Anda di halaman 1dari 2

Sesi 1

Menurut Anda metode interpretasi apa yang bermanfaat di Indonesia,


konservatisme atau kreativitas? 

Jawaban :
Halo Tutor, saya Joice Wangania ijin untuk menyampaikan jawaban saya terkait diskusi
pada sesi ini.

Metode interpretasi yang bermanfaat di Indonesia adalah dengan menggunakan


Metode Kreativitas atau A forward-looking creativity. Pada interpretasi ini lebih
menekankan pada pencarian ide dan gagasan baru yang sesuai dengan keadaan
sekarang tanpa melihat atau mencari “makna original” dari konsep hukum tersebut.
Metode A Forward-looking creativity menekankan pada kebebasan Hakim dalam
membuat keputusan atau Ahli Hukum dalam membangun argumentasi hukum. Seperti
disebutkan pada Pasal 5 (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman:
Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Ketentuan ini mewajibkan hakim
untuk memutuskan berdasarkan nilai hukum dan keadilan yang hidup dalam
masyarakat. Hal ini tentunya sangat berbeda antar yurisdiksi, jenis maupun tingkat
peradilan. Kebebasan Hakim untuk mengikuti nilai hukum dan prinsip keadilan yang
hidup merupakan salah satu bentuk metode interpretasi Creativity yang memberikan
peran Hakim untuk menggali nilai hukum dan keadilan yang berkembang di masyarakat
dengan mengesampingkan keputusan pengadilan terdahulu namun tetap harus
berpedoman pada ketentuan hukum yang berlaku. Menurut Yahya Harahap (2005),
(kedudukan dan kewenangan dan Acara Peradilan Agama) kebebasan hakim meliputi:
1) Menerapkan hukum yang bersumber dari peraturan perundangundangan dengan
tepat dan benar sesuai dengan prinsip dan asas hukum.
2) Menafsirkan hukum secara tepat dengan melalui cara penafsiran hukum (legal
reasoning) yang dibenarkan dan mengutamakan prinsip keadilan.
3) Kebebasan untuk mencari dan menemukan hukum, dasar dan asas hukum
melalui doktrin ilmu hukum, hukum adat, keputusan pengadilan dengan
mempertimbangkan nilai ekonomi, moral, agama, kepatutan dan kelaziman.

Kebebasan hakim untuk melakukan interpretasi sesuai dengan rasa keadilan dijamin
oleh hukum dan perundang-undangan. Interpretasi hukum dengan metode ini bersifat
responsive sehingga interpretasi banyak dilakukan secara posteriori (from what comes
later) untuk menemukan rasa keadilan yang berbeda antar masyarakat dan selalu
berubah. Kedua Metode Interpretasi tersebut sangat dipengaruhi oleh dua teori hukum
yang dominan hingga saat ini antara Legal Positivist yang lebih pada metode
conservative dengan Legal Realist/Empirics yang lebih menekankan pada metode
creativity. Dikarenakan perbedaan pandangan terhadap kedua metode interpretasi ini,
lahirlah metode ketiga dengan menggabungkan keduanya yang sering disebut sebagai
a Janus-faced concept yang pada dasarnya adalah: Interpretasi model ini
menginterpretasikan konsep hukum dengan asumsi bahwa terdapat makna yang asli
atau original yang merupakan dasar untuk menginterpretasikan konsep hukum tersebut
dimana interpretasi yang valid harus bermanfaat untuk mewujudkan rasa keadilan yang
berkembang.

Pada metode ini membedakan interpretasi yang hanya mendasarkan pada makna
murni (original) atau hanya sebuah inovasi atau kreativitas baru, namun membuat
sesuatu yang berbeda dari makna original atau aslinya melalui proses kreativitas.
Dalam praktek metode interpretasi hukum ketiga ini banyak dipergunakan sepanjang
interpretasi tersebut diterima dan terbuka untuk dievaluasi oleh orang lain. Metode ini
juga memungkinkan dipergunakan baik oleh para penganut Legal Positivism maupun
Legal Realism.

Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan.

Sumber :
BMP HKUM4401/INTERPRETASI DAN PENALARAN HUKUM

Anda mungkin juga menyukai