SIMANGUNSONG
NIM : 010001800260
KUIS 1 (TUGAS 1)
1. Berikan penjelasan saudara maksud dari asas “lex specialis derogate lex generalis”
dalam hukum dagang dengan diberikan contoh dan dasar hukumnya!
Jawab :
Maksud dari asas “lex specialis derogate lex generalis” adalah hukum khusus, yaitu
KUHD dapat mengesampingkan hukum umum, yaitu KUH Perdata.
Sebagai contoh :
Tentang nilai kekuatan pembuktian surat, sebagaimana diatur dalam Pasal
1181 KUHPerdata (sebagai ketentuan umum) dan Pasal 7 KUHD (sebagai
ketentuan khusus), maka yang dipakai adalah Pasal 7 KUHD.
Ketentuan tentang hubungan intern para persero dalam FIRMA (Pasal 16-35
KUHD) tidak diatur secara khusus, maka berlaku ketentuan umum yang diatur
dalam Pasal 1624 – 1641 KUHPerdata.
2. Sebutkan hal-hal apa saja dalam KUHD yang tidak berlaku lagi saat ini! Jelaskan pula
pengertian “pengusaha” dan “menjalankan perusahaan”?
Jawab :
Penghapusan Pasal 2 sampai dengan 5 Bab 1 buku 1 KUHD dan istilah
pedagang diganti dengan istilah perusahaan (bedriif).
Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaaan
Menjalankan Perusahaan adalah suatu perbuatan yang pasti dilakukan terus-
menerus, terang-terangan, dan paling penting bertujuan menghasilkan
keuntungan/profit.
6. Dari pengertian Persekutuan Perdata, Firma, CV, apa benang merahnya? Jelaskan!
Jawab :
Persekutuan perdata merupakan bentuk umum dari Persekutuan Firma dan
Persekutuan Komanditer (CV).
7. Pada persekutuan perdata, terdapat 2 jenis sekutu yang dapat diangkat melakukan
pengurusan. Apakah terdapat perbedaan antara kedua jenis sekutu tersebut? Jelaskan!
Jawab :
Jenis sekutu dibagi menjadi 2 menurut Pasal 1636 ayat 1 & 2 KUHPerdata :
- Sekutu gerand statuter Pasal 1636 ayat (1)
- Sekutu gerand mandater Pasal 1636 ayat (2)
Perbedaan kedua jenis sekutu dalam pasal 1636 (2) KUHPerdata :
Sekutu Gerand Statuter :
- Selama berjalannya persekutuan perdata tidak boleh diberhentikan, kecuali
atas dasar alasan-alasan menurut hukum. (co : tidak cakap, kurang
seksama, menderita sakit dalam waktu lama, keadaan yang tidak
memungkinkan melaksanakan tugasnya)
- Yang memberhentikannya adalah persekutuan perdata itu sendiri
- Sekutu ini bisa minta ganti kerugian bila pemberhentian itu dipandang
tidak beralasan
Sekutu Gerand Mandater :
- Kedudukannya sama dengan pemegang kuasa
- Kekuasaannya dapat dicabut sewaktu-waktu atau atas permintaan sendiri
8. Bagaimanakah cara pembagian keuntungan dan kerugian diantara para sekutu dari
suatu firma? Jelaskan disertai dengan dasar hukumnya!
Jawab :
Diatur dalam Pasal 1633 - Pasal 1635 KUHPerdata :
Cara pembagian keuntungan dan kerugian berdasarkan asas keseimbangan
yang diatur dalam perjanjian pendirian Perskutuan Perdata
Jikalau tidak ada kesepakatan sebelumnya, maka keuntungan dibagikan
berdasarkan besar kecilnya pemasukan (inbreng)
Sekutu yang memasukan keahlian/pengetahuan/pengalaman ataupun
tenaganya, bagian keuntungannya disamakan dengan bagian sekutu yang
memasukan uang atau barang dengan jangka waktu terkecil.
9. Apabila suatu CV bubar, maka perlu dilakukan pemberesan. Siapakah yang dapat
menjadi pemberes dan apa tugas dari para pemberes tersebut? Jelaskan!
Jawab :
Maka yang menjadi pemberes yaitu sekutu aktif atau sekutu komplementer.
Tugas para pemberes yaitu : Menyelesaikan segala tunggakan tunggakan utang
piutang atas nama CV yang belum diselesaikan ke pihak ketiga.
10. Jelaskan unsur-unsur perbedaan dan persamaan dari persekutuan perdata dengan
Firma serta Firma dengan CV!
Jawab :
Unsur persamaan dari Persekutuan Perdata , Firma dan Persekutuan Komanditer :
Sama sama lahir dari perjanjian
adanya Inbreng
sama sama untuk menjalankan perusahaan dan mencari keuntungan
sama sama membagi keuntungan bagi para sekutu
Unsur perbedaan dari Persekutuan Perdata, Firma dan Persekutuan Komanditer dalam
Persekutuan Perdata menjalankan :
perusahaan dengan namanya masing masing atau tidak ada keharusan
memakai nama bersama.
tanggung jawab masing masing kecuali dalam hal hal tertentu.
11. Untuk menjalankan suatu Perseroan Terbatas (PT), diperlukan modal. Apakah yang
dimaksud dengan modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor?
Bagaimanakah ketentuan mengenai jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan
modal disetor berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas?
Jelaskan!
Jawab :
Modal dasar :
Jumlah maksimum modal yang telah disepakati untuk disetor kedalam PT.
Sesuai Pasal 32 ayat (1) UUPT modal dasar PT paling sedikit Rp50 juta.
Modal ditempatkan :
Modal yang menjadi kesanggupan untuk disetorkan ke dalam PT. Menurut
Pasal 33 ayat (1) minimal 25% dari modal dasar telah ditempatkan dan disetor
penuh.
Modal disetor :
Modal yang benar-benar telah disetor (inbreng) ke dalam perseroan. Sesuai
Pasal 33 ayat (1) UUPT maka jumlah modal disetor ini paling sedikit sama
dengan modal ditempatkan.
12. Jelaskan secara lengkap prosedur pendirian PT sampai PT menjadi Badan Hukum.
Jelaskan pula bagaimana tugas & wewenang serta tanggung jawab dari masing-
masing organ PT!
Jawab :
Prosedur pendirian PT itu ada 3 ,yakni :
13. Jelaskan apa yang menjadi unsur persamaan dan perbedaan antara PT dengan badan
usaha dalam bentuk persekutuan!
Jawab :
Unsur persamaannya adalah didirikan berdasarkan perjanjian bersama, sama-
sama menjalankan perusahaan, dalam praktek terkadang CV modalnya terbagi
atas saham seperti PT (CV dengan saham/semi PT). Didalam CV terdapat
sekutu komplementer yang artinya pemasukan modal ke dalam usaha dan ikut
menjalankan usaha yang biasa disebut direksi sedangkan sekutu komanditer
masukkan modal ke dalam usaha tapi tidak ikut menjalankan usaha yang biasa
disebut Komisaris. Ini menunjukkan bahwa ada persamaan penyebutan organ
dalam PT dengan badan usaha dalam bentuk persekutuan.
Unsur perbedaannya adalah terletak di bentuknya, PT merupakan badan
hukum sedangkan persekutuan adalah badan usaha. Semua badan usaha
merupakan badan hukum (co: persekutuan komanditer bisa saja menjadi PT
apabila memenuhi syarat dalam UUPT.
14. Jelaskan makna/maksud dari isi Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata! Jelaskan juga
mengapa kepailitan merupakan realisasi Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata!
Jawab :
Maksud dari isi pasal 1131 KUHperdata yaitu bahwa seluruh kekayaan debitur
yang bergerak maupun yang tidak bergerak ,yang ada sekarang atau yang akan
ada menjadi tanggungan bagi para krediturnya. Maksud dari isi pasal 1132
KUHperdata yaitu bahwa harta si debitur akan menjadi jaminan bagi si
berpiutang (kreditur) yang secara bersama-sama memiliki piutang kepada
debitur. Pendapatan dari penjualan harta debitur tersebut akan dibagi secara
berimbang kepada kreditur, kecuali diantara kreditur tersebut terdapat alasan
untuk didahulukan pembayarannya.
Lembaga kepailitan merupakan realisasi dari pasal 1131 dan 1132
KUHperdata karena mengatur menyangkut tanggung jawab debitur terhadap
seluruh utang-utangnya,maka dari itu setelah putusan kepailitan diberikan oleh
hakim pengadilan niaga terhadap debitur pailit berlaku asas pokok yang
terdapat dalam pasal 1131 dan pasal 1132 KUHperdata.
Tuntutan dan gugatan mengenai hak dan kewajiban harta pailit harus diajukan
oleh atau terhadap kurator. Menurut Pasal 26 ayat (1) UKK.
Semua tuntutan atau gugatan yang bertujuan mendapatkan pelunasan dari
harta pailit selama kepailitan harus diajukan dengan laporan untuk pencocokan
utang. Menurut Pasal 27 UUK.
18. Apa peranan kurator dalam proses kepailitan dan siapakah yang dapat diangkat
menjadi kurator? Jelaskan juga apa peran Hakim Pengawas!
Jawab :
Kurator merupakan salah satu pihak yang cukup memegang peranan dalam proses
perkara pailit karena kurator melakukan pengurusan dan pemberesan terhadap harta
pailit . Yang dapat menjadi kurator saat ini yaitu Balai harta peninggalan dan kurator
lainnya(dahulu hanya BHP saja)
Peran hakim pengawas yaitu untuk mengawasi pelaksanaan pengurusan dan
pemberesan harta pailit yang dilakukan oleh kurator, dan juga hakim pengawas yang
memimpin pelaksaan kepailitan dengan berbagai kewanangannya diatur dalam pasal
65-68 UU kepailitan No.37 tahun 2004.
20. Jelaskan apa yang dimaksud dengan PKPU? Apakah terdapat perbedaan antara
kepailitan dengan PKPU?
Jawab :
PKPU yaitu sebagai suatu periode waktu tertentu yang diberikan kepada debitur dan
kreditor yang ditetapkan melalui putusan pengadilan niaga guna membuat
kesepakatan bersama terkait dengan cara pembayaran atau penyelesaian permasalahan
utang-piutang diantara para pihak, baik seluruh atau sebagian utang juga
kemungkinan dilakukannya restrukturisasi utang tersebut.
Terdapat perbedaan antara kepailitan dengan PKPU,diantaranya :
Kewenangan debitur
Kepailitan : Sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, debitur
kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang
termasuk dalam harta pailit(Pasal24ayat[1] UU
Kepailitan).
PKPU : Dalam PKPU, debitur masih dapat melakukan pengurusan terhadap
hartanya selama mendapatkan persetujuan dari pengurus (Pasal 240 UU
Kepailitan).
Upaya hukum
Kepailitan : Terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit, dapat
diajukan kasasi ke Mahkamah Agung (Pasal 11 ayat [1] UU Kepailitan) dan
terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, dapat diajukan peninjauan kembali ke Mahkamah
Agung (Pasal 14 UU Kepailitan).
PKPU : Terhadap putusan PKPU tidak dapat diajukan upaya hukum apapun
(Pasal 235 ayat [1] UU Kepailitan).