Anda di halaman 1dari 18

SALINAN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO


NOMOR 28 TAHUN 2017

TENTANG

PEDOMAN PENETAPAN UANG KULIAH TUNGGAL (UKT) MAHASISWA BARU


UNIVERSITAS DIPONEGORO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO,

Menimbang : a. bahwa Universitas Diponegoro sejak tanggal 1 Januari 2017


telah efektif sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
sehingga Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan
dengan penetapan UKT mahasiswa baru perlu adanya
panduan perhitungannya;
b. bahwa dalam rangka untuk memberikan pertanggungjawaban
kepada masyarakat, stake holder, menjamin akuntabilitas
dan kepastian hukum terkait mekanisme dan prosedur
penetapan UKT yang jelas di lingkungan Universitas
Diponegoro;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b, maka perlu diatur dengan Peraturan
Rektor Universitas Diponegoro;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara RI
tahun 2003 nomor 78, Tambahan Lembaran Negara RI
No.4301);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi (Lembaran Negara RI tahun 2012 nomor 156,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5336);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1961 tentang Penegerian Universitas Diponegoro (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 25);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91);

6.Peraturan…
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan
Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5500);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun
2014 tentang Penetapan Universitas Diponegoro sebagai
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 302);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 110, tambahan Lembaran
Negara Nomor 5699);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun
2015 tentang Statuta Universitas Diponegoro (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 170,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5721);
10. Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia Nomor: 146/M/Kp/IV/2015 tentang
Pengangkatan Rektor Universitas Diponegoro;
11. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Diponegoro Nomor
2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas
Diponegoro.
12. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Diponegoro Nomor
07 Tahun 2016 tentang Kebijakan umum Universitas
Diponegoro tahun 2015-2039;
13. Peraturan Rektor Universitas Diponegoro Nomor 4 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unsur-unsur di
Bawah Rektor Universitas Diponegoro;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO


TENTANG PEDOMAN PENETAPAN UANG KULIAH TUNGGAL
(UKT) MAHASISWA BARU UNIVERSITAS DIPONEGORO.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Rektor Universitas Diponegoro ini yang dimaksud dengan:


1. Universitas Diponegoro yang selanjutnya disebut Undip adalah perguruan
tinggi negeri badan hukum.
2. Rektor adalah organ Undip yang memimpin penyelenggaraan dan pengelolaan
Undip.

3.Senat Akademik…
2
3. Senat Akademik yang selanjutnya disingkat SA adalah organ Undip yang
menetapkan kebijakan, memberikan pertimbangan, dan melakukan
pengawasan di bidang akademik.
4. Fakultas adalah himpunan sumber daya pendukung, yang
menyelenggarakan dan mengelola pendidikan akademik dan profesi dalam
satu rumpun disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Sekolah adalah unsur pelaksana akademik setingkat Fakultas yang bertugas
menyelenggarakan dan/atau mengoordinasikan program pascasarjana
multidisiplin, program profesi, atau program vokasi.
6. Program Studi adalah kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang
memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis
pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan/atau pendidikan vokasi.
7. Dekan adalah pimpinan Fakultas atau Sekolah di lingkungan Undip yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di
masing-masing Fakultas atau Sekolah.
8. Penerimaan Mahasiswa Baru yang selanjutnya disingkat dengan PMB
merupakan proses seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur nasional
dan mandiri.
9. Uang Kuliah Tunggal yang selanjutnya disingkat dengan UKT merupakan
besaran uang kuliah yang ditetapkan oleh Rektor yang akan dibayarkan oleh
setiap mahasiswa per semester berdasarkan tingkatan UKT yang ditetapkan
untuk setiap program studi.
10. Kelompok Kerja yang selanjutnya disingkat dengan POKJA merupakan tim
yang dibentuk oleh Dekan yang bertugas melakukan verifikasi dan
pemeriksaan kebenaran data dan informasi yang disampaikan oleh
mahasiswa/calon Mahasiswa pada Fakultas/Sekolah.
11. Skor UKT mahasiswa adalah skor nilai yang digunakan untuk mempredikasi
kemampuan membayar dari setiap mahasiswa/calon mahasiswa yang
merupakan hasil perhitungan aspek kuantitatif atas data dan informasi yang
disampaikan mahasiswa/calon mahasiswa.
12. Level UKT mahasiswa/calon mahasiswa adalah tingkatan UKT dari golongan
1 (satu) hingga golongan 7 (tujuh) atau lebih, yang mewakili besaran nilai
UKT yang harus dibayar mahasiswa sesuai dengan program studinya.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

Penetapan UKT mahasiswa baru yang diatur dalam Peraturan Rektor ini meliputi:
a. Pedoman umum penetapan UKT;
b. Pejabat yang berwenang;
c. Data dan informasi calon mahasiswa;
d. Penentuan skor UKT calon mahasiswa;
e. Mekanisme penetapan dan perubahan;
f. Pengumuman UKT; dan
g. Mekanisme banding dan penyesuaian UKT.

Pasal 3…
3
Pasal 3

Penetapan UKT yang diatur dalam Peraturan Rektor ini digunakan sebagai
pedoman penetapan UKT mahasiswa untuk program yang mencakup:
a. sarjana S1; dan/atau
b. diploma.

BAB III
PEDOMAN UMUM PENETAPAN UKT

Pasal 4

(1) Penetapan UKT per mahasiswa dilakukan dengan cara yang sistematis
dengan memperhitungkan aspek kuantitatif dan kualitatif.
(2) Penetapan UKT per mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangkan:
a. Kemampuan membayar mahasiswa; dan
b. Kelayakan dan kepatutan tarif layanan untuk setiap program studi.
(3) Penetapan UKT per mahasiswa berpedoman pada tarif UKT untuk setiap
program studi yang ditetapkan dalam Keputusan Rektor

Pasal 5

(1) Aspek kuantitatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diperoleh dari data
dan informasi yang diisi oleh calon mahasiswa yang telah dinyatakan diterima
dalam proses PMB.
(2) Aspek kualitatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diperoleh dari
konfirmasi serta pemeriksaan atas kelengkapan dan kebenaran data serta
informasi yang diisi oleh calon mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).

Pasal 6

(1) Penetapan level UKT per mahasiswa baru ditetapkan oleh Rektor setelah
pemeriksaan atas aspek kuantitatif dan kualitatif oleh pejabat berwenang telah
selesai dilakukan.
(2) Penetapan level UKT per mahasiswa baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan bentuk pengumuman yang secara resmi baik melalui
laman resmi yang disediakan universitas dan/atau bentuk lain yang sah.

BAB IV
PEJABAT YANG BERWENANG

Pasal 7

Pejabat yang berwenang dalam proses penetapan UKT per mahasiswa baru terdiri
dari:
a. Pejabat ditingkat Fakultas/Sekolah; dan/atau
b. Pejabat ditingkat Universitas.

Pasal 8…

4
Pasal 8

(1) Pejabat di tingkat Fakultas/Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7


huruf a melaksanakan kewenangan untuk melaksanakan tugas yang
mencakup:
a. melakukan pemeriksaan atas kelengkapan dan kebenaran data serta
informasi yang disampaikan oleh calon mahasiswa yang telah dinyatakan
diterima pada proses PMB; dan
b. menyampaikan usulan penetapan UKT dan/atau perubahan UKT per
mahasiswa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Rektor
ini.
(2) Tugas pejabat di tingkat Fakultas/Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilaksanakan oleh Wakil Dekan yang melaksanakan fungsi di
bidang sumberdaya.
(3) Tugas pejabat di tingkat Fakultas/Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dilaksanakan oleh Dekan.

Pasal 9

(1) Pejabat di tingkat universitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b


melaksanakan kewenangan untuk melaksanakan tugas yang mencakup:
a. melakukan verifikasi atas kelengkapan usulan penetapan UKT dan
perubahan UKT per mahasiswa yang disampaikan oleh Dekan; dan
b. menyampaikan usulan penetapan UKT atau perubahan UKT per mahasiswa
dari Dekan kepada Rektor untuk ditetapkan menjadi Keputusan Rektor
tentang penetapan UKT dan/atau perubahan penetapan UKT.
(2) Tugas pejabat di tingkat universitas yang melakukan verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh Wakil Rektor yang
melaksanakan fungsi di bidang akademik dan kemahasiswaan.
(3) Tugas pejabat di tingkat Universitas yang menyampaikan usulan penetapan
UKT atau perubahan UKT per mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilaksanakan oleh Wakil Rektor yang melaksanakan fungsi di bidang
sumberdaya.

Pasal 10

(1) Dalam hal membantu pelaksanaan tugas pejabat di tingkat Fakultas/Sekolah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Dekan dapat membentuk tim kelompok
kerja (POKJA).
(2) Tim kelompok kerja (POKJA) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya terdiri dari unsur yang mencakup:
a. Dekan;
b. Wakil Dekan;
c. Kabag Tata Usaha;
d. Kasubbag; dan
e. Unsur mahasiswa.

(3)Dalam…

5
(3) Dalam hal membantu pelaksanaan tugas pejabat di tingkat universitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Wakil Rektor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3) dibantu oleh:
a. Kepala BAA dan kepala BAK untuk tugas Wakil Rektor Bidang Akademik
dan Kemahasiswaan; dan
b. Kepala BAUK untuk tugas Wakil Rektor Bidang Sumberdaya.

BAB V
DATA DAN INFORMASI CALON MAHASISWA

Pasal 11

(1) Calon mahasiswa yang telah dinyatakan diterima dalam proses PMB wajib
menyampaikan data dan informasi berupa indikator penilaian yang sekurang-
kurangnya mencakup:
a. total penghasilan kotor orang tua atau wali rata-rata setiap bulan;
b. pekerjaan orang tua atau wali;
c. jumlah tanggungan orang tua atau wali;
d. status kepemilikan rumah orang tua atau wali dari calon mahasiswa;
e. total pajak kendaraan yang dibayar setiap tahun; dan
f. data lain yang ditetapkan secara khusus oleh Rektor.
(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai
dengan bukti pendukung yang sah.

Pasal 12

(1) Data dan informasi yang disampaikan oleh calon mahasiswa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 digunakan sebagai dasar perhitungan aspek
kuantitatif dalam penetapan UKT.
(2) Perhitungan aspek kuantitatif dalam penetapan besaran UKT per mahasiswa
dilakukan dengan menggunakan sistem informasi yang seragam di semua
fakultas/sekolah yang berpedoman pada Peraturan ini.

Pasal 13

(1) Pemeriksaan data dan informasi yang disampaikan dilakukan bersamaan


dengan pemeriksaan aspek kualitatif calon mahasiswa.
(2) Aspek kualitatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memeriksa sekurang-kurangnya:
a. kesesuaian dan rasionalitas data yang disampaikan;
b. kelengkapan dan kebenaran data yang disampaikan; dan/atau
c. penilaian atas kemampuan membayar calon mahasiswa.

Pasal 14

(1) Pejabat yang berwenang di tingkat fakultas/sekolah dapat melakukan


perubahan status level UKT mahasiswa atas hasil perhitungan aspek
kuantitatif dengan mempertimbangkan aspek kualitatif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (2).

(2)Perubahan…

6
(2) Perubahan status level UKT mahasiswa dalam proses penetapan UKT dapat
dilakukan menggunakan sistem informasi pada laman resmi yang disiapkan
universitas.
(3) Perubahan status level UKT mahasiswa dalam proses penetapan UKT
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sebelum disusunnya usulan
penetapan UKT oleh Dekan.

BAB VI
PENENTUAN SKOR UKT CALON MAHASISWA

Pasal 15

(1) Penetapan level UKT calon mahasiswa dilakukan sebelum aspek kualitatif
dipertimbangkan oleh pejabat yang berwenang ditingkat fakultas/sekolah.
(2) Penetapan level UKT calon mahasiswa masih bersifat sementara dan dapat
diubah berdasarkan pertimbangan aspek kualitatif.
(3) Penetapan level UKT mahasiswa bersifat final dan mengikat setelah ditetapkan
dalam Keputusan Rektor.

Pasal 16

(1) Perhitungan skor UKT mahasiswa dilakukan berdasarkan penilaian atas


faktor kuantitatif sesuai data dan informasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11.
(2) Pemberian skor dilakukan dengan memberi poin 1 (satu) hingga poin 10
(sepuluh) untuk pembobotan dengan nilai positif.
(3) Pemberian skor dilakukan dengan memberi poin 0 (nol) hingga poin 3 (tiga)
untuk pembobotan dengan nilai negatif.

Pasal 17

(1) Penentuan skor akhir per mahasiswa dihitung setelah perhitungan total
bobot setiap indikator penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1) telah diselesaikan.
(2) Perhitungan total bobot setiap indikator per mahasiswa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. skor yang diperoleh untuk indikator penilaian terkait total penghasilan
kotor orang tua atau wali rata-rata setiap bulan dikalikan dengan 50
(lima puluh) persen;
b. skor yang diperoleh untuk indikator penilaian terkait pekerjaan orang tua
atau wali dikalikan dengan 10 (sepuluh) persen;
c. skor yang diperoleh untuk indikator penilaian terkait jumlah tanggungan
orang tua atau wali dikalikan dengan -15 (negatif lima belas) persen;
d. skor yang diperoleh untuk indikator penilaian terkait status kepemilikan
rumah tua atau wali dari calon mahasiswa dikalikan dengan 25 (dua
puluh lima) persen; dan
e. skor yang diperoleh untuk indikator penilaian terkait total pajak
kendaraan yang dibayar setiap tahun dikalikan dengan 30 (tiga puluh)
persen.

Pasal 18…

7
Pasal 18

Faktor kuantitatif berupa data dan informasi terkait skor untuk total penghasilan
kotor orang tua atau wali rata-rata setiap bulan, sebelum dilakukan perhitungan
total bobot sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a, dinilai dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. total penghasilan senilai kurang dari Rp.3.000.000,- diberi skor dengan nilai 1
(satu);
b. total penghasilan antara Rp.3.000.001,- sampai dengan Rp.5.000.000,- diberi
skor dengan nilai 5 (lima);
c. total penghasilan antara Rp.5.000.001,- sampai dengan Rp.7.000.000,- diberi
skor dengan nilai 6 (enam);
d. total penghasilan antara Rp.7.000.001,- sampai dengan Rp.10.000.000,- diberi
skor dengan nilai 7 (tujuh);
e. total penghasilan antara Rp.10.000.001,- sampai dengan Rp.13.000.000,-
diberi skor dengan nilai 8 (delapan);
f. total penghasilan antara Rp.13.000.001,- sampai dengan Rp.16.000.000,-
diberi skor dengan nilai 9 (sembilan); dan
g. total penghasilan lebih dari Rp.16.000.001,- diberi skor dengan nilai 10
(sepuluh).

Pasal 19

Faktor kuantitatif berupa data dan informasi terkait skor untuk pekerjaan orang
tua atau wali, sebelum dilakukan perhitungan total bobot sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b, dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pekerjaan buruh pabrik, PKL kecil, buruh petani, pensiunan diberi skor
dengan nilai satu (1);
b. pekerjaan petani dan nelayan diberi skor dengan nilai dua (2);
c. pekerjaan PNS/TNI golongan I sampai dengan III diberi skor dengan nilai
empat (4);
d. pekerjaan usaha menengah diberi skor dengan nilai lima (5);
e. pekerjaan PNS/TNI golongan IV diberi skor dengan nilai enam (6);
f. pekerjaan karyawan BUMN diberi skor dengan nilai tujuh (7);
g. pekerjaan PNS/TNI eselon I dan eselon II diberi skor dengan nilai delapan (8);
h. pekerjaan usaha besar/kontraktor/profesi diberi skor dengan nilai sembilan
(9); dan
i. pekerjaan pejabat negara (Bupati, Walikota, Sekretaris Daerah, anggota DPR
dan DPRD, Gubernur, Menteri) diberi skor dengan nilai sepuluh (10).

Pasal 20

Faktor kuantitatif berupa data dan informasi terkait skor untuk jumlah
tanggungan orang tua atau wali, sebelum dilakukan perhitungan total bobot
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c, dinilai dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. jumlah tanggungan dengan dua (2) orang anak kuliah diberi skor dengan nilai
tiga (3);

b.jumlah…

8
b. jumlah tanggungan dengan satu (1) orang anak kuliah diberi skor dengan nilai
dua (2);
c. jumlah tanggungan dengan lebih dari dua (2) orang anak SMP atau SMA diberi
skor dengan nilai satu (1);
d. jumlah tanggungan dengan dua (2) orang anak SMP atau SMA diberi skor
dengan nilai satu (1);
e. jumlah tanggungan dengan satu (1) orang anak SMP atau SMA diberi skor
dengan nilai nol (0); dan
f. jumlah tanggungan anak SD atau tidak punya tanggungan diberi skor dengan
nilai nol (0).

Pasal 21

Faktor kuantitatif berupa data dan informasi terkait skor untuk status
kepemilikan rumah orang tua atau wali dari calon mahasiswa, sebelum dilakukan
perhitungan total bobot sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf d,
dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tidak memiliki rumah dan orang tua/wali tinggal di rumah kontrak/kost diberi
skor dengan nilai nol (0);
b. tidak memiliki rumah dan orang tua/wali tinggal di rumah saudara/orang
tua/dinas diberi skor dengan nilai nol (1);
c. memiliki rumah sendiri dengan nilai NJOP kurang dari Rp.150.000.000,-
diberi skor dengan nilai empat (4);
d. memiliki rumah sendiri dengan nilai NJOP antara Rp.150.000.001,- sampai
dengan Rp.300.000.000,- diberi skor dengan nilai 6 (enam);
e. memiliki rumah sendiri dengan nilai NJOP antara Rp.300.000.001,- sampai
dengan Rp.450.000.000,- diberi skor dengan nilai 8 (delapan);
f. memiliki rumah sendiri dengan nilai NJOP antara Rp.450.000.001,- sampai
dengan Rp.600.000.000,- diberi skor dengan nilai 9 (sembilan); dan
g. memiliki rumah sendiri dengan nilai NJOP lebih dari Rp.600.000.000,- diberi
skor dengan nilai 10 (sepuluh);

Pasal 22

Faktor kuantitatif berupa data dan informasi terkait skor untuk kepemilikan
kendaraan yang dihitung dari total pajak kendaraan yang dibayar setiap tahun,
sebelum dilakukan perhitungan total bobot sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (2) huruf e, dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. total pajak kendaraan yang dibayar setiap tahun kurang dari Rp.100.000,-
diberi skor dengan nilai 0 (nol);
b. total pajak kendaraan dengan nilai antara Rp.100.001,- sampai dengan
Rp.1.000.000,- diberi skor dengan nilai 3 (tiga);
c. total pajak kendaraan dengan nilai antara Rp.1.000.001,- sampai dengan
Rp.2.000.000,- diberi skor dengan nilai 6 (enam);
d. total pajak kendaraan dengan nilai antara Rp.2.000.001,- sampai dengan
Rp.3.000.000,- diberi skor dengan nilai 7 (tujuh);

e.total pajak…

9
e. total pajak kendaraan dengan nilai antara Rp.3.000.001,- sampai dengan
Rp.4.000.000,- diberi skor dengan nilai 8 (delapan);
f. total pajak kendaraan dengan nilai antara Rp.4.000.001,- sampai dengan
Rp.5.000.000,- diberi skor dengan nilai 9 (sembilan); dan
g. total pajak kendaraan yang dibayar setiap tahun lebih dari Rp.5.000.000,-
diberi skor dengan nilai 10 (sepuluh).

BAB VII
MEKANISME PENETAPAN DAN PERUBAHAN UKT

Paragraf 1
Penetapan UKT

Pasal 23

(1) Penetapan UKT dilakukan setelah penilaian aspek kuantitatif dan aspek
kualitatif dari data dan informasi per mahasiswa diselesaikan oleh POKJA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dan hasil penilaiannya telah
mendapatkan persetujuan Rektor.
(2) Persetujuan Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
pejabat di tingkat universitas melakukan verifikasi dan pemeriksaan atas
kelengkapan dokumen usulan penetapan UKT yang disampaikan oleh
Fakultas/Sekolah.

Pasal 24

(1) Aspek kuantitatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) ditetapkan
berdasarkan total skor akhir per mahasiswa.
(2) Total skor akhir per mahasiswa dilakukan dengan pedoman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 untuk menilai tingkatan UKT sementara per
mahasiswa yang merupakan prediksi awal atas kemampuan membayar orang
tua/wali mahasiswa.

Pasal 25

(1) Penetapan UKT untuk mahasiswa/calon mahasiswa yang memilih membayar


UKT pada tingkatan UKT tertinggi yang berlaku di Undip maka tidak perlu
dilakukan penilaian aspek kuantitatif dan aspek kualitatif.
(2) Mahasiswa/calon mahasiswa yang memilih membayar UKT pada tingkatan
UKT tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diwajibkan
menyampaikan data dukung perhitungan UKT.

Paragraf 2…

10
Paragraf 2
Penilaian Aspek Kualitatif dan Penentuan Nilai Akhir

Pasal 26

(1) Tingkatan UKT sementara per mahasiswa yang dihasilkan dari perhitungan
aspek kuantitatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
dipertemukan dengan penilaian aspek kualitatif.
(2) Penilaian aspek kualitatif dilakukan dengan mendasarkan pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).

Pasal 27

Penilaian aspek kualitatif terkait kesesuaian dan rasionalitas data yang


disampaikan dilakukan dengan pedoman yang mencakup:
a. membandingkan antara data yang dimasukkan saat PMB dengan data saat
registrasi pada laman resmi universitas;
b. menilai rasionalitas antara data nilai penghasilan bruto dengan data lainnya
seperti total pajak kendaraan yang dibayar, data pekerjaan orang tua/wali, dan
data NJOP dari kepemilikan rumah;
c. POKJA melakukan estimasi penghasilan bruto orang tua/wali calon mahasiswa
berdasarkan pertimbangan rasionalitas data; dan
d. POKJA dapat menetapkan nilai dengan UKT tertinggi jika ditemukan
ketidaksesuaian dan ketidakbenaran data yang disampaikan.

Pasal 28

Penilaian aspek kualitatif terkait kelengkapan dan kebenaran data yang


disampaikan dilakukan dengan pedoman yang mencakup:
a. menilai kelengkapan data berdasarkan data dukung yang dipersyaratkan;
b. menilai kelengkapan data yang harus diisi secara elektronik ke dalam laman
resmi universitas;
c. menilai kebenaran data dengan melakukan konfirmasi, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung, kepada pihak-pihak yang terkait seperti
kepada pemberi kerja, tetangga di wilayah tempat tinggal, keluarga dan teman
dekat dari orangtua/wali mahasiswa;
d. POKJA melakukan estimasi pengeluaran bruto orang tua/wali calon
mahasiswa berdasarkan pertimbangan kebenaran dan rasionalitas data; dan
e. POKJA dapat menetapkan nilai dengan UKT pada level UKT tertinggi jika
ditemukan ketidaklengkapan dan ketidakbenaran data yang disampaikan.

Pasal 29
Penilaian aspek kualitatif terkait penilaian atas kemampuan membayar calon
mahasiswa dilakukan dengan tahapan yang mencakup:
a. Menghitung estimasi kemampuan membayar calon mahasiswa berdasarkan
data yang telah disampaikan calon mahasiswa; dan
b. mengelompokkan kemampuan membayar calon mahasiswa ke dalam level UKT
sesuai dengan kategori tarif UKT yang ditetapkan oleh Rektor.

Pasal 30…

11
Pasal 30

Kemampuan membayar calon mahasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29


huruf a diperkirakan dengan pedoman yang terdiri atas:
a. memperkirakan total nilai penghasilan kotor orang tua/wali mahasiswa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c yang dihitung per tahun;
b. memperkirakan total nilai pengeluaran kotor orangtua/wali mahasiswa Pasal
28 yang dihitung per tahun; dan
c. menghitung estimasi kemampuan membayar mahasiswa per semester dengan
menghitung nilai pada poin a dikurang dengan nilai pada poin b dibagi dengan
nilai dua (2).

Pasal 31

POKJA dapat mengelompokkan hasil perhitungan estimasi kemampuan


membayar mahasiswa per semester sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf
c ke dalam pilihan level UKT yang telah ditetapkan oleh Rektor.

Pasal 32

Penentuan nilai akhir UKT mahasiswa oleh POKJA dapat dilakukan dengan dasar
aspek kuantitatif dan aspek kualitatif dengan pedoman yang terdiri atas:
a. dalam hal terdapat perbedaan hasil penilaian UKT mahasiswa dari perhitungan
aspek kuantitatif dengan hasil perhitungan aspek kualitatif maka diambil hasil
perhitungan nilai UKT yang tertinggi; atau
b. dalam hal aspek kualitatif tidak diperhitungkan oleh POKJA karena
pertimbangan bahwa kemampuan membayar orang tua/wali mahasiswa telah
tercermin dalam perhitungan aspek kuantitatif maka penentuan UKT
mahasiswa dapat mendasarkan hanya pada hasil penilaian UKT mahasiswa
dari hasil perhitungan aspek kuantitatif.

Paragraf 3
Verifikasi dan Pemeriksaan

Pasal 33

Verifikasi dan pemeriksaan atas kelengkapan dokumen usulan penetapan UKT


oleh pejabat di tingkat universitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)
dilakukan dengan pedoman sebagai berikut:
a. Kepala biro yang melaksanakan fungsi di bidang administrasi kemahasiswaan
melakukan verifikasi atas kesesuaian antara data status jalur masuk per
mahasiswa dengan usulan penetapan UKT per mahasiswa dari usulan setiap
fakultas/sekolah;
b. Kepala biro yang melaksanakan fungsi di bidang administrasi akademik
melakukan pemeriksaan atas kesesuaian antara data dan informasi mahasiswa
dengan usulan penetapan UKT per mahasiswa dari usulan setiap
fakultas/sekolah;

c.Kepala…

12
c. Kepala biro yang melaksanakan bidang administrasi umum dan keuangan
melakukan pemeriksaan atas kesesuaian antara data usulan UKT per
mahasiswa dengan tarif UKT per mahasiswa dari usulan setiap
fakultas/sekolah.

Pasal 34 .

(1) Verifikasi dan pemeriksaan atas kelengkapan dokumen usulan penetapan UKT
oleh pejabat di tingkat universitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
harus memperoleh persetujuan Wakil Rektor sebelum dilakukan penetapan
UKT oleh Rektor.
(2) Persetujuan Wakil Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan berpedoman pada:
a. dalam hal persetujuan usulan penetapan UKT terkait dengan kesesuaian
data berupa status jalur masuk per mahasiswa serta data dan informasi
registrasi mahasiswa, dilaksanakan oleh Wakil Rektor yang melaksanakan
fungsi di bidang akademik dan kemahasiswaan; dan
b. dalam hal persetujuan usulan penetapan UKT terkait dengan kesesuaian
antara data usulan UKT per mahasiswa dengan tarif UKT per mahasiswa,
dilaksanakan oleh Wakil Rektor yang melaksanakan fungsi di bidang
sumberdaya.

Pasal 35

(1) Penetapan UKT per mahasiswa dilakukan dengan penerbitan Surat Keputusan
Rektor.
(2) Surat Keputusan Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
untuk setiap fakultas/sekolah.

Paragraf 4
Perubahan UKT

Pasal 36

Perubahan atas penetapan UKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1)
dapat dilakukan berdasarkan usulan perubahan UKT per mahasiswa dari
Fakultas/Sekolah yang disampaikan oleh Dekan.

Pasal 37

Perubahan atas penetapan UKT dapat dilakukan dengan ketentuan yang terdiri
atas:
a. dilakukan berdasarkan hasil dari proses banding; atau
b. dilakukan berdasarkan hasil dari proses penyesuaian UKT.

Pasal 38
(1) Proses banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a dilakukan
untuk permohonan penurunan level UKT atas penetapan UKT per mahasiswa
yang telah diumumkan berdasarkan Keputusan Rektor.

(2)Proses…

13
(2) Proses banding hanya dapat dilaksanakan sebelum mahasiswa menjalani
semester kedua dari jadwal program studi tempat kuliah mahasiswa.
(3) Proses banding hanya dapat dilakukan pada:
a. sebelum semester pertama dimulai; atau
b. saat berlangsungnya semester pertama.

Pasal 39

(1) Proses penyesuaian UKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b


dilakukan untuk:
a. permohonan penurunan UKT yang disampaikan oleh orang tua/wali
mahasiswa; dan/atau
b. usulan kenaikan UKT oleh pejabat yang berwenang.
(2) Penyesuaian UKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dilaksanakan setelah berakhirnya semester pertama dari jadwal program studi
tempat kuliah mahasiswa.

Pasal 40

(1) Perubahan atas penetapan UKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37


ditetapkan dengan Surat Keputusan Rektor.
(2) Perubahan atas penetapan UKT dilakukan setelah proses banding atau proses
penyesuaian UKT telah diselesaikan oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 41

(1) Perubahan level UKT yang dihasilkan dari proses banding sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 berlaku pembayaran retrospektif.
(2) Pembayaran atas perubahan UKT yang berlaku retrospektif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) perhitungannya dilaksanakan mulai semester pertama
yang disesuaikan dengan jadwal perkuliahan program studi tempat kuliah
mahasiswa.

Pasal 42

(1) Perubahan level UKT yang dihasilkan dari proses penyesuaian UKT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 berlaku pembayaran proyektif.
(2) Pembayaran atas perubahan UKT yang berlaku proyektif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) perhitungannya dilaksanakan mulai semester
berikutnya dari tanggal sejak ditetapkannya perubahan UKT yang disesuaikan
dengan jadwal perkuliahan program studi tempat kuliah mahasiswa.

Pasal 43
(1) Penyampaian usulan perubahan atas penetapan UKT per mahasiswa dari
Fakultas/Sekolah dilaksanakan setelah verifikasi dan pemeriksaan atas
kelengkapan dokumen telah selesai dilakukan.

(2)Verifikasi…

14
(2) Verifikasi atas kelengkapan dokumen berpedoman pada ketentuan yang
mencakup:
a. Surat permohonan banding UKT dari orang tua/wali telah disampaikan
kepada Dekan melalui POKJA;
b. Seluruh kelengkapan dokumen pendukung atas data dan informasi yang
disampaikan dalam proses registrasi mahasiswa mahasiswa telah diterima
oleh POKJA;
c. POKJA telah memeriksa kelengkapan data dan informasi yang disampaikan
oleh mahasiswa;
d. POKJA telah melakukan konfirmasi kepada pihak yang terkait atas
kebenaran data dan informasi yang disampaikan oleh mahasiswa; dan
e. Permohonan banding UKT telah diperiksa kebenarannya dan disetujui
perhitungan nilainya oleh Wakil Dekan yang melaksanakan fungsi di bidang
sumberdaya.

BAB VIII
PENGUMUMAN UKT

Pasal 44

Pengumuman UKT dilakukan dengan pedoman yang terdiri atas:


a. secara manual melalui pengumuman dengan dokumen publik; dan/atau
b. secara online pada laman resmi.

Pasal 45

(1) Pengumuman UKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dilakukan setelah


Rektor menerbitkan Surat Keputusan tentang Penetapan/Perubahan UKT
mahasiswa.
(2) Pengumuman UKT dapat dilakukan secara serentak maupun secara parsial
yang disesuaikan dengan keputusan Rektor.

BAB IX
MEKANISME BANDING DAN PENYESUAIAN UKT
Paragraf 1
Mekanisme Banding

Pasal 46

Calon mahasiswa atau mahasiswa dapat melakukan banding untuk mengusulkan


penurunan nilai atas penetapan UKT oleh Rektor dengan persyaratan yang terdiri
atas:
a. mengalami kesulitan ekonomi keluarga;
b. terdapat kesalahan data dan informasi yang dijadikan dasar perhitungan
penetapan UKT; dan/atau
c. kejadian lainnya yang mengakibatkan mahasiswa/calon mahasiswa tidak
mampu membayar UKT yang ditetapkan oleh Rektor.

Pasal 47…

15
Pasal 47

(1) Calon mahasiswa atau mahasiswa mengajukan banding UKT dengan


menyampaikan surat permohonan banding UKT dengan disertai alasan
kelayakannya sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46.
(2) Surat permohonan banding UKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Dekan.

Pasal 48

POKJA melakukan verifikasi dan pemeriksaan kebenaran data atas surat


permohonan banding UKT dengan pedoman yang mencakup:
a. melakukan konfirmasi kepada pihak-pihak terkait;
b. menilai kelayakan tingkatan UKT yang akan disesuaikan; dan
c. meminta persetujuan Dekan melalui Wakil Dekan yang melaksanakan fungsi
di bidang sumberdaya.

Pasal 49

(1) Dekan menyampaikan usulan perubahan penetapan UKT per mahasiswa


kepada Rektor.
(2) Rektor dapat memberikan persetujuan atau penolakan usulan perubahan
penetapan UKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mendapatkan
pertimbangan dari Wakil Rektor.
(3) Wakil Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan pertimbangan
dengan pedoman yang mencakup:
a. dalam hal menilai kelayakan akademik dan/atau status akademik
mahasiswa dilaksanakan oleh Wakil Rektor yang melaksanakan fungsi di
bidang akademik dan kemahasiswaan.
b. dalam hal menilai kelayakan kemampuan keuangan mahasiswa
dilaksanakan oleh Wakil Rektor yang melaksanakan fungsi di bidang
sumberdaya.

Pasal 50

(1) Rektor memberikan persetujuan atau penolakan usulan perubahan penetapan


UKT dengan menerbitkan Surat Perubahan UKT Mahasiswa.
(2) Surat perubahan UKT mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk setiap Fakultas/Sekolah.

Paragraf 2
Penyesuaian UKT

Pasal 51

Rektor dapat menetapkan penyesuaian UKT mahasiswa menjadi lebih tinggi dari
penetapan UKT sebelumnya jika terpenuhi persyaratan yang terdiri atas:
a. adanya perbaikan kondisi ekonomi keluarga mahasiswa;
b. kemampuan membayar mahasiswa menjadi lebih baik;

c.ada perjanjian…

16
c. ada perjanjian dengan orang tua/wali mahasiswa untuk penyesuaian UKT
kembali pada saat ditetapkannya keputusan penurunan UKT; dan/atau
d. pertimbangan lainnya dengan persetujuan orang tua/wali mahasiswa atau
mahasiswa.

Pasal 52

Penyesuaian UKT mahasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dilakukan


dengan persyaratan yang terdiri atas:
a. diusulkan oleh Dekan;
b. diusulkan oleh Wakil Rektor yang melaksanakan fungsi di bidang sumberdaya;
atau
c. diusulkan oleh mahasiswa yang bersangkutan atau orang tua/wali mahasiswa.

Pasal 53

(1) Penyesuaian UKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dilakukan dengan


menerbitkan Surat Keputusan Rektor tentang Penyesuaian UKT Mahasiswa.
(2) Penyesuaian UKT dilakukan setelah memperoleh kesepakatan dengan orang
tua/wali mahasiswa.
(3) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saat
pertemuan dengan orang tua/wali mahasiswa.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 54

(1) Pada saat peraturan rektor ini ditetapkan, semua peraturan yang berkaitan
dengan penetapan UKT mahasiswa Undip sepanjang belum diganti dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Rektor ini dinyatakan tetap berlaku.
(2) Segala ketetapan UKT mahasiswa lama yang terjadi sebelum peraturan ini
disahkan dinyatakan tetap berlaku.
(3) Perubahan penetapan UKT mahasiswa lama dilaksanakan dengan mekanisme
serta penetapan UKT yang disesuaikan peraturan ini.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 55

(1) Biro yang melaksanakan fungsi di bidang administrasi umum dan keuangan
melakukan fasilitasi pelaksanaan Peraturan Rektor ini.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup mengkoordinasikan,
menyempurnakan lampiran-lampiran sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan, melaksanakan sosialisasi, serta memberikan asistensi untuk
kelancaran penerapan Peraturan Rektor ini.

Pasal 56…

17
Pasal 56

(1) Penetapan UKT mahasiswa yang diatur dalam Peraturan Rektor ini tidak
berlaku untuk program pascasarjana dan program sarjana S1 Internasional.
(2) Penetapan UKT mahasiswa untuk program pascasarjana dan program sarjana
S1 Internasional ditetapkan dengan nilai yang seragam untuk seluruh
mahasiswa per semester.
(3) Penetapan besaran UKT untuk program pascasarjana dan program sarjana S1
internasional per mahasiswa per semester sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan melalui Keputusan Rektor.

Pasal 57

Dengan ditetapkannya Peraturan Rektor ini, Peraturan Rektor yang mengatur


tentang pedoman penetapan UKT yang telah diterbitkan sebelumnya dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 58

Peraturan Rektor ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2018.

Ditetapkan di Semarang
Pada tanggal, 28 Desember 2017

REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO,

ttd

PROF. DR. YOS JOHAN UTAMA, S.H.,M.HUM.


NIP 196211101987031004
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
Sekretaris Universitas

Prof. Dr. dr. Anies, M.Kes., PKK


NIP 195407221985011001

SALINAN disampaikan kepada:


1. Irjen Kemristekdikti di Jakarta;
2. Dirjen Dikti Kemristekdikti di Jakarta;
3. Para Wakil Rektor Undip;
4. Para Dekan Fakultas dan Sekolah Undip;
5. Para Ketua Lembaga dan Direktur Undip;
6. Para Kepala Biro Undip;
7. Kepala Bagian Keuangan Undip;
8. Bendahara Undip; dan
9. Yang bersangkutan.

18

Anda mungkin juga menyukai