Anda di halaman 1dari 8

“ PENERAPAN LEX SPECIALIS DEROGAT LEGI GENERALIS TERHADAP TINDAK PIDANA

JAMINAN FIDUSIA ANTARA KETENTUAN SANKSI DAN PENIPUAN DALAM KUHP SERTA
PERBEDAANNYA PADA ANCAMAN SANKSI DALAM UU FIDUSIA, BERIKUT CONTOH
PUTUSAN-PUTUSAN PENGADILAN ATAS KASUS TERSEBUT ”

M. Afif Zainurroziqin
Mahasiswa Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Surabaya
Dalam Tugas Mata Kuliah Hukum Perjanjian 2
2013

Abstrak

Penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengalisis Putusan-Putusan Pengadilan terhadap
Kasus Jaminan Fidusia yang justru Majelis Hakim lebih memilih mengambil putusan dengan dasar di
KUHP.

Kata Kunci: Jaminan Fidusia, Kredit, Putusan Pengadilan, Pidana Penjara.

Indentifikasi dan Rumusan Masalah

Pada dasarnya delik penipuan maupun penggelapan tersangkut paut dengan objek jaminan
fidusia serta kepentingan kreditur pemegang jaminan fidusia, baik tidak pidana penipuan maupun
penggelapan, hakim secara taat asas wajib merujuk pada ketentuan ancaman pidana pada Undang-
Undang Fidusia.

Namun ketika objek jaminan belum diikat secara sempurna jaminan kebendaannya, maka
Undang-Undang Fidusia tidak dapat diberlakukan bilamana saat kejadian tindak pidana terjadi
namun jaminan fidusia belum di daftarkan secara sah.

Kemungkinan kedua ketika memberlakukan KUHP adalah pihak selain kreditur yang
pemegang jaminan kebendaan yang menjadi saksi pelapor atas tindak pidana penggelapan maupun
penipuan yang dilakukan pelaku, misalnya kendaraan milik seseorang ternyata dipinjam untuk
digadai oleh pelaku.

Adapun rumusan masalah pada Paper ini adalah sebagai beikut;

1. Bagaimana Sanksi Pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Ketentuan
Sanksi Pidana dalam undang-Undang Fidusia terhadap Objek Jaminan yang di Over Alih tidak
Resmi oleh Debitur Kepada Pihak Lain Tanpa Seizin Penerima Jaminan Fidusia (Kreditur) ?
2. Kapankah Debitur dapat Dikenakan Pasal Penggelapan dalam KUHP & Penggelapan
berdasarkan Undang-Undang Fidusia ?
3. Bagaimana analisa dari Putusan-Putusan Pengadilan terhadap Kasus tersebut ?

1
Hasil dan Pembahasan

Jika ingin membandingkan kemungkinan ancaman sanksi pidana, maka akan terbadi menjadi
empat hal sebagai berikut;

1. Pasal 372 KUHP;


“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena Penggelapan, dengan pidana
penjara paling lama Empat Tahun atau Pidana Denda paling banyak Sembilan Ratus
Rupiah.”
2. Pasal 378 KUHP;
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun rangkaian Kebohongan, menggerakkan orang laun untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam
karena Penipuan dengan pidana penjara paling lama Empat Tahun.”
3. Pasal 35 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
“Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan
cara apapun memberikan Keterangan secara Menyesatkan, yang jika hal tersebut diketahui
oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian Jaminan Fidusia, dipidana dengan Pidana
Penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan Paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus
juta rupiah).”
4. Pasal 36 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
“Pemberi Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan benda yang menjadi
obyek jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa
persetujuan tertulis dahulu dari Penerima Fidusia, dipidana dengan Pidana Penjara paling
lama 2 (dua) Tahun dan dengan denda Paling Banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah).”

Berdasarkan Asas Hukum Lex Specialis Derogat Legi Generalis (Ketentuan yang lebih khusus
/ spesifik menutup keberlakuan norma hukum yang bersifat umum / general), maka secara teoritis
KUHP sudah tidak dapat lagi diberlakukan terhadap perkara Jaminan Fidusia, kenapa demikian?

1. Pasal 378 KUHP tentang penipuan (ancaman pidana penjara 4 tahun) sebenarnya telah
diatur secara spesifik di dalam Pasal 35 Undang-Undang Jaminan Fidusia (dengan ancaman
pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun), serta;
2. Pasal 372 KUHP tentang penggelapan (ancaman pidana 4 tahun) telah diatur secara spesifik
dalam pasal 36 Undang-Undang Fidusia (dengan ancaman pidana paling lama 2 tahun).

Namun dalam catatan praktik di pengadilan, yang seringkali menyimpang dari kaedah dasar
tersebut, penulis merangkum beberapa putusan Pengadilan Negeri sebagai berikut;

1. Putusan Pengadilan Negeri Purworejo No. 15/Pid/Sus/2012/PN.Pwr Tanggal 18 Maret 2012


dimana yang menjadi Pelapor adalah PT. ADI** Finance selaku pemegang Jaminan Fidusia.

2
Jaksa/Penuntut Umum mendakwa dengan dakwaan alternatif, sehingga Majelis Hakim dapat
memilih untuk langsung memeriksa dan memutus salah satu dari berbagai pasal yang
didakwakan.
Adapun yang menjadi dakwaan pertama adalah Pasal 36 Undang-Undang Fidusia, sementara
yang menjadi dakwaan kedua adalah Pasal 372 KUHP. Dalam hal ini, Majelis Hakim langsung
memeriksa dakwaan kedua (dengan melompati dakwaan pertama).
Dalam pertimbangan hukumnya, hakim memerhatikan fakta hukum bahwa Terdakwa
diminta oleh rekannya (yang juga menjadi tersangka) untuk mengajukan Kredit atas nama
Terdakwa (pinjam nama) dengan dijanjikan imbalan berupa uang. Terdakwa kemudian
menandatangani dokumen kredit kendaraan bermotor, yang setelahnya mengalihkan objek
kredit yang diikat jaminan fidusia tersebut kepada rekannya tersebut.
Pembayaran angsuran kredit menjadi macet, sehingga Terdakwa didatangi Pegawai Kreditur
(Perusahaan Pembiayaan), dimana kemudia Terdakwa menjelaskan jika dirinya hanya dipinjam
nama oleh rekannya untuk membeli sepeda motor tersebut melalui kredit. Atas perbuatan
Terdakwa tersebut hakim menemukan adanya Niat dan Sikap Batin dalam dirinya dengan maksud
agat Terdakwa dapat memperoleh imbalan uang dan menikmati uang tersebut untuk keperluan
sehari-hari.
Terhadap unsur dari Pasal Penggelapan (“mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya
bukan karena kejahatan”), maka Majelis Hakim membuat pertimbangan hukum:
a. “Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut, maka terbukti bahwa terdakwa
dengan menandatangani dokumen-dokumen pengajuan kredit sepeda motor...yang
diajukan.... atas namanya hingga Terdakwa menerima sepeda motor itu, Terdakwa tidak
menerangkan kepada PT. ADI** terkait keadaan atau kondisi yang sebenarnya, sehingga
perbuatan Terdakwa termasuk dalam kategori mengaku sebagai pemilik atau pembeli dari
sepeda motor..... tersebut;
b. “Menimbang, bahwa sepeda motor... dalam kekuasaan Terdakwa bukanlah hasil
kejahatan karena Terdakwa menggunakan persyaratan dan telah menandatangani
dokumen-dokumen pengajuan kredit ke PT. ADI** dan telah disetujui hingga akhirnya
sepeda motor diserahkan dari dealer ke Terdakwa. Mengenai janji imbalan uang dari...
juga berdasarkan fakta hukum belum dibayarkan saat diserahkan sepeda motor itu dari
Dealer ke Terdakwa dan baru dibayarkan imbalan tersebut setelah Terdakwa menyerahkan
sepeda motor itu kepada .... di Pasar Sejiwan;
c. “Menimbang, bahwa dengan demikian unsur ketiga (dari) pasal (penggelapan dalam
KUHP) ini telah terpenuhi;
d. “Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan di atas, maka semua unsur dari
dakwaan alternatif kedua tersebut telah terpenuhi, maka perbuatan Terdakwa telah
terbukti secara sah dan ditambah keyakinan Majelis Hakim bahwa Terdakwa bersalah
melakukan tindak pidana Penggelapan seperti dalam dakwaan alternatif kedua tersebut
dan karenanya Terdakwa harus dijatuhi hukuman setimpal dengan perbuatannya dan
dakwaan kesatu tidak perlu dipertimbangkan lagi dan oleh karena alternatif kedua telah
terbukti, maka dakwaan alternatif pertama tidak perlu dibuktikan lagi,”

Jika ditelaan secara yuridis formil, pertimbangan dan putusan hakim yang memilih dakwaan
Penggelapan pasal KUHP ketimbang UU Fidusia hanya dibenarkan bila niat debitur untuk

3
mengalihkan objek fidusia kepada pihak ketiga setelah akad kredit terjadi, bukan sebelum atau
saat ditanda-tangani akad kredit. Niat batin (mens rea) menjadi kunci menentukan tempus delicti,
sehingga semestinya titik berat pertimbangan bukan diarahkan pada saat kendaraan objek
jaminan fidusia dialihkan kepada pihak ketiga (actus reus), namun saat niat jahat itu pertama kali
diketahui.
Tiba pada amar putusannya, Majelis Hakim memutuskan;

“Memperhatikan Pasal 372 KUHP, serta ketentuan hukum lain yang berkaitan dengan perkara ini;

MENGADILI

1. menyatakan terdakwa.... telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana “PENGGELAPAN”;
2. menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama
10 (sepuluh) bulan;
3. menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya
dari pidana yang dijatuhkan;
4. menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan;

2. Putusan Pengadilan Negeri Sumedang No. 130/Bid.B/2013/PN.Smd Tanggal 10 Maret 2013,


dimana terhadap Terdakwa mendapat dakwaan yang disusun secara alternatif subsidairitas,
yakni;
Kesatu
Primair : Pasal 35 Undang-Undang Fidusia
Subsidair : Pasal 36 Undang-Undang Fidusia

Atau

Kedua : Pasal 372 KUHP

Perkara ini menjadi ilustrasi betapa pentingnya Jaminan Kebendaan diikat secara sempurna.
Sebelum mengupas duduk perkara, terdapat dua fakta hukum yang perlu diperhatikan, yakni;
- Perjanjian Pemberian Pembiayaan dibentuk pada tanggal 23 September 2011;
- Jaminan Fidusia didaftarkan kepada Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia (qq.
Kemenkumham) pada tanggal 28 Mei 2012.
Pada tanggal 23 September 2011, terdakwa membeli kendaraan secara kredit dengan
pembiayaan dari PT. Art** Asi* Finance, lewat Akta Perjanjian Pembiayaan pada hari itu juga
sementara Jaminan Fidusia baru didaftarkan pada tanggal 28 Mei 2012.
Setelah terdakwa membayar angsuran dengan angsuran keempat pada bulan Februari 2012,
terdakwa secara sepihak tanpa seizin kreditur (Perusahaan Pembiayaan), mengalihkan kendaraan
tersebut kepada phak ketiga, meski terdakwa menyadari kendaraan tersebut belum dilunasi
kreditnya.
Setelah terjadinya pengalihan kendaraan, angsuran tidak pernah lagi dibayarkan. Dalam
pertimbangan hukumnya, Majelis Hakim yang langsung memeriksa dakwaan Pasal 372 KUHP,
menyatakan;
a. “Menimbang, bahwa oleh karena waktu dilakukannya tindak pidana (tempus delicti) dalam
perkara ini sesuai dengan dakwaan Penuntut Umum dan fakta-fakta yang terungkap di

4
persidangan dalah terjadi pada hari Jum’at tanggal 10 Februari 2012 sekitar pukul 18.00
WIB, sedangkan pendaftaran dan pencatatan jaminan Fidusia dilakukan 20 Mei 2012
sesuai dengan Sertifikat Jaminan Fidusia No. W8-0031001 AH.05.01.TH.2012/STD yang
dikeluarkan oleh Kantor Pendaftaran Fidusia Republik Indonesia, Kantor Wilayah Jawa
Barat, maka sesuai dengan Pasal 14 ayat (2) dan (3) jo. Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pada intinya
menyatakan bahwa Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal
dicatatnya Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia yang salinannya termuat dalam
Sertifikat Jaminan Fidusia sehingga dengan demikian Jaminan Fidusia atas obyek 1 (Satu)
unit mobil roda 4 (empat) merk Mitsubishi Nomor Polisi D 8378 TG dengan Pemberi Fidusia
atas nama PT. ART** ASI* FINANCE belum lahir/belum berlaku ketika tindak pidana dalam
perkara ini dilakukan oleh terdakwa, sehingga hakim akan mempertimbangkan dakwaan
alternatif kedua melanggar Pasal 372 KUHP;
b. “Menimbang, bahwa dalam praktik peradilan dan menurut doktrin, kesengajaan tanpa
sifat tertentu diperbolehkan beberapa gradasinya menjadi;
1. Kesengajaan sebagai maksud (oorgmerk);
2. Kesengajaan dengan kesadaran pasti atau keharusan (opzetbij zekerheids of
noodzakelijkheids bewustzijn);
3. Kesengajaan dengan kemungkinan (dolus eventualis);
c. “Sehingga pengertian ‘dengan sengaja’ diperluas, tidak hanya berarti apa yang benar-
benar dikehendaki atau diinsyafi oleh pelaku, tetapi juga hal-hal yang mengarah atau
berdekatan dengan kehendak atau keinsyafan itu;
d. “Menimbang, bahwa “memiliki” menurut arrest Hoge Raad 16 Oktober 1905 dan 26 Maret
1906 ialah pemegang barang yang menguasai atau bertindak sebagai pemilik barang
tersebut, dalam hal ini berlawanan dengan hukum yang mengikat padanya sebagai
pemegang barang itu;
e. “Menimbang, bahwa menurut Memorie van Toelichting mengenai pembentukan Pasal 372
KUHPidana “menguasai secara melawan hukum” yang merupakan terjemahan dari
perkataan “weederrechtelyk zich teeigent” ditafsirkan sebagai “menguasai sesuatu benda
seolah-olah ia adalah pemilik dari benda tersebut, padahal ia bukanlah pemiliknya”;
f. “Menimbang, bahwa oleh karena seluruh unsur dakwaan kedua telah terpenuhi, maka
Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “Penggelapan” dan harus dipidana;”

Tiba pada amar putusannya, Majelis Hakim menjatuhkan vonis:


“Memperhatikan Pasal 372 KUHP serta peraturan peundang-undangan lain yang berkenaan
dalam perkara ini;
MENGADILI:
1. Menyatakan terdakwa ... telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah
melakukan Tindak Pidana “Penggelapan”;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karenanya dengan pidana penjara
selama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan:”

5
Terkadang, “sudut panndang” saksi/korban pelapor menjadi penentu utama, apakah
terhadap pelaku akan dijerat dengan pasal pidana dalam KUHP ataukah sanksi pidana dalam
Undang-Undang Fidusia. Berikut contoh putusan pengadilan yang relevan.
3. Putusan Pengadilan Kepanjen No. 25/Pid.B/2012/PN.Kpn Tanggal 09 Maret 2012, berikut
ilustrasinya;
- Terdakwa mendatangi kediaman pemilik kendaraan dengan maksud hendak Meminjam
BPKB kendaraannya selama dua minggu. Akan tetapi tanpa seizin maupun sepengetahuan
pemilik kendaraan, BPKB tersebut dijadikan jaminan hutang di PT. Ast** Sed** Finance
(AC*) dengan alasan permohonan pembiayaan secara kredit untuk pembelian mobil
sehingga seolah-olah terdakwa telah membeli kendaraan dari showroom mobil bekas yang
ternyata fiktif.
- Bersama dengan seorang oknum Marketing AC*, pelaku merekayasa permohonan kredit
sehingga seolah-olah terdakwa membeli kendaraan bekas dari sebuah showroom agar AC*
dapat menyetujui permohonan pembiayaan kendaraan.
- Permohonan pembiayaan pembelian kendaraan yang telah diajukan oleh terdakwa melalui
oknum Marketing Internal AC*, kemudian disetujui oleh AC*, sehingga terdakwa menerima
pencairan kredit dengan kewajiban mengangsur.
- Oleh karena terdakwa tidak membayar angsuran, AC* melakukan penagihan ke alamt
sesuai dengan BPKB kendaraan, sehingga pemilik kendaraan merasa terkejut karena tidak
pernah menjaminkan kendaraan miliknya.

Dakwaan jaksa berbentuk alternatif Pasal 372 KUHP atau Pasal 378 KUHP. Dalam kasus ini,
saksi pelapor ialah korban pemilik kendaraan, bukan pihak kreditur (PT. AC*)-pemegang jaminan
kebendaan, sehingga Undang-Undang Fidusia tidak tampil (meski terhadap objek tindak pidana
telah diikat sempurna sebagai jaminan fidusia).
Majelis Hakim memeriksa dakwaan Pasal 372 KUHP, dengan pertimbangan hukum berikut;
a. “Menimbang, bahwa menurut yurisprudensi yang dimaksud dengan memiliki berarti
menguasai suatu benda bertentangan dengan sifat dari hak yang dimiliki atas benda itu
(Putusan MA No. 69 K/Kr/1959 tgl 11-8-1959), atau juga menguasai sesuatu barang
bertentangan dengan sifat dari hak dijalankan seseorang atas barang-barang tersebut
(Putusan MA No. 83/K/Kr/1959 tgl 8-5-1957);
b. “Menimbang, bahwa terdakwa telah menguasai selanjutnya memaksukan BPKB milik saksi
... tersebut ke PT. AC* bertentangan dengan sifat dari hak yang dimiliki atas benda tersebut
yaitu terdakwa tidak memiliki hak untuk menjadikan BPKB milik saksi ... tersebut sebagai
jaminan kepada PT. AC* sehingga dengan menjaminkan BPKB milik saksi ... tersebut,
terdakwa mendapatkan uang yang digunakan untuk kepentingan pribadinya;
c. “Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 372 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Kesatu
yaitu melanggar Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
MENGADILI:
1. Menyatakan terdakwa ... , bersalah melakukan tindak pidana
“Penggelapan”;
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 8 (delapan) bulan;”

6
4. Putusan Pengadilan Negeri Kediri Nomor 119/Pid.Sus/2011/PN.Kdr Tanggal 18 November 2011,
terdakwa mendalilkan bahwa didirinya selaku debitur yang mengalihkan objek jaminan fidusia
tanpa izin kreditur sebagai masalah perdata semata, namun Majelis Hakim dalam pertimbangan
hukumnya menyatakan;
“Menimbang, .... perbuatan Terdakwa adalah merupakan perbuatan pidana dan bukan
keperdataan meskipun perbuatan pidana yang dilakukan oleh Terdakwa tersebut pada saat
adanya hubungan perjanjian pembiayaan yang diikat dengan jaminan fidusia antara Terdakwa
dengan pihak Finance, dengan demikian pembelaan tersebut haruslah ditolak:”

Bagaimana dengan status kendaraan yang menjadi objek jaminan fidusia? Perhatikan
pertimbangan hukum Majelis Hakim berikut:
a. “Menimbang, bahwa khusus berkaitan dengan barang bukti berupa 1 (satu) unit mobil
Mitsubishi Kuda tahun 2002 warna biru nomor polisi .... dan 1 (satu) unit mobil Toyota
Avanza tahun 2006 warna silver nomor polisi .... , Majelis Hakim telah menetapkan agar
dikembalikan kepada pihak finance dengan pertimbangan sebagai beikut”;
- Bahwa mobil tersebut statusnya dalam perjanjian pembiayaan konsumen yang
diikuti dengan perjanjian fidusia antara Terdakwa dengan pihak finance adalah
merupakan benda jaminan fidusia;
- Bahwa kegunaan mobil tersebut sebagai jaminan fidusia adalah untuk menjamin
pelunasan hutang/pinjaman terdakwa kepada pihak finance apabila terdakwa tidak
sanggup membayar lagi hutangnya kepada finance atau apabila terjadi wanprestasi;
- Bahwa karena Terdakwa telah terbukti mengalihkan mobil yang menjadi benda
jaminan fidusia tersebut kepada orang lain dan telah terbukti di persidangan
Terdakwa juga tidak lagi membayar/mengangsur ke pihak finance sehingga menurut
Majelis Hakim adalah sangat tepat dan adil apabila mobil tersebut dikembalikan
kepada pihak finance untuk memenuhi pelunasan hutang Terdakwa agar pihak
finance tidak mengalami kerugian yang lebih besar lagi”

Dari penjelasan di atas, maka jika dilihat dari Asas Hukum Lex Specialis Derogat Legi
Generalis (Ketentuan yang lebih khusus / spesifik menutup keberlakuan norma hukum yang
bersifat umum / general), maka beberapa Majelis Hakim dalam putusan pengadilan justru tidak
menggunakan asas hukum tersebut. Padahal jika berpedoman dengan Asas Hukum tersebut,
maka seharusnya yang menjadi dasar tuntutan pidana terhadap debitur adalah Sanksi Pidana
dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, bukan lagi KUHP.
Namun Majelis Hakim masih menggunakan dasar KUHP dalam putusannya dikarenakan
penuntut dalam hal ini Kreditur menggunakan dakwaan Alternatif Subsidair, artinya selain
menuntut pidana dengan dasar UU Fidusia, kreditur juga memberikan dakwaan dengan dasar
Pasal Penggelapan dalam KUHP. Hal tersebut diperbolehkan secara hukum, selama bukti dan
fakta hukum menunjukkan demikian.
Selain itu, jika dilihat dari putusan-putusan pengadilan di atas, maka sangat pentingnya
untuk mendaftarkan Jaminan Fidusia, sesuai dengan Pasal 14 ayat (2) dan (3) jo. Pasal 13 ayat (3)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yang
menyatakan bahwa Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya
Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia yang salinannya termuat dalam Sertifikat Jaminan
Fidusia.

7
Daftar Pustaka

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

Putusan Pengadilan Negeri Purworejo No. 15/Pid/Sus/2012/PN.Pwr Tanggal 18 Maret 2012

Putusan Pengadilan Negeri Sumedang No. 130/Bid.B/2013/PN.Smd Tanggal 10 Maret 2013

Putusan Pengadilan Kepanjen No. 25/Pid.B/2012/PN.Kpn Tanggal 09 Maret 2012

Putusan Pengadilan Negeri Kediri Nomor 119/Pid.Sus/2011/PN.Kdr Tanggal 18 November 2011

Anda mungkin juga menyukai