Anda di halaman 1dari 7

LEGAL OPINION

KASUS NARKOBA LUCINTA LUNA

A. Pendahuluan

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif


lainnya. Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis,
pemakaiannya akan menjadi aman dan efektif apabila digunakan pada dosis
tertentu, bentuk-bentuk tertentu dan juga pada waktu yang tepat. Narkoba
menjadi disalahgunakan apabila digunakan untuk tujuan non medis: mabuk,
menurunkan berat badan dan menambah massa otot. Menurut Joewana dan
dibalik dampak negatifnya, penggunaan narkoba mampu menimbulkan
kesenangan dan juga perasaan-perasaan bahagia yang semu.

Pada era modern ini, tidak dapat dipungkiri bahwa penyalahgunaan


penggunaan narkoba semakin banyak terjadi. Berdasarkan survei nasional yang
dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), ada peningkatan peredaran
narkoba selama tahun 2019 dari tahun sebelumnya sebesar 0,03%. Pengguna
paling banyak berusia 15 hingga 16 tahun dan menembus angka 3.000.000
orang. Dan jenis narkoba yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah
ganja, penggunanya mencapai 63%.

B. Permasalahan

Satuan Narkoba Polres Metro Jakarta Barat mengamankan selebritis yang


bernama Lucinta Luna atau LL di Apartemen Thamrin City, Jakarta Pusat atas
kepemilikan narkoba. Lucinta diamankan pada pukul 01.30 WIB, Selasa, 11
Februari 2020. Sejumlah barang bukti turut diamankan dalam penangkapan
tersebut, yaitu berupa ekstasi, pil, riklona, dan tramadol.

Menurut Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Audie S Latuheru, pihaknya


telah melakukan pemerisaan urine kepada Lucinta Luna dan hasilnya urine
Lucinta Luna positif mengandung benzodiazepine yang masuk dalam golongan
psikotropika. Menurut Audie, saat ini untuk sementara Lucinta Luna ditetapkan
sebagai pengguna narkoba, sedangkan untuk pemasok narkoba, identitasnya
sudah dikantongi oleh pihak kepolisian.

C. Dasar Hukum
1. UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
a. Pasal 62
“Barangsiapa secara tanpa hak, memiliki dan/atau membawa
psikotropika dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).”
b. Pasal 71
(1) Barangsiapa bersekongkol atau bersepakat untuk melakukan,
melaksanakan, membantu, menyuruh untuk melakukan,
menganjurkan atau mengorganisasikan suatu tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, atau
Pasal 63 dipidana sebagai pemufakatan jahat.
(2) Pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan ditambah sepertiga pidana yang berlaku untuk tindak pidana
tersebut.
2. UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
a. Pasal 112 Ayat 1
“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan
tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).”

D. Kasus Posisi (Kronologi)


1. Bahwa pada 11 Februari 2020, tepatnya pukul 01.30 WIB, Lucinta Luna
ditangkap bersama tiga orang lainnya.
2. Bahwa penangkapan dilakukan di Apartemen Thamrin City, Jakarta Pusat.
3. Bahwa ketiganya yang bersama lucinta adalah HD (35 tahun), DAA (35
tahun), dan NAHM (22 tahun).
4. Bahwa saat diamankan, polisi menemukan tiga butir narkoba jenis ekstasi di
keranjang sampah.
5. Bahwa polisi juga menemukan dua jenis obat dari tas Lucinta Luna, yaitu
Tramadol dan Riklona.
6. Bahwa kedua jenis obat tersebut (Tramadol dan Riklona) adalah obat
penenang dan masuk golongan psikotropika.
7. Bahwa setelah ditangkap, mereka dibawa ke Polres Jakarta Barat.
8. Bahwa sekitar pukul 17.00 WIB, polisi masih memeriksa urine Lucinta Luna
dan tiga orang lainnya di Polres Metro Jakarta Barat.
9. Bahwa dari tes urine tersebut, urine Lucinta Luna dinyatakan positif
mengandung benzodiazepine yang masuk dalam golongan psikotropika.
10. Bahwa dari tes urine tersebut, urine ketiga rekan Lucinta Luna dinyatakan
negative penggunaan narkoba.
11. Bahwa Kepolisian kemudian menetapkan Lucinta Luna sebagai tersangka.
12. Bahwa Lucinta Luna mengaku sudah enam bulan terakhir mengkonsumsi
obat terlarang.
13. Bahwa Lucinta Luna memang memiliki resep dari dokter dari salah satu
Rumah Sakit di Jakarta mengenai obat yang digunakannya tersebut.
14. Bahwa Lucinta Luna mendapatkan resep dokter tersebut tidak langsung dari
dokternya, melainkan melalui IF alias FLO.
15. Bahwa FLO meminta uang sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu) kepada
Lucinta Luna untuk menebus obat tersebut.
16. Bahwa obat tersebut dikonsumsi pada waktu tertentu yang sudah ditentukan
oleh dokter.
17. Bahwa pada 12 Februari 2020, polisi menangkap pengedar yang menjual
narkoba ke Lucinta Luna.
18. Bahwa Kepolisian menahan Lucinta Luna selama 20 hari kedepan.
19. Bahwa polisi akan memperpanjang penahanan jika diperlukan.
20. Bahwa pukul 10.40 WIB pada 12 Februari 2020, Lucinta Luna dibawa ke
BNN Lido untuk menjalani serangkaian pemeriksaan.
21. Bahwa pukul 12.30 WIB, Lucinta Luna sampai di Lido, Bogor, Jawa Barat
guna menjalani tes rambut dan darah.
22. Bahwa dari hasil tes rambut, Lucinta Luna juga dinyatakan positif ekstasi.
23. Bahwa Lucinta Luna sudah mengajukan diri untuk direhabilitasi.

E. Analisa Hukum

Berdasarkan uraian fakta kasus Lucinta Luna terkait penyalahgunaan


narkoba, Lucinta Luna dijerat dengan Pasal 62 Jo Pasal 71 UU Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika dan Pasal 112 Ayat 1 UU Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika.

Dalam Pasal 1 Ayat 1 Bab I Ketentuan Umum UU Nomor 5 Tahun 1997,


Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.
adapun dalam Pasal 2 ayat 2 menggolongkan psikotropika menjadi 4 golongan
berdasarkan potensi mengakibatkan sindrom ketergantungan. Dan dalam Pasal 4
dijelaskan bahwa psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepetingan
pelayanan kesehatan dan/atau ilmu pengetahuan, sedangkan psikotropika
golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, selain
daripada itu dinyatakan sebagai barang terlarang.

Ketentuan untuk pengguna psikotropika juga diatur dalam UU Nomor 5


Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Ketentuan yang dimaksud yaitu pengguna
psikotropika hanya dapat memiliki, menyimpan, dan/atau membawa
psikotropika untuk digunakan dalam rangka pengobatan dan/atau perawatan
namun diperoleh harus dengan cara yang sah misalnya dengan menunjukkan
resep dokter. Sedangkan untuk pengguna psikotropika yang menderita sindroma
ketergantungan berkewajiban untuk ikut serta dalam pengobatan dan/atau
perawatan yang biasa dikenal dengan istilah rehabilitasi.

Kemudian untuk ketentuan pempidanaan untuk penyalahgunaan


psikotropika khususnya pengguna yang tidak terindikasi sindikat diatur dalam
Pasal 62 Bab XIV Ketentuan Pidana UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika, dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Dan pada
Pasal 72 menyebutkan bahwa barangsiapa bersekongkol atau bersepakat untuk
melakukan, melaksanakan, membantu, menyuruh untuk melakukan,
menganjurkan atau mengorganisasikan suatu tindak pidana yang dimaksud
dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, atau Pasal 63 dipidana sebagai pemufakatan
jahat dengan tambahan sepertiga pidana yang berlaku untuk tindak pidana
tersebut. Maka dapat dikatakan pasal 71 ini merupakan pasal pemberat bagi
seseorang yang terbukti melakukan penyalahgunaan psikotropika apabila
terindikasi sebagai sindikat.

Sed

F. Pendapat Hukum

Berdasarkan kasus yang menjerat Lucinta Luna, maka kami berpendapat


bahwa Lucinta Luna tidak dapat dijerat dengan Pasal 62 UU Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika, hal ini dikarenakan adanya bukti bahwa Lucinta
Luna memiliki resep dokter dalam penggunaan obat-obatan tersebut. Ketentuan
yang mengharuskan seorang pengguna yang menjadikan psikotropika sebagai
obat penyembuhan harus memiliki resep dokter adalah agar tidak
menyalahgunakan psikotropika tersebut dan ketentuan ini diatur dalam Pasal 14
Ayat 3 dan Pasal 14 Ayat 4 UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
Jika dibandingkan dengan Pasal 62 UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika, yang dapat dikenakan pasal tersebut adalah seseorang yang tidak
memiliki hak untuk memiliki, menyimpan dan/atau membawa psikotropika,
sedangkan pada kenyataannya Lucinta Luna memiliki resep dokter yang sah,
sehingga dia berhak atas psikotropika tersebut karena digunakan sebagai obat
penyembuhan.

Kemudian Pasal 62 UU Nomor 5 Tahun 1997 di Juncto-kan dengan Pasal


71 oleh pihak Kepolisian adalah tidak tepat. Pasal yang dapat dikenakan yaitu
pasal 60 Ayat 5 UU Jo Pasal 71 UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
Adapun Pasal 60 Ayat 5 menyebutkan bahwa “Barangsiapa menerima
penyerahan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (3), Pasal
14 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
dipidana denda paling banyak Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
Apabila yang menerima penyerahan itu pengguna, maka dipidana penjara
paling lama 3 (tiga) bulan.” Maka jika dikaji lebih jauh, Lucinta Luna hanya
dapat dikenakan pasal tersebut mengingat Lucinta Luna merupakan pengguna
yang memiliki resep dokter, ini berarti Lucinta Luna hanya melanggar ketentuan
Pasal 14 ayat 3 karena penyerahan tersebut tidak langsung dilakukan kepada
pengguna/pasien (Lucinta Luna), melainkan diserahkan terlebih dahulu kepada
pihak lain yang juga ikut andil membantu Lucinta Luna dalam mendapatkan
obat tersebut.

Kepemilikian Lucinta Luna terhadap resep dokter yang sah tersebut


sekaligus membantah tuduhan dari Pasal 112 ayat 1 sebagaimana yang
dijeratkan pada Lucinta, karena dalam Pasal 112 ayat 1 yang perlu digaris
bawahi yaitu setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I, namun pada
kenyataannya Lucinta Luna memiliki hak yang sah sebagaimana dengan adanya
bukti sah resep dokter.

Menimbang tidak ada alasan untuk sementara ini yang dapat jauh
memberatkan Lucinta Luna, maka Lucinta Luna dapat mengajukan rehabilitasi.
Hal ini seperti ketentuan yang merujuk pada UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, Pasal 54 menyatakan pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan
narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan sosial. Rehabilitasi medis yakni
terkait pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sedangkan rehabilitasi sosial
terkait pemulihan sosial dan mental pecandu narkoba.

Kemudian pada Pasal 55 menyebutkan permohonan rehabilitasi ini


dilaporkan oleh si pecandu atau keluarga ke lembaga rehabilitasi medis dan
sosial. Dalam hal ini Lucinta Luna sudah mengajukan permohonan rehabilitasi
sesuai ketentuan Pasal 55 UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Sehingga tidak ada alasan pihak kepolisian untuk tidak menyetujui permohonan
Lucinta Luna untuk saat ini berdasarkan bukti dan fakta yang telah
terkumpulkan. Dalam perkara ini, Lucinta Luna hanya dapat dikatakan sebagai
pecandu dan tidak dapat dikaitkan dengan sindikat, karena Lucinta Luna
berdasarkan resep dokter untuk mendapatkan obat tersebut dan didapatkan dari
salah satu rumah sakit di Jakarta Barat.

G. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan pendapat hukum yang telah dipaparkan diatas,


maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Lucinta Luna tidak dapat dijerat dengan Pasal 62 jo Pasal 71 UU Nomor 5


Tahun 1997 dengan ancaman 4 tahun penjara, maka jika dilanjutkan pada
tahap pempidanaan Lucinta Luna hanya dapat dikenakan Pasal 60 jo Pasal
71 UU Nomor 5 Tahun 1997 dengan ancaman pidana penjara paling lama 3
bulan.
2. Lucinta Luna tidak dapat dijerat dengan Pasal 112 UU Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika karena Lucinta Luna memiliki hak dalam
penggunaan obat tersebut.
3. Lucinta Luna dapat direhabilitasi, mengingat Lucinta Luna memenuhi Pasal
55 UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika karena Lucinta Luna
melaporkan dirinya kepada lembaga rehabilitasi untuk memohon
direhabilitasi dan dalam perkara tersebut Lucinta Luna tidak terindikasi
sebagai sindikat.

Anda mungkin juga menyukai