1. Siapa yang harus membuktikan dan apa yang harus dibuktikan dipersidangan
hukum perdata ? Jelaskan
2. Pemeriksaan pada hari pertama persidangan, sering dikenal acara pemeriksaan
istimewa, jelaskan maksudnya dan kemungkinan-kemungkinan akibat hukumnya
jika para pihak telah dipanggi secara patut dan tidak hadir !
3. a. Jelaskan maksud akta dibawah tangan dan bagaimana kekuatan pembuktian
dari suatu aktadibawah tangan tersebut !
b. Apa yang dimaksud dengan bukti permulaan tertulis, dan sebutkan contohnya.
4. Dalam menyusun suatu gugatan, harus diperhatikan adanya relevansi antara
posita dan petitum ? Jelaskan maksudnya dan berikan contohnya.
5. Jelaskan, apakah semua putusan Pengadilan Tinggi dapat diajukan kasasi ?
6. a. Apa saja alat bukti dalam hukum acara perdata
b. Apa pentingnya alat bukti dalam hukum acara perdata ?
7. Sebutkan dan Jelaskan bentuk putusan yanh dijatuhkan hakim ?
8. Bagaimana maksudnya suatu gugatan tidak dapat diterima dan gugatan yang
ditolak ? Jelaskan
JAWABAN
1. Orang yang wajib membuktikan adalah : orang yang mengaku mempunyai hak,
orang yang membantah dalil gugatan, orang yang menyebutkan suatu perbuatan
untuk menguatkan haknya. Hal sebagaimana diuraikan tersebut dalam hukum
acara perdata disebut dengan pembuktian.
Hal-hal yang harus dibuktikan oleh pihak yang berperkara adalah peristiwanya
atau kejadian-kejadian yang menjadi pokok sengketa, bukan hukumnya, sebab
yang menentukan hukumnya adalah Hakim. Dari peristiwa yang harus dibuktikan
adalah kebenarannya, kebenaran yang harus dicari dalam hukum acara perdata
adalah kebenaran formil, sedangkan dalam hukum acara pidana adalah kebenaran
materiil.
3.A. Akta di bawah tangan atau akta bawah tangan adalah akta yang dibuat tidak di
depan pejabat yang berwenang sesuai Pasal 1874 KUHPerdata.
Hanya pihak yang membuat akta di bawah tangan ini saja yang menandatangani
akta tersebut, tidak ada pihak berwenang.
Akta bawah tangan hanya mempunyai kekuatan pembuktian formal, yaitu bila
tanda tangan pada akta itu diakui (dalam hal ini sudahmerupakan bukti pengakuan)
yang berarti pernyataan yang tercantum Di dalam akta itu diakui dan dibenarkan.
Akta di bawah tangan ini diatur dalam Pasal 1874 t 1984 KUH-perdata. Terhadap
akta di bawah tangan apabila ada tanda tangan yang disangkal, maka pihak yang
mengajukan akta di bawah tangan itu harus membuktikan kebenaran tanda tangan
itu melalui alat bukti lain. Dengan demikian selama tanda tangan tidak diakui maka
akta di bawah tangan tersebut tidak banyak membawa manfaat bagi pihak yang
mengajukannya di muka pengadilan.
B. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan,
tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa
sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan
oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Sebagai contoh pada Pasal 17 KUHAP, bukti permulaan yang cukup ditujukan
sebagai dasar bagi penyidik untuk melakukan penangkapan terhadap tersangka
sebuah kasus tindak pidana. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa fungsi
utama dari bukti permulaan yang cukup adalah untuk memberikan perlindungan
hak-hak dari tersangka dari kesewenangwenangan yang mungkin dilakukan oleh
penyidik. Pada perkembangannya, bukti permulaan yang cukup tidak hanya disitir
di dalam KUHAP, namun juga diperkenalkan di dalam berbagai macam peraturan
perundangundangan lainnya terkait dengan tindak pidana. Masingmasing peraturan
perundang-undangan memiliki keragaman di dalam memberikan definisi terkait
dengan bukti permulaan yang cukup.
4. Posita
Posita disebut juga dengan Fundamentum Petendi yaitu bagian yang berisi dalil
yang menggambarkan adanya hubungan yang menjadi dasar atau uraian dari suatu
tuntutan. Untuk mengajukan suatu tuntutan, seseorang harus menguraikan dulu
alasan-alasan atau dalil sehingga ia bisa mengajukan tuntutan seperti itu.
Karenanya, fundamentum petendi berisi uraian tentang kejadian perkara atau
duduk persoalan suatu kasus. Menurut M. Yahya Harahap di dalam buku Hukum
Acara Perdata (hal. 58), Posita/Fundamentum Petendi yang yang dianggap lengkap
memenuhi syarat, memenuhi dua unsur yaitu dasar hukum (rechtelijke grond) dan
dasar fakta (feitelijke grond). Sebagai contoh dalam suatu gugatan perceraian.
Penggugat harus memuat keterangan dalam surat gugatan itu berupa kronologis
atau urutan peristiwa sejak mulai perkawinan dilangsungkan, peristiwa hukum
seperti lahirnya anak, hingga kejadian yang membuat penggugat tidak cocok
dengan suami/isteri, termasuk sebab-sebab yang membuat penggugat ingin
bercerai.
Petitum
Petitum berisi tuntutan apa saja yang dimintakan oleh penggugat kepada hakim
untuk dikabulkan. Selain tuntutan utama, penggugat juga biasanya menambahkan
dengan tuntutan subside atau pengganti seperti menuntut membayar denda atau
menuntut agar putusan hakim dapat dieksekusi walaupun akan ada perlawanan di
kemudian hari yang disebut dengan uitvoerbar bij voorrad. Sebagai tambahan
informasi, Mahkamah Agung dalam SEMA No. 6 Tahun 1975 perihal Uitvoerbaar
bij voorraad tanggal 1 Desember 1975 menginstruksikan agar hakim jangan secara
mudah mengabulkan putusan yang demikian. Masih menurut Yahya Harahap (hal.
