Anda di halaman 1dari 13

PINJAM PAKAI

Muhammad Syahri Ramadhan, S.H.,M.H


Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
Definisi

◦Pinjam Pakai adalah suatu perjanjian dengan mana


pihak yang satu memberikan suatu barang kepada
pihak lainnya untuk dipakai dengan Cuma – Cuma,
dengan syarat bahwa yang menerima barang ini,
setelah memakainya atau setelah lewatnya suatu
waktu tertentu, akan mengembalikannya (Pasal
1740 KUH Perdata)
Perbedaan Pinjam Pakai dan Pinjam
Meminjam
◦ Salah satu kriterium dalam membedakan antara pinjam pakai dan pinjam
meminjam adalah apakah barang yang dipinjamkan itu habis karena pemakaian
atau tidak. Kalau barang yang dipinjamkan itu habis karena pemakaian, itu
adalah pinjam meminjam.
◦ Dalam istilah “verbruiklening” yaitu nama dalam bahasa Belanda untuk
perjanjian pinjam meminjam ini, perkataan “verbruik” berasal dari “verbruiken”
yang berarti habiskan. Dapat juga terjadi bahwa barang yang habis karena
pemakaian, diberikan dalam pinjam pakai (bruikleen), yaitu jika dikandung
maksud bahwa ia hanya akan dipakai sebagai pajangan atau dipamerkan
Lanjutan..

◦Sederhananya ialah dalam pinjam pakai,


barang yang dipinjam tidak habis atau
musnah karena pemakaian
◦Sedangkan, dalam pinjam meminjam, barang
itu habis atau musnah karena pemakaian
Contoh kongret perbedaan pinjam pakai
dan pinjam meminjam
◦Dalam hal meminjam mobil atau meja (Pinjam Pakai)
◦Dalam hal meminjam uang atau beras (Pinjam
Meminjam)
◦Faktor objek barang akan menentukan, apakah
perjanjian tersebut disebut pinjam pakai atau
pinjam meminjam
Dasar hukum lainnya

◦Pihak yang meminjamkan tetap menjadi pemilik


dari barang yang dipinjamkan (Pasal 1741 KUH
Perdata)
◦Segala apa yang dapat dipakai orang dan tidak
musnah karena pemakaian, dapat menjadi bahan
perjanjian pinjam pakai (Pasal 1742 KUH Perdata)
Dalam perjanjiam pinjam pakai, tetap
terikat syarat sahnya perjanjian
◦1. Kesepakatan para pihak yang membuat
perjanjian
◦2. cakap dalam membuat perjanjian
◦3. objek yang ditentukan
◦4. kausa yang halal (tidak bertentangan peraturan
perundang – undangan, ketertiban umum dan
kesusilaan)
Pinjam Pakai adalah perjanjian sepihak
(unilateral)
◦Pinjam pakai dikatakan perjanjian sepihak
dikarenakan ada frasa “Cuma – Cuma”. Jika
pemakaian itu tidak dengan Cuma – Cuma,
tetapi dengan pembayaran, maka bukan lagi
pinjam pakai tetapi “sewa – menyewa”.
Kewajiban si peminjam (Pasal 1744 –1749
KUH Perdata)
◦ Berkewajiban menyimpan dan memelihara barang pinjaman sebagai seorang tuan rumah
yang baik. Peminjam hanya boleh menggunakan barang yang dipinjam-pakaikan untuk
keperluan seperti yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Penyimpangan dari hal-hal
tersebut dapat diancam mengganti biaya, kerugian, dan bunga.
◦ Bertanggung jawab atas kemusnahan barang tersebut, walaupun kemusnahan tersebut
terjadi karena suatu kejadian yang tidak disengaja.
◦ Memberi ganti rugi atas barang tersebut apabila terjadi kemusnahan sesuai dengan harga
taksir yang telah dinilai pada waktu perjanjian itu dibuat akan diganti dengan barang
sejenis, sama mutu dan jumlahnya.
Resiko dalam Pinjam Pakai

◦ Mengenai resiko dalam perjanjian pinjam pakai, pasal 1744 KUH Perdata
menyebutkan bahwa :
◦ • Resiko dalam perjanjian pinjam pakai berada di tangan si pemakai.
◦ Sedangkan pasal 1745 KUH Perdata menegaskan bahwa :
◦ • Apabila barang yang dipinjam musnah karena suatu kejadian yang tidak
disengaja, maka peminjam bertanggung jawab atas kemusnahan barang
tersebut dan juga bertanggung jawab atas barang-barang yang diakibatkan
oleh barang tersebut.
Ketentuan yang berlaku dalam perjanjian pinjam pakai

◦ Apabila barang yang dipinjam itu berkurang harganya selama pemakaian


dan hal tersebut di luar kesalahan si pemakai, maka pihak peminjam tidak
bertanggung jawab atas berkurangnya harga barang tersebut.
◦ Apabila peminjam selama memakai barang telah mengeluarkan biaya-biaya
sementara, maka peminjam tidak boleh menuntut kembali pada yang
meminjamkan, kecuali apabila ada perjanjian yang menyatakan demikian.
◦ Apabila pihak peminjam terdiri dari beberapa orang secara bersama-sama,
maka masing-masing untuk keseluruhan bertanggung jawab atas barang
tersebut.
Kewajiban Pihak yang meminjamkan (1750
– 1753 KUH Perdata)

◦ a. Tidak boleh minta kembali barang yang telah dipinjamkan, kecuali telah lewat waktu.
◦ b. Hanya boleh meminta kembali barang yang dipinjamkan sebelum lewatnya waktu,
apabila ada alasan-alasan yang mendesak atau overmacht dan terjadi situasi ia sendiri
sangat memerlukan barang tersebut.
◦ c. Mengganti biaya yang telah dikeluarkan di peminjam dalam keadaan luar biasa dan
sangat diperlukan, yang sifatnya sangat mendesak dan peminjam sendiri tidak sempat
memberitahukan hal tersebut.
◦ d. Bertanggung jawab atas kerugian sebagai akibat pihak yang meminjamkan tidak
memberitahukan bahwa barang tersebut mempunyai cacat tersembunyi yang diketahuinya.
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai