Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT HUKUM DAN ETIKA PROFESI (HKUM4103)

Artikel

“Saya sebagai Jaksa Agung tidak membutuhkan jaksa yang pintar, tetapi tak bermoral. Saya juga
tidak butuh jaksa yang cerdas, tetapi tidak berintegritas. Yang saya butuhkan jaksa yang pintar dan
berintegritas.”

Dalam sidang Pengukuhan Guru Besar Tidak Tetap itu, Prof. Dr. ST Burhanuddin menyampaikan
pidato orasi ilmiah berjudul "Hukum Berdasarkan Hati Nurani, Sebuah Kebijakan Penegakan
Hukum Berdasarkan Keadilan Restoratif”. Dia mengatakan setiap manusia memiliki dan mampu
menggunakan hati nuraninya sebagai anugerah dan cerminan dari sifat Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Penyayang.

“Saya tidak menghendaki jaksa melakukan penuntutan asal-asalan tanpa melihat rasa keadilan di
masyarakat. Ingat, rasa keadilan tidak ada dalam text book, tetapi ada dalam hati nurani. Saya ingin
menekankan sekali lagi agar kita semua menggunakan hati nurani. Hukum berdasarkan hati nurani
akan dapat mencapai dan mewujudkan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum secara
bersamaan tanpa ada penegasian," kata Burhanuddin dalam orasinya.

Ia menegaskan kebijakan penegakan hukum berdasarkan keadilan restoratif hakikatnya


menghadirkan tujuan hukum yang memberi kepastian, keadilan, kemanfaatan di masyarakat. Untuk
mewujudkan tujuan hukum itu diperlukan hati nurani. “Penegakan hukum yang mengedepankan
aspek hati nurani, sejatinya memiliki nilai kekuatan filosofis bagi para civitas akademika untuk
selalu menghasilkan ide, gagasan, dan karya dengan senantiasa mempertimbangkan nilai-nilai
kemanusiaan,” paparnya.  

Burhanuddin melihat hukum saat ini masih mengedepankan aspek kepastian hukum yang bersifat
legalistik formal daripada keadilan hukum yang lebih substansial bagi masyarakat. Bahkan,
sebagian besar kalangan masih memandang jika hukum bagaikan pisau yang tajam ke bawah, tapi
tumpul ke atas. 

Sumber : https://www.hukumonline.com

Pertanyaan

Analisislah bagaimana seorang jaksa dapat mengemban kewajibannya dengan baik, sehingga dapat
melakukan penuntutan yang sesuai dengan kebenaran hukum? Jelaskan
Jawaban

Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi,
yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya
berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat.

Peranan kajian etika, moral, termasuk psikologi hukum merupakan salah satu faktor
pendidikan yang dominan dalam merealisaikan etika profesi ini. 

Tuntutan dasar etika profesi luhur yang pertama agar profesi itu dijalankan tanpa pamrih.
Bahkan B. Kieser (1981) menuliskan: ‘’Seluruh ilmu dan usahanya hanya demi kebaikan
pasien/klien. Menurut keyakinan orang yang menurut aturan-aturan kelompok (profesi
luhur), para profesional wajib mempraktikan keahlian mereka semata-mata kepada
kepentingan yang mereka layani, tanpa menghitung untung ruginya sendiri. Sebaliknya,
dalam semua etika profesi, cacat jiwa pokok dari seorang profesional ialah bahwa ia
mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan klien’’. Kedua, para pelaksana
profesi luhur ini harus memiliki pegangan atau pedoman yang ditaati dan diperlukan oleh
para anggota profesi, agar kepercayaan para klien tidak disalahgunakan. Selanjutnya, hal
ini kita kenal sebagai kode etik. Mengingat fungsi dari kode etik itu, maka profesi luhur
menuntut seseorang untuk menjalankan tugasnya dalam keadaan apa pun tetap
menjunjung tinggi tuntutan profesinya.

Dengan memperhatikan pendidikan yang ada sampai saat ini yang mengajarakan
bagaimana cara kita mempertahankan dan memelihara etika profesi tersebut dapat
dikatakan masih sangat minim sekali terutama pada pendidikan terhadap pegawai /
karyawan yang telah mengemban tugas sesuai dengan profesinya masing- masing,
hingga saat ini belum dapat dikatakan maksimal dan tidak sebanding antara pendidikan
khusus etika profesi jika dibandingkan dengan pendidikan yang bersifat akademis lainnya.
Padahal, dengan melihat tujuan dan manfaat etika profesi itu sendiri pada dasarnya
adalah untuk menghindari penyalahgunaan profesi hukum atau dengan kata lain adalah
untuk terwujudnya profesionalime kerja sebagai penegak keadilan.

Dalam sejarah pendidikan, tentu seorang gurulah yang paling awal muncul, baru
kemudian murid dan infrastruktur lain yang terkait dengan paradigma pengelolaannya.
Setelah terciptanya pendidikan, baru kemudian berkembang kurikulum yang berkaitan
dengan manajemen lembaga pendidikan, seperti bangunan sekolah, kepala sekolah,
karyawan, dan sebagainya. Dengan adanya sarana pendidikan adalah salah satu sarana
yang paling tepat untuk menyampaikan pesan kepada pemegang profesi hukum yang
dapat dikemas dalam bentuk kurikulum pembelajaran melalui diklat dan pendidikan resmi
lainnya yang seharusnya menjadi prioritas dalam mengunggulkan etika dan moral sebagai
prinsip pengendalian diri yang kemudian dapat diimplementasikan dalam pelayanan
masyarakat dan menjalakan tugas yang tujuan utamanya adalah untuk penegakan hukum
dan mencapai keadilan. Adapun  tujuan kode etik profesi diantaranya sebagai berikut : 

1. Untuk menjunjung tinggi martabat suatu profesi;


2. Untuk menjaga serta juga mengelola kesejahteraan anggota profesi;
3. Untuk dapat meningkatkan pengabdian para anggota profesi;
4. Untuk membantu meningkatkan mutu profesi;
5. Untuk meningkatkan pelayanan profesi itu di atas keuntungan pribadi;
6. Untuk menentukan standar baku bagi profesi;
7. Untuk meningkatkan kualitas organisasi menjadi lebih profesional dan juga terjalin
dengan erat.

Yang kemudian didukung  dengan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pelaksanaan etika
profesi diantaranya sebagai berikut : 

1. Prinsip Tanggung Jawab, Tiap-tiap profesional itu harus bertanggungjawab terhadap


pelaksanaan pekerjaan dan juga terhadap hasilnya. Selain dari itu, profesional juga
bertanggung jawab atas dampak yang mungkin terjadi dari profesinya bagi kehidupan
orang lain atau juga masyarakat umum.

2. Prinsip Keadilan, Tiap-tiap profesional itu dituntut untuk mengedepankan keadilan


dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam hal tersebut, keadilan itu harus diberikan
kepada siapa saja yang berhak. 

3. Prinsip Otonomi, Tiap-tiap profesional itu mempunyai wewenang serta juga


kebebasan dalam menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya. Artinya, seorang
profesional tersebut berhak untuk dapat melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dengan mempertimbangkan kode etik profesi. 

4. Prinsip Integritas Moral, Integritas moral ini merupakan kualitas kejujuran serta prinsip
moral dalam diri seseorang yang dilakukan dengan secara konsisten dalam
menjalankan profesinya. Artinya, seorang profesional tersebut harus memiliki
komitmen pribadi untuk dapat menjaga kepentingan profesi, dirinya, serta juga
masyarakat. 

Sedangkan Menurut Darmastuti (2007), terdapat tiga prinsip yang harus dipegang dalam
etika profesi, diantaranya sebagai berikut : 

1. Tanggungjawab, Maksud tanggung jawab disini ialah tanggung jawab pelaksanaan


(by function) serta juga tanggung jawab dampak (by profession).

2. Kebebasan, Maksud kebebasan disini ialah kebebasan untuk dapat mengembangkan


profesi itu dalam batas-batas aturan yang berlaku didalam sebuah profesi.
3. Keadilan, Prinsip keadilan ingin membangun 1 kondisi yang tidak memihak manapun
yang memungkinkan untuk ditunggangi pihak-pihak yang berkepentingan.

Dengan demikian untuk mencapai nilai- nilai yang menjadi tujuan dan prinsip etika profesi
tersebut maka perlu dilakukan secara konsisten oleh setiap pemegang profesi dengan
cara diterapkan didalam pelaksanaan tugas dan dengan cara pemeliharaan etika profesi
itu sendiri melalui sarana pendidikan berupa kurikulum pembelajaran khusus etika profesi
dan pembekalan- pembekalan moral keagamaan  sehingga tidak pudar dan dapat
terealisasi di dalam pelaksanaan tugas yang professional.

Sumber.
http://pji.kejaksaan.go.id/index.php/home/berita/1252
Hukum Ketenagakerjaan ADBI4336

Soal

Pada diskusi 8 merupakan pengembangan dari materi Sesi 8 tentang Perselisihan


Hubungan Industrial yaitu terkait Jaminan Sosial Tenaga Kerja, K3 dan Pelaksanaan
Undang Undang Ketenagakerjaan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi. 

Oleh karena itu diskusikan dengan menjawab benar dan tepat, serta gunakan gaya
bahasa anda sendiri dalam menjawab. Tidak diharapkan melakukan kopi paste dari
sumber manapun karena akan terindikasi plagiasi.

Menurut saudara, Bagaimana perbedaan serta pengaruhnya setelah adanya  putusan


Mahkamah Konstitusi terhadap Pasal 186, 137, dan 138 terkait mogok kerja dengan
perkembangan hukum ketenagakerjaan dimasa sekarang ? sertakan alasannya.

Jawaban

Hukum Lingkungan HKUM4210


Soal

Kemukakan pendapat saudara

Apakah di lingkungan tempat tinggal saudara penegakan hukum lingkungan lebih


mengedepankan pendekatan Atur dan Awasi atau justru lebih mengedepankan
pendekatan Atur Diri Sendiri ?

Jawaban

Indonesia sebagai negara hukum yang menganut civil law tentunya telah membentuk
Undang-undang No 32/ 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kajian perspektif dalam penegakan hukum administrasi dianggap sebagai upaya
penegakan hukum yang terpenting harus dilakukan penataan hukum lingkungan
administrasi yang lebih baik.

Seiring waktu, kebijakan pemerintah itu memerlukan perancangan persyaratan lingkungan


yang lebih baik untuk menghasilkan penegakan hukum dan penataan dalam hukum
lingkungan yang efektif dan efisien. Adapun beberapa pendekatan yang dilakukan dengan
mempergunakan paling tidak lima macam pendekatan, yaitu pendekatan atur dan awasi
(command and control atau CAC Approach) pendekatan atur diri sendiri (ADS),
pendekatan ekonomi (economic approach) pendekatan perilaku (behaviour approach) dan
pendekatan tekanan publik (public pressure approach). Dari kelima pendekatan penataan
di atas, pendekatan CAC sangat relevan untuk dibicarakan dalam kajian penegakan
hukum lingkungan administrasi.

Pendekatan atur dan awas atau yang dikenal juga CAC approach menekankan pada
upaya pencegahan pencemaran melalui pengaturan dengan pengaturan perundang-
undangan, termasuk juga pengaturan melalui izin yang menetapkan persyaratan-
persyaratan lingkungan hidup (command approach). Pengaturan yang diikuti dengan
sistem pengawasan agar penataan dapat dijamin (control approach).

Untuk di lingkungan saya dalam hal penegakan hukum lingkungan lebih mengedepankan
pendekatan Atur Diri Sendiri.

Atur Diri Sendiri (ADS). Maknanya adalah tanggung jawab menjaga kepatuhan dan
penegakkan hukum banyak ditanggung oleh masyarakat. Pendekatan ini dipelopori oleh
dunia usaha yang sadar akan lingkungannya. Hal ini karena adanya dorongak kuat dari
masyarakat terhadp para pelaku usaha untuk berlaku ramah lingkungan, sehingga para
pelaku usaha mengembangkan kode praktik pengelolaan lingkungan sukarela (voluntary
environmental practice code).

HUKUM PIDANA HKUM 4203


kemukakan pendapat dan diskusikan dengan dasar hukum/ teori yang tepat mengenai
penerapan alasan pembenar dan alasan pemaaf dengan menyertakan sebuah contoh
kasus masing-masing.
Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan
apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta menentukan hukuman apa
yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.

Dalam Teori Hukum Pidana dikenal 2 jenis Alasan, yaitu :


1. Alasan Pembenar;
2. Alasan Pemaaf.

Di dalam KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA) dijelaskan rinciannya apa


itu 2 jenis alasan tersebut.

1. Alasan Pembenar yaitu :


a. Perbuatan yang dilakukan dalam ‘keadaan darurat’ (Pasal 48 KUHP);
b. Perbuatan yang dilakukan karena pembelaan terpaksa (Pasal 49 ayat (1) KUHP);
c. Perbuatan untuk menjalankan peraturan perundang-undangan (Pasal 50 KUHP);
d. Perbuatan untuk menjalankan perintah jabatan yang sah (Pasal 51 KUHP).

Contoh : tindakan 'pencabutan nyawa' yang dilakukan eksekutor penembak mati


terhadap terpidana mati (Pasal 50 KUHP).

2. Sedangkan Alasan Pemaaf yaitu :


a. Perbuatan yang dilakukan oleh orang yang ‘tidak mampu bertanggung jawab’
(Pasal 44 KUHP);
b. Perbuatan yang dilakukan karena terdapat ‘daya paksa’ (Pasal 48 KUHP);
c. Perbuatan karena ‘pembelaan terpaksa yang melampaui batas’ (Pasal 49 ayat (2)
KUHP);
d. Perbuatan yang dilakukan untuk menjalankan perintah jabatan yang tidak sah
(Pasal 51 ayat (2) KUHP).

Contoh : kasus unlawful killing laskar Front Pembela Islam (FPI), Briptu Fikri
Ramadhan dan Ipda Yusmin Ohorella, dijatuhi vonis lepas.

"Menyatakan kepada terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana karena adanya alasan
pembenaran dan pemaaf," kata hakim ketua Muhammad Arif Nuryanta dalam
persidangan, Jumat (18/3/2022). Majelis hakim menyatakan bahwa penembakan itu
merupakan upaya membela diri. Maka, pada kedua terdakwa tidak dapat dijatuhi
hukuman pidana. (Pasal 49 ayat (2) KUHP).

Hukum Perlindungan Konsumen/HKUM4312


Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan didalam dan diluar pengadilan. Menurut Anda apa
keuntungan dan kelemahan dari kedua cara penyelesaian sengketa konsumen tersebut! Selanjutnya,
diskusikan jawaban Anda dengan teman-teman ANda!

Penyelesaian sengketa konsumen di luar Pengadilan :

Bahwa manfaat dan penyelesaian sengketa di luar pengadilan menurut Undang-undang


No. 2 Tahun 2004 adalah bahwa penyelesaian di luar pengadilan menggunakan waktu
relatif cepat, biaya ringan dan keputusan yang diambil mendekati rasa keadilan untuk
kedua belah pihak dan tata cara penyelesaian yang dilakukan melalui beberapa cara yaitu
penyelesaian melalui bipartit, melalui mediasi, konsiliasi, dan melalui arbitrase.

Penyelesaian sengketa konsumen melalui Pengadilan :

Proses dilakukan secara formal oleh lembaga yang ditunjuk negara (Pengadilan hingga
Mahkamah Agung) Keputusan dibuat oleh hakim dimana tidak ada keterlibatan dari kedua
belah pihak. Fakta hukum menjadi orientasi dari pengambilan keputusan dari hakim.

Pengaturan tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang terdapat dalam


UUPK dan peraturan pelaksanaannya terdapat keterbatasan pengaturan yang terkait
dengan kedudukan lembaga peradilan. Pengaturan keputusan final dan mengikat dan
ukuran besar kecilnya perkara sehingga BPSK dalam peraturan perundang-undangan
rancu untuk disebut sebagai badan peradilan / arbitrase karena masing-masing memiliki
kekurangan. Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan hukum terhadap penyelesaian
sengketa konsumen yang putusannya final dan mengikat, maka pengaturan tentang
pengajuan keberatan ke pengadilan negeri perlu ditinjau ulang, yaitu dengan
penghapusan terhadap Pasal 56 ayat (2) UUPK. Dengan penghapusan ini memantapkan
wewenang BPSK memiliki keputusan yang final dan mengikat sebagaimana diatur dalam
Pasal 54 ayat (3).

Berdasarkan simpulan tersebut, maka dapat disampaikan Sebagai saran pemerintah


dalam hal ini DPR untuk segera memperbaharui UUPK dan Peraturan Pelaksanaannya
terutama yang terkait dengan tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen. Harus segera disosialisasikan kepada konsumen peran BPSK dalam
menyelesaikan sengketa. Penyelesaian sengketa konsumen untuk sementara waktu
diselesaikan melalui peradilan umum.
Hukum Telematika HKUM4301

Jelaskan upaya hukum yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mencegah cyber crime

Terdapat 4 upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mencegah cyber


crime :

1. hadirnya UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) di Indonesia;


2. pemblokiran pada situs porno atau situs berita hoaks;
3. adanya Badan Siber dan Sandi Negara yang dihadirkan tahun 2017;
4. meningkatkan SDM di bidang siber.

Anda mungkin juga menyukai