63), Supaya gugatan sah, dalam arti tidak mengandung cacat formil, harus
mencantumkan petitum gugatan yang berisi pokok tuntutan penggugat, berupa
deskripsi yang jelas menyebut satu per satu dalam akhir gugatan tentang hal-hal
apa saja yang menjadi pokok tuntutan penggugat yang harus dinyatakan dan
dibebankan kepada tergugat. Sebagai contoh petitum:
A. Dalam Penundaan.
- Mengabulkan Permohonan Penundaan yang diajukan Penggugat.
B. Dalam Pokok Perkara/Sengketa.
1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya ;
2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat …….. No…….
tertanggal……………….
3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Surat……. No………
4. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara ;
Alat bukti surat dikategorikan sebagai alat bukti tertulis, surat dibagi menjadi dua
macam : akta dan surat-surat lain yang bukan akta. Akta dibedakan menjadi : akta
otentik dan akta dibawah tangan. Fungsi akta secara formil (formalitas causa)
merupakan pengakuan yuridis atas perbuatan hukum serta sebagai alat bukti
(probationis causa) adalah untuk pembuktian di kemudian hari dan sebagai alat
bukti. Kekuatan pembuktian akta meliputi : kekuatan pembuktian lahir yakni
kekuatan pembuktian yang didasarkan pada bentuk fisik/lahiriah sebuah maka
memiliki kekuatan sebagai akta sepanjang tidak terbukti sebaliknya, bagi yang
menyangkal harus dapat membuktikan sebaliknya. Kekuatan pembuktian formil
menyangkut benar tidaknya pernyataan oleh orang yang bertanda tangan di dalam
akta tersebut, kekuatan pembuktian formil ini memberi kepastian tentang peristiwa
mengenai pejabat dan para pihak benar menyatakan dan melakukan apa yang
dimuat dalam sebuah akta. Kekuatan pembuktian materiil memberikan kepastian
tentang peristiwa mengenai pejabat atau para pihak menyatakan dan melakukan
seperti yang dimuat dalam akta sehingga memberikan kepastian tentang materi
suatu akta.
B. Pembuktian sangat penting di dalam hukum. Tidak hanya di depan Hakim, dalam
lalu lintas aktivitas kehidupan sehari-hari, aktivitas bisnis, pemerintahan dan
interaksi sosial, disadari atau tidak, pembuktian sering masuk dalam ruang-ruang
obrolan. Pembuktian di tataran interaksi sosial bertujuan meningkatkan
kepercayaan sosial, meningkatkan kualitas atau integritas dan memperkuat
kebenaran.
Pembuktian dalam tataran hukum memiliki tingkat urgensi yang utama. Ketika
bersengketa di depan hakim, keyakinan hakim terbangun dari alat-alat bukti yang
diajukan di depan persidangan. Alat-alat bukti itu harus kuat, cukup syarat,
validitasnya tidak diragukan.
Penggugat dalam ranah sengketa di hadapan hakim dibebani pembuktian. Setiap
dalil di dalam surat gugatan harus dapat dibuktikan demi meyakinkan hakim
tentang kebenaran dalil gugatannya. Pasal 1865 KUH Perdata telah menerangkan
bahwa setiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau menunjuk suatu
peristiwa untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah suatu hak orang
lain, wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan itu.
7. Dari aspek kehadiran para pihak
Putusan gugatan gugur
Putusan ini dijatuhkan jika penggugat tidak datang pada hari sidang yang
ditentukan, atau tidak menyuruh wakilnya untuk menghadiri padahal telah
dipanggil dengan patut. Hakim dapat menjatuhkan putusan menggugurkan gugatan
penggugat dan penggugat dihukum membayar biaya perkara.[1]
Putusan verstek
Hakim menjatuhkan putusan verstek apabila pada sidang pertama pihak tergugat
tidak datang menghadiri persidangan tanpa alasan yang sah, padahal sudah
dipanggil oleh juru sita secara patut.[2] Pasal 125 Herzien Indlandsch Reglement
kemudian menegaskan bahwa putusan verstek adalah putusan bahwa gugatan
diterima tanpa kehadiran tergugat.
Putusan contradictoir
Putusan ini ditinjau dari segi kehadiran para pihak pada saat putusan diucapkan.
Terdapat dua jenis putusan contradictoir:
Pada saat putusan diucapkan, para pihak hadir;
Pada saat putusan diucapkan, salah satu pihak tidak hadir.
Putusan Kondemnator
Putusan kondemnator (condemnatoir) adalah putusan yang memuat amar yang
menghukum salah satu pihak yang berperkara. Putusan yang bersifat kondemnator
merupakan bagian yang tidak terpisah dari amar deklaratif atau konstitutif.
8. Gugatan Ditolak
Dalam bukunya, Hukum Acara Perdata (hal. 812), M. Yahya Harahap,
menyebutkan bahwa bila penggugat dianggap tidak berhasil membuktikan dalil
gugatannya, akibat hukum yang harus ditanggungnya atas kegagalan membuktikan
dalil gugatannya adalah gugatannya mesti ditolak seluruhnya. Jadi, bila suatu
gugatan tidak dapat dibuktikan dalil gugatannya bahwa tergugat patut dihukum
karena melanggar hal-hal yang disampaikan dalam gugatan, maka gugatan akan
ditolak.