KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016
KERTAS POSISI DAN TUNTUTAN
BAB I
KRONOLOGIS
1. Permasalahan UKT
a. Mengacu pada Permenristekdikti Nomor 39 Tahun 2016 tentang BKT
dan UKT pada lingkungan kementerian Riset, Teknologi, dan pendidikan Tinggi.
Dalam permen ini, adanya status level dari 1 sampai 8. Dengan substansi didalamnya.
Terdapat pula nominal UKT ditiap tiap level yang seharusnya lahir dari pengurangan
jumlah nominal BKT dengan BOPTN namun pada kenyataannya rumusan tersebut tidak
dilakukan.
b. Kemudian paska aksi mahsiswa pada 9 Mei 2016, dituntut pula transparansi penggolongan
UKT sesuai dengan kemampuan finansial mahasiswa, serta rumusan penentuan BKT yang
merupakan acuan dari penetapan nominal UKT.
c. Dan pada tanggal 21 November 2016 telah dilaksanakan konsolidasi dari BEM KM UPN
Veteran Yogyakarta kepada seluruh Ketua BEM Fakultas UPNVY membahas tentang
sistematika UKT dan beberapa isu yang ada di UPNVY.
d. Kemudian, setelah ditelaah oleh Divisi Advokasi Se-UPN Veteran Yogyakarta, masih
banyak mahasiswa yang dimsukkan dalam penggolongan UKT yang tidak relevan dengan
kemampuan finansial keluarganya.
e. Sudah menjadi tanggung jawab pihak rektorat untuk menjawab persoalan ini secara
serius. Karena problematika UKT dan transparansi sistem keuangan di UPNVY yang tidak
transparan membuat bola liar tersendiri bagi mahasiswa baik itu dilingkup jurusan maupun
fakultas di lingkungan UPN Veteran Yogyakarta.
Dari penjabaran diatas, kertas ini merupakan bentuk hukum yang lahir dari mahasiswa se-
UPN Veteran Yogyakarta. Yang harapannya dapat menjawab terkait penerapan SK
rektor atas penarikan uang kuliah tunggal itu untuk ditinjau ulang. Sebab Rektor sebagai
pejabat publik pada sektor universitas dapat menentukan landasan hukum yang senyatanya
legal dan sesuai ketentuan perundang-undangan.
a. Dalam hal ini, Badan Publik yang berbentuk Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta dirasa kurang untuk memberikan transparansi anggaran.
b. Alokasi anggaran baik untuk kegiatan kemahasiswaan, fasilitas, serta UKT tidak diberikan
oleh pihak Univesitas kepada mahasiswa melalui DIPA yang di sahkan oleh Kemenristek
Dikti di sebelum tahun anggaran baru dimulai.
c. Pengurus BEM baik itu dalam lingkup Universitas dan Fakultas telah berulangkali
menuntut transparansi anggaran dan pengalokasiannya, tetapi dari pihak rektorat tetap
tidak bergeming.
d. Menurut survey yang dilakukan oleh BEM FISIP UPNVY, persoalan transparansi sangat
menjadi fokus utama permasalahan yang ada di dalam UPN Veteran Yogyakarta (data
terlampir).
e. Sudah menjadi tanggung jawab pihak rektorat untuk menjawab persoalan ini secara serius.
Karena problematika sistem keuangan di UPNVY yang tidak transparan membuat bola liar
tersendiri bagi mahasiswa baik itu dilingkup jurusan maupun fakultas di lingkungan UPN
Veteran Yogyakarta.
