TENTANG
6.Peraturan…
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan
Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5500);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun
2014 tentang Penetapan Universitas Diponegoro sebagai
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 302);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 110, tambahan Lembaran
Negara Nomor 5699);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun
2015 tentang Statuta Universitas Diponegoro (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 170,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5721);
10. Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia Nomor: 146/M/Kp/IV/2015 tentang
Pengangkatan Rektor Universitas Diponegoro;
11. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Diponegoro Nomor
2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas
Diponegoro.
12. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Diponegoro Nomor
07 Tahun 2016 tentang Kebijakan umum Universitas
Diponegoro tahun 2015-2039;
13. Peraturan Rektor Universitas Diponegoro Nomor 4 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unsur-unsur di
Bawah Rektor Universitas Diponegoro;
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3.Senat Akademik…
2
3. Senat Akademik yang selanjutnya disingkat SA adalah organ Undip yang
menetapkan kebijakan, memberikan pertimbangan, dan melakukan
pengawasan di bidang akademik.
4. Fakultas adalah himpunan sumber daya pendukung, yang
menyelenggarakan dan mengelola pendidikan akademik dan profesi dalam
satu rumpun disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Sekolah adalah unsur pelaksana akademik setingkat Fakultas yang bertugas
menyelenggarakan dan/atau mengoordinasikan program pascasarjana
multidisiplin, program profesi, atau program vokasi.
6. Program Studi adalah kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang
memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis
pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan/atau pendidikan vokasi.
7. Dekan adalah pimpinan Fakultas atau Sekolah di lingkungan Undip yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di
masing-masing Fakultas atau Sekolah.
8. Penerimaan Mahasiswa Baru yang selanjutnya disingkat dengan PMB
merupakan proses seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur nasional
dan mandiri.
9. Uang Kuliah Tunggal yang selanjutnya disingkat dengan UKT merupakan
besaran uang kuliah yang ditetapkan oleh Rektor yang akan dibayarkan oleh
setiap mahasiswa per semester berdasarkan tingkatan UKT yang ditetapkan
untuk setiap program studi.
10. Kelompok Kerja yang selanjutnya disingkat dengan POKJA merupakan tim
yang dibentuk oleh Dekan yang bertugas melakukan verifikasi dan
pemeriksaan kebenaran data dan informasi yang disampaikan oleh
mahasiswa/calon Mahasiswa pada Fakultas/Sekolah.
11. Skor UKT mahasiswa adalah skor nilