Anda di halaman 1dari 5

Nama : Made Bellisky Mahardika

Nim : 010001800278

Ujian : Hukum Hak Asasi Manusia Indonesia

Dosen : Dr. A. Ahsin Thohari, SH., MH/M. Imam Nasef, SH., MH

1. Mengapa Indonesia masih menerapkan hukuman pidana mati ?


Dalam sistem hukum Indonesia, setidaknya terdapat tiga belas (13) peraturan
perundangan-undangan yang masih mencantumkan hukuman mati sebagai ancaman
pemidanaan di luar ketentuan yang diatur Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Ide dasar penerapan hukuman mati dalam sistem hukum Indonesia terdapat dalam
Pasal 10 KUHP yang memuat dua macam hukuman, yaitu pidana pokok dan pidana
tambahan. Pidana pokok tersebut terdiri dari: (1) pidana mati; (2) pidana penjara; (3)
pidana kurungan; dan (4) pidana denda. Sementara pidana tambahan berupa: (1)
pencabutan hak tertentu; (2) perampasan barang tertentu; dan (3) pengumuman
keputusan hakim. Dari pidana pokok itulah ide hukuman mati itu berasal. Sementara itu,
dalam tataran praktik, pelaksanaan hukuman mati diatur dalam UU No. 2/PNPS/1964
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hukum Mati yang Dijatuhkan oleh Pengadilan di
Lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Militer, yang sampai saat ini masih tetap
berlaku. Terdapat delapan perbuatan pidana (delik) yang memuat ancaman hukuman
mati dalam KUHP Indonesia yaitu:
1. Pasal 104 tentang kejahatan terhadap keamanan negara (makar);
2. Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana;
3. Pasal 111 ayat (2) tentang melakukan hubungan dengan negara asing sehingga
terjadi perang;
4. Pasal 124 ayat (3) tentang pengkhianatan di waktu perang;
5. Pasal 124 (bis) tentang menghasut dan memudahkan terjadinya huru-hara;
sumber : Syahruddin Husein, Pidana Mati Menurut Hukum Pidana Indonesia, (Medan:
USU Digital Library, 2003), hlm. 6.

Serta Menurut pandangan saya Indonesia masih menganut teori relativisme, budaya
teori ini berpandangan bahwa HAM harus diletakkan dalam konteks budaya tertentu dan
menolak pandangan adanya hak yang bersifat universal. gagasan tentang relativisme
budaya mendalilkan bahwa kebudayaan merupakan satu-satunya sumber keabsahan
hak atau kaidah moral. jadi HAM harus dipahami dengan kebudayaan masing-masing di
daerahnya.semua kebudayaan memiliki martabat yang sama dan harus saling
menghormati.

2. Saya setuju atas diterapkannya hukuman/pidana mati di Indonesia karena seperti yang
di sebutkan:
 Hukuman mati menjaga peradaban manusia
 Hukuman mati tidak melanggar HAM :Berdasarkan putusan MK Nomor 2/PUU-
V/2007
 Hukuman mati sesuai dengan hak asasi islami
 Hukuman mati masyarakat dari bahaya kejahatan

Menurut saya hak untuk hidup termasuk dalam non derogable rights . Non-derogable
rights adalah hak asasi manusia (HAM) yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. Kovenan Hak SIPOL diantaranya memuat hak-hak seperti hak hidup, hak
bebas dari perbudakan dan penghambaan, hak untuk tidak dijadikan obyek dari
perlakuan penyiksaan-perlakuan atau penghukuman keji, hak untuk mendapatkan
pemulihan menurut hukum, hak untuk dilindungi dari penerapan hukum pidana karena
hutang, hak untuk bebas dari penerapan hukum pidana yang berlaku surut, hak diakui
sebagai pribadi didepan hukum, kebebasan berpikir dan berkeyakinan agama.

3. HAM menurut Miriam Budiarjo.

Miriam Budiarjo merupakan pakar ilmu politik Indonesia. Dia juga mantan
anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Menurutnya HAM adalah hak yang
dimiliki setiap orang sejak lahir. Bersifat universal, dimiliki tanpa adanya
perbedaan. Entah itu jenis kelamin, suku, agama, ras, dan lain sebagai.

HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto.

Mengacu pada isi Declaration deL'Homme er du Citoyen, HAM adalah hak yang
dimiliki manusia menurut kodratnya. Tidak bisa dipisah dari hakikatnya, sebab
HAM bersifat suci.

HAM menurut undang-undang.

Secara yuridis, menurut Pasal 1 butir UU nomer 39 tahun 1999, HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada diri manusia sebagai ciptaan Tuhan yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Pasal-pasal dalam UUD 1945 yang membuktikan bahwa konsep HAM yang dianut
berbasis komunalisme tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti yang
terdapat pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 31 ayat 1, serta pasal 30
ayat 1.
Sedangkan merujuk pada laman resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia,
HAM di Indonesia dinilai universal telah dimuat dalam Konstitusi RI (Republik
Indonesia). Baik pada pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 ataupun pada batang tubuh
UUD 1945 dan dipertegas dalam amandemen UUD 1945.

4. Indikator ham yang dapat membatasi HAM dalam pasal 28J UUD 1945

Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan :
 pertimbangan moral yang artinya terdapat pembatasan dalam moral di
masyarakat
 nilai-nilai agama artinya tidak bertentangan dengan nilai keagamaan
 keamanan artinya walaupun memiliki hak dan kebebasan tetepi hak tersebut
tidak mengganggu keamanan manusia yang lain
 ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis artinya tetap tertib
dalam masyarakat. Contohnya seperti hak untuk menyebarkan informasi di
media sosial yang memiliki pembatasan yaitu asalkan informasi yang disebarkan
akurat dan tidak bertentangan dengan UUD 1945 pasal 28 J dan pancasila.

5. Korelasi antara HAM dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat. HAM tidak
mungkin eksis di suatu negara yang bersifat totaliter (tidak demokratis), namun
sebaliknya negara yang demokratis pastilah menjamin eksistensi HAM. Suatu negara
belum dapat dikatakan demokratis apabila tidak menghormati dan melindungi HAM.
Kondisi yang dibutuhkan untuk memperkokoh tegaknya HAM adalah alam demokratis di
dalam kerangka negara hukum ( rule of law state ). Konsep negara hukum dapat
dianggap mewakili model negara demokratis ( demokrasi ). Implementasi dari negara
yang demokratis diaktualisasikan melalui sistem pemerintahan yang berdasarkan atas
perwakilan ( representative government) yang merupakan refleksi dari demokrasi tidak
langsung. Menurut Julius Stahl dan A.V.Dicey suatu negara hukum haruslah memenuhi
beberapa unsur penting, salah satu unsur tersebut antara lain yaitu adanya jaminan atas
HAM. Dengan demikian untuk disebut sebagai negara hukum harus terdapat
perlindungan dan penghormatan terhadap HAM.

Upaya pemerintah dalam menegakkan HAM di Indonesia antara lain:


1. Penegakan Undang-Undang
Undang-undang merupakan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Terdapat
beberapa undang-undang yang mengatur tentang perlindungan terhadap hak-hak asasi
yang dimiliki oleh setiap warga negara. Adapun undang-undang yang berkaitan dengan
hak asasi yang dimiliki oleh Indonesia adalah:

 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974


Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merupakan udang-undang yang berkaitan upaya
pemerintah dalam menegakkan HAM entang perkawinan di Indonesia.
 TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
UUD 1945 Pasal 27 – 34

2. Pembentukan Komisi Nasional

Pemerintah membentuk beberapa komisi nasional untuk membantu pemerintah dalam


menegakkan hak asasi. Adapun komisi nasional tersebut antara lain Komisi Nasional
Perempuan dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Dalam menjalankan
perannya, Komisi Nasional Perempuan bertujuan untuk menghapuskan kekerasan pada
wanita dan menegakkan hak perempuan. Sedangkan KPAI bertugas melakukan
pengawasan terhadap perlindungan hak anak dan menekankan tentang pentingnya
Pendidikan dari usia dini.

3. Pembentukan Pengadilan HAM

Pengadilan HAM ini dibentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM. Dalam menjalankan perannya, pengadilan ini berperan khusus dalam mengadili
kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

4. Penegakan Melalui Proses Pendidikan


Penegakan hak asasi manusia juga dilakukan melalui proses pendidikan, baik itu dalam
pendidikan formal, informal, maupun non formal. Penegakan HAM dalam pendidikan
formal yaitu melalui proses belajar mengajar di sekolah, dengan cara menanamkan
konsep HAM kepada siswa melalui mata pelajaran PPKn dan agama. Diharapkan
melalui penanaman konsep HAM melalui pendidikan, seseorang dapat melakukan
penegakan HAM secara sederhana di lingkungan sekitar dari usia dini, misalnya dengan
melakukan penerapan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut saya upaya-upaya tersebut sudah dijalankan tapi belum maksimal di Indonesia .
karena masih banyak hak hak warga Indonesia yang masih belum terpenuhi. Indonesia sebagai
negara yang mengimplementasikan nilai-nilai dasar Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara sudah seharusnya menjunjung tinggi setiap hak asasi yang dimiliki oleh warga
negaranya.. Perlu diketahui oleh kita semua, pada era sistem pemerintahan orde baru
berlangsung, terdapat banyak peristiwa atau kasus yang menimpa warga negara Indonesia
terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia seperti yang diungkapkan oleh Ignatius
Haryanto dalam bukunya tentang Kejahatan Negara (1999). Selain itu, setelah masa
pemerintahan orde baru selesai, pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia juga masih
terjadi. Peristiwa atau kasus yang pernah kita dengar tekait dengan hal ini adalah peristiwa
pelanggaran HAM di Timor Timur pada tahun 1999.

Anda mungkin juga menyukai