Anda di halaman 1dari 1

Nama :

NIM :

No. DPNA :

Kelas : Hukum Perdata

Kontrak Innominaat

Kontrak Innominaat adalah kontrak yang ada dalam kehidupan masyarakat namun tidak dikenal
dalam KUHPerdata. Timbulnya kontrak innominaat yaitu karena adanya asas kebebasan berkontrak
sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Asas kebebasan berkontrak adalah kebebasan
bagi setiap orang untuk memilih dan membuat kontrak, kebebasan untuk membuat dan tidak membuat
kontrak, dan kebebasan para pihak untuk menentukan isi dan janji mereka, kebebasan menentukan
syarat-syarat perjanjian, kebebasan memilih subjek perjanjian, dan kebebasan menentukan perjanjian
baik secara tertulis maupun lisan. Namun, dalam penerapan asas kebebasan berkontrak, setiap orang
tidak sebebas-bebasnya membuat dan menyusun perjanjian, melainkan dibatasi oleh kepentingan
orang lain serta ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Akibat adanya asas kebebasan
berkontrak itulah yang memunculkan adanya kontrak innominat, dimana kontrak tersebut belum
diatur dalam KUHPer. Contoh kontrak innominaat adalah :

1. Perjanjian Sewa Beli (Hire Purchase), dalam perjanjian ini terdapat dua tahap perbuatan
hukum, yaitu sewa dan beli. Sejauh ini tidak ada peraturan baru yang mengatur mengenai
perjanjian sewa beli, peraturan lama yang mengatur mengenai perjanjian sewa beli ini adalah
Keputusan Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 Tahun 1980 tentang
Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, dan Sewa
(Renting) yang telah dicabut oleh Peraturan Menteri Perdagangan Republik IndonesiaNomor
21/M-DAG/PER/10/2005 Tahun 2005 tentang Pencabutan Beberapa Perizinan Dan
Pendaftaran Di Bidang Perdagangan;
2. Perjanjian Sewa Guna (Leasing), yaitu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun Sewa Guna
Usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee)
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran sebagaimana
ketentuan dalam Pasal 1 angka 5 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan (selanjutnya disebut Perpres Lembaga Pembiayaan);
3. Perjanjian Anjak Piutang (factoring), yaitu kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
piutang dagang jangka pendek suatu Perusahaan. Dasar hukum yang mengatur mengenai
perjanjian anjak piutang (factoring), yaitu Perpres Lembaga Pembiayaan;
4. Perjanjian Waralaba, yaitu perjanjian yang dilakukan dengan memberikan hak khusus kepada
orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam
rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan
dan/atau digunakan oleh pihak lain. Dasar hukum yang mengatur mengenai waralaba ini yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba (selanjutnya disebut PP
Waralaba).

Anda mungkin juga menyukai