Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ANTROPOLOGI HUKUM

ANTROPOLOGI HUKUM SEBAGAI PENUNJANG


STUDI HUKUM ADAT

DISUSUN OLEH :

KADEK INDRI SUWIKSA PUTRI (019.04.1191)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Antropologi Hukum Sebagai Penunjang Studi Hukum Adat”. Pada makalah ini kami banyak
mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca

Lombok Tengah, 20 November 2020

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN...............................................................................................1

a. Latar Belakang .............................................................................................1

b. Identifikasi Masalah .....................................................................................1

c. Tujuan Penulis .............................................................................................1

II. PEMBAHASAN .................................................................................................2

a. Pengertian Antropologi Hukum .....................................................................2

b. Tinjauan Antopologi Hukum Mengenai Hak Masyarakat Adat ......................2

c. Hubungan Antropologi Hukum dengan Hukum Adat Sasak..........................3

III. PENUTUP.. ......................................................................................................5

a. Kesimpulan.. ................................................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA.. ............................................................................................ 6


ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Antropologi Hukum sebagai ilmu dipengaruhi oleh Antropologi dan Ilmu Hukum,
sehingga sebagai “anak”, ia memiliki “bapak”Antropologi dan “ibu” Ilmu Hukum, maka
memahami Antropologi dan Ilmu Hukum adalah prasayrat untuk dapat mengerti
Antropologi Hukum. Antropologi Hukum sebagai Ilmu mempelajari perilaku manusia
dengan segala aspeknya yang terkait dengan norma-norma hukum tertulis dan tidka
tertulis secara empiris.
Data antropologi hukum akan dapat mengidentifikasikan nilai-nilai yang menjadi
dasar dari hukum adat. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai ketertiban dan nilai
ketenteraman yang harus diserasikan sehingga menjadi kedamaian, yang menjadi
tujuan hukum. Nilai-nilai tersebut harus didukung oleh tugas-tugas hukum, yakni
kepastian hukum dan kesebandingan hukum yang apabila diserasikan menjadi
keadilan hukum. Apabila tekanan diletakkan pada kepastian hukum, maka akan timbul
hukum tatanegara, hukum administrasi negara dan hukum pidana; sedangkan tekanan
pada kesebandingan hukum akan menghasilkan hukum pribadi, hukum harta
kekayaan, hukum keluarga dan hukum waris.
Studi hukum adat yang didukung antropologi hukum akan sangat bermanfaat. Di
satu pihak data antropologi hukum akan dapat memberikan data mengenai budaya
hukum Indonesia, sedangkan di lain pihak studi hukum adat akan dapat memberikan
data mengenai bidang-bidang mana yang dapat diseragamkan dan bidang mana
seyogianya dibiarkan bervariasi.

B. Identifikasi Masalah
1. Pengertian antropologi hukum
2. Apa tinjauan antopologi hukum mengenai hak masyarakat adat
3. Hubungan antropologi hukum dengan hukum adat

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian antropologi hukum
2. Untuk mengetahui tinjauan antropologi hukum mengenai hak masyarakat adat
3. Untuk mengetahui hubungan antropologi hukum dengan hukum adat sasak
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropologi Hukum


Antropologi Hukum, yaitu ilmu yang mempelajari manusia dengan kebudayaannya,
terutama di bidang hukum. Antropologi hukum juga dapat dikatakan sebagai suatu ilmu
yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan kaidahkaidah sosial yang bersifat
hukum. Antropologi Hukum adalah suatu cabang ilmu Antropologi spesialisasi sebagai
suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik dengan belajar. Antropologi Hukum juga diartikan sebagai ilmu yang membahas
tentang manusia dan kaitannya dengan kaidah-kaidah sosial yang bersifat hukum.

Pengertian Antropologi hukum menurut beberapa ahli :

1. Menurut William A. Havilland, Antropologi adalah studi tentang umat manusia, yang
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat mengenai manusia dan perilakunya
untuk memperoleh pengertian yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia.
2. David Hunter berpendapat bahwa Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan
yang tidak terbatas tentang umat manusia. Menurut Oliver Wendel Holmes, the life
of law hasn’t been logic, it has been experience.
3. menurut Koetjaraningrat Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan
yang dihasilkan.

B. Tinjauan Antropologi Mengenai Hak Masyarakat Adat


Valerine J.L Kriekhoff berangkat dengan mempersepit sudut pandang tulisan-nya
dengan pendekatan antropologi budaya dan menggunakan tiga perspektif: holistis, empiris-
kualitatif, dan komparatif. Perspektif holistis tentang studi hak masyarakat adat atas tanah
termuat dari berbagai terminologi tanah yang terkait erat dengan sistem atau struktur
kekerabatannya, seperti: tanah serandung di Tumbang Malahoi, dan tanaq duwe tengaq di
Bayan, dusun soa di Maluku Tengah, pusako pambaoan di Minangkabau, dan nini nai di
Karo.
Lalu dalam pendekatan empiris-kualitatif merupakan pendekatan yang digunakan
untuk mendapatkan data lapangan untuk mengetahui siapa yang menguasai tanah dan
bagaimana bentuk penguasaannya. Kandungan dari istilah hak atas tanah akan dapat tidak
sejalan dengan kenyataan yang ada. Studi ini menggunakan analytical concept yang
menghasilkan istilah-istilah tentang tanah adat yang mempunyai beragam konotasi seperti:
tanah komunal dan tanah ulayat di Minangkabau, tanah adat dan tanah paoman di Bayan
dan tanah lokasi tajahan tiwah di Tumbang Malahoi. Hasil penelitian studi adat Valerine
J.L.Kriekhoff di tiga tempat tersebut menemukan bagaimana pranata adat tersebut rentan
3

terhadap berbagai aturan yang berlaku, terhadap berbagai pengaruh eksternal dan
perubahan yang internal.
Terakhir, Valerine J.L Kriekhoff menggunakan pendekatan komparatif atau
perbandingan yang menurutnya lazim dikenal dalam antropologi/antropologi hukum dalam
studi tentang tanah adat. Pendekatan komparatif di tiga tempat untuk melihat bagaimana
hak tanah adat berlangsung telah memperkaya informasi dan data historis. Dalam melihat
hak masyarakat adat atas tanah dari perspektif antropologi sangat memerlukan
pemahaman tentang kebudayaan dan budaya. Menurut Valerine J.L Kriekhoff, konsep
kebudayaan dan budaya ini mengarahkan kita pada pengakuan bahwa dari data lapangan
masih ditemui adanya aturan yang pluralistis (legal pluralism) misalnya dalam pengaturan
tanah yang tradisional, lalu dapat berwujud pola tingkah-laku yang terikat pada kelompok-
kelompok tertentu: menjadi “adat istiadat”.

C. Hubungan Antropologi Hukum dengan Hukum Adat Sasak


Hubungan antropologi hukum dan hukum adat bisa dikatakan sangat berhubungan
erat. Hal ini dikarenakan Menurut Bapak Antropologi Indonesia, yakni koentjaraningrat
mengatakan bahwa Hukum adat memerlukan ilmu antropologi hukum, terutama mengenai
metode-metode penelitiannya, agar dapat mengkaji dan meneiliti tentang latar belakang
hukum adat yang berlaku di suatu daerah.

Seorang ahli antropologi harus mengetahui hukum adat yang berlaku di suatu
daerah, hal ini dikarenakan hukum adat itu yang membuat peneliti antropologi dapat
beradaptasi dan mengikuti aturan-aturan adat yang ada di dalam suatu daerah

Hukum adat lahir dari kaidah-kaidah dan harus ditaati oleh masyarakat,sehingga
dapat disimpulkan bahwa hukum adat lahir dari kebudayaan yang dihasilkan oleh
masyarakat suatu daerag sebagai bagian dari hasil antropologi.

Diskusi tentang relevansi antara hukum adat dan hukum negara sejatinya sudah
banyak diperbincangkan oleh beberapa sarjana. Thomas Meisenhelder menyebutnya
sebagai sosiologi hukum yang salah satu menjelaskan posisi hukum di dalam
masyarakat. hukum merupakan cerminan dari masyarakat, sehingga, apabila
masyarakatnya berbeda, tentu hukumnya pun akan berbeda. Sebagai contoh,
perkawinan lari dalam masyarakat Sasak adalah perkawinan yang sejalan dengan
norma lokal masyarakat Sasak,. Apabila perkawinan itu tidak dilakukan dengan norma
lokal Sasak, maka perkawinan itu berpotensi melanggar norma atau hukum adat
Sasak. Namun, di masyarakat Bugis Makasar, perkawinan lari merupakan perkawinan
yang sangat dikecam oleh nilai lokal masyarakat Bugis Makasar. Dalam perkawinan
adat masyarakat Makasar, mengenal dua bentuk perkawinan adat, yakni perkawinan
dengan cara peminangan dan perkawinan dengan cara Annyala.
4

Perkawinan dengan cara peminangan tidak jauh berbeda dengan perkawinan pada
umumnya yang dilakukan dengan cara meminang, hanya saja barangkali terdapat
kearifan lokal Makasar yang membedakannya dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
Perkawinan secara meminang juga sering dibahasakan sebagai perkawinan yang sejalan
atau resmi berdasarkan adat Makasar. Sedangkan, perkawinan yang dilakukan secara
Annyala merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara diam-diam atau kawin
lari. Menurut bahasa Sulawesi Selatan, annyala bisa diartikan sebagai tindakan
penyelewengan atau tindakan yang salah, sehingga, alasan disebut perkawinan annyala
karena perkawinan ini tidak dilakukan berdasarkan adat istiadat masyarakat Makasar.

Dalam perkawinan jenis ini sangat rawan terjadi konflik. Tidak jarang masyarakat
yang melalukan perkawinan annyala mendapatkan kecaman keras dari masyarakat,
terkadang bisa berujung pada kekerasan fisik, dan tidak jarang terjadi konflik berdarah.
Meskipun adat Sasak dan Bugis melihat perkawinan lari dengan nilai yang
berbeda,namun terdapat persamaan dalam melihat anak perempuan. Bagi masyarakat
Sasak, anak perempuan merupakan kehormatan keluargayang harus selalu dijaga di
bawah pengawasan keluarga. Jadi, apabila seorang pria hendak menikahi seorang wanita,
pria yang bersangkutan harus berani mengambilnya di bawah pengawasan keluarganya,
yakni melalui perkawinan lari. Masyarakat Makasar pun demikian dalam melihat anak
wanita.

Berangkat dari sifat hukum sebagai refleksi atau cerminan dari masyarakat itu,
maka masyarakat Sasak dalam menjalani proses perkawinannya memiliki hukum lokal
sendiri, namun sebagai bagian dari warga Negara Republik Indonesia, masyarakat Sasak
harus tunduk terhadap hukum perkawinan yang sudah disahkan oleh negara, yang
bersifat umum dan abstarak tersebut. Kedatangan hukum negara(state legal order) ke
bumi Sasak merupakan tamu asing bagi masyarakat Sasak, sehingga, prosedur
perkawinan yang terdapat dalam hukum perkawinan terkadang dianggap hal yang asing
bagi masyarakat Sasak. Seiring dengan kebutuhan administrasi perkawinan, maka
masyarakat Sasak dan hukum perkawinan Sasak berupaya untuk beradaptasi dengan
legisme hukum perkawinan negara tersebut. Tidak sebatas hukum perkawinan adat
Sasak yang beradaptasi dengan positifisme hukum negara, namun hukum negara juga
beradaptasi dengan hukum adat masyarakat Sasak.
5

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian Antropologi Hukum telah memberikan telaah akan hasil kreasi,
distribusi dan transmisi hukum yang ada. Kajian mengenai bagaimana kekuasaan hukum
berproses dan memberi dampak dalam masing-masing masyarakat. Selanjutnya akan
menampilkan bagaimana feed back dan pengaruh masyarakat-masyarakat terhadap
kekuasaan hukum tersebut. Kemajemukan hukum yang ada di Indonesia dewasa ini
merupakan soal tersendiri mengingat otetisitas Antropologi Hukum yang sejak lama
menempatkan dan menghargai the other laws secara proporsional dan kontekstual.
Dengan demikian para pengkaji antropologi hukum ditantang untuk memberikan kontribusi
bagi perkembangan hukum di Indonesia, khususnya terkait dengan korelasi positif the other
laws dengan state laws.
Dalam perkawinan masyarakat Sasak, masyarakat Sasak diyakini sudah memiliki
hukum adat yang digunakan sebagai patokan bersama dalam menjalankan dan
menyelesaikan berbagai persoalan perkawinan. Setelah ajaran Islam diterima oleh
masyarakat Sasak, maka terjadi modifikasi perkawinan berupa akulturasi antara Sasak
dan Islam. Pada proses akulturasi ini, budaya Sasak tidak dihilangkan atau ditinggalkan,
namun perkawinan itu dihiasi dengan berbagai ajaran Islam.
Keragaman atau pluralisme hukum yang hidup dalam masyarakat Sasak
merupakan fenomena sosial yang tidak bisa terelakkan dan tidak jarang menimbulkan
konflik hukum. Konflik antar norma hukum merupakan sebuah proses dialektika yang akan
menghasilkan solusi bersama (win-win solution) yang mengarah kepada upaya untuk
salaing memasuki, saling mempenetrasi, atau saling mengaini antara satu norma dengan
norma yang lain, yang akan menghasilkan apa yang disebut sebagai interlegalistik
(interlegality), sehingga akan terwujud harmonisme hukum. Interlegality dan interlaw
merupakan fenomena intraksi (intraction) dantitik pertemuan (intersection) antara
berbagainorma hukum, prosedur hukum, dan wilayahhukum (legal spaces) yang berbeda
dalam sebuah masyarakat.
6

DAFTAR PUSTAKA

https://adikanina1987.wordpress.com/2012/05/14/ruang-lingkup-antropologi-
hukum/

https://www.dictio.id/t/apa-saja-manfaat-mempelajari-antropologi-
hukum/57126

https://www.hamparanberita.tech/2020/08/definisi-antropologi-
hukum.html#:~:text=4.%20Antropologi%20Hukum%2C%20yaitu%20ilmu,kai
dahkaidah%20sosial%20yang%20bersifat%20hukum.

https://www.diadona.id/d-stories/pengertian-antropologi-hukum-sosial-dan-
budaya-menurut-para-ahli-2007092.html

https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/download/11110/9942

http://docplayer.info/94913594-Membaca-perkawinan-masyarakat-islam-
sasak-dari-perspektif-interlegalitas-hukum.html

Anda mungkin juga menyukai