Dari penjabaran diatas, kertas ini merupakan bentuk hukum yang lahir dari mahasiswa se-
UPN Veteran Yogyakarta. Yang harapannya dapat menjawab permasalahan terkait
transparansi anggaran. Sebab Rektor sebagai pejabat publik pada sektor universitas dapat
menentukan landasan hukum yang senyatanya legal dan sesuai ketentuan perundang-
undangan.
a. Menurut PP no. 60 tahun 1999 Pasal 1 ayat (7) Statuta adalah pedoman dasar
penyelenggaraan kegiatan yang dipakai sebagai acuan untuk merencanakan,
mengembangkan program dan penyelenggaraan kegiatan fungsional sesuai dengan tujuan
perguruan tinggi yang bersangkutan, yang berisi dasar yang dipakai sebagai rujukan
pengembangan peraturan umum, peraturan akademik dan prosedur operasional yang
berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan. Kemudian pasca aksi mahasiswa pada 9
mei 2016, dituntut pula revisi Pokok Pokok Kemahasiswaan dan STATUTA sesuai dengan
tuntutan mahasiswa.
b. Dan pada tanggal 21 November 2016 telah dilaksanakan konsolidasi dari BEM KM UPN
Veteran Yogyakarta kepada seluruh Ketua BEM Fakultas UPNVY membahas tentang
pengesahan ORTALA dan beberapa isu yang ada di UPNVY.
c. Kemudian, setelah ditelaah oleh seluruh Organisasi Kemahasiswaan UPN Veteran
Yogyakarta, masih banyak Organisasi Kemahasiswaan yang belum mendapatkan SK dari
pihak kampus, dikarenakan ORTALA yang belum disahkan.
d. Dalam hal ini, badan publik yang berbentuk Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta dirasa kurang serius dalam penyusunan STATUTA terbaru.
e. STATUTA yang berlaku sudah tidak sesuai dengan status dari Universitas yang sekarang
sudah menjadi Perguruan Tinggi Negeri.
f. Pengurus BEM baik itu dalam lingkup Universitas dan Fakultas telah berulangkali
menuntut ORTALA dan STATUTA segera disahkan, tetapi dari pihak rektorat tidak
memberikan jawaban pasti.
g. Bahwa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta tidak mengaplikasikan
amanah dari pasal 4 Kepmendikbud no. 234/U/2000.
h. Sudah menjadi tanggung jawab pihak rektorat untuk menjawab persoalan ini secara serius.
Karena problematika ORTALA dan STATUTA di UPNVY yang tidak segera disahkan
membuat kendala itu tersendiri bagi Organisasi Kemahasiswaan baik itu dilingkup jurusan
maupun fakultas di lingkungan UPN Veteran Yogyakarta. Dari penjabaran diatas, kertas
ini merupakan bentuk hukum yang lahir dari mahasiswa se-UPN Veteran Yogyakarta.
Yang harapannya dapat menjawab permasalahan terkait pengesahan ORTALA dan
STATUTA di UPNVY. Sebab rektor sebagai pejabat publik pada sektor Universitas dapat
menentukan landasan hukum yang senyatanya legal dan sesuai ketentuan perundang-
undangan.
4. Pelayanan Akademik dan Non-Akademik di UPN Veteran Yogyakarta
a. Penggunaan fasilitas kampus berupa ruang seminar dikenakan biaya tertentu yang tidak
jelas dasar penentuan nominalnya. Setiap fakultas memiliki nominal yang berbeda dari
fakultas lainnya berkisar Rp100.000,00 Rp400.000,00 tanpa ada peraturan tertulis yang
mendasarinya.
b. Kondisi gedung dan sarana prasarana penunjang pendidikan di UPNVY baik itu kampus 1
dan 2 yang sangat tidak menunjang dalam kegiatan perkuliahan membuat kurangnya
antusiasme mahasiswa untuk berdiskusi dan belajar di area kampus.
c. Polemik status kepemilikan aset tetap tidak bergerak berupa bangunan dan tanah masih
belum ada kejelasan sehingga pengadaan, penambahan, serta peningkatan baik bangunan,
ruang kelas, laboratorium, maupun sarana prasarana yang telah disusun dalam Rencana
Strategi Universitas belum dapat direalisasikan.
d. Pelayanan birokrasi kampus yang masih sangat memprihatinkan. Ketidakpahaman satuan-
satuan kerja dalam menjalankan tugasnya serta ketidakjelasan proses birokrasi
mengakibatkan kesimpangsiuran informasi yang diterima oleh mahasiswa untuk mengurus
segala keperluan.
e. Sistem informasi berbasis komputer (Computer Based Information System) masih banyak
kekurangan sehingga sering terjadi permasalahan mengenai kerancuan jadwal perkuliahan.
f. Adanya oknum tenaga kepengajaran yang diindikasikan melakukan penyalahgunaan
jabatannya sebagai dosen yang memobilisasi mahasiswanya untuk mengikuti kegiatan non
akademik diluar kampus, dengan iming-iming nilai.
g. Adanya aktor pendidik yang tidak memenuhi kewajibannya dalam proses transfer ilmu
(pengajaran).
5. Demokrasi Kampus
a. Bahwa tahun akademik 2016 telah dibuka penerimaan mahasiswa baru angkatan 2016
terkhususkan juga bagi UPNVY untuk menerima mahasiswa baru; 2. Bahwa menurut
permenristekdikti nomor 22 tahun 2015 tentang BIAYA KULIAH TUNGGAL DAN
UANG KULIAH TUNGGAL PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
disebutkan bahwa adanya sistem pembayaran yaitu UKT dan BKT
b. Bahwa UPNVY sebagai PTN yang berstatus SATKER menerapkan sistem UKT sebagai
konsekuensi logis dan yuridis dari penerapan dan pelaksanaan regulasi terbaru yaitu
Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Permenristek & dikti) No 39
Tahun 2016 tentang BKT dan UKT pada PTN di lingkungan Kementerian Riset Teknologi
dan Pendidikan Tinggi;
c. Bahwa UKT merupakan Uang Kuliah Tunggal yang selanjutnya disingkat UKT adalah
sebagian BKT yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya;
d. Bahwa Penjelasan UKT tersebut yang terdapat pada permenristekdikti nomor 39 tahun
2016 ini merupakan sistem pembiayaan yang sudah diterapkan sejak 2016
e. Bahwa Biaya Kuliah Tunggal yang selanjutnya disingkat BKT adalah keseluruhan biaya
operasional mahasiswa per semester pada program studi di PTN;
f. Bahwa BKT merupakan sistem pembiayaan yang sama persis dengan UKT yang sudah
diterapkan sejak 2015 di UPNVY
g. Bahwa dari perkembangan ini, sudah diamati bahwa tidak terjadi perubahan secara
menyeluruh mengenai BKT dan UKT;
h. Bahwa data BKT ini sudah diterapkan tetapi tidak dapat diakses oleh mahasiswa karena
minim nya transparansi yang diberikan oleh rektorat perihal status BKT untuk 2016;
i. Bahwa maka rektorat Universitas Pmbangunan Nasional Veteran Yogyakarta tidak
memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mendapat data BKT. Sehingga rektor sebagai
pejabat publik telah melanggar Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB) yakni asas
transparansi. AUPB sebagai fondasi penting dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik
Dalam Pasal 3 UU RI No. 28 Tahun 1999
j. Bahwa melihat latar belakang kasus Kenaikan UKT pada mahasiswa baru tahun 2016
Rektor UPNVY telah keliru menyikapi SE Kemensitekdikti No.800/A.A1/KU/2016;
k. Bahwa kekeliruan ini dapat berakibat fatal jika terus dijalankan oleh rektorat karena SE
tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat atau dapat dikatakan hanya sebatas anjuran;
l. Bahwa akar permasalahan UKT tidak boleh naik karena rektorat tidak memberikan ruang
untuk mengakses data baik BKT maupun BOPTN. Sehingga tidak ada argumentasi konkrit
yang menyebutkan bahwa UKT dapat naik;
m. Bahwa UKT harus memiliki landasan teoritik yang kuat untuk dapat naik, sebab tidak ada
peruba han BKT dari 2015 hingga 2016;
n. Bahwa dalam penentuan status level, rektor akan menggunakan landasan hukum yang
tertera didalam Permenristekdikti nomor 39 tahun 2016 dimana rektor menggunakan pasal
6 yang menyebutkan bahwa pemimpin PTN dapat melakukan penetapan ulang
pemberlakuan UKT terhadap mahasiswa apabila terdapat: a. ketidak sesuaian kemampuan
ekonomi mahasiswa yang diajukan oleh mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain
yang membiayainya; dan/atau b. pemutakhiran data kemampuan ekonomi mahasiswa,
orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya;
o. Bahwa dari penjabaran poin 13 maka rektor akan menambah status level UKT hingga level
1- 8;
p. Bahwa dalam menerapkan status level ini, rektor akan memberikan kerugian kepada
