Anda di halaman 1dari 47

Kliping Kasus Kasus Pidana

(Tugas Mata Kuliah Hukum Pidana)

Oleh:

Paramitha Amelia

0812049

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)

Muhammadiyah kalianda

Lampung Selatan

2010
Kamis, 12 November 2009
BANDAR LAMPUNG

Pengedar Narkoba Diganjar 8 Tahun


BANDAR LAMPUNG (Lampost): Ade Candra (22), terdakwa pengedar dan pemilik 90
butir pil ekstasi, serta 0,42 gram sabu-sabu, diganjar hukuman 8 tahun penjara dan
denda Rp20 juta, subsider 3 bulan kurungan, Rabu (11-11).

Ade terbukti secara sah dan meyakinkan mengedarkan psikotropika berupa obat yang
tidak terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
Perbuatannya terbukti melanggar Pasal 60 Ayat (1) huruf c UU RI No. 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika, sebagaimana dalam dakwaan pertama jaksa. Ketua Majelis
Hakim Jesden Purba menyatakan barang bukti 90 butir ekstasi dan 0,42 gram sabu-
sabu dirampas untuk dimusnahkan.

Vonis tersebut lebih rendah dari tuntutan Jaksa Selamet yang menuntut terdakwa Ade
10 tahun penjara dan denda Rp10 juta, subsider 5 bulan kurungan.

Yang memberatkan, perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam


pemberantasan narkoba, merusak generasi bangsa, dan meresahkan masyarakat.
Sedangkan yang meringankan, terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya, serta
belum pernah dihukum.

Menanggapi putusan itu, terdakwa Ade Candra, warga Jalan Rasid, Kampung Wirda,
Jatiagung, Lampung Selatan, menyatakan menerima, begitu juga dengan Jaksa
Selamet.

Terungkap di persidangan, pada Rabu (29-7), Ade Candra bersama temannya


mengendarai sepada motor, menunggu pembeli di Jalan Sri Kresna, Kelurahan Sawah
Brebes, Tanjungkarang Timur.

Lalu datang aparat Polsekta Tanjungkarang Timur yang mendapat informasi akan ada
transaksi narkoba. Melihat gerak-gerik terdakwa Ade Candra yang mencurigakan, polisi
mendekatinya. Tapi Ade dan temannya segera kabur. Ade tertangkap, sedangkan
temannya lolos.

Setelah diperiksa, ditemukan barang bukti 90 butir ekstasi warna merah muda berlogo
love, dan satu bungkus sabu-sabu seberat 0,42 gram dari saku celana sebelah kiri.

Terdakwa Ade mengatakan ekstasi dan sabu-sabu tersebut didapat dari Beri (DPO)
dengan cara membeli, dengan harga satu butir ektasi Rp100 ribu. Rencananya ekstasi
tersebut akan dijual oleh terdakwa Ade seharga Rp120 ribu. Sedangkan sabu-sabu
tersebut akan terdakwa gunakan sendiri.
Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang persidangan kasus pengedar Psikotropika.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Ade Candra sebagai terdakwa pengedar.
- Jesden Purba sebagai Ketua Majelis Hakim.
- Selamet sebagai Jaksa Penuntut Umum.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Persidangan dilakukan pada tanggal 11 November 2009.


- Penangkapan tersangka Ade terjadi pada hari rabu tanggal 29 Juli 2009.

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat Penangkapan terdakwa di Jalan Sri Kresna, Kelurahan Sawah Brebes,


Tanjungkarang Timur.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Persidangan terjadi karena Perbuatan terdakwa terbukti melanggar Pasal 60 Ayat (1)
huruf c UU RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?


Ade Candra bersama temannya mengendarai sepada motor, menunggu pembeli di Jalan
Sri Kresna, Kelurahan Sawah Brebes, Tanjungkarang Timur.

Lalu datang aparat Polsekta Tanjungkarang Timur yang mendapat informasi akan ada
transaksi narkoba. Melihat gerak-gerik terdakwa Ade Candra yang mencurigakan, polisi
mendekatinya. Tapi Ade dan temannya segera kabur. Ade tertangkap, sedangkan
temannya lolos.

Setelah diperiksa, ditemukan barang bukti 90 butir ekstasi warna merah muda berlogo
love, dan satu bungkus sabu-sabu seberat 0,42 gram dari saku celana sebelah kiri.

Terdakwa Ade mengatakan ekstasi dan sabu-sabu tersebut didapat dari Beri (DPO)
dengan cara membeli, dengan harga satu butir ektasi Rp100 ribu. Rencananya ekstasi
tersebut akan dijual oleh terdakwa Ade seharga Rp120 ribu. Sedangkan sabu-sabu
tersebut akan terdakwa gunakan sendiri.

Senin, 29 Oktober 2007

Ajaran Al-Qiyadah Al Islamiyah: Dua Pimpinan Ditahan Polisi

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Poltabes Bandar Lampung menahan dua pimpinan


penganut ajaran Al-Qiyadah Al Islamiyah di Bandar Lampung, sebagai tersangka
dengan sangkaan melanggar pasal 156 KUHP, tentang menodai perasaan dan
penistaan agama, Minggu (28-10), sekitar pukul 21.00

Kedua orang tersebut Ponco Nugroho (28) alias Mustafa, warga Kebon Jeruk,
Kampung Sawah, Tanjungkarang Timur, dan Ahmadi Asikin (50) alias Muhaimin,
warga Jalan Ikan Bawal, Rt 034 PK V, Kampung Jualang, Telukbetung Selatan.
Sementara kelompok lainnya, dalam pendataan.

Kapoltabes Kombes Pol Endang Sunjaya, didampingi Kasat Reskrim AKP Hengki
Haryadi menjelaskan sebelumnya keduanya hanya dikenai wajib lapor dan di bawah
pengawasan sambil menunggu proses penyelidikan.

Sabtu (27-10) malam, keduanya kembali dijemput di kediamannya oleh Sat Intel dan
Sat Reskrim Poltabes. Alasannya kedua orang tersebut mendapat ancaman dari
warga.
"Awalnya mereka kami amankan karena terancam. Sementara pemeriksaan dan
penyelidikan terus dilanjutkan sambil melengkapi bukti-bukti pelanggaran terhadap
pelaku aliran ini," kata Endang Sunjaya.

Tim Reskrim Poltabes juga menggeledah rumah tinggal Ahmadi dan menyita buku-
buku dan peralatan yang ada di atap rumah Ahmadi, yang dijadikan tempat
pertemuan kelompok tersebut.

Menurut Kapoltabes, setelah pemeriksaan para saksi dan beberapa bukti sudah
mengarah, akhirnya polisi menetapkan keduanya sebagai tersangka, kemarin sore.

Penelusuran Lampung Post, warga kesal dan marah dengan pelaku kelompok aliran
tersebut. Karena tidak sedikit keluarga dan tetangga mereka terlibat aliran itu.
Bahkan warga mengancam akan menghakimi kedua orang tersebut.

Selain itu, warga mengancam akan membakar rumah mereka jika orang tersebut
tidak segera meninggalkan lokasi kampung. "Kami tidak terima, kami ingin dia diusir
dari lingkungan ini," kata Nurmaya, yang anaknya menjadi pengikut Ahmadi.

Hengki menambahkan tim telah melakukan pemeriksaan terhadap saksi ahli yaitu
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indobesia Kota Bandar Lampung Abdul Bashit,
didampingi Suryani M. Nur (Ketua II MUI) Kota Bandar Lampung.

Saksi ahli menyebutkan banyak bukti penyimpangan ajaran yang dilakukan


kelompok tersebut. "Untuk penahanan kami sedang kumpulkan alat bukti. Mereka
kami tetapkan sebagai tersangka dengan sangkaan melanggar pasal 156 a KUHP. Di
sana disebutkan tentang penodaan agama. Kami akan lihat bagaimana tentang
ajaran Islam yang berlaku, yang mereka ajarakan" kata Hengki.

Terlebih, kata Hengki, Ahmadi adalah berprofesi sebagai guru dan ada indikasi dia
mengajarkan ajaran tersebut di tempat dia mengajar. "Untuk yang lainnya, sedang
kami selidiki," katanya.

Sementara, Ahmadi dan Mustafa membantah keras berita surat kabar yang
menyebutkan tanggung jawab orang tua selesai setelah melahirkan dan ada
kewajiban membunuh orang tua, jika tidak mengikuti ajaran mereka.

"Masya Allah, itu tidak benar. Tolong diluruskan. Yang kami yakini adalah belum
wajibnya salat lima waktu, belum wajib melaksanakan puasa, mengingkari nabi
terakhir, dan syahadat yang berbeda. Jadi, tidak benar itu," kata Ahmadi, di Poltabes
Bandar Lampung.

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang penangkapan dua pimpinan penganut ajaran
Al-Qiyadah Al Islamiyah di Bandar Lampung.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


o Ponco Nugroho dan Ahmadi Asikin sebagai tersangka.

o Kombes Pol Endang Sunjaya sebagai Kapoltabes Bandar Lampung.

o AKP Hengki Haryadi sebagai Kasat reskrim Poltabes Bandar Lampung.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

Penangkapan tersangka dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2007.

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat Penangkapan terdakwa Jalan Ikan Bawal, Rt 034 PK V, Kampung Jualang,


Telukbetung Selatan.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Penangkapan terjadi karena Perbuatan tersangka terbukti melanggar pasal 156 KUHP,
tentang menodai perasaan dan penistaan agama.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

Sabtu (27-10) malam, kedua tersangka Ponco Nugroho dan Ahmadi Asikin dijemput
di kediamannya oleh Sat Intel dan Sat Reskrim Poltabes. Alasannya kedua orang
tersebut mendapat ancaman dari warga.
"Awalnya mereka kami amankan karena terancam. Sementara pemeriksaan dan
penyelidikan terus dilanjutkan sambil melengkapi bukti-bukti pelanggaran terhadap
pelaku aliran ini," kata Endang Sunjaya.

Tim Reskrim Poltabes juga menggeledah rumah tinggal Ahmadi dan menyita buku-
buku dan peralatan yang ada di atap rumah Ahmadi, yang dijadikan tempat
pertemuan kelompok tersebut.

Selasa, 18 Maret 2008

Pencurian:Lima Pencuri Motor Dihukum Dua Tahun

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Lima terdakwa kasus pencurian sepeda motor divonis
2 tahun penjara masing-masing dalam sidang di Pengadilan Negeri Tanjungkarang,
Senin (17-3). Mereka dinyatakan terbukti melanggar Pasal 363 Ayat (1) ke-4 KUHP.

Para terdakwa adalah Sutikno (38), Sidik Rozali (20), Edi Siswanto (28), Baudin (28),
dan Siswanto (19).

Putusan Majelis Hakim Jesden Purba, Andreas Suharto dan K.G. Damanik itu lebih
rendah dari tuntutan Jaksa Jannes Sihombing, yaitu 2 tahun 6 bulan masing-masing.

Pertimbangan yang memberatkan, perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat.


Yang meringankan, para terdakwa mengakui perbuatannya dan belum pernah
dihukum. Menanggapi putusan tersebut, mereka menerima.

Kasus pencurian Yamaha Vega-R warna biru-putih BE-6732-CB milik Rafles Welatsia
Oktaferi, warga Kelurahan Sidosari, Kecamatan Natar, Lampung Selatan itu terjadi
Senin, 5 Oktober 2007, sekitar pukul 21.00.

Awalnya Sutikno bertugas sebagai tukang parkir di halaman Gedung Olahraga (GOR)
Saburai. Saat itu dia melihat kunci kontak sepeda motor tertinggal di bodi samping
sepeda motor Vega-R yang sedang diparkir.

Kemudian Sutikno mengambil kunci tersebut dan timbul niat mengambil sepeda
motor yang dijaganya itu.

Lalu Sutikno mengajak lima terdakwa lain untuk mengambil sepeda motor tersebut.
Setiap pelaku mempunyai tugas tersendiri. Sidik dan terdakwa Edi membawa sepeda
motor keluar tempat parkir GOR Saburai. Sedangkan Baudin dan Siswanto
mengawasi tempat parkir untuk memuluskan rencana mereka. Setelah itu sepeda
motor dibawa ke rumah kontrakan Edi.
Di sana mereka (terdakwa) melepaskan beberapa bagian sepeda motor untuk
menghilangkan jejak. Hal itu dilakukan agar sepeda motor yang dicuri tidak dikenal
dan disimpan di rumah terdakwa Edi sambil menunggu situasi aman.

Para terdakwa berencana menjual sepeda motor tersebut dan uangnya dibagi untuk
setiap terdakwa. Namun, sebelum sempat dijual, perbuatan mereka tercium petugas
berwenang. Akhirnya, kasus itu terungkap dan mereka ditangkap.

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang kasus pencurian sepeda motor.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Sutikno (38), Sidik Rozali (20), Edi Siswanto (28), Baudin (28), dan Siswanto (19).
sebagai terdakwa pencuri.
- Jesden Purba , Andreas Suharto dan K.G. Damanik sebagai Majelis Hakim.
- Jannes Sihombing sebagai Jaksa Penuntut Umum.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Persidangan dilakukan pada tanggal 17 Maret 2008.


- Pencurian yang dilakukan tersangka terjadi pada hari senin tanggal 5 Oktober 2007.

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Persidangan dilakukan di Pengadilan Negeri Tanjungkarang.


Pencurian dilakukan di halaman Gedung Olahraga (GOR) Saburai.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Persidangan terjadi karena Perbuatan terdakwa terbukti melanggar Pasal 363 Ayat (1) ke-
4 KUHP.
6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

Awalnya Sutikno bertugas sebagai tukang parkir di halaman Gedung Olahraga (GOR)
Saburai. Saat itu dia melihat kunci kontak sepeda motor tertinggal di bodi samping
sepeda motor Vega-R yang sedang diparkir.

Kemudian Sutikno mengambil kunci tersebut dan timbul niat mengambil sepeda motor
yang dijaganya itu.

Lalu Sutikno mengajak lima terdakwa lain untuk mengambil sepeda motor tersebut.
Setiap pelaku mempunyai tugas tersendiri. Sidik dan terdakwa Edi membawa sepeda
motor keluar tempat parkir GOR Saburai. Sedangkan Baudin dan Siswanto mengawasi
tempat parkir untuk memuluskan rencana mereka. Setelah itu sepeda motor dibawa ke
rumah kontrakan Edi.

Di sana mereka (terdakwa) melepaskan beberapa bagian sepeda motor untuk


menghilangkan jejak. Hal itu dilakukan agar sepeda motor yang dicuri tidak dikenal dan
disimpan di rumah terdakwa Edi sambil menunggu situasi aman.

Para terdakwa berencana menjual sepeda motor tersebut dan uangnya dibagi untuk setiap
terdakwa. Namun, sebelum sempat dijual, perbuatan mereka tercium petugas berwenang.
Akhirnya, kasus itu terungkap dan mereka ditangkap.

Selasa, 13/10/2009
Jakarta, Radar Online
Mantan Gubernur Sumsel Divonis 1 Tahun
Richard Burton.P [Jakarta]

Mantan gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Syahrial Oesman, divonis satu tahun
penjara, karena terbukti terlibat dalam kasus suap proses alih fungsi hutan lindung
Pantai Air Telang, Sumsel) menjadi Pelabuhan Tanjung Apiapi.

"Menyatakan terdakwa Syahrial Oesman terbukti secara sah dan meyakinkan


bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagai penganjur," kata Ketua Majelis
Hakim, Teguh Harianto, ketika membacakan putusan di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, Jakarta, Senin (12/10).
Dalam putusannya, majelis hakim juga menjatuhkan denda sebesar Rp100 juta
subsider enam bulan penjara.

Putusan itu lebih ringan dari tuntutan tim jaksa penuntut umum yang meminta
penjatuhan hukuman selama empat tahun penjara dan denda sebesar Rp200 juta
subsider empat bulan penjara.

Dalam pertimbangan yang meringankan, Teguh menjelaskan, Syahrial hanya terbukti


menganjurkan pelaksanaan aliran dana kepada sejumlah anggota komisi IV untuk
mempercepat proses alih fungsi hutan lindung. "Terdakwa tidak menikmati hasil dari
penyuapan," kata Teguh ketika membacakan pertimbangan meringankan.

Syahrial terbukti menyetujui dan menganjurkan aliran dana hingga mencapai Rp5
miliar kepada sejumlah anggota komisi IV DPR.

Penyerahan dalam bentuk cek itu atas permintaan anggota DPR untuk memperlancar
pemberian rekomendasi alih fungsi hutan lindung di Sumsel untuk dijadikan
Pelabuhan Tanjung Apiapi.

Untuk itu, Direktur Utama Badan Pengelolaan dan Pengembangan Pelabuhan Tanjung
Apiapi yang juga mantan sekretaris daerah Provinsi Sumsel, Sofyan Rebuin, meminta
bantuan anggota Komisi IV DPR RI Sarjan Tahir.

Setelah itu, Sofyan menemui Syahrial yang waktu itu menjadi gubernur Sumsel dan
pengusaha Chandra Antonio Tan pada Oktober 2006. Pada pertemuan itu, Sofyan
mengatakan ada kebutuhan dana Rp5 miliar untuk pemberian rekomendasi alih
fungsi hutan.

Chandra Antonio Tan setuju untuk menyiapkan cek senilai Rp2,5 miliar. Chandra
kemudian menyerahkan Rp2,5 miliar itu kepada Sarjan Tahir, yang kemudian
dibagikan kepada beberapa anggota Komisi IV DPR.

Pada Juni 2007, Sarjan kembali menghubungi Sofyan Rebuin untuk meminta sisa
pembayaran Rp2,5 miliar. Kemudian Sofyan memberitahukan hal itu kepada
terdakwa Syahrial.

Penyerahan cek tahap kedua itu dilakukan oleh pengusaha Chandra Antonio Tan di
Hotel Mulia Jakarta, pada 25 Juni 2007. "Maka unsur memberi sesuatu telah terbukti
secara sah dan meyakinkan," kata anggota majelis hakim, Anwar.

Sementara itu, hakim Ugo dan Andi Bachtiar sepakat menyatakan Syahrial telah
dengan sengaja menyetujui dan menganjurkan aliran dana tersebut.

Hal itu terbukti melalui fakta-fakta persidangan yang menyatakan Syahrial tidak
melarang, bahkan memberi usul, ketika Sofyan Rebuin dan Chandra Antonio Tan
menceritakan kebutuhan aliran dana kepada sejumlah anggota DPR. "Maka unsur
dengan sengaja telah terpenuhi," kata Andi Bachtiar.

Atas perbuatannya, Syahrial dijerat dengan pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-Undang
(UU) Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat (1) kedua KUHP.

Dalam persidangan, Syahrial dan tim penasihat hukum belum menentukan sikap atas
putusan majelis hakim. "Kami akan menggunakan waktu tujuh hari untuk berpikir,"
kata Syahrial di hadapan majelis hakim.
Tim penuntut umum yang tuntutannya tidak dipenuhi oleh majelis hakim juga
menyatakan pikir-pikir.

Sebelumnya, Syahrial membantah telah memerintahkan penyerahan cek ke DPR


untuk melancarkan proses alih fungsi hutan lindung.

Ignatius Supriadi, penasihat hukum Syahrial, menegaskan penyerahan cek kepada


sejumlah anggota DPR tanpa sepengetahuan kliennya. Menurut dia, inisiatif
penyerahan dana berasal dari bawahan Syahrial. "Pak Syahrial tentu tidak bisa
mengontrol tindakan bawahan sepenuhnya," ujarnya. (TMA/Ant/Rbp).
Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang persidangan kasus suap proses alih fungsi hutan
lindung Pantai Air Telang, Sumsel menjadi Pelabuhan Tanjung Apiapi.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Syahrial Oesman sebagai terdakwa penganjur pemberian suap.
- Teguh Harianto sebagai Ketua Majelis Hakim.
- Sofyan Rebuin sebagai Direktur Utama Badan Pengelolaan dan Pengembangan
Pelabuhan Tanjung Apiapi
- Chandra Antonio Tan sebagai pengusaha pemberi suap kepada sejumlah anggota
komisi IV DPR.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Persidangan dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2009.


- Proses pemberian suap kepada anggota komisi IV DPR terjadi pada 25 Juni 2007.

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pemberian suap kepada anggota komisi IV DPR di Hotel Mulia Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?


Persidangan terjadi karena terdakwa terbukti terlibat dalam kasus suap proses alih fungsi
hutan lindung Pantai Air Telang, Sumsel menjadi Pelabuhan Tanjung Apiapi. Tersangka
dijerat dengan pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat (1) kedua KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

Syahrial terbukti menyetujui dan menganjurkan aliran dana hingga mencapai Rp5 miliar
kepada sejumlah anggota komisi IV DPR.

Penyerahan dalam bentuk cek itu atas permintaan anggota DPR untuk memperlancar
pemberian rekomendasi alih fungsi hutan lindung di Sumsel untuk dijadikan Pelabuhan
Tanjung Apiapi.

Untuk itu, Direktur Utama Badan Pengelolaan dan Pengembangan Pelabuhan Tanjung
Apiapi yang juga mantan sekretaris daerah Provinsi Sumsel, Sofyan Rebuin, meminta
bantuan anggota Komisi IV DPR RI Sarjan Tahir.

Setelah itu, Sofyan menemui Syahrial yang waktu itu menjadi gubernur Sumsel dan
pengusaha Chandra Antonio Tan pada Oktober 2006. Pada pertemuan itu, Sofyan
mengatakan ada kebutuhan dana Rp5 miliar untuk pemberian rekomendasi alih fungsi
hutan.

Chandra Antonio Tan setuju untuk menyiapkan cek senilai Rp2,5 miliar. Chandra
kemudian menyerahkan Rp2,5 miliar itu kepada Sarjan Tahir, yang kemudian dibagikan
kepada beberapa anggota Komisi IV DPR.

Pada Juni 2007, Sarjan kembali menghubungi Sofyan Rebuin untuk meminta sisa
pembayaran Rp2,5 miliar. Kemudian Sofyan memberitahukan hal itu kepada terdakwa
Syahrial.

Penyerahan cek tahap kedua itu dilakukan oleh pengusaha Chandra Antonio Tan di Hotel
Mulia Jakarta, pada 25 Juni 2007. "Maka unsur memberi sesuatu telah terbukti secara sah
dan meyakinkan," kata anggota majelis hakim, Anwar.

Sementara itu, hakim Ugo dan Andi Bachtiar sepakat menyatakan Syahrial telah dengan
sengaja menyetujui dan menganjurkan aliran dana tersebut.
"Nyabu" Bersama Polisi, Direktur Teknik PDAM Ditangkap

Sabtu, 19 Desember 2009

PADANG, KOMPAS — Polisi dari jajaran Polsek Lubuk Begalung atau Lubeg
menangkap Direktur Teknik PDAM Padang yang terlibat narkotika jenis sabu di
Komplek Perumahan Plam Griya, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang (18-
12).RL, Direktur Teknik PDAM Padang adalah warga Komplek Plam Griya, Kecamatan
Lubuk Begalung, Kota Padang.

Kepala Satreskrim Polsek Lubuk Begalung Ipda Roy Noer di Padang mengatakan,
penangkapan Direktur Teknik (Dirtek) PDAM Padang yang terlibat sabu tersebut
dilakukan Satuan Reskrim Polsek Lubek. "Selain menangkap Dirtek PDAM Kota
Padang, Satuan Reskrim Polsek Lubek juga membekuk oknum dari anggota Polri
yang bersama-sama dalam rumah tersebut," ujarnya.

Polisi masih merahasiakan siapa nama oknum dari anggota kepolisian yang terlibat
bersama Dirtek PDAM Padang tersebut.

Ia menambahkan, para tersangka terkejut saat melihat anggota Satuan Reskrim


Polsek Lubek tiba-tiba masuk ke dalam rumah. "Sementara itu, para tersangka juga
berniat mau membuang semua barang bukti yang terletak di atas meja dalam ruang
tamu," ujarnya.

Ia mengatakan, awalnya Satuan Reskrim Polsek Lubek mendapat informasi bahwa


ada buronan yang lari ke Komplek Perumahan Plam Griya, kemudian masuk ke salah
satu rumah warga Blok D N 11 yang berada di kompleks tersebut.

"Setelah mengepung buronan yang masuk dalam rumah Blok D Komplek Plam Griya,
ternyata bukannya buronan pelaku pencurian yang kita cari, tetapi Dirtek PDAM
Padang bersama oknum polisi," katanya.

Ia menambahkan, pelaku bersama oknum polisi terkejut melihat kehadiran anggota


Satuan Reskrim Polsek Lubek masuk rumah. "Mereka ini kita tangkap ketika mau
pesta sabu di ruang tamu rumah Dirtek PDAM tersebut," katanya.

Dari tangan tersangka, polisi mengamankan barang bukti berupa satu paket sabu,
alat penghisap, dan alat pembakar. Para terangka dapat dijerat dengan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penyalahgunaan Narkotika dengan ancaman
hukuman 5 tahun penjara.

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?
Tema dari berita diatas adalah tentang penangkapan Direktur Teknik PDAM Padang dan
oknum dari anggota kepolisian yang terlibat kasus narkoba jenis sabu.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- RL Direktur Teknik PDAM Padang dan oknum dari anggota kepolisian sebagai
tersangka pemakai narkoba.
- Ipda Roy Noer sebagai Kepala Satreskrim Polsek Lubuk Begalung.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Penangkapan dilakukan pada tanggal 18 Desember 2009.

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat Penangkapan tersangka di Komplek Perumahan Plam Griya, Kecamatan Lubuk


Begalung, Kota Padang.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Dirtek PDAM Padang bersama oknum polisi yang tertangkap tangan ketika mau pesta
sabu di ruang tamu rumah Dirtek PDAM tersebut. Para terangka dapat dijerat dengan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penyalahgunaan Narkotika dengan
ancaman hukuman 5 tahun penjara.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

Awalnya Satuan Reskrim Polsek Lubek mendapat informasi bahwa ada buronan yang lari
ke Komplek Perumahan Plam Griya. Setelah mengepung buronan yang masuk dalam
rumah Blok D Komplek Plam Griya, ternyata bukannya buronan pelaku pencurian yang
ditemukan, melainkan Dirtek PDAM Padang bersama oknum polisi yang tertangkap
tangan ketika mau pesta sabu di ruang tamu rumah Dirtek PDAM tersebut.
Dari tangan tersangka, polisi mengamankan barang bukti berupa satu paket sabu, alat
penghisap, dan alat pembakar.

Terdakwa Diancam 20 Tahun Bui

Kamis, 17/12/2009

SOLO (Joglosemar): Sidang perdana korupsi buku ajar digelar di Pengadilan Negeri
(PN) Solo, Rabu (16/12). Kedua terdakwa Pradja Suminta dan Amsori, terancam
hukuman penjara selama 20 tahun. Usai mendengarkan pembacaan surat dakwaan,
melalui penasihat hukumnya langsung mengajukan keberatan (eksepsi) atas
dakwaan jaksa.
Jalannya persidangan dilangsungkan secara terpisah, kendati demikian Ketua Majelis
Hakim Saparudin Hasibuan yang juga Ketua PN Surakarta, dengan hakim anggota
Asra dan JJH Simanjuntak. Sidang dimulai sekitar pukul 10.20 WIB. Sidang pertama
dengan terdakwa Pradja Suminta.
Jaksa Penuntut Umum (JPU), terdiri Sigit Kristanto, RR Rahayu dan Wahyu Darmawan
dalam surat dakwaan menyatakan jika Pradja telah melanggar hukum. Menurutnya,
bahwa terdakwa secara sah dan meyakinkan telah melakukan perbuatan melawan
hukum yakni memperkaya orang lain atau korporasi sehingga mengakibatkan
kerugian negara sebesar Rp 3,7 miliar.
Atas dakwaan itu, JPU menjerat terdakwa dengan dua dakwaan sekaligus, yakni
dakwaan Primer dan subsider. Dalam dakwaan primer terdakwa dijerat dengan pasal
2 ayat (1) Jo pasal 18 UU Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah
dengan UU nomor 20 tahun 2001 junto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP tentang tindak
pidana korupsi. Dalam pasal tersebut, ancaman hukuman paling lama 20 tahun
penjara. Kemudian untuk dakwaan subsider terdakwa dijerat pasal 3 junto Pasal 18
UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU nomor 20
tahun 2001 junto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Pradja secara tegas menolak dakwaan yang dibacakan oleh JPU. “Setelah mendengar
dakwaan JPU, saya menolak karena hal itu tidak benar,” kata Pradja kepada majelis.
Melalui penasihat hukumnya, YB Irpan dan Eko Yudhi Santoso terdakwa
menyampaikan eksepsinya. “Penyidik tidak objektif dan telah mengabaikan hak-hak
dalam statusnya sebagai tersangka. Sesuai dengan ketentuan Pasal 116 (3) dan (4)
KUHAP saksi a de charge ayau meringankan seharusnya juga disidik guna
memberikan keterangan kepada penyidik,” kata Irpan saat membacakan eksepsi.

Penangguhan Penahanan
Katanya, tidak hanya itu, pihaknya juga mengatakan jika kasus yang menjerat
kliennya merupakan lingkup hukum administrasi negara (HAN) sehingga PN Solo
tidak berhak mengadili kliennya. “Kasus ini, tidak termasuk tindak pidana, melainkan
merupakan termasuk dalam hukum administrasi negara, sehingga PN tidak berhak
mengadilinya,” tegas Irpan.
Pihaknya langsung mengajukan surat permohonan penangguhan penahanan
terhadap kliennya. “Saya akan bicarakan permohonan Saudara kepada anggota
lainnya,” kata Saparudin.
Seusai persidangan terhadap Pradja Suminta, PN Solo langsung melanjutkannya ke
sidang kedua dalam kasus yang sama dengan terdakwa Amsori. Dalam sidang
perdana, Amsori didampingi oleh tim penasihat hukum dari LBH Kajian Kebijakan
Publik (Kakapi), salah satunya, Sri Sujianta.
Amsori, usai mendengarkan surat dakwaan langsung menolaknya. “Kami akan
mengajukan nota keberatan atas dakwaan JPU yang akan dibacakan pada sidang
berikutnya,” kata Sri Sujianta.
Amsori melalui penasihat hukumnya, Sri Sujianta mengajukan permohonan
penangguhan penahanan. Sidang kemudian ditutup dan akan dilanjutkan pada
Selasa (22/12) pekan depan. (apl/m3)

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Sidang perdana korupsi buku ajar yang digelar di
Pengadilan Negeri (PN) Solo.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?
Pelaku utama dalam berita diatas adalah :
- Pradja Suminta dan Amsori sebagai terdakwa kasus Korupsi.
- Saparudin Hasibuan sebagai Ketua Majelis Hakim.
- Sigit Kristanto, RR Rahayu dan Wahyu Darmawan sebagai Jaksa Penuntut Umum.
- YB Irpan dan Eko Yudhi Santoso Sebagai Kuasa Hukum Terdakwa.
3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Persidangan dilakukan pada tanggal 16 Desember 2009.

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat Persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Solo.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Persidangan terjadi karena terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan
perbuatan melawan hukum yakni memperkaya orang lain atau korporasi sehingga
mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 3,7 miliar.. Terdakwa dijerat dengan pasal 2
ayat (1) Jo pasal 18 UU Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan
UU nomor 20 tahun 2001 junto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP tentang tindak pidana
korupsi. Dalam pasal tersebut, ancaman hukuman paling lama 20 tahun penjara.
Kemudian untuk dakwaan subsider terdakwa dijerat pasal 3 junto Pasal 18 UU nomor 31
tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU nomor 20 tahun 2001 junto
Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

Sidang dimulai sekitar pukul 10.20 WIB. Sidang pertama dengan terdakwa Pradja
Suminta.
Jaksa Penuntut Umum (JPU), terdiri Sigit Kristanto, RR Rahayu dan Wahyu Darmawan
dalam surat dakwaan menyatakan jika Pradja telah melanggar hukum. Menurutnya,
bahwa terdakwa secara sah dan meyakinkan telah melakukan perbuatan melawan hukum
yakni memperkaya orang lain atau korporasi sehingga mengakibatkan kerugian negara
sebesar Rp 3,7 miliar.
Atas dakwaan itu, JPU menjerat terdakwa dengan dua dakwaan sekaligus, yakni dakwaan
Primer dan subsider. Dalam dakwaan primer terdakwa dijerat dengan pasal 2 ayat (1) Jo
pasal 18 UU Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU nomor
20 tahun 2001 junto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP tentang tindak pidana korupsi. Dalam
pasal tersebut, ancaman hukuman paling lama 20 tahun penjara. Kemudian untuk
dakwaan subsider terdakwa dijerat pasal 3 junto Pasal 18 UU nomor 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU nomor 20 tahun 2001 junto Pasal 55 ayat
(1) ke 1 KUHP.
Pradja secara tegas menolak dakwaan yang dibacakan oleh JPU. “Setelah mendengar
dakwaan JPU, saya menolak karena hal itu tidak benar,” kata Pradja kepada majelis.
Melalui penasihat hukumnya, YB Irpan dan Eko Yudhi Santoso terdakwa menyampaikan
eksepsinya. “Penyidik tidak objektif dan telah mengabaikan hak-hak dalam statusnya
sebagai tersangka. Sesuai dengan ketentuan Pasal 116 (3) dan (4) KUHAP saksi a de
charge ayau meringankan seharusnya juga disidik guna memberikan keterangan kepada
penyidik,” kata Irpan saat membacakan eksepsi.

Asyik Judi, 4 Orang Disergap


Sabtu, 19/12/2009

SOLO (Joglosemar): Asyik judi kiu-kiu empat warga ditangkap di daerah Kepatihan,
Jebres. Mereka yang ditangkap yakni Suwarno (32), warga Tapen, Gilingrejo, Miri,
Sragen, Riyanto (27), warga Tempel RT 06/RW VII Banyuanyar, Mukti Hartono (37),
warga Kepatihan Wetan RT 02/RW IV, Jebres dan Joko Muwarto (33), warga Soka RT
03/RW I Kragilan, Mojosongo, Boyolali. Dari tangan tersangka petugas menyita satu
set kartu domino dan uang tunai sebesar Rp 293.000.
Informasi diperoleh Joglosemar menyebutkan, penggerebekan bermula dari adanya
informasi masyarakat yang memberitahukan jika kawasan Kepatihan, Jebres, sering
digunakan untuk berjudi. Berdasarkan laporan itu, Anggota Reskrim Polsektabes
Jebres, melakukan penyelidikan hingga berhasil menangkapnya, Jumat (18/12),
sekitar pukul 00.05 WIB. Mereka dipergoki tengah asyik berjudi kiu-kiu.
Keempat penjudi tidak dapat berkelit lagi, setelah petugas menyita sejumlah barang
bukti berupa uang tunai yang digunakan untuk taruhan sebesar Rp 293.000 serta
satu set kartu domino.
Kapoltabes Surakarta Kombes Pol Joko Irwanto melalui Kapolsektabes Jebres AKP Dwi
Retnowati didampingi Kanit Reskrim Ipda Teguh Sujadi membenarkan penangkapan
itu. Teguh mengatakan jika tempat tersebut memang tempat yang sering digunakan
untuk berjudi. “Tempat itu memang sering digunakan untuk berjudi. Akibat
perbuatannya keempat penjudi akan dijerat dengan Pasal 303 KUHP,” kata Teguh.
(apl)
Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Penangkapan empat warga yang sedang berjudi.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Suwarno (32), warga Tapen, Gilingrejo, Miri, Sragen, Riyanto (27), warga Tempel
RT 06/RW VII Banyuanyar, Mukti Hartono (37), warga Kepatihan Wetan RT 02/RW
IV, Jebres dan Joko Muwarto (33), warga Soka RT 03/RW I Kragilan, Mojosongo,
Boyolali Sebagai tersangka Penjudi.
- Kombes Pol Joko Irwanto sebagai Kapoltabes Surakarta.
- AKP Dwi Retnowati sebagai Kapolsektabes Jebres.
- Ipda Teguh Sujadi Sebagai Kanit Reskrim.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

Penggerebakan dilakukan pada hari Jumat (18/12), sekitar pukul 00.05 WIB.

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat Penggerebekan tersangka di kawasan Kepatihan, Jebres.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Penggerebekan bermula dari adanya informasi masyarakat yang memberitahukan jika


kawasan Kepatihan, Jebres, sering digunakan untuk berjudi yang melanggar Pasal 303
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?


Penggerebekan bermula dari adanya informasi masyarakat yang memberitahukan jika
kawasan Kepatihan, Jebres, sering digunakan untuk berjudi. Berdasarkan laporan itu,
Anggota Reskrim Polsektabes Jebres, melakukan penyelidikan hingga berhasil
menangkapnya, Jumat (18/12), sekitar pukul 00.05 WIB. Mereka dipergoki tengah asyik
berjudi kiu-kiu.
Keempat penjudi tidak dapat berkelit lagi, setelah petugas menyita sejumlah barang bukti
berupa uang tunai yang digunakan untuk taruhan sebesar Rp 293.000 serta satu set kartu
domino, keempat penjudi akan dijerat dengan Pasal 303 KUHP.

Wanita Pembakar Mobil Pejabat Polri Jadi Tersangka


Selasa, 29 Desember 2009

JAKARTA--MI: Wanita pembakar mobil jenderal bintang dua, Wakil Inspektorat


Pengawasan Umum (Irwasum) Polri Irjen Rismawan, menjadi tersangka.

Wanita itu adalah Herti Tambunan (HT). Ia dikenakan Pasal 187 KUHP. Kadiv Humas
Polri Irjen Nanan Soekarna membenarkan bahwa HT sudah menjadi tersangka dan
diproses di Polres Jakarta Selatan. Ia melaporkan perkembangan sidik kasus
pembakaran mobil dinas wairwasum polri. "Dia dikenakan Pasal 187 ayat 1e subsider
406 KUHP," ujar Nanan.

Berkas kasus HT dengan nomor LP: 2059/K/XII/2009/RES Jaksel, 28 Desember 2009.


Saksi yang sudah diperiksa masing-masing Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu
Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan pegawai negeri sipil bernama Wagiman.
Barang bukti yang disita di tempat kejadian berupa 1 botol air mineral berisi bensin,
1 korek api, koran, dan foto mobil dinas yang terbakar.

Seperti diberitakan, HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes


Polri, Senin (28/12). Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang.
Beruntung kejadian itu segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan
beberapa detik lagi, api akan menyambar ke tangki bensin.

Dari pemeriksaan, wanita itu adalah seorang guru yang dipecat oleh yayasan tempat
dia bekerja. Karena tidak puas, dia melaporkan kejadian itu ke Polres Jakarta Barat.
Ternyata, kasusnya ditolak jaksa karena kurang cukup bukti. Karena tidak puas, HT
melaporkan kinerja anggota Polres Jakarta yang menangani kasusnya ke Profesi dan
Pengamanan (Propam) Polri. Namun, perkembangannya mungkin kurang
memuaskannya.

Wairwasum Polri yang dikonfirmasi soal mobilnya yang dibakar itu mengatakan tidak
mengetahui penyebab pembakaran mobilnya. "Saya juga tidak mengenal dia dan
belum pernah memegang atau mengetahui kasusnya di Polres Jakarta Barat maupun
yang ditangani di Propam Polri," ujar Rismawan.

Dari keterangan HT ke polisi, kata Rismawan, dia hanya asal memilih mobil yang
dibakarnya. "Dia hanya ingin membakar mobil polisi saja. Kebetulan, mobil saya
diparkir di halaman belakang Mabes Polri dan saat itu sekitarnya sepi. Jadi, mobil
saya yang kena," ujar Rismawan. Soal tindak lanjut kasus pembakaran mobilnya,
Rismawan menyerahkan ke Polres Jakarta Selatan. "Tapi, kalau dia ternyata memang
stres, saya akan meminta agar dia jangan diapa-apain dan dilepaskan dari tuntutan
hukum," ujar Rismawan.

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang pembakaran mobil pejabat polri yang dilakukan
oleh seorang wanita yang dilakukan di mabes polri.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.
Direktur Diadili
Sabtu, 8 November 2008

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Direktur CV Bangun Jaya Mandiri (BJM), Abdurahman,


diadili di PN Tanjungkarang, Kamis (6-11). Dia didakwa melanggar Pasal 378 tentang Penipuan
dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit) dengan PT Sinar
Jaya Inti Mulya (SJIM).

Sidang perdana dengan Majelis Hakim R.E. Setiawan, K.G. Damanik, dan Ardi dibantu Panitera
Pembantu Suryadi itu mendengarkan dakwaan Jaksa Fajar.

Terungkap dalam sidang, awalnya PT BJM bertransaksi kernel dengan PT SJIM dengan surat
kontrak No. 012/KJB/BJM-II/2008 tanggal 25 Februari 2008 sebanyak 500 ton dan surat kontrak
No. 014/KJB/BJM-II/2008 tanggal 25 Februari 2008 sebanyak 1.000 ton dengan uang muka
75%.

Karena PT SJIM tidak setuju, kontrak itu dirubah. Kontrak dikirim melalui faksimili oleh CV
BJM. Kemudian dikirim uang muka Rp1,5 miliar, tapi kernel tidak diserahkan. Hal itu tertuang
dengan bukti berupa faksimili asli surat kontrak jual beli palem kernel 1.000 ton, bukti transfer
uang DP Rp1,5 miliar dan Rp1 miliar, faktur pajak, berkas fotokopi dilegalisasi surat gugatan
perdata, dan surat perjanjian angkutan laut.

Dalam kasus dugaan penipuan penggelapan tersebut akan dihadirkan 14 orang saksi, termasuk
saksi pelapor dan saksi ahli.

Mendengar dakwaan Jaksa Kejaksaan Tinggi Lampung, Agusman Chandar Jaya, kuasa hukum
terdakwa menyatakan akan menyampaikan pembelaan eksepsi. Majelis Hakim menunda sidang
hingga pekan depan. "Kita akan dengarkan eksepsi dari kuasa hukum terdakwa. Sidang ditunda
hingga pekan depan," kata Hakim Ketua R.E. Setiawan.

Kuasa hukum PT SJIM, Mulyadi Hartono, menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut pada proses
hukum di pengadilan.

Sebelumnya, Agusman Candra Jaya dan Meutia Elvina Sesunan sempat menyatakan
menyesalkan atas dilanjutkannya kasus tersebut. Pa

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?
Tema dari berita diatas adalah tentang Persidangan Direktur CV Bangun Jaya Mandiri
(BJM), Abdurahman di PN Tanjungkarang yang didaelanggar Pasal 378 tentang
Penipuan dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit)
dengan PT Sinar Jaya Inti Mulya (SJIM).

.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?


HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.

Pencuri Kabel Dituntut

Jum'at, 12 September 2008

BANDAR LAMPUNG--Jaksa Iwan Artho Koesoemo menuntut Tomi Anggara hukuman


1 tahun 3 bulan penjara. Jaksa mengatakan Tomi terbukti melanggar Pasal 363 Ayat (1)
ke-4 dan 5 KUHP tentang Pencurian dan Pasal 480 Ayat (1) KUHP jo Pasal 55 Ayat (1)
ke-1 KUHP.

Tuntutan itu dibacakan Jaksa Iwan Artho Koesoemo dalam sidang yang dipimpin Majelis
Hakim Marsup dengan anggota R.B.R. Perangin-angin dan Siti Suryati.

Setelah menjelaskan kembali tuntutan Jaksa, Hakim menanyakan kepada terdakwa


apakah hal itu telah dimengerti, dan terdakwa boleh mengajukan pembelaan karena hal
itu merupakan hak. Terdakwa menyatakan telah mengerti.

Dalam dakwaan Jaksa disebutkan terdakwa Tomi Anggara baik bertindak sebagai pelaku
yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan bersama-sama saksi Rusdi alias
Encek (sidang dalam berkas terpisah) pada Kamis, 13 Maret 2008, sekitar pukul 04.00,
yakni mencuri tujuh meter kabel tembaga warna hitam yang seluruhnya milik Sudarmo
Haryanto. n RIS/K-1

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Persidangan Direktur CV Bangun Jaya Mandiri
(BJM), Abdurahman di PN Tanjungkarang yang didaelanggar Pasal 378 tentang
Penipuan dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit)
dengan PT Sinar Jaya Inti Mulya (SJIM).

.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.

Minggu, 29 Juni 2008

Ferry Yuliantono Dijerat Tiga Pasal

JAKARTA (Lampost): Sekretaris Jenderal (Sekjen) Komite Bangkit Indonesia (KBI)


Ferry Joko Yuliantono yang kini menjadi tersangka kasus kerusuhan di depan DPR dan
Universitas Atma Jaya, dijerat tiga pasal dalam KUHP. Pasal penghasutan, kekerasan,
dan pembakaran.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol. Abubakar Nataprawira di Jakarta Selatan,
Sabtu (28-6), mengatakan Ferry dikenai Pasal 60 KUHP tentang Penghasutan, untuk
melawan kepada petugas.

Pasal 170 KUHP jo Pasal 55 dan 56 KUHP tentang Melakukan Tindakan Kekerasan
terhadap Barang atau Orang. Selain itu, kata dia, Ferry dijerat Pasal 187 KUHP tentang
Pembakaran. "Kami juga menjeratnya dengan Pasal 55 dan 56 KUHP," kata Abubakar.

Menurut Abubakar, Ferry pernah berupaya pulang ke Indonesia melalui jalur gelap yakni
tidak melalui pintu imigrasi. Upaya itu dilakukan karena dia tahu akan ditangkap polisi
begitu mendarat di Jakarta.

"Dari China, Ferry terbang ke Kuala Lumpur lalu akan masuk ke Indonesia melalui laut
lewat Dumai atau Tanjung Balai, Kepulauan Riau," kata Abubakar didampingi Direktur
Keamanan dan Transnasional Badan Reserse Kriminal Polri, Brigjen Pol. Badrootin
Haiti.

Abubakar menyatakan melihat rute kepulangan Ferry, Polri mensinyalir ia hendak


menghindari proses hukum di Indonesia.

Sebelumnya, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar mensinyalir FY


sebagai aktor intelektual di balik unjuk rasa menolak kenaikan bahan bakar minyak
(BBM) di Jakarta, Selasa (24-6), yang berakhir anarki.

Syamsir menyatakan FY sedang berada di China dan segera pulang ke Indonesia. Mabes
Polri telah menangkap Ferry saat mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (27-6),
pukul 19.25.
Untuk menangkap Ferry, Mabes Polri mengirimkan dua perwira ke China pada 26 Juni
2008 untuk memantau pergerakan Ferry yang saat itu berada di Guangzhou, China,
bersama 15 kawannya dari Indonesia.

"Kami khawatir, Ferry tidak kembali ke Indonesia setelah namanya disebut-sebut terlibat
kasus unjuk rasa di depan gedung DPR yang anarkhis," kata Abubakar.

Pada 27 Juni 2008, Polri mendapatkan keterangan bahwa Ferry bersama kawan-
kawannya akan pulang ke Indonesia dengan naik pesawat dari Guangzhou ke Jakarta.
Namun, ketika pesawat itu terbang ke Jakarta, Ferry tidak ikut dalam pesawat tapi malah
terbang ke Kuala Lumpur dengan naik pesawat yang lain. n R-1

Mabes Polri lalu menghubungi perwakilan Polri di KBRI Kualalumpur untuk koordinasi
dengan imigrasi di sana agar Ferry tidak diperbolehkan masuk ke negara itu. "Begitu
masuk pintu imigrasi, ia ditolak dan diminta kembali naik pesawat ke Jakarta," katanya.

Dua perwira yang memantau Ferry ikut terbang satu pesawat dengan tersangka ini namun
keduanya tidak menangkapnya karena pesawat itu berbendera Malaysia, artinya dalam
pesawat itu masih wilayah Malaysia.

"Saat melewati pintu imigrasi Bandara Soekarno Hatta, kedua polisi ini menangkapnya
sebab tidak ingin Ferry kabur," katanya.

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Persidangan Direktur CV Bangun Jaya Mandiri
(BJM), Abdurahman di PN Tanjungkarang yang didaelanggar Pasal 378 tentang
Penipuan dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit)
dengan PT Sinar Jaya Inti Mulya (SJIM).

.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.
3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.

Kasus Sodomi:PNS Diancam Penjara 7 Tahun

Selasa, 12 Juni 2007


BANDAR LAMPUNG (Lampost): Az (29), oknum PNS Kantor Wilayah Perpajakan,
Provinsi Lampung (bukan Bapedalda, red) yang disangka menyodomi An (14), siswa
SMP dijerat dengan Pasal 289 KUHP, Pasal 18, dan Undang-Undang 23/2002 tentang
Perlindungan Anak. Tersangka yang ditahan di Polsekta Sukarame diancam 7 tahun
penjara.

Sebelumnya Az saat diperiksa mengaku bekerja di sebuah kantor yang berlokasi di Jalan
Wolter Monginsidi, Telukbetung Utara, yakni Bapedalda.

Kepala Kantor Badan Pengedalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi


Lampung, Syaifullah Sesunan, membantah jika AZ, PNS yang menjadi tersangka kasus
sodomi pelajar SMP merupakan pegawai di lingkungannya.

Menurut dia, kantor di Jalan Wolter Monginsidi No. 223 Bandar Lampung kini ditempati
Kanwil Pajak. "Sebelumnya itu memang Kantor Bapedalda. Namun, kini kantor itu
ditempati Kanwil Pajak. Jadi tidak ada PNS kami bernama Az. Dia bukan PNS di
lingkungan Bapedalda. Kami telusuri ke Polsekta Sukarame," kata Syaifullah Sesunan.

Kapolsekta Sukarame AKP Indra Widjatmoko mengatakan kasus yang ditangani Polsekta
Sukarame itu diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Dia dijerat Pasal 289 KUHP
tentang Sodomi dan dijerat UU 22/2003 tentang Perlindungan Anak.

Az disangka melakukan tindak kekerasan seksual (sodomi, red) di sebuah kamar


kontrakannya di Jalan Pangeran Antasari, Sukarame. Perbuatannya itu terbongkar ketika
Az mengadukan An ke Polsekta Sukarame dengan tuduhan melarikan sepeda motornya.

"Az melaporkan kasus pencurian motor sekaligus menyerahkan tersangka An. Setelah
diperiksa, An balik melaporkan Az telah menyodominya. An juga mengakui
perbuatannya membawa kabur sepeda motor. Nah sekarang dua-duanya ditahan," kata
Kapolsekta Sukarame AKP Indra Widjatmoko.

Kepada Lampung Post, An mengaku hari Rabu (6-6) malam dia dan Safrudin, adik
sepupunya, hendak pulang ke Dusun Lubuk Bais, Tanjungbintang, Lampung Selatan.
Namun, uang mereka tidak cukup buat ongkos.

Lalu keduanya nongkrong di Jalan Urip Sumoharjo menunggu tumpangan kendaraan ke


Tanjungbintang. "Awalnya kami hendak naik mobil ke Tanjungbintang dari Terminal
Pasar Bawah. Karena ongkosnya tidak cukup, akhirnya kami turun di lampu merah Jalan
Urip Sumoharjo untuk mencari tumpangan," aku An.

Sekitar pukul 20.00, Az mendekati kedua remaja itu. Setelah cukup lama mengobrol, Az
mengajak mereka ke sebuah kamar indekos di Jalan Pangeran Antasari.

Menurut An, setiba di kamar, Az menyuruh mereka mandi. Mereka juga diberi pakaian
ganti. "Saya diberi celana pendek. Setelah itu kami diberi makan soto," ujarnya.
Menjelang tengah malam, An dan adik sepupunya tidur. Saat itu, An sempat melihat Az
sedang membaca buku. "Saya kemudian disuruh pindah tidur bersama Mas (Az, red)
itu."

Tanpa curiga, dia mengikuti permintaan Az agar tidur di kamar bersamanya. "Saya tidur
lebih dahulu. Tiba-tiba lampu mati dan badan saya digerayangi. Saya sempat berontak,
tapi didekap kuat. Kemudian saya digituin setelah diolesin entah minyak atau handbody,
saya tidak tahu. Yang saya rasakan sakit, tapi sekarang sudah tidak," ujarnya.

Lewat tengah malam, An terbangun dan ingin minum. Dia keluar kamar dan langsung
membuka kulkas. Saat melihat kunci sepeda motor di atas kulkas, terbersit niat di
benaknya untuk kabur dengan membawa sepeda motor tersebut.

Nahas, Az rupanya memasang kunci rahasia di motornya sehingga sulit dihidupkan. An


akhirnya menuntun sepeda motor itu keluar perumahan dan sempat dilihat anggota
satpam perumahan.

Sekitar pukul 03.00, Az terbangun. Dia kaget karena An dan sepeda motornya sudah raib.
Atas bantuan anggota satpam perumahan, dia berhasil menangkap remaja yang baru
dicabulinya itu. Dini hari itu juga An diserahkan ke Polsekta Sukarame.

Saat menjalani pemeriksaan, An membeberkan peristiwa yang dialami. Polisi langsung


menciduk Az yang tinggal di Perumahan Griya Asri Blok F, Segalamider, Tanjungkarang
Barat. Oknum PNS itu mengakui perbuatannya terhadap An. n JUN/K-2

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Persidangan Direktur CV Bangun Jaya Mandiri
(BJM), Abdurahman di PN Tanjungkarang yang didaelanggar Pasal 378 tentang
Penipuan dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit)
dengan PT Sinar Jaya Inti Mulya (SJIM).

.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.

Penganiayaan:Pengeroyok Polisi Diancam 5 Tahun Penjara


Sabtu, 12 Mei 2007

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Empat anggota Pol. PP dan satu PNS Dinas
Sosial Kota Bandar Lampung yang disangka mengoroyok polisi terancam
hukuman 5 tahun penjara. Mereka disangka melanggar Pasal 170 KUHP.

Kelimanya: Haristari (50), warga Jalan Flamboyan No. 44, Lk. III,
Tanjungkarang Pusat; Rio Pratama (21), warga Jalan Ratu Dibalau, Gang
Damai No. 36, Tanjungsenang; Lasdi Ismail (33), warga Jalan Laksamana R.E.
Martadinata, Kelurahan Permata, Telukbetung Barat; Warid Fadillah (21),
warga Jalan Kebersihan No. 50, Sukadanaham, Tanjungkarang Barat; dan
Sukardi (46), warga Jalan Komarudin, Kp. Madiun, Lk. II, Rajabasa. Keluarga
tersangka mengajukan penangguhan penahanan.

Dirreskrim Polda Lampung Kombes Pol. Sugeng Priyanto menegaskan kelima


tersangka masih mendekam di sel Polda Lampung terkait kasus
penganiayaan bersama-sama dan perbuatan tidak menyenangkan pada
proses razia dan pengeroyokan oknum anggota Polri dan Unit P3D Polres
Tulangbawang, Bripda Taufik Hidayat.

Saat itu, Jumat (19-4), sekitar pukul 23.00, Bripda Taufik Hidayat terjaring
razia di Hotel Tirtayasa, Lempasing, bersama Pausah, warga Jalan Cipto
Mangunkusumo, Kupang.

"Unsur-unsur yang disangkakan pada Pasal 170 KUHP terpenuhi. Bahkan


hasil pemeriksaan, barang bukti, dan keterangan tersangka yang mengakui
peran masing-masing, yaitu saat peritiwa pengeroyokan tersebut," kata
Sugeng.

Menurut Dirreskrim, Pasal 170 KUHP tentang Pengeroyokan menyebutkan


barang siapa yang di muka umum bersama-sama melakukan kekerasan
terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya 5 tahun 6
bulan.

"Unsur barang siapa, di muka umum bersama-sama, melakukan kekerasan,


terhadap orang atau barang terpenuhi. Sudah bukti VCD rekaman saat
kejadian dan visum menerangkan tersangka melakukan kekerasan dengan
cara memegang, menjambak, mencekik, dan memukul. Korban menderita
memar di kening, luka ringan akibat benda tumpul," kata Sugeng.

Sementara itu, terkait pengajuan penangguhan penahanan oleh pihak


keluarga tersangka, Dirreskrim mengatakan kini sedang dalam
pertimbangan. "Silakan saja mengajukan penangguhan penahanan. Kami
akan proses pengajuan penangguhan karena itu hak keluarga tersangka.
Pertimbangannya bergantung pada pimpinan dan keyakinan penyidik." n
JUN/K-2

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Persidangan Direktur CV Bangun Jaya Mandiri
(BJM), Abdurahman di PN Tanjungkarang yang didaelanggar Pasal 378 tentang
Penipuan dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit)
dengan PT Sinar Jaya Inti Mulya (SJIM).

.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.


5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.

Tanggamus - Jual Kupon Togel:3 Warga Pringsewu Ditahan di Polres

Selasa, 30 Januari 2007

KOTAAGUNG (Lampost): Tiga warga Kecamatan Pringsewu, Tanggamus, ditahan


aparat dari Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Tanggamus karena tertangkap
tangan menjual kupon putih toto gelap (togel). Mereka dibidik Pasal 303 KUHP dengan
ancaman penjara 10 tahun.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Kasatreskrim) Kepolisian Resor (Polres)


Tanggamus, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Mashar Yusuf, mendampingi Kepala
Kepolisian Resor (Kapolres) Tanggamus Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Joko
Santoso kepada Lampung Post di Mapolres, Senin (29-1), mengatakan ketiga tersangka
pengedar kupon putih toto gelap itu adalah Suharman (51), warga Pekon Sidoarjo,
Kecamatan Pringsewu.

Kemudian, Untung Suyatno (44), warga Pekon Podomoro, Kecamatan Pringsewu, dan
Yatiman Bin Zulzani (53), warga Pekon Pringombo, Kecamatan Pringsewu.
Dari tangan Suharman, polisi mengamankan delapan lembar hasil rekapan togel, satu
pulpen, dan uang tunai Rp130 ribu hasil penjualan togel. Sedangkan dari tersangka
Yatiman, polisi mengamankan dua lembar kertas bertuliskan kombinasi angka dan uang
Rp129 ribu hasil penjualan togel tersebut.

"Penangkapan ketiga tersangka itu berdasarkan informasi warga yang resah dengan
peredaran kupon putih itu di Kecamatan Pringsewua," kata AKP Mashar Yusuf.

Berdasarkan informasi tersebut, kata AKP Mashar, Tim Reskrim Polres Tanggamus
langsung melakukan identifikasi tersangka dan mempelajari situasi.

Awalnya petugas mengawasi tersangka Untung yang hari itu, Rabu (24-1), sekitar pukul
13.00, bermaksud membeli kupon togel kepada Suharman di Pekon Sidoarjo, Pringsewu.

Saat terjadi transaksi kupon putih togel antara Suharman (penjual) dan Untung (pembeli),
polisi langsung menyergap keduanya.

Polisi langsung melakukan pengembangan. Atas keterangan Suharman dan Untung,


polisi juga menangkap Yatimin yang juga penjual togel di Pringombo. "Berdasarkan
keterangan dari para tersangka, kami sudah mengetahui bandar besarnya. Tapi saat kami
datangi, pelaku sudah melarikan diri," ujar Mashar.

Sementara itu, berdasarkan pengakuan sejumlah peminat dunia "303" (istilah togel, red),
peredaran dan penjualan kupon putih togel di sejumlah wilayah di Kabupaten Tanggamus
masih bisa dijumpai, walau agak susah menemukannya.

Modus operandinya, para penjual togel secara aktif mendatangi pelanggan tetap, bahkan
bertransaksi dengan menggunakan ponsel dan telepon. "Kalau petugas mau jeli, kupon
togel ini masih dijual hampir di setiap kecamatan," kata seorang warga.

Beberapa warga meminta aparat kepolisian terus melakukan razia perjudian karena
praktek itu dapat merusak generasi muda. "Saya acungkan jempol polisi yang menangkap
penjual togel, tapi bersamaan dengan itu saya juga berharap polisi terus menggencarkan
razia-razia," kata seorang warga Pringsewu. n UTI/D-1

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Persidangan Direktur CV Bangun Jaya Mandiri
(BJM), Abdurahman di PN Tanjungkarang yang didaelanggar Pasal 378 tentang
Penipuan dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit)
dengan PT Sinar Jaya Inti Mulya (SJIM).
.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.
Pemerkosa Anak Kandung Diancam 15 Tahun

Jum'at, 13 Januari 2006

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Chairul Fandi (37) diancam 15 tahun penjara karena
memerkosa anak kandungnya yang berusia 10 tahun. Jaksa menjerat terdakwa dengan
Pasal 285 KUHP Undang-Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan UU
Perlindungan Anak pada sidang di Pengadilan Negeri (PN) Tanjungkarang, Kamis (12-
1).

Dalam sidang tertutup itu, Jaksa Rosman Yusa menghadirkan tiga saksi; LM (ibu
korban), Ma (korban), dan seorang warga Wayhalim yang melihat perbuatan terdakwa.
Pengacara Yoesron Effendi mengatakan korban menangis saat menceritakan kejadian di
semak-semak belakang PKOR Wayhalim, 30 September 2005, sekitar pukul 19.30.

Berdasarkan pengakuan korban, ujar Yoesron Effendi, sebelum diperkosa, pelaku


mengajak membeli durian. Sampai di lapangan Wayhalim, Fandi menghentikan motor
dan membuka rok anaknya. Setelah itu Fandi memerkosa korban. Kejadian itu disaksikan
warga setempat yang curiga dengan gelagat Fandi. Warga mengintip perbuatan Fandi,
sehingga dia sempat dikeroyok massa.

Saksi LM mengatakan sebelum kejadian itu, sekitar 4 tahun lalu, suaminya pernah
memasukkan jari ke alat vital anaknya hingga luka. Ketika itu, anaknya baru duduk di
kelas I SD di Cilegon. Untuk menghindari kejadian serupa, LM memindahkan korban ke
salah satu SD di Bandar Lampung dan tinggal bersama neneknya. Sedangkan dia dan
suaminya tinggal di Pulau Jawa.

LM mengatakan saat anaknya kelas V SD, dia dan suaminya pulang ke Bandar Lampung
dan berkumpul bersama anaknya. LM tidak menyangka sopir truk itu tega memerkosa
anaknya dan menyebabkan trauma mendalam pada bocah berambut panjang itu. Namun,
Fandi menyangkal memerkosa anaknya. Dia mengaku hanya menempelkan
kemaluannya. Mendengar sanggahan itu, Hakim Ketua Magdalena membacakan hasil
visum yang menyatakan terdapat luka pada kemaluan korban. n CR-8/K-1
Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Persidangan Direktur CV Bangun Jaya Mandiri
(BJM), Abdurahman di PN Tanjungkarang yang didaelanggar Pasal 378 tentang
Penipuan dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit)
dengan PT Sinar Jaya Inti Mulya (SJIM).

.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.
6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.

Mutilasi: Supran Dituntut 14 Tahun

Rabu, 1 Maret 2006

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Terdakwa pembunuhan mutilasi, Supran (20),


dituntut 14 tahun penjara pada sidang di Pengadilan Negeri (PN)
Tanjungkarang, Selasa (28-2). Jeratan jaksa sesuai Pasal 338 KUHP tentang
Pembunuhan Biasa dengan ancaman maksimal 15 tahun kurungan. Setelah
mendengar Jaksa Fajar Gurindro membacakan tuntutan, Supran memohon
keringanan kepada Majelis Hakim.

"Saya punya empat adik yang masih kecil yang harus dinafkahi. Ibu saya
janda, Pak Hakim. Saya mohon hukuman diringankan," kata dia. Supran
mengakui kesalahannya dan menyesal atas perbuatan tersebut. "Saya khilaf
karena mabuk," ujarya.

Pengacara Supran, Nurul Hidayah, meminta dua minggu kepada Majelis


Hakim untuk mengajukan pleidoi tertulis. Supran mengatakan membunuh
Rina Tomboy karena emosi atas perkataan dan perbuatan korban. Menurut
dia, Jumat, 7 Oktober 2005, dia bersama beberapa temannya minum empat
botol minuman keras di kapal motor tempat dia bekerja.

Tiba-tiba, Rina Tomboy datang meminta minuman dengan mengeluarkan


umpatan dan kata-kata kasar. Supran mengaku awalnya tidak emosi, tetapi
Rina memaki dan mengeluarkan ancaman membunuh Supran dan teman-
temannya. "Saya tidak tahu ancaman itu ditujukan kepada siapa. Namun,
Rina mengatakan salah satu dari kami ada yang mati," katanya.
Mendengar kata-kata itu, menurut Supran, dia menanyakan kepada Rina
tentang ancaman itu. Tetapi, Rina memukul dadanya hingga terjatuh. "Saya
emosi dan menusuk leher Rina," kata Supran. Menurut dia, untuk
memastikan Rina meninggal, dia memotong leher korban.

Sedangkan saksi Sudarmawan (kepala kapal) mengatakan Supran datang ke


rumahnya sambil menjinjing kantong plastik hitam berisi kepala Rina
Tomboy. Menurut dia, Supran mengaku membunuh Rina dan benda dalam
plastik hitam yang dijinjingnya adalah kepala Rina. n CR-8/K-1

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Persidangan Direktur CV Bangun Jaya Mandiri
(BJM), Abdurahman di PN Tanjungkarang yang didaelanggar Pasal 378 tentang
Penipuan dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit)
dengan PT Sinar Jaya Inti Mulya (SJIM).

.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).
4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.

Rabu, 16 November 2005

Penggelap Pupuk Diancam 4 Tahun

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Menggelapkan tujuh ton pupuk Super Phospat


(SP) milik PT Bumi Tani Subur, terdakwa Au Kian Fat (38) dikenai Pasal 378
KUHP dengan ancaman empat tahun. Hal itu terungkap dalam sidang di
Pengadilan Negeri Tanjungkarang, Selasa (15-11).

Dalam sidang dengan Hakim Ketua Saleh Rasun, Jaksa Atik mengajukan
beberapa pertanyaan kepada Au Kian Fat. Tetapi, terdakwa tidak menjawab
pertanyaan, malah mengubah fokus masalah, sehingga Jaksa Atik marah dan
meminta terdakwa memberikan keterangan jujur dan jelas. "Anda
mengeluarkan pupuk dari gudang tanpa izin pimpinan kan?" kata Atik.

Setelah Jaksa berkali-kali menanyakan perizinan tersebut, terdakwa tidak


mampu menyangkal pupuk senilai Rp16 juta yang dikirimkan ke CV
Mekarindo Agro Utama tanpa DO (izin pengiriman pupuk) pimpinan
perusahaan.

CV Anugerah Lestari punya dua gudang pupuk; PT Bumi Tani Subur dan PT
Masyarakat. Au Kian Fat bekerja sebagai kepala gudang di PT Bumi Tani
Subur, bertanggung jawab atas keluar masuknya pupuk dari gudang. Au Kian
Fat mengakui secara prosedural, setiap pengeluaran dan pengiriman pupuk
harus menggunakan DO yang dibuat pimpinan induk dan harus dibayar di
muka.

Sementara, dia mengirim pupuk tanpa DO dan perusahaan tidak menerima


pembayaran pupuk senilai Rp16 juta itu. Au Kian Fat mengatakan pupuk 7
ton yang dia ambil dari gudang PT Masyarakat untuk menutupi kekurangan
pupuk 205,5 MT yang harus dikirim ke CV Mekarindo Agro Utama. "Saya
berniat menjaga nama baik perusahaan," katanya. Anehnya, niat baik
terdakwa tidak diiringi dengan prosedur yang benar. Terdakwa tidak
melaporkan kekurangan jumlah pupuk di gudang kepada pimpinannya dan
tanpa DO memerintahkan karyawan gudang PT masyarakat memberikan
pupuk pada CV Mekarindo. n CR-8/K-1

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Persidangan Direktur CV Bangun Jaya Mandiri
(BJM), Abdurahman di PN Tanjungkarang yang didaelanggar Pasal 378 tentang
Penipuan dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit)
dengan PT Sinar Jaya Inti Mulya (SJIM).

.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?

Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.

Putra Bupati Dijerat Pasal Berlapis


Rabu, 26 Oktober 2005

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Putra Bupati Tulangbawang, Aris Sandhi


Dharma Putra (29), dijerat pasal berlapis, yaitu UU No. 23 Tahun 2004
tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Pasal 351 KUHP, Pasal 335
KUHP tentang Perbuatan Tidak Menyenangkan," kata Kapoltabes Kombes Pol
H.S. Maltha, didampingi Kasat Reskrim Kompol Hilman

, tadi malam.

Aris Sandhi dijebloskan ke sel Poltabes Bandar Lampung sejak Senin (25-10),
sekitar pukul 17.00 karena menganiaya istrinya.

Aris ditangkap Minggu (24-6), sekitar pukul 19.00, berdasarkan laporan


istrinya yang mengaku dipukuli hingga memar di sekujur tubuh dan dirawat
di rumah sakit.

Menurut Kapoltabes, tersangka membantah tuduhan korban dan


memberikan keterangan berbelit-belit. Namun, akhirnya mengakui telah
menganiaya istrinya dengan cara melempar, meninju, menampar, dan
menendang. Semula Aris Sandhi menolak menandatangani hasil berita acara
pemeriksaan (BAP) dan surat perintah penahanan. Kemudian, meminta
tersangka membuat surat pernyataan tentang ketidaksediaannya
menandatangani surat perintah penahanan tersebut. Tersangka menolak
dengan alasan menunggu pengacaranya.

Akhirnya, Aris Sandhi mengaku memukul istrinya lebih dari satu kali. "Kurang
lebih tiga kali memukul, menendang juga sekitar tiga kali," kata Aris di
hadapan petugas.

Wartawan mencoba menanyai penyebab kemarahan terhadap istri. Namun,


Aris bungkam bahkan sempat terjadi saling dorong antara wartawan dan Aris
yang berusaha menghindar.

Aris menjalani pemeriksaan selama tiga jam di hadapan Kanit Harta Benda
(Harda) AKP Adi Sastri. "Tersangka selalu berdalih masalah tersebut adalah
masalah keluarga. Kini, ada UU No. 23 Tahun 2004 tentang KDRT dan UU No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak," kata Adi Sastri. Selain
memeriksa tersangka, petugas telah memeriksa tiga saksi, yaitu dua
pembantu wanita, dan satu penjaga malam rumah tersebut. Sebagai saksi,
ia mengaku tidak melihat langsung, tetapi mendengar keributan dari dalam
kamar dan mendengar teriakan majikan perempuannya. "Saya dengan
bapak marah-marah. Saya disuruh mengambil tas untuk tempat pakaian ibu.
Saya hanya lihat bapak mukul dan nendang ibu," kata seorang saksi.
Beberapa kerabat dan utusan tersangka sudah berupaya menghubungi
korban, Oktofaniarsyah S.Oe yang akrab disapa Fany. Termasuk Dodi, adik
bungsu Aris. Ia ke rumah sakit untuk membujuk Fany agar berdamai.
Namun, Fany hanya menjawab, "Saya sedang sakit. Saya tidak ada masalah
dengan Dodi. Jadi, maaf, Fany mau istirahat. Segala sesuatu sudah saya
perhitungkan dengan matang." ujar Fany. n JUN/CR-2/K-2

Analisa :
1. Apakah tema dari berita diatas?

Tema dari berita diatas adalah tentang Persidangan Direktur CV Bangun Jaya Mandiri
(BJM), Abdurahman di PN Tanjungkarang yang didaelanggar Pasal 378 tentang
Penipuan dan Penggelapan jo Pasal 374 KUHP, terkait bisnis palem kernel (biji sawit)
dengan PT Sinar Jaya Inti Mulya (SJIM).

.
2. Siapakah Pelaku utama dalam berita diatas?

Pelaku utama dalam berita diatas adalah :


- Herti Tambunan sebagai tersangka yang membakar mobil polri.
- Irjen Rismawan sebagai korban pemilik mobil.
- Irjen Nanan Soekarna sebagai Kadiv Humas Polri yang memeriksa tersangka
- Brigadir M Rusdi, Brigadir Bagus, Briptu Hadi Siswanto, Bripda Ali Baskara, dan
Wagiman sebagai saksi.

3. Kapan Peristiwa itu terjadi?

- Pembakaran mobil dilakukan pada hari Senin (28/12/2009).


- Proses pemeriksaan tersangka pada hari Senin (28/12/2009).

4. Dimanakah peristiwa itu terjadi?


Tempat pembakaran mobil pejabat polri dilakukan di mabes polri Jakarta.

5. Mengapa peristiwa itu terjadi?

Wanita pembakar mobil tidak puas dengan kinerja anggota Polres Jakarta yang
menangani kasusnya yang melaporkan perusahaan tempat dia bekerja yang
memecatnya.Perbuatan tersangka tersebut melanggar Pasal 187 ayat 1e subsider 406
KUHP.

6. Bagaimanakah kronologis kejadiannya?

HT membakar mobil Rismawan yang terparkir di halaman Mabes Polri, Senin (28/12).
Saat itu, HT diduga stres. Mobil hangus di bagian belakang. Beruntung kejadian itu
segera ditangani polisi yang berjaga. Soalnya, bila dibiarkan beberapa detik lagi, api akan
menyambar ke tangki bensin.

Anda mungkin juga menyukai