Anda di halaman 1dari 8

Tugas 1 Hukum Dagang dan Kepailitan

Nama Mahasiswa : ALWI WARDANA

NIM : 043428242

1. Menurut analisis saudara bagaimanakah akibat hukum dari keinginan pak Juni merubah
bentuk badan usahanya dari bentuk CV menjadi bentuk PT (Perseroan Terbatas)?

Perkembangan bisnis adalah target setiap pelaku usaha. Salah satu upaya untuk mencapai hal
tersebut adalah dengan merubah badan usaha yang tadinya Persekutuan Komanditer (CV)
menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Penting untuk diketahui bahwa CV dan PT adalah dua hal yang berbeda. Perbedaan yang paling
mendasar adalah CV merupakan persekutuan yang tidak berbadan hukum dan tanggung jawab
dari sekutu pengurus tidak terbatas, artinya jika ada kerugian pertanggungjawaban sekutu
pengurus sampai harta pribadinya.

PT adalah entitas berbadan hukum dan tanggung jawab para pendiri terbatas sebesar modal
yang dimiliki. CV banyak dipilih oleh pelaku usaha karena dalam pendiriannya tidak
dibutuhkan minimal modal disetor, hal ini jelas diatur berbeda dalam pendirian PT.

2. Jelaskan menurut analisis saudarahal-hal apa sajakah yang harus dipertimbangkan oleh

pak Juni bila bermaksud merubah bentuk badan usahanya dari bentuk CV ke bentuk

Yayasan untuk mtujuan mencari keuntungan ?

Harus Ada Persetujuan Semua Sekutu


Sekutu aktif maupun sekutu pasif harus memberikan kesepakatan atas perubahan CV menjadi
PT dalam sebuah rapat. Jika semua sudah sepakat, hasil rapat tersebut kemudian dijadikan berita
acara yang menyatakan persetujuan seluruh sekutu untuk merubah CV menjadi PT.

Menyelesaikan Seluruh Perikatan CV dengan Pihak Ketiga


Kegiatan bisnis seringkali melibatkan pihak ketiga dalam bentuk perjanjian atau perikatan.
Perjanjian dan perikatan ini harus dituntaskan terlebih dahulu oleh CV karena berisi hak dan
kewajiban CV yang bersangkutan. Jika belum diselesaikan, maka sekutu tidak dapat melakukan
pengakhiran CV.

Menyesuaikan Anggaran Dasar (AD) CV


Hal ini harus dilakukan karena pada AD CV tidak memuat ketentuan mengenai modal dasar,
modal ditempatkan, dan modal disetor seperti PT. Terlebih lagi, karena tidak ada pemisahan
harta antara kekayaan CV dengan harta pribadi sekutu, maka harus ada penilaian kembali aset
milik CV. Penggunaan jasa akuntan publik dalam melakukan revaluasi aset sangat
direkomendasikan karena akan menjamin kebenarannya. Setelah itu, para sekutu dapat
menentukan apakah aset tersebut akan dimasukan sebagai modal dasar pendirian PT dan berapa
besar saham masing-masing pemegang saham PT.

Membuat Akta Pendirian PT di Notaris


Membuat Akta Pendirian yang memuat AD dan keterangan lain yang berkaitan dengan
pendirian PT sebagaimana diatur di dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UU PT).

Pengajuan Pengesahan PT
Para pendiri kemudian bersama-sama mengajukan permohonan pengesahan badan hukum
melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada
Menteri Hukum dan HAM dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya:
nama dan tempat kedudukan PT, jangka waktu berdirinya PT, maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha PT, jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor, alamat lengkap PT.
Pengisian format isian tersebut harus didahului dengan pengajuan nama PT. (Pasal 9 UU PT)

Menteri Mendaftarkan PT
Apabila semua persyaratan telah dipenuhi secara lengkap, Menteri Hukum dan HAM
menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum PT yang ditandatangani secara
elektronik (Pasal 10 Ayat 6 UU PT). Setelah memperoleh badan hukumnya, Menteri akan
melakukan pendaftaran PT sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahan.