mahasiswa karena orientasi pendidikan tinggi telah dilanggar. Sebab keberadaan asas
keadilan yang termaktub pada bab penjelasan UU Dikti pasal 3 huruf d. Dimana dijelaskan
bahwa pendidikan tinggi menyediakan kesempatan yang sama kepada semua warga negara
indonesia tanpa memandang suku, agama, ras, dan antar golongan, serta latar belakang
sosial dan ekonomi;
q. Bahwa, akibat adanya status level tersebut akan membuat suatu range/jarak antara
pendapatan per kapita masyarakat semakin luas. Karena latar belakang sosial dan ekonomi
menjadi batasan bagi masyarakat untuk mengakses pendidikan;
r. Bahwa dalam kasus Level ini, rektor dapat menyalahgunakan wewenang (detourmenent de
pouvoir) karena melanggar ketentuan asas keadilan yang termaktub pada UU DIKTI nomor
12 tahun 2012;
s. Bahwa permasalahan ini pun sekaligus dapat mencederai Asas Umum Pemerintah yang
Baik (AUPB) yakni pada UU penyelenggaraan pemerintah yang bersih dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme nomor 28 tahun 1999 pada pasal 3 ayat 1 yaitu asas kepastian
hukum karena akan menerapkan status level yang bertentangan dengan asas keadilan yang
juga tertera didalam UU Dikti Nomor 12 Tahun 2012.;
t. Bahwa telah diketahui pada SK Rektor UPNVY tentang UKT yang melampirkan data
statistik nominal dan level UKT 2016 di semua program studi pada UPNVY yang
dikualifikasikan sebagai tindakan hukum publik oleh pejabat tata usaha negara, untuk dapat
menilai keabsahan dan legalitas tersebut sebagaimana dijelaskan sebelumnya harus dinilai
dari 3 aspek yaitu aspek wewenang, aspek prosedural dan aspek substantif.
u. Bahwa dalam Permenristek & dikti No 39 Tahun 2016 tentang BKT dan UKT tersebut
sebagai batu tulis dan dasar pengujian keabsahan legalitas SK Rektor UPNVY tersebut,
ada beberapa pasal dan ayat yang sangat berkaitan dengan aspek wewenang, aspek
prosedural dan aspek substantif yaitu antara lain: Pasal 3 (1) UKT sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (2) terdiri atas beberapa kelompok yang ditentukan berdasarkan
kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang
membiayainya. (2) Pengelompokkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh
PTN kepada menteri untuk ditetapkan Pasal 4 c. Lampiran IV untuk mahasiswa pada PTN
mulai tahun angkatan 2016, Pasal 5 (3) Pemberlakuan UKT kelompok 1 sampai dengan
UKT kelompok VIII kepada mahasiswa didasarkan pada kemampuan ekonomi mahasiswa,
orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya. (4) Ketentuan lebih lanjut
mengenai pemberlakuan UKT sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
Pemimpin PTN
v. Bahwa untuk dapat menilai keabsahan dan legalitasnya perlu ada penafsiran dan
penginterpretasian pada regulasi tersebut yaitu pada pasal 4 huruf c pada redaksi mulai
tahun angkatan 2015 dapat ditafsirkan bahwa permberlakuan sistem UKT tersebut dapat
untuk angkatan 2015 dan selanjutnya seperti angkatan 2016 dan seterusnya terkecuai ada
aturan yang mengatur sebaliknya;
w. Bahwa pada pasal 5 ayat (4) pada redaksi Pemberlakuan UKT sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) yaitu (pemberlakuan level 1 sampai level 8 UKT ditetapkan oleh Pemimpin
PTN. Pasal ini dapat ditafsirkan bahwa untuk memberlakukan sistem UKT pada level 1
sampai level 8 itu harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi kemampuan ekonomi
mahasiswa, di mana untuk mengakomodir konteks kemampuan ekonomi mahasiswa ini
