama Ny. Eva Arsnaz
beralamat di Jalan Hang Lekir No.1 Jakarta Selatan, sehingga Tn. Dono belum
dapat menikmati tanah yang telah dibelinya tersebut, karena tanah tersebut
dikuasai secara tidak sah oleh Ny. Eva Arnaz. Kemudian Tuan Dono
memasang pagar di lokasi tanah miliknya, tetapi pagar tersebut kemudian
dirusak oleh Ny. Eva Arnaz.
1
Tn. Dono melalui kuasa hukumnya hendak mengajukan gugatan atas
permasalahan tersebut dan telah memberikan kuasa sesuai Surat Kuasa
tertanggal 8 Maret 2014.
PERTANYAAN:
A. Tn. Dono menanyakan kepada kuasa hukumnya perihal gugatan yang akan
diajukan, yaitu:
Jawaban:
Jawaban :
Jawaban :
Pihak berperkara menghadap petugas meja I dan menyerahkan surat gugatan atau
permohonan, Petugas Meja I (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan
dengan perkara yang diajukan menaksir panjar biaya perkara yang kemudian ditulis dalam Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM), Pihak berperkara membayar Panjar Biaya Perkara ke Bank
yang ditunjuk yang besarnya sesuai dengan jumlah yang tertera pada Surat Kuasa Untuk
Membayar (SKUM).Pemegang kas (kasir) menandatangani Surat Kuasa Untuk
Membayar (SKUM) dan membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal penerimaan
perkara dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kemudian menyerahkan tindasan
pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) yang telah dicap lunas dan surat gugatan
atau permohonan kepada pihak berperkara.
2
Informasi yang tersedia, dan tinggal menunggu antrian sidang. Para pihak yang sedang,
menunggu giliran sidang diruangan khusus yang tersedia.
1. UPAYA PERDAMAIAN.
Dalam perkara perdata pada umumnya setiap permulaan sidang, sebelum pemeriksaan
perkara, hakim diwajibkan mengusahakan perdamaian antara para pihak berperkara
( Pasal 154 R.Bg), dan jika tidak damai dilanjutkan dengan mediasi. Dalam mediasi
ini para pihak boleh menggunakan hakim mediator yang tersedia di Pengadilan
Agama tanpa dipungut biaya, kecuali para pihak menggunakan mediator dari luar
yang sudah punya sertifikat, maka biayanya seluruhnya ditanggung kedua belah pihak
berdasarkan kesepakatan mereka. Apabila terjadi damai, maka dibuatkan akta
perdamaian ( Acta Van Verglijk). Akta Perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum
yang sama dengan putusan hakim dan dapat dieksekusi, tetapi tidak dapat dimintakan
banding, kasasi dan peninjauan kembali. Apabila tidak terjadi damai dalam mediasi,
baik perkara perceraian maupun perkara perdata umum, maka proses pemeriksaan
perkara dilanjutkan.
3. JAWABAT TERGUGAT/TERMOHON
4. REPLIK PENGGUGA/PEMOHON
5. DUPLIK TERGUGAT/TERMOHON
2
Setelah Penggugat/Pemohon menyampaikan repliknya, kemudian Tergugat/Termohon diberi
kesempatan untuk menanggapinya/menyampaikan dupliknya. Dalam tahap ini dapat diulang-
ulangi sampai ada titik temu antara Penggugat/Pemohon dengan Tergugat/Termohon. Apabila
acara jawab menjawab dianggap cukup oleh hakim, dan masih ada hal-hal yang tidak
disepakati oleh kedua belah pihak, maka hal ini dilanjutkan dengan acara pembuktian.
6. PEMBUKTIAN
Pada tahap ini, Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon diberi kesempatan yang sama
untuk mengajukan bukti-bukti, baik berupa bukti surat maupun saksi-saksi secara bergantian
yang diatur oleh hakim.
Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasia ( Pasal 19 ayat (3) UU No. 4 Tahun
2004) Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim, semua hakim menyampaikan
pertimbangannya atau pendapatnya baik secara lisan maupun tertulis. Jika terdapat
perbedaan pendapat, maka diambil suara terbanyak, dan pendapat yang berbeda tersebut
dapat dimuat dalam putusan (dissenting opinion).
9. PUTUSAN HAKIM.
Setelah selesai musyawarah majelis hakim, sesuai dengan jadwal sidang, pada tahap ini
dibacakan putusan majelis hakim. Setelah dibacakan putusan tersebut, Penggugat/Pemohon
dan Tergugat/Termohon berhak mengajukan upaya hukum banding dalam tenggang waktu 14
hari setelah putusan diucapkan. Apabila Penggugat/Pemohon Tergugat/Termohon tidak hadir
saat dibacakan putusan, maka Juru Sita Pengadilan Agama akan menyampaikan isi/amar
putusan itu kepada pihak yang tidak hadir, dan putusan baru berkekuatan hukum tetap setelah
14 hari amar putusan diterima oleh pihak yang tidak hadir itu.
Upaya Hukum Biasa: Banding Adalah upaya hukum yang dilakukan apabila salah satu pihak tidak puas
terhadap putusan Pengadilan Negeri. Dasar hukumnya adalah UU No 4/2004 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Pokok Kekuasaan dan UU No 20/1947 tentang Peradilan Ulangan. Permohonan
banding harus diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang menjatuhkan putusan (pasal 7 UU No
20/1947).
Urutan banding menurut pasal 21 UU No 4/2004 jo. pasal 9 UU No 20/1947 mencabut ketentuan pasal
188-194 HIR, yaitu:
2
3. dicatat dalam register induk perkara
4. pernyataan banding harus sudah diterima oleh terbanding paling lama 14 hari sesudah
pernyataan banding tersebut dibuat.
5. pembanding dapat membuat memori banding, terbanding dapat mengajukan kontra memori
banding.
Upaya Hukum Biasa: Kasasi, Menurut pasal 29 dan 30 UU No 14/1985 jo. UU No 5/2004 kasasi adalah
pembatalan putusan atas penetapan pengadilan dari semua lingkungan peradilan dalam tingkat
peradilan akhir.
Putusan yang diajukan dalam putusan kasasi adalah putusan banding. Alasan yang dipergunakan
dalam permohonan kasasi yang ditentukan dalam pasal 30 UU No 14/1985 jo. UU No 5/2004 adalah:
1. tidak berwenang (baik kewenangan absolut maupun relatif) untuk melampaui batas wewenang
Upaya Hukum Luar Biasa: Peninjauan Kembali, Apabila terdapat hal-hal atau keadaan-keadaan yang
ditentukan dengan undang-undang, terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan huikum
tetap dapat dimintakan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung dalam perkara perdata dan
pidana oleh pihak-pihak yang berkempentingan. [pasal 66-77 UU no 14/1985 jo. UU no 5/2004]
Alasan-alasan peninjauan kembali menurut pasal 67 UU no 14/1985 jo. UU no 5/2004, yaitu:
a. ada novum atau bukti baru yang diketahui setelah perkaranya diputus yang didasarkan pada bukti-
bukti yang kemudian oleh hakim pidana yang dinyatakan palsu;
b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada
waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemuksn;
c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut/lebih daripada yang dituntut;
d. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-
sebabnya;
e. apabila dalam satu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim/suatu kekeliruan yang nyata.
Tenggang waktu pengajuan 180 hari setelah putusan berkekuatan hukum tetap. (pasal 69 UU
14/1985). Mahkamah Agung memutus permohonan peninjauan kembali pada tingkat pertama dan
terakhir (pasal 70 UU no 14/1985).
2
Oleh Diperiksa
Dosen