Pengumuman di Tambahan Berita Negara Republik Indonesia


Menteri Hukum dan HAM kemudian mengumumkan akta pendirian PT dalam Tambahan
Berita Negara RI. Pengumuman dilakukan dalam waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak
tanggal diterbitkannya keputusan Menteri (Pasal 30 UU PT).

Dalam melangsungkan perubahan, CV tidak harus dibubarkan terlebih dahulu. Akan tetapi, jika
telah memperoleh status badan hukum, para sekutu harus menentukan status CV. Pilihannya
adalah melikuidasi atau melaporkan non-aktif CV tersebut. Apabila tidak dilaksanakan, Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Izin Usaha CV masih berlaku. Hal ini nantinya akan
berdampak pada aspek hukum, pajak dan finansial bagi bisnis Anda.
Melihat ketentuan di atas, merubah CV menjadi PT bukanlah perkara mudah. Pengurusan
tersebut harus dilakukan Pak Juni secara tepat agar tidak mengalami kesulitan di kemudian hari.

3.CV adalah BadanUsaha Bukan BadanHukum, berikan analisis saudara mengenai pertan
ggung-jawaban sekutu badan usaha bukan badan hukum terhadap pihak ketiga ?

Bentuk Pertanggungjawaban Firma menurut Undang-Undang

Berbicara mengenai bentuk pertanggungjawaban Firma apabila mengaitkan dengan Pasal 17


Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (“KUHD”) yang berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) “Tiap-tiap sekutu kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai wewenang untuk
bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas nama persekutuan, dan mengikat
persekutuan kepada pihak ketiga, dan pihak ketiga kepada persekutuan.”

Ayat (2) “Tindakan-tindakan yang tidak bersangkutan dengan persekutuan, atau yang bagi
para sekutu menurut perjanjian tidak berwenang untuk mengadakannya, tidak dimasukkan
dalam ketentuan ini.”

Berdasarkan penjelasan ketentuan tersebut, bahwa para sekutu di dalam Firma sejatinya
mendapatkan kewenangan untuk melakukan tindakan hukum atas nama Firma.

Adapun penjelasan tindakan hukum disini menurut Pasal 17 KUHD dapat diartikan sebagai
kewenangan untuk mengelola perusahaan, mencatat atau mengadministrasikan kekayaan
perusahaan, dan didalam maupun diluar pengadilan dapat melakukan perbuatan hukum
mengatasnamakan perusahaan.

Terhadap jenis tindakan hukum yang dilakukan, juga diatur melalui alinea kedua Pasal 17
KUHD yang dapat diartikan bahwa para sekutu tidak berwenang untuk melakukan tindakan
hukum yang mengikat Firma apabila tindakan yang dilakukan tidak ada sangkut pautnya dengan
bidang usaha Firma. Lebih lanjut mengenai bidang usaha Firma, mengacu kepada Anggaran
Dasar Firma (“AD Firma”).

Berkaitan dengan tindakan hukum yang dapat mengikat para sekutu, menurut Pasal 18 KUHD
berbunyi sebagai berikut:

“Dalam persekutuan dengan Firma tiap-tiap sekutu bertanggung jawab secara tanggung
renteng untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan persekutuannya.”
Sehingga apabila perbuatan hukum yang dilakukan oleh para sekutu adalah merupakan tindakan
yang tidak bertentangan dengan AD Firma, Undang-Undang, dan ketertiban umum maka sesuai
dengan Pasal 18 KUHD para sekutu wajib bertanggung jawab secara tanggung menanggung.

Dikarenakan di dalam KUHD tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai istilah tanggung
menanggung, maka sesuai dengan Pasal 1 KUHD berlakulah ketentuan yang termaktub di
dalam Pasal 1280 KUHPerdata sebagai berikut:

“Di pihak para debitur terjadi suatu perikatan tanggung-menanggung, manakala mereka
semua wajib melaksanakan satu hal yang sama, sedemikian rupa sehingga salah satu dapat
dituntut untuk seluruhnya, dan pelunasan oleh salah satu dapat membebaskan debitur lainnya
terhadap kreditur.”

Sehingga dapat disimpulkan mengenai pertanggungjawaban di dalam Firma terhadap sekutu


yang tidak dikecualikan, sejatinya otomatis mengikat seluruh sekutu terhadap perjanjian yang
telah disepakati dengan pihak ketiga secara tanggung menanggung.

4. Dikenal berbagai badan usaha berbadan hukum, berikan analisis saudara bagaimana ka
rakteristik badan usaha berbadan hukum tersebut dari segi modal dan tujuan masing-
masing ?

Beberapa jenis bentuk usaha beserta karakteristiknya,

Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorangan merupakan bentuk usaha yang paling sederhana, di mana
kepemilikannya hanya dimiliki satu orang dan biasanya memiliki modal yang kecil, kuantitas
produksi yang terbatas, dan menggunakan alat yang sederhana. Meskipun bentuknya
perseorangan, bentuk usaha ini tetap membutuhkan izin usaha. Namun, dokumen yang menjadi
persyaratan untuk memperoleh izin ini lebih mudah dibandingkan dengan bentuk usaha lainnya.

Dengan memilih badan usaha ini, berarti Anda bertanggung jawab penuh atas setiap kegiatan
usaha dan risiko yang mungkin terjadi di kemudian hari. Bukan hanya itu, Anda juga harus
terbiasa dengan beberapa keterbatasan seperti modal, operasional, maupun keterbatasan akses
terhadap pasar yang lebih besar. Selain itu, aset dari bentuk usaha ini adalah aset pribadi yang
Anda miliki.
Hal ini tentu sangat merugikan ketika Anda berada pada kondisi bisnis yang kurang baik,
misalnya memiliki utang yang cukup banyak dan penjualan Anda sedang turun. Jika hal ini
terjadi, seluruh kekayaan pribadi Anda dapat diambil untuk membayar utang usaha Anda.
Namun, kelebihan badan usaha ini adalah adanya kontrol penuh oleh Anda sebagai pemilik
usaha dan tidak ada pemungutan pajak perusahaan.

Persekutuan Perdata
Menurut Pasal 1618 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Persekutuan
Perdata merupakan perjanjian dua orang atau lebih yang mengikat diri untuk memasukkan
sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan yang diperoleh
karenanya. Dari Pasal tersebut, dapat diambil 3 poin utama dari persekutuan perdata yaitu:

1. Perjanjian antara 2 orang atau lebih, artinya persekutuan perdata didasari oleh perjanjian yang
harus memenuhi syarat sah perjanjian.
2. Memasukkan sesuatu (inbreng), artinya terdapat kontribusi dari masing-masing sekutu untuk
persekutuan perdata, bisa berupa uang, barang, maupun jasa.
3. Pembagian keuntungan, artinya setiap sekutu yang telah berkontribusi berhak mendapatkan
keuntungan dari persekutuan perdata.

Misalnya, Anda dan rekan bisnis Anda menjalankan usaha coffee shop, di mana Anda dan rekan
bisnis Anda telah sepakat bahwa Anda akan memberikan sejumlah uang sebagai bentuk
kontribusi, dan rekan bisnis Anda menyediakan tempat serta keahliannya untuk menjalankan
bisnis tersebut sebagai bentuk kontribusi. Maka, perlu ditentukan terlebih dahulu berapa nilai
dari kontribusi rekan bisnis Anda karena ia tidak memberikan kontribusi dalam bentuk uang.
Jika Anda dan rekan bisnis Anda menyepakati bahwa nilai kontribusi yang rekan bisnis Anda
berikan sama dengan jumlah uang yang Anda berikan, maka pembagian keuntungannya dapat
dibagi secara rata kepada Anda dan rekan bisnis Anda, atau mungkin 60:40, tergantung
kesepakatan para pihak.

Bentuk usaha ini membutuhkan perjanjian yang dibuat dan disepakati kedua belah pihak atau
lebih yang terlibat dalam pendirian bisnis tersebut. Di mana hal-hal yang dijelaskan di atas akan
dimasukkan ke dalam perjanjian, yaitu nilai kontribusi masing-masing pihak, pembagian
keuntungan, serta pengangkatan pengurus. Sama halnya dengan perusahaan perseorangan,
dalam persekutuan perdata juga tidak terdapat pemisahan antara aset pribadi masing-masing
sekutu dengan aset persekutuan perdata.
Firma
Pada dasarnya, Firma merupakan persekutuan perdata sehingga aturannya mengacu pada
KUHPerdata. Namun, Firma juga diatur secara khusus dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD), yang menurut Pasal 16 KUHD, Firma adalah persekutuan perdata yang
menjalankan kegiatan usaha di bawah nama bersama. Adapun nama bersama yang dimaksud
bisa berupa nama salah satu pihak, nama salah satu pihak dengan tambahan misalnya “Krisna
& Partner”, kumpulan nama dari seluruh pihak, atau nama lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan usaha firma misalnya “Firma Reparasi Kendaraan”.

Selain adanya nama bersama, perbedaan antara persekutuan perdata dan Firma terdapat pada
adanya akta autentik yang perlu dibuat untuk mendirikan Firma. Akta pendirian tersebut antara
lain mengatur tentang nama Firma, kontribusi masing-masing pihak, pembagian keuntungan
bidang usaha yang dijalankan Firma, siapa pihak yang ditunjuk sebagai pengurus, dan masalah
pembubaran Firma. Setelah akta pendirian dibuat, Firma perlu didaftarkan ke Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Sistem Administrasi Badan Usaha.

Karena pada dasarnya Firma merupakan persekutuan perdata, maka dalam Firma juga tidak
terdapat pemisahan aset Firma dengan aset pribadi para sekutunya. Jika Firma memiliki utang
dengan pihak ketiga dan tidak mampu melunasi utang tersebut, maka aset pribadi para sekutu
dapat diambil untuk melunasi utang tersebut. Selain itu, pertanggungjawaban seluruh sekutu
dalam Firma bersifat tanggung renteng, sehingga jika Firma memiliki kewajiban yang harus
dipenuhi kepada pihak ketiga, maka seluruh sekutu wajib memenuhi kewajiban tersebut secara
bersama-sama. Sebagai contoh, A dan B adalah sekutu Firma dan keduanya merupakan
pengurus Firma. Kemudian A mengadakan perjanjian jual beli dengan Y untuk kepentingan
Firma, namun ternyata Firma tidak mampu melunasi kewajiban pembayaran sebesar Rp 100
juta. Dalam hal ini, A dan B wajib melunasi kewajiban pembayaran kepada Y.

Persekutan Komanditer (CV)


CV (commanditaire vennootschap) merupakan bentuk badan usaha yang didalamnya terjalin
bentuk kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih, di mana salah satu pihak hanya
memberikan modal (sekutu pasif) dan pihak lain bertanggung jawab mengelola dan mengatur
modal yang ada (sekutu aktif). CV atau Persekutuan Komanditer pada intinya merupakan
persekutuan perdata, sehingga aturan mengenai persekutuan perdata dalam KUHPerdata juga
berlaku bagi CV. Namun, CV juga diatur secara khusus dalam KUHD, di mana yang menjadi
hal pembeda dari CV adalah adanya pihak yang hanya memberikan modal dan pihak lainnya
yang bertugas sebagai pengurus CV.
Dalam KUHD diatur secara tegas bahwa sebagai sekutu pasif, ia tidak diperkenankan untuk
menjalankan kepengurusan CV. Hal ini akan berpengaruh terhadap hubungan CV dengan pihak
ketiga, di mana sekutu pasif tidak akan terikat dengan kewajiban yang dibuat antara sekutu aktif
dengan pihak ketiga. Misalnya, apabila terdapat gugatan dari pihak ketiga terhadap CV, maka
sekutu pasif tidak akan terlibat.

Sama halnya dengan firma, CV juga membutuhkan akta pendirian yang mengatur tentang
kontribusi masing-masing pihak, pembagian keuntungan, penentuan pengurus CV, serta
pemberesan CV apabila terjadi pembubaran. Setelah akta pendirian dibuat, CV juga perlu
didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana diamanatkan
dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 17/2018.

Dikarenakan bentuknya yang termasuk dalam persekutuan perdata, maka tidak terdapat
pemisahan aset pribadi masing-masing sekutu dengan aset CV. Sehingga apabila CV memiliki
utang dan aset yang dihasilkan CV tidak cukup untuk melunasi utang tersebut, maka aset pribadi
sekutu aktif dapat diambil untuk melunasi utang tersebut. Sedangkan bagi sekutu pasif, ia tidak
perlu bertanggung jawab atas utang tersebut dan hanya akan menanggung kerugian sebesar
modal yang ia keluarkan pada saat awal pendirian CV.

Perseroan Terbatas (PT)


Di antara keempat jenis bentuk usaha di atas, hanya Perseroan terbatas (PT) yang merupakan
badan usaha berbadan hukum. Artinya, PT merupakan suatu entitas yang berdiri sendiri dan
terpisah dari para pendirinya sehingga PT dapat bertindak atas namanya sendiri. PT diatur
secara khusus dalam Undang-Undang No. 40/2007, di mana PT diartikan sebagai badan
hukum yang merupakan persekutuan modal dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi ke
dalam saham. Artinya, masing-masing pendiri PT memasukkan modal berdasarkan perjanjian
yang telah disepakati, dan modal tersebut terbagi ke dalam bentuk saham yang masing-
masingnya memiliki nilai dan secara keseluruhan menjadi modal perusahaan.

Dalam hal ini, jumlah modal yang diberikan oleh masing-masing pendiri menentukan besaran
persentase saham yang ia miliki. Misalnya terdapat 3 orang yang berencana mendirikan PT
dengan total modal disetor sebesar Rp60 juta. Di mana A dan B masing-masing memberikan
modal sebesar Rp15 juta, sedangkan C memberikan modal sebesar Rp30 juta. Dari pemberian
modal tersebut, berarti A dan B masing-masing memiliki persentase kepemilikan saham sebesar
25% sedangkan C memiliki persentase kepemilikan saham sebesar 50%.
Lalu apa gunanya persentase kepemilikan saham ini? Dalam PT, semakin banyak modal yang
diberikan, maka semakin besar persentase kepemilikan saham yang akan dimiliki, sehingga
pemegang saham tersebut memiliki hak suara lebih banyak untuk menentukan kebijakan
perusahaan. Selain itu, pemegang saham tersebut juga bisa mendapatkan dividen dengan jumlah
lebih banyak dibandingkan dengan pemegang saham lainnya yang memiliki persentase
kepemilikan yang lebih kecil. Dalam PT, keuntungan dari PT dibagikan melalui dividen yang
dihitung secara proporsional berdasarkan persentase kepemilikan saham.

Karakteristik PT berikutnya adalah kemudahan pengalihan saham. Di mana, jika suatu hari
nanti terdapat pemilik saham yang ingin menjual sahamnya, maka tidak akan memengaruhi
kegiatan operasional perusahaan dan tidak perlu melakukan pembubaran perusahaan, karena
badan usaha ini dapat berganti kepemilikan kapan saja. Kelebihan lainnya adalah adanya
kemudahan dalam mengajukan pinjaman ke bank untuk mendapatkan modal atau mencari
investor.

Selain itu, jika Anda memilih badan usaha lainnya selain PT, mungkin Anda akan merasa
khawatir akan aset pribadi yang Anda miliki. Namun, jika bisnis Anda dibuat dalam bentuk PT,
maka terdapat pemisahan antara aset pribadi Anda sebagai pendiri PT dengan aset PT itu sendiri
karena PT merupakan suatu badan hukum yang keberadaannya tidak melekat pada pendirinya.
Sehingga, jika di kemudian hari terjadi masalah bisnis, misalnya tidak mampu membayar utang,
aset pribadi Anda tidak akan digunakan hanya untuk melunasinya. Bukan hanya itu, memilih
badan usaha PT juga bisa meningkatkan kredibilitas perusahaan, sekaligus meningkatkan citra
positif bagi bisnis. Anda pun akan secara bebas mengikuti beberapa proyek dari perusahaan
swasta maupun proyek yang diinisiasi Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai