Anda di halaman 1dari 2

Pencabutan Gugatan :

 Dasar hukum Ps. 271 dan Pasal 272 Reglement of de Rechtsvordering (“Rv”)

Sistem Pencabutan Gugatan :


Ada 2 sistem pencabutan gugatan, yaitu :
1. Pencabutan Mutlak Hak Penggugat Selama Pemeriksaan Belum Berlangsung.
 Penerapan ini berpedoman pada ketentuan Pasal 271 Rv alinea pertama, menegaskan:
a) Penggugat dapat mencabut perkaranya.
b) Pencabutan perkara dilakukan sebelum tergugat menyampaikan jawaban.

2. Atas Persetujuan Tergugat Apabila Pemeriksaan Telah Berlangsung


 Penerapan ini berpedoman pada ketentuan Pasal 271 Rv yang menegaskan bahwa setelah ada
jawaban, maka pencabutan hanya dapat terjadi dengan persetujuan pihak lawan (tergugat).
Ketentuan ini melindungi kepentingan tergugat agar penggugat tidak bertindak sewenang-
wenang kepada tergugat.

Yang Berhak Melakukan Pencabutan Gugatan :


Dasar Hukum Pasal 272 Rv, dilakukan oleh orang yang berhak, yaitu:
1. Penggugat Sendiri Secara Pribadi.
 Penggugatlah yang paling mengetahui hak dan kepentingannya dalam perkara yang
bersangkutan sehingga ia yang paling berhak melakukan pencabutan gugatan.

2. Kuasa yang Ditunjuk Penggugat.


 Pencabutan dapat juga dilakukan oleh kuasa yang ditunjuk penggugat berdasarkan surat kuasa
khusus yang digariskan Pasal 123 HIR dan di dalamnya dengan tegas diberi penugasan untuk
mencabut.

Prosedur Pencabutan Gugatan yang Sudah Diperiksa (Pemeriksaan Telah Berlangsung) :


 Untuk pencabutan gugatan yang sudah diperiksa dilakukan dalam sidang, ketentuannya
merujuk pada Pasal 272 Rv, antara lain sebagai berikut :
a. Pencabutan Dilakukan pada Sidang
Apabila perkara telah diperiksa, minimal tergugat telah menyampaikan jawaban :
a) Pencabutan mutlak dilakukan dan disampaikan penggugat pada sidang pengadilan.
b) Penyampaian pencabutan dilakukan pada sidang yang dihadiri tergugat.

Pada sidang pengadilan yang dihadiri para pihak (syarat contradictoir). Tidak dibenarkan pencabutan
dalam persidangan secara ex-parte (tanpa dihadiri tergugat).

b. Meminta Persetujuan dari Tergugat


a) Majelis menanyakan pendapat tergugat
 Jawaban tergugat tidak mesti diberikan saat itu. Ia dapat diberi waktu untuk
berpikir untuk jangka waktu tertentu.

b) Tergugat menolak pencabutan.


 Jika pencabutan gugatan ditolak tergugat, maka Majelis harus menaati penolakan
tersebut, menyampaikan pernyataan dalam sidang untuk melanjutkan
pemeriksaan, dan memerintahkan panitera mencatatkannya dalam berita sidang
sebagai bahan otentik atas penolakan itu.

c) Tergugat menyetujui pencabutan


 Jika pencabutan gugatan disetujui tergugat, Majelis menerbitkan putusan atau
penetapan pencabutan dan memerintahkan pencoretan perkara dari register atas
alasan pencabutan.
Untuk biaya Pencabutan Gugatan dibebankan kepada penggugat.

Perubahan Gugatan :
 Dasar hukum Ps. 127 Reglement op de Rechtsvordering (“Rv”).

Syarat Perubahan Gugatan :


 Tidak diatur di Ps. 127 Rv tetapi terdapat syarat formil untuk mengajukan perubahan gugatan
di dalam buku pedoman yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung (“MA”)

Pengajuan perubahan pada sidang yang pertama dihadiri tergugat


Syarat formil ini, ditegaskan oleh MA dalam buku pedoman, yang menyatakan:
 Diajukan pada hari sidang pertama, dan
 Dihadiri oleh para pihak

Dari ketentuan tersebut, penggugat juga tidak dibenarkan mengajukan perubahan gugatan:
 Di luar hari sidang, dan
 Pada sidang yang tidak dihadiri tergugat.

Tujuan dari syarat-syarat formil ini adalah untuk melindungi kepentingan tergugat dalam membela
diri

Memberi hak kepada tergugat untuk menanggapi


Syarat formil ini pun digariskan oleh MA, yang menyatakan:
Menanyakan kepada tergugat tentang perubahan gugatan yang bersangkutan,
Memberi hak dan kesempatan kepada tergugat untuk menanggapi dan membela kepentingannya.

c. Tidak menghambat acara pemeriksaan


Dalam hal ini, perubahan gugatan tidak boleh menghambat jalannya pemeriksaan di
pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai