UNIVERSITAS TRISAKTI
SOAL UTS
KELAS E/HPU 6213
PECOBAAN, PENYERTAAN, GABUNGAN DAN GUGURNYA TINDAK PIDANA
DOSEN: DR. EKA MARTIANAN WULANSARI, SH, MH
2020
SELAMAT MENGERJAKAN
Nama : Made Bellisky Mahardika
Nim : 010001800278
1. A. Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dan
adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan
semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri.
B. Percobaan melakukan kejahatan diatur dalam Buku I tentang Aturan Umum, Bab
IV Pasal 53 ayat (1) dan 54 KUHP.
2. Teori Subjektif:
Dasar patut dipidananya percobaan terletak pada sikap batin atau watak yang
berbahaya dari si pembuat, (apabila sudah ada niat maka ada perbuatan
pelaksanaan). Termasuk penganut teori ini ialah van Hammel.
Teori Objektif
Dasar patut dipidananya percobaan terletak pada sifat berbahayanya perbuatan
yang dilakukan oleh si pembuat (apabila kegiatan sudah membahayakan orang lain).
• Teori Campuran
Teori ini melihat dasar patut dipidananya percobaan dari dua segi yaitu,
sikap batin pembuat yang berbahaya (segi subjektif) dan juga sifat
berbahayanya perbuatan (segi objektif)
Prof. Moeljatno dapat dimasukkan dalam penganut teori ini, karena
menurutnya Pasal 53 KUHP mengandung 2 inti yaitu yang subjektif dan
objektif. Dengan demikian menurut beliau dalam percobaan tidak mungkin
dipilih salah satu karena jika demikian berarti menyalahi 2 inti dari delik
percobaan.
3. A. Penyertaan adalah pengertian yang meliputi semua bentuk turut serta/ terlibatnya
orang atau orang-orang baik secara psikis maupun fisik dengan melakukan masing-
masing perbuatan sehingga melahirkan suatu tindak pidana (Prof. Dr. Wirjono
Prodjodikoro, S.H.)
B.-Orang yang melakukan (pleger), orang yang sendirian telah berbuat mewujudkan
segala anasir atau elemen dari tindak pidana.
-Orang yang menyuruh melakukan (doen plegen), sedikitnya ada dua orang, yang
menyuruh (doen plegen) dan yang disuruh (pleger). Jadi bukan orang itu sendiri
yang melakukan tindak pidana, akan tetapi ia menyuruh orang lain untuk
melakukan suatu tindak pidana.
- Orang yang turut melakukan (medepleger), Sedikitnya harus ada dua orang yaitu
orang yang melakukan (pleger) dan orang yang turut melakukan (medepleger)
tindak pidana itu. Disini diminta, bahwa kedua orang itu semuanya melakukan
perbuatan pelaksanaan jadi melakukan anasir atau elemen dari tindak pidana itu.
-Orang yang sengaja membujuk (uitlokker), Orang yang dengan sengaja membujuk
orang lain untuk melakukan tindak pidana dengan memberikan sesuatu,
perjanjian, salah memakai kekuasaan atau pengaruh, kekerasan, ancaman dan
tipu daya.
-Orang yang membantu melakukan (medeplichting), Orang membantu melakukan
jika ia sengaja memberikan bantuan pada waktu atau sebelum (jika tidak
sesudahnya) kejahatan itu dilakukan.
Pasal 55 KUHP
(1) Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana:
1e. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut melakukan
perbuatan itu;
2e. Orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau
pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan memberi
kesempatan, daya upaya atau keterangan, sengaja membujuk untuk melakukan
sesuatu perbuatan.
(2) Tentang orang-orang yang tersebut dalam sub 2e itu yang boleh
dipertanggungjawabkan kepadanya hanyalah perbuatan yang dengan sengaja
dibujuk oleh mereka itu, serta dengan akibatnya.
Pasal 56 KUHP:
Dihukum sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan:
1. Barangsiapa dengan sengaja membantu melakukan kejahatan itu;
2. Barangsiapa dengan sengaja memberikan kesempatan, daya upaya, atau
keterangan untuk melakukan kejahatan itu.
B. Teori subjektif (de subyectieve deelnemings theorie)
Dasar teori ini adalah niat dari para peserta dalam suatu penyertaan. Di
dalam “turut serta” pelaku memang mempunyai kehendak terhadap
terjadinya tindak pidana. Sedangkan dalam “pembantuan” kehendak
ditujukan kearah “memberi bantuan” kepada orang yang melakukan tindak
pidana.
Disamping perbedaan kehendak, dalam “turut serta” pelaku mempunyai
tujuan yang berdiri sendiri. Apakah ia dibantu atau tidak tetap dia
mempunyai tujuan melakukan tindak pidana. Sedangkan dalam
“pembantuan” tidak mempunyai tujuan yang berdiri sendiri. Artinya tujuan
disandarkan kepada tujuan sipelaku utama. Artinya “pembantu” hanya
memberikan bantuan apabila ia mengetahui ada orang lain yang akan
melakukan tindak pidana.
Dalam hal kepentingan, peserta dalam “turut serta” mempunyai
kepentingan dalam tindak pidana, sedangkan “pembantuan”
kepentingannya tidak langsung terhadap terjadinya tindak pidana itu, tetapi
terbatas atas bantuan yang diberikan.
B. Pasal 65 KUHP
Pasal 65 dalam pertanyaan anda adalah Pasal 65 dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (“KUHP”) yang memang mengatur mengenai
gabungan tindak pidana (concursus).
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 65 KUHP adalah mengenai
pengakumulasian/penggabungan tindak pidana yang dikenal dengan
nama concursus realis.
Gabungan tindak pidana ini diartikan sebagai beberapa tindak pidana yang
dilakukan dalam waktu yang berbeda dan dilakukan oleh hanya satu orang.
Concursus bisa dianggap sebagai kebalikan dari penyertaan tindak pidana,
yaitu keadaan ketika satu tindak pidana dilakukan oleh beberapa orang.
Contoh:
Dalam rentang waktu 5 tahun seseorang melakukan pencurian,
penganiayaan, dan pembunuhan. Pencurian diancam dengan pidana penjara
maksimal 5 tahun sebagaimana diatur dalam Pasal 362 KUHP,
penganiayaan diancam dengan pidana penjara maksimal 2 tahun 8 bulan
sebagaimana diatur dalam Pasal 351 KUHP, dan pembunuhan (Pasal 338
KUHP) diancam dengan pidana penjara maksimal 15 tahun.
Ketiga tindakan tersebut apabila diakumulasikan menjadi total 22 tahun 2
bulan, namun hal ini tidak dapat serta merta diberlakukan terhadap pelaku
tindak pidana tersebut. Pidana terberat di sini adalah pidana penjara 15 tahun
yang diterapkan kepada tindak pidana pembunuhan dan sepertiga dari 15
tahun adalah 5 tahun, sehingga pidana maksimal yang dapat dikenakan
terhadap pelaku tindak pidana tersebut adalah 20 tahun meskipun secara
akumulatif orang tersebut patut dipenjara selama 22 tahun 2 bulan.