Anda di halaman 1dari 15

ASOSIASI MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA DOMISILI

HONGKONG
YANG MENUNTUT KEBEBASAN MEMILIH

Perihal : Tuntutan Asosiasi dan Tanggapan Surat Direktur UT Layanan Luar


Negeri Nomor: B/457/UN31.UT40/2023
Lampiran : Bukti-bukti Tuntutan

Kepada YTH.
Rektor UT Bapak Prof. Ojat Darojat, M.Bus, Ph.D
Wakil Rektor 3 Bapak Prof. Dr. Paken Pandiangan, S.Si, M.Si
Direktur Layanan Luar Negeri Bapak Dr. Pardamean Daulay, S.Sos, M.Si

Di Tempat

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan ini kami, Asosiasi Mahasiswa UT Domisili Hongkong,


menyampaikan tuntutan atas adanya ketidakadilan dan tidak adanya transparansi
dalam memperoleh layanan pendidikan Universitas Terbuka melalui Pokjar
Hongkong yang diketuai oleh Ibu Natma Emy. Berikut kami sampaikan uraian yang
menjadi dasar tuntutan.

1. Bahwa mahasiswa dan calon mahasiswa dengan domisili Hongkong WAJIB


melakukan registrasi melalui Pokjar dengan biaya HKD 2,500, dengan kurs per hari
ini (tanggal 16 Desember 2023) senilai Rp. 1,989 per 1 HKD, maka biaya itu
sebesar RP. 4,972,541. Hal ini sangat jauh berbeda dibandingkan dengan UT
Layanan Luar Negeri Lain hanya dibebankan biaya sesuai yang tertera di billing
(bukti dilampirkan).

Dalam masa perkuliahan 4 tahun atau 8 semester maka seorang mahasiswa


Hongkong harus membayar biaya sebesar 20,000 Hongkong dolar atau setara Rp
40,000,000 (empat puluh juta) rupiah, belum termasuk biaya ongkos kirim bahan
ajar cetak, biaya almamater, dll.
Dengan besaran biaya itu, apabila ada 300 mahasiswa UT Hongkong yang
mendaftar melalui Pokjar setiap semesternya, maka ada perputaran uang senilai
kurang lebih Rp, 1,500,000,000 (1,5 milyar) atau dalam setahun mencapai 3 milyar
rupiah. Apabila rata-rata nominal billling satu mahasiswa adalah Rp. 2,000,000,
maka dalam satu semester UT Pusat hanya menerima Rp. 600,000,000 (enam ratus
juta) rupiah, atau hanya 1,2 Milyar dalam setahun. Sementara sisanya tidak
diketahui secara rinci penggunaannya. Ini bukanlah nominal yang kecil, yang
seharusnya ada audit keuangan dari UT Pusat kepada Pokjar Hongkong.

Dengan uang yang sebesar itu tentunya mahasiswa berhak mengetahui adanya
transparansi pengelolaan uang tersebut. Sementara POKJAR TIDAK PERNAH
MEMBERIKAN LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN PENGURUS
kepada Mahasiswa UT Hongkong.

2. Bahwa Mahasiswa dibebankan ongkos kirim bahan ajar cetak sebesar HKD 220
sampai HKD 280, dengan kurs yang sama, maka bernilai Rp. 437,580 sampai
dengan Rp. 556,920. Harga ini jauh lebih mahal dibanding ongkos rata-rata
pengiriman barang dari Indonesia ke Hongkong, di mana harga rata-rata adalah 20-
25 hongkong dolar maka apabila bahan ajar seberat 5kg untuk 4-5 buku maka harga
wajarnya adalah 100-125 Hongkong dolar.

3. Bahwa Mahasiswa tidak menerima rincian atas biaya yang dibayarkan kepada
Pokjar. Tidak adanya transparansi dalam pengelolaan anggaran membuat
mahasiswa memiliki kesulitan untuk menuntut haknya dalam layanan yang
diberikan.
4. Bahwa Mahasiswa tidak dilayani secara merata dengan cepat dan tanggap oleh
Pokjar terkait masalah yang mereka alami, baik terkait pembayaran maupun tentang
pembelajaran.
5. Bahwa Mahasiswa mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan apabila bertanya
sesuatu yang berhubungan dengan layanan kepada Pokjar.
6. Bahwa Pokjar MEWAJIBKAN kepada seluruh mahasiswa UT yang berdomisili di
Hongkong untuk melakukan registrasi melalui Pokjar. Hal ini sangat berbeda
dengan UT Layanan Luar Negeri di Negara lain yang membebaskan mahasiswanya
untuk memilih melakukan registrasi melalui Pokjar atau melakukan registrasi
Mandiri.
7. Bahwa Pokjar melakukan pembungkaman dan intimidasi apabila ada mahasiswa
yang mengeluhkan tentang layanan yang diberikan dan apabila mahasiswa ingin
melakukan registrasi mandiri, yakni dengan cara menakut-nakuti bahwa apabila
mahasiswa melakukan registrasi mandiri maka akan dipersulit ketika ujian dan
wisuda.
8. Bahwa Pokjar melakukan intimdasi kepada salah satu mahasiswa yang
menyuarakan layanan registrasi mandiri dengan cara mengakses akun myUT
mahasiswa tersebut dan men-DROP-kan seluruh layanan yang telah dan sedang dia
jalani atas nama Anita Zahra.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, kami MENUNTUT :

1. Memberikan hak yang sama kepada seluruh Mahasiswa UT Hongkong seperti


Mahasiswa-Mahasiswa dari Negara lainnya dalam mengakses layanan di
Universitas Terbuka.
2. Mengaudit keuangan Pokjar Hongkong terkait perputaran uang yang didapat oleh
Pokjar dan mengumumkannya kepada seluruh mahasiswa sebagai bentuk
tanggung jawab dan transparansi anggaran agar tidak terjadi kecurigaan adanya
tindak pidana korupsi, kolusi, maupun nepotisme, serta dugaan pungutan liar
yang merugikan mahasiswa dan mencoreng nama baik UT.
3. Layanan UT Luar Negeri WAJIB mengumumkan kepada seluruh
mahasiswa UT luar negeri pada umumnya, dan mahasiswa UT Hongkong
pada khususnya bahwa layanan UT dapat diakses secara mandiri tanpa
melalui pokjar.
4. Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada mahasiswa lama maupun
mahasiswa baru untuk memilih melakukan registrasi melalui pokjar atau
registrasi secara mandiri.
5. Memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mempromosikan layanan
mandiri sebagai bentuk dukungan kepada Universitas Terbuka yang memiliki
slogan “Belajar dari mana saja dan kapan saja”.
6. Mengganti alamat pengiriman bahan ajar cetak mahasiswa UT Hongkong dengan
alamat masing-masing mahasiswa sehingga apabila Mahasiswa menginginkan
bahan ajar cetak mahasiswa dapat mengirimkannya secara mandiri ke Hongkong
dengan biaya yang lebih terjangkau.
7. Menindak tegas atas kesewenangan yang dilakukan oleh Pokjar Hongkong
dengan cara memberhentikan mereka dari jabatan ketua/ staff Pokjar Hongkong
dan tidak lagi menjadikan mereka sebagai mitra dari Universitas Terbuka.
8. Memulihkan kembali akun Mahasiswa yang di-drop oleh Pokjar.
9. Memberikan ganti rugi baik moril maupun materiil atas ketidakadilan yang kami
alami selama menjadi mahasiswa UT Hongkong.
10. Memutus yang seadil-adilnya atas permasalahan ini dan memberikan klarifikasi
kepada publik pada umumnya dan seluruh Mahasiswa UT Hongkong pada
khususnya.

Demikian tuntutan ini kami buat untuk menjadi perhatian Bapak/Ibu dalam
memutuskan tindakan yang tepat dalam menangani permasalahan ini. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
TANGGAPAN TERHADAP
SURAT DIREKTUR UT LAYANAN LUAR NEGERI
NOMOR: B/457/UN31.UT40/2023

Berdasarkan keluhan-keluhan yang dilayangkan oleh banyak mahasiswa UT


Hongkong kepada Rektor, Wakil Rektor, serta Direktur Layanan Luar Negeri, maka
terbitlah Surat Direktur Luar Negeri Nomor: B/457/UN31.UT40/2023. dengan ini
kami menyampaikan tanggapan terhadap isi surat tersebut.

1. Surat tersebut tidak berwarna dan buram, tidak seperti surat-surat resmi dari
Layanan Luar Negeri lainnya yang seperti menandakan adanya ketidakseriusan
dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dan dipertanyakan keresmiannya.
2. Surat tersebut juga ditujukan kepada Mahasiswa UT Hongkong, tetapi pada
kenyataannya tidak semua Mahasiswa UT Hongkong mendapatkan surat edaran ini,
sehingga ada kecurigaan yang mengindikasi surat tersebut hanya email-kan kepada
mahasiswa-mahasiswa yang mengajukan protes terkait layanan registrasi mandiri.
3. Pada Poin 1 disebutkan bahwa “Mahasiswa UT Hongkong yang masih
membutuhkan layanan Pengurus Pokjar diperbolehkan. Namun, jika ada
mahasiswa yang ingin mandiri tidak boleh ada larangan dari Pokjar.” Selain tidak
boleh ada larangan, tidak boleh juga ada intimidasi dan perlakuan tidak
menyenangkan oleh Pokjar kepada para mahasiswa yang memutuskan untuk
melakukan registrasi mandiri.
4. Pada Poin 2 disebutkan bahwa “Mahasiswa UT yang memilih mandiri disilakan.
Namun kemandirian itu benar-benar untuk keperluan studi secara personal. Oleh
karena itu, ajakan atau provokasi kepada mahasiswa yang memilih layanan
melalui Pokjar untuk keluar tidak dibolehkan. Apalagi memperkeruhnya dengan
tindakan yang secara tidak langsung mencoreng nama baik UT melalui media
sosial.”

“…ajakan atau provokasi kepada mahasiswa yang memilih layanan melalui


Pokjar untuk keluar tidak dibolehkan.” yang menjadi permasalahan utama adalah
Pokjar TIDAK PERNAH MEMBERIKAN PILIHAN untuk melakukan registrasi
secara mandiri atau melalui Pokjar karena Pokjar selalu berkata WAJIB untuk
melakukan registrasi melalui Pokjar.
Apabila UT Layanan Luar Negeri menginginkan kebijakan sesuai Poin 2 tersebut,
maka yang seharusnya dilakukan adalah :
A. Menginformasikan kepada seluruh mahasiswa UT Hongkong dan Calon
Mahasiswa Baru bahwa ada dua pilihan layanan yang dapat diambil,
yakni mandiri dengan billing yang sesuai pada situs myUT atau melalui
Pokjar dengan besaran HKD 2,500 atau setara Rp 5,000,000 per kurs
tanggal 16 Desember 2023.
B. Memberikan kebebasan kepada Mahasiswa UT Hongkong yang
memilih jalur mandiri untuk mempromosikan layanan mandiri sebagai
bentuk Hak Asasi Mahasiswa untuk menyebarkan informasi yang
bermanfaat kepada teman-temannya dan masyarakat pada umumnya.
Sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan PMI (Pekerja
Migran Indonesia) untuk melanjutkan pendidikan di Universitas
Terbuka.

“Apalagi memperkeruhnya dengan tindakan yang secara tidak langsung


mencoreng nama baik UT melalui media sosial.”
Dalam kasus ini yang memperkeruh adalah dari Pokjar sendiri yang tidak
transparan dengan rincian biaya yang harus dibayarkan oleh mahasiswa serta tidak
adanya klarifikasi resmi dari Pokjar yang membuat mahasiswa berspekulasi atas apa
yang terjadi di balik meja. Secara tidak langsung justru Pokjar telah mencoreng nama
baik UT karena kebijakan yang membolehkan Pokjar mematok biaya sesukanya
sehingga membuat banyak mahasiswa menjadi pending, tidak lagi melanjutkan
kuliahnya, serta banyak juga PMI yang berminat melanjutkan pendidikan di
Universitas Terbuka tidak jadi mendaftar karena harga tersebut sangat
memberatkan.

Biaya kuliah yang mahal di UT Hongkong juga sangat bertolak belakang


dengan apa yang disampaikan Bapak Ojat Darojat selaku Rektor Universitas Terbuka
dalam podcast bersama Raditya Dika bahwa “kuliah di UT itu tidak mahal dengan
hanya 35 ribu rupiah per sks”. Slogan serupa juga terpampang dengan jelas pada situs
ut.ac.id bahwa UT: 1). Biaya super terjangkau 2). Beragam Layanan Online.
Apabila demikian adanya mengapa pihak UT melakukan pembiaran atas
pungutan oleh Pokjar Hongkong meskipun sudah banyak mahasiswa yang
protes berulang kali tetapi tidak ada tindakan nyata yang tegas terhadap Pokjar
Hongkong.

5. Pada poin 4 disebutkan bahwa “… sama-sama menahan diri untuk tidak terlibat
dalam perang media sosial atau bentuk-bentuk agitasi yang tidak perlu demi
menjaga martabat Universitas Terbuka dan Indonesia di dunia Internasional.”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agitasi memiliki arti: hasutan kepada orang
banyak (untuk hura-hura, pemberontakan, dan sebagainya), biasanya dilakukan oleh
tokoh atau aktivis partai politik; pidato berapi-api untuk mempengaruhi massa.

Bahwa yang kami lakukan adalah MENUNTUT HAK KAMI untuk memperoleh
KEBEBASAN MEMILIH layanan UT yang disediakan sebagaimana yang
didapatkan oleh mahasiswa-mahasiswa dari Negara Lain, seperti Taiwan, Singapur,
Brunei, Malaysia, Finlandia, Qatar, Saudi Arabia, yang membayar registrasi sesuai
nominal billing yang tertera dalam akun myUT dan tidak dipungut biaya berlebihan
lain dari Pokjar masing-masing

Lalu, bentuk agitasi seperti apakah yang tidak dibolehkan mengingat


mensosialisasikan layanan mandiri dapat disebut agitasi atau penghasutan oleh pihak
yang tidak menyukainya? Di satu sisi, layanan mandiri merupakan hak mahasiswa
untuk mengetahuinya, sebagai bahan pertimbangan oleh mahasiswa tersebut
untuk memilih layanan sesuai dengan kebutuhannya.

Demikian tanggapan ini kami sampaikan sebagai bentuk penyampaian aspirasi


kepada Universitas Terbuka sehingga UT tetap menjadi lembaga pendidikan tinggi
yang bersih, berintergritas, terjangkau, dan fleksibel. Atas perhatian Bapak/Ibu, kami
ucapakan banyak terima kasih.
Lampiran-lampiran : bukti-bukti yang mendukung tuntutan

1. Bukti kuitansi pembayaran di Pokjar Hongkong


2. Perbandingan biaya layanan UT Luar Negeri selain di Hong Kong

Layanan di Finlandia

Layanan di Qatar
Layanan di Johor

Layanan Singapur

Per 16 Desember 2023 kurs Singapur Dolar SGD adalah Rp. 11,641, sehingga total
yang dibayarkan dalam nota di atas berkisar Rp. 2,572,813.
Layanan Taiwan
Mahasiswa dibolehkan membayar menggunakan rupiah sesuai yang tercantum dalam
billing

3. Akun myUT yang di-drop atas nama Anita Zahra


Sebelum di-drop

Setelah di-drop
Lampiran : contoh layanan konsultasi ke Pokjar Hongkong yang kurang
memuaskan

Sangat tidak profesional saat ditanya perihal akun sia, malah melempar
tanggung jawab ke pihak lain.

Saat pokjar menagih uang registrasi padahal sudah dibayar, mengindikasikan


Pokjar sangat tidak profesional dalam pembukuan
Tidak membalas saat ditanya mengenai karil dan TAP yang belum muncul.

Dikarenakan biaya Pokjar Hongkong yang terlampau mahal, banyak mahasiswa


menyicil dengan cara membayar sebagian dari biaya yang dipatok oleh Pokjar.
Namun saat mahasiswa tersebut belum melunasi maka mahasiswa tersebut mendapat
ancaman.
Bukti-bukti bahwa di Negara Lain tidak ada iuran ke Pokjar yang amat
memberatkan mahasiswanya.

Bahwa di Malaysia tidak ada iuran yang berlebihan yang memberatkan mahasiswa.
Bahkan terdapat SIDANG PARIPURNA TAHUNAN YANG MEMBAHAS
LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN PENGURUS sebagai bentuk
pertanggung jawaban.

Di Qatar dan Jeddah TIDAK ADA IURAN KE POKJAR.


Begitu juga di Brunei, tidak ada iuran ke Pokjar.

Berikut ini bukti salah satu mahasiswa belum mendapat Surat Direktur
Layanan Luar Negeri terkait Layanan Mandiri

Anda mungkin juga menyukai