Anda di halaman 1dari 2

Analisis KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM PEMBUKTIAN NEGATIF atau Negative Wettelijk Theorie)

Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan adalah merupakan bagian yang terpenting dalam acara pidana. Dalam hal ini pun HAM (hak asasi manusia) dipertaruhkan, bagaimana akibatnya jika seseorang yang didakwakan dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan berdasarkan alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim, padahal tidak benar, untuk inilah maka hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang hakiki atau yang sebenar-benarnya, berbeda dengan hukum acara perdata yang cukup puas dengan kebenaran formal, atau kebenaran yang terungkap di muka siding saja. Mencari kebenaran materiil merupakan sesuatu yang tidaklah mudah. Alat-alat bukti yang tersedia menurut undang-undang sangat relatif. Alat-alat bukti seperti kesaksian, menjadi kabur dan sangat relatif, kesaksian diberikan oleh manusia yang mempunyai sifat pelupa. Bahkan menurut psikologi penyaksian suatu peristiwa yang baru saja terjadi oleh beberapa akan berbeda-beda. Pembuktian menempati titik sentral dalam hukum acara pidana. Adapun tujuan dari pembuktian adalah untuk mencari dan menempatkan kebenaran materiil dan bukanlah untuk mencari kesalahan orang lain. Dalam system menurut undang-undang secara terbatas atau disebut juga dengan system undangundang secara negative-sebagai intinya yang dirumuskan dalam pasal 183, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Tujuan akhir pembuktian untuk memutus perkara pidana, yang jiak memenuhi syarat pembuktian dapat menjatuhkan pidana b. Standar tentang hasil pembuktian untuk menjatuhkan pidana 1. Kelebihan dan kekurangan sistem pembuktian negative ( negatief wettelijk ) Dalam sistem pembuktian negative ( negatief wettelijk ) dalam hal membutikan kesalahan terdakwa melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, hakim tidak sepenuhnya mengandalkan alat-alat bukti serta dengan cara-cara yang ditentukan oleh undang-undang, tetapi harus disertai pula keyakinan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana. Keyakinan yang dibentuk ini harus berdasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari alat bukti yang ditentukan dalam undang-undang. Sehingga dalam pembuktian benar-benar mencari kebenaran yang hakiki, jadi sangat sedikit kemungkinan terjadinya salah putusan atau penerapan hukum yang digunakan. Menurut teori ini hakim hanya boleh menjatuhkan pidana apabila sedikit-dikitnya alat-alat bukti yang telah di tentukan undang-undang itu ada, ditambah dengan keyakinan hakim yang didapat dari adanya alat-alat bukti itu. Sehingga akan memperlambat waktu dalam membuktikan bahkan memutuskan suatu perkara, karena dilain pihak pembuktian harus melalui penelitian. Tetapi dengan mencari kebenaran melalui penelitian tersebut, maka kebenaran yang terungkap benar-benar dapat dipertanggung jawabkan, dan merupakan kebenaran yang hakiki. Dalam pasal 183 KUHAP menyatakan sebagai berikut : hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Atas dasar ketentuan pasal 183 KUHAP ini, maka dapat disimpulkan bahwa KUHAP memakai sistem pembuktian menurut undang-undang yang negative. Ini berarti bahwa dalam hal pembuktian harus dilakukan penelitian, apakah terdakwa cukup alasan yang didukung oleh alat pembuktian yang ditentukan oleh undang-undang ( minimal dua alat bukti ) dan kalau ia cukup, maka baru dipersoalkan tentang ada atau tidaknya keyakinan hakim akan kesalahan terdakwa. Dapat diartikan bahwa di dalam sistem pembuktian negatif ini hakim benar-benar berhati-hati dalam memutuskan suatu perkara. Sehingga memperkecil kemungkinan terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan. Teori pembuktian menurut undang-undang negative tersebut dapat disebut dengan negative wettelijk, istilah ini berarti : wettelijk, berdasarkan undang-undang sedangkan negative, maksudnya adalah bahwa walaupun dalam suatu perkara terdapat cukup bukti sesuai dengan undang-undang, maka hakim belum boleh menjatuhkan hukuman sebelum memperoleh keyakinan tentang kesalahan terdakwa. Disini peran hakim juga menetukan, padahal hakim juga sesama manusia yang mempunyai rasa subjektifitas yang tidak dapat di nafikkan adanya. Sangat disayangkan apabila hakim menjatuhkan putusan yang sangat subjektif yang dapat merugikan kepentingan orang lain. Dalam sistem pembuktian yang negative alat-alat bukti limitatief di tentukan dalam undangundang dan bagaimana cara mempergunakannya hakim juga terikat pada ketentuan undang-undang. Perpaduan antara sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif dan sistem pembuktian keyakinan hakim belaka. Negatief wettelijk stelsel: salah tidaknya seorang terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim yang didasarkan pada cara dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut UU. Kemudian, terdapat beberapa doktrin, yaitu diantaranya Martiman Prodjohamidjojo wettelijk, sesuai dgn alat-alat bukti yang sah yang ditetapkan oleh undang; negatief, oleh karena dengan alat-alat bukti yang sah dan ditetapkan undang-undang saja belum cukup untuk membuat hakim pidana menganggap bukti sudah diberikan, akan tetapi masih dibutuhkan adanya keyakinan hakim. Mr. Kwee Oen Goan berpendapat bahwa Hakim harus memakai alat-alat bukti yang sah, ditentukan oleh UU. Apabila Hakim tidak jakin tentang kesalahan terdakwa, maka ia tidak wajib menjatuhkan hukuman. 2. Solusi yang dapat kami ajukan untuk menutupi atau bahkan menghilangkan kelemahan dari sistem pembuktian negative Menambahkan pasal di dalam KUHP seperti yang telah dilakukan di dalam UU no 1 Tahun 1965 tentang penodaan agama, dengan ketentuan menghilangkan kemungkinan subjektifitas hakim yang timbul dari kewenangan yang telah diberikan, supaya, hakim lebih mempunyai pedoman yang kuat dalam menentukan alat bukti dan memutuskan suatu perkara, karena selama ini hanya berdasarkan pada UU saja. Memperjelas dengan memberikan point-point yang jelas di dalam KUHP mengenai alat bukti yang boleh digunakan dan diajukan di dalam persidangan. Mempertahankan kelebihan-kelebihan yang sudah ada di dalam sistem pembuktian negative atau ( negative wettelijk theorie ) untuk menjamin kejelasan hukum. Supaya masyarakat mendapat perlindungan hokum yang lebih nyata sebagai bentuk perhatian pemerintah teradap masyarakat dan atau warga Negara nya. Ditentukan dengan jelas batasan mengenai waktu perkara tersebut dapat diproses. Yang dapat ditentukan dengan limitasi KUHP.

Anda mungkin juga menyukai