secara eksplisit ditejermahkan sebagai SK Rektor aquo khususnya yang berisi pada bagian
range dalam lampirannya;
x. Bahwa dilihat dari beberapa point aturan tersebut, dapat dinilai keabsahannya dari aspek
prosedural dan aspek wewenang tidak terpenuhi. Melihat bahwa tafsiran pada pasal 5 ayat
(4) itu yang dimaksudkan pada SK Rektor aquo pada lampiran range, bukan mengenai
kewenangan rektorat untuk menerapkan sistem UKT bagi mahasiswa angkatan 2016 dari
level 1 sampai level 8. Secara aspek wewenang, Rektorat tidak memiliki kewenangan
dalam menetapkan sistem UKT dari level 1 sampai level 8, namun yang menetapkan ialah
pemerintah pusat dalam hal ini melalui Kemenristekdikti yang diterjemahkan dalam bentuk
Peraturan Menteri. Rektorat hanya memiliki kewenangan untuk merumuskan dan
mengusulkan draft UKT tersebut, bukan menetapkan melalui SK Rektor aquo. Lalu
mengenai SE Kemensitekdikti No.800/A.A1/KU/2016, perlu diketahui bahwa SE ini
hanya sebatas pemberitahuan dan himbauan, tidak memiliki kekuatan yang sifatnya
mengatur dan mengikat. Maka sangatlah tidak logis jika Rektorat menetapkan sistem UKT
2016 level 1 sampai level 8 yang ditetapkan cukup melalui SK Rektor aquo, mengingat SE
ini tidak bisa dijadikan sebagai dasar atau legal standing dalam tindakan hukum publik atau
aturan organik yang berupa SK Rektor khususnya.
y. Bahwa kemudian pada aspek prosedural, yaitu proses perumusan dan penetapan sebuah
SK Rektor aquo ini perlu dibedakan. Proses perumusan ini yaitu yang merumuskan UKT
itu kewenangannya ada pada pihak rektorat beserta jajarannya yaitu dekanat dan kepala
prodi. Untuk konteks penetepan ini, dalam Permenristekdikti No 39 Tahun 2016 tidak
mendelegasikan kewenangannya sama sekali kepada pimpinan PTN yang dalam hal ini
Rektorat UPNVY untuk menetapkan SK Rektor UKT yang berisi level 1 sampai level 8.
Lagi-lagi secara prosedural, UPNVY sebagai PTN-SATKER memiliki kewenangan non-
akademik dalam hal ini kewenangan keuangan yang terbatas khususnya dalam hal ini SK
Rektor tentang UKT harus ada persetujuan dan penetapan dari pemerintah pusat yaitu
Kemenristekdikti. Maka dari itu, aspek prosedural ini tidak terpenuhi;
z. Bahwa pada indikator penilaian terakhir yaitu aspek substantif ini mengacu pada
kemampuan ekonomi mahasiswa yang didasarkan pada pasal 5 ayat (3) Pemberlakuan
UKT kelompok 1 sampai dengan UKT kelompok VIII kepada mahasiswa didasarkan pada
kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang
membiayainya. Perlu diingat kembali pada draft SK Rektor UPNVY tentang UKT dalam
Lampiran data statistik level dan nominal UKT, semua program studi telah mengalami
kenaikan nominal di semua level bahkan level 8 yang baru diterapkan pun juga di level
yang tinggi. Di sinilah permasalahan yang menjadi standing point, terkait dengan aspek
substanstif, padahal jika dilihat masing-masing level UKT terdapat nominal yang
dikatakan tinggi dan tidak disesuaikan dalam konteks kemampuan ekonomi mahasiswa,
ditambah lagi SK Rektor UPNVY tentang UKT dalam lampiran range, begitu sempit dan
kecil jarak range antara level dan nominal di masing-masing kelompok 1, 2 dan 3
aa. Bahwa dapat dilihat bahwa nominal di masing-masing level dari level 1 dan level 8
khususnya dari level 3 dan level 8 di mana level 3 di semua program studi mengalami
kenaikan yang jauh dari level 2 dan pola kenaikan masingmasing level tidak berpola serta
tidak menyesuaikan dan tidak memperhatikan kemampuan ekonomi mahasiswa.
bb. Bahwa dari aspek substantif ini di mana pasal 5 ayat (3) ini sebagai dasar penilaiannya,
ketentuan substantif mengenai nominal masing-masing level UKT khususnya level 3
sampai level 8 tidak terpenuhi mengingat tidak memperhatikan kemampuan ekonomi
mahasiswa. Maka dapat dikatakan aspek substantif tidak terpenuhi.
cc. Bahwa dari ketiga aspek yaitu aspek wewenang, aspek prosedural dan aspek substantif di
sini, ketiga aspek yang dimaksud sebelumnya tidak dipenuhi.
dd. Bahwa mengingat sebuah tindakan hukum publik oleh pejabat tata usaha negara harus
memenuhi 3 aspek tersebut dalam arti keabsahan dan legalitas baru terpenuhi jika 3 aspek
tersebut telah terpenuhi, lalu mengenai SK Rektor UPNVY tentang UKT yang belum
diterbitkan dan diundangkan dengan penilaian semua 3 aspek belum terpenuhi yaitu aspek
prosedural, aspek wewenang dan aspek substani materiil.
2. PENERAPAN TRANSPARANSI ANGGARAN
a. Bahwa tahun akademik 2016 telah dimulai dan aturan aturan lama yang ada di UPNVYK
masih dilaksanakan. Menurut PP no. 60 tahun 1999 Pasal 1 ayat (7)
Statuta adalah pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan yang dipakai sebagai
acuan untuk merencanakan, mengembangkan program dan penyelenggaraan
kegiatan fungsional sesuai dengan tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan,
yang berisi dasar yang dipakai sebagai rujukan pengembangan peraturan umum,
peraturan akademik dan prosedur operasional yang berlaku di perguruan tinggi
yang bersangkutan
b. Pada Permenristekdikti nomor 39 tahun 2015 pasal 4 ayat (2) dimana menyebutkan
bahwa
Ketentuan lebih lanjut mengenai senat diatur dalam statuta UPN
Pada penerapannya statuta masih belum diselesaikan sehingga hal ini menimbulkan
polemik tersendiri.
c. Bahwa seharusnya, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
memandang serius dan perlu untuk menerapkan STATUTA sesuai dengan aturan aturan
yang terkait untuk memeperjelas dasaran pokok Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta, dan sebagai salah satu syarat proses pendirian PTN.
d. Bahwa saat ini, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta tidak
mempunyai arah gerak yang berdampak kepada tidak tercapainya visi, misi, serta cita cita
berdirinya UPN Veteran Yogyakarta
e. Bahwa Statuta yang tidak jelas pada saat ini, merupakan dampak dari ketidakseriusan
pihak pihak yang terkait dalam mengelola suatu lembaga pendidikan tinggi yang
notabene pencetak kader juang bangsa Indonesia.
f. Bahwa Organisasi dan Tata Laksana dan selanjutnya disebut Ortala, di UPNVY pun
sama nasibnya seperti dengan statuta UPNVY, yaitu belum adanya kepastian dan
kejelasan mengenai hal tersebut
g. Bahwa Ketidakjelasan Ortala UPNVY berakibat kepada tata kelola organisasi
kemahasiswaan yang amburadul dan menimbulkan simpangsiur dalam kepengurusan
Organisasi Kemahasiswaan
h. Ortala yang tidak jelas mengindikasikan bahwa Rektor dalam hal ini sebagai pimpinan
tertinggi di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta tidak serius dalam
memikirkan dan mengakomodir unsur unsur tata kelola di UPNVY termasuk unsur dari
Organisasi Kemahasiwaan.
Slamet Kastoro
NIM. 112130206