Anda di halaman 1dari 4

Nama : Terbit Cahaya Asa Nusantara

NIM : 1900024335

Mata Kuliah : Praktik Peradilan Perdata Kelas B

Legal Opinion Kasus Wanprestasi

Kirana Condro & Jova Purnama Pambudi

A. Para Pihak
1. Kirana Condro, pihak yang berinvestasi kepada perusahaan PT. Galeri
Properti Nusantara.
2. Jova Purnama Pambudi, sahabat Kirana Condro sekaligus istri dari pemilik
PT. Galeri Properti Nusantara.
3. Ko David Parasady Harsono, suami dan pemilik PT. Galeri Properti
Nusantara.
4. Farid Fadhilah Sutrisno, suami dari pihak Kirana Condro.
B. Duduk Perkara Kasus
1. Pada hari Selasa, 20 Oktober 2020 Kirana Condro berinvestasi pada PT.
Galeri Properti Nusantara yang dikelola oleh suami Jova, beralamat di
Kalibalok Jl. Soekarno Hatta No. 9, Sukarame, Bandar Lampung City,
Lampung 35122.
2. Kirana Condro melakukan peminjaman uang dengan sepengetahuan suaminya
(Farid Fadhilah Sutrisno) kepada bank sebesar Rp. 940.000.000,00 dengan
sertifikat ruma, sertifikat tanah, dan 2 BPKB Mobil sebagai jaminan.
3. Kirana Condro dengan Ko David menghasilkan kesepakatan sistem bagi hasil
keuntungan 15% dari dana/modal investasi yang disetor oleh Kirana, dan akan
dibayar oleh Ko David kepada Kirana disetiap bulan dengan kontrak
perjanjian selama 1 tahun yang kemudian dituangkan dalam Surat Perjanjian
Kerjasama Investasi yang ditandatangani oleh Kirana dengan Ko David
dengan nilai kesepakatan investasi sebesar Rp.940.000.000,00,- (Sembilan
Ratus Empat Puluh Juta), penyerahannya uang modal investasi dari Kirana
kepada Ko David yang diberikan secara langsung/tunai oleh Kirana kepada Ko
David pada saat itu sebesar Rp 940.000.000 (Lima Ratus Empat Puluh Juta),
yang tertuang dalam Surat Perjanjian Kerjasama Investasi di bidang furniture
dan ditandatangani oleh Kirana dengan Ko David (selanjutnya disebut
“SPKI”).
4. Bagi hasi keuntungan yang seharusnya diterima oleh Kirana dari Ko David
berdasarkan SPKI adalah sebesar Rp. 752.000.000,00 (keuntungan satu
tahun)/1.692.000.000 (modal + keuntungan), Akan tetapi hingga kontrak
perjanjian SPKI telah berakhir yaitu pada tanggal 25 Oktober 2021, Ko David
hanya melaksanakan sebagian dari kewajibannya dengan memberikan bagi
hasil keuntungan sebesar Rp. 188.000.000,00 (8 bulan
keuntungan)/1.128.000.000 (modal dan keuntungan selama 8 bulan), dari total
keuntungan yang seharusnya diterima Kirana yaitu sebesar Rp.
752.000.000,00 (keuntungan satu tahun)/1.692.000.000 (modal + keuntungan),
sampai kurang lebih 1 bulan dari kontrak perjanjian selesai, Ko David belum
juga memenuhi kewajibannya kepada Kirana.
5. Pada tanggal 16 November 2021 Kirana melayangkan Somasi / Peringatan
Hukum pertama kepada Ko David untuk memberikan penjelasan terkait
persentasi bagi hasil sebagaimana yang telah diperjanjikan oleh keduanya,
namun hasilnya Ko David tak kunjung menunaikan kewajibannya.
6. Kemudian Somasi/Peringatan Hukum kedua dilayangkan pada tanggal 23
November 2021 kepada Ko David yang selanjutnya meminta waktu 4 hari
untuk melaksanakan pemenuhan kewajibannya, dan diterima oleh Kirana
Condro.
7. Pada tanggal 30 November 2021, Kirana kembali melayangkan Somasi ketiga
kepada Ko David setelah Ko David tidak melaksanakan kewajibannya, namun
setelah Somasi ketiga tersebut diterima, Ko David juga tidak beritikad dalam
melakukan pemenuhan kewajibannya.
8. Sebagaimana peristiwa yang telah diuraikan di atas, maka telah patut
dan mendasar bahwa Ko David telah melakukan Wanprestasi/cedera
janji terhadap Kirana, kemudian Pada tanggal 8 Desember 2021 Kirana
melayangkan Gugatan Wanprestasi terhadap Ko David Ke Pengadilan
Negeri Lampung.
C. Analisis Kasus
Sebagaimana yang diatur dalam pasal 1238 KUHPerdata, bahwa “Si
berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya
sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang akan harus
dianggap lalai dengan lewatnya waktu ditemukan”, maka kasus diatas
tersebut merupakan kasus Wanprestasi. Dimana dari pihak Ko David tidak
melakukan pemenuhan kewajibannya untuk membayar hasil keuntungan penuh
selama satu tahun, yaitu sebesar Rp. 752.000.000,00 (keuntungan satu
tahun)/1.692.000.000 (modal + keuntungan), melainkan hanya melaksanakan
kewajibannya dengan memberikan keuntungan sebesar Rp. 188.000.000,00 (8
bulan keuntungan)/1.128.000.000 (modal dan keuntungan selama 8 bulan).
Seperti yang diketahui, permasalahan Perdata memiliki prinsip
keterbukaan (aanvullend recht) atau ketentuan-ketentuan dan aturan dalam
suatu perjanjian dapat secara bebas dibuat oleh kedua belah pihak, dalam
perjanjian dapat dikatakan terdapat wanprestasi jika terdapat bentuk-bentuk
yang diantaranya:
 Tidak melaksanakan prestasi sama sekali;
 Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat);
 Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan;
 Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukannya.

Dalam kasus ini, Ko David melakukan wanprestasi karena tidak


melaksanakan prestasi yang diperjanjikan kepada Kirana Condro sesuai pada
SKPI yaitu moratorium atau gagal bayar.

D. Akibat Hukum
Akibat hukum jika terjadinya wanprestasi, sesuai pada Pasal 1267
KUHPerdata, pihak kreditur berhak:
 Meminta pelaksanaan perjanjian, atau
 Meminta ganti rugi, atau
 Meminta pelaksanaan perjanjian sekaligus meminta ganti rugi, atau
 Dalam perjanjian timbal balik dapat dimintakan pembatalan
perjanjian sekaligus meminta ganti rugi
Maupun pihak kreditur dapat melakukan somasi maupun menggugat ke
pengadilan.
Selain itu, pihak yang melakukan wanprestasi wajib melakukan hal:
 Harus mengganti kerugian yang diderita oleh kreditor atau pihak lain
yang memiliki hak untuk menerima prestasi tersebut (Pasal 1243 BW);
 Harus Pemutusan kontrak yang dibarengi dengan pembayaran ganti
kerugian (Pasal 1267 BW);
 Harus menerima peralihan resiko sejak wanprestasi tersebut terjadi
(Pasal 1237 ayat (2) BW);
 Harus menanggung biaya perkara jika perkara tersebut dibawa ke
pengadilan (Pasal 181 ayat (2) HIR).
E. Solusi Hukum
Dalam kasus ini, perjanjian antara pihak kreditur (Kirana Condro)
dengan debitur (Ko David) merupakan perjanjian yang sah, dikarenakan
kesepakatan tersebut tertuang pada Surat Perjanjian Kerjasama Investasi di
bidang furniture dan ditandatangani oleh Kirana dengan Ko David (selanjutnya
disebut “SPKI”). Kemudian pihak debitur melakukan wanprestasi karena tidak
membayar penuh atas pembagian hasil kerjasama yang telah disepakati dan
pihak debitur sendiri sudah diberi somasi yang ke 3 kali, sehingga ranah hukum
yang diambil adalah melalui proses pengadilan. Dalam pengadilan sendiri jika
putusan akhir menerima gugatan pihak kreditur, maka debitur harus
menanggung biaya perkara dan mengganti kerugian yang diderita oleh kreditur
maupun pihak yang lain.

Anda mungkin juga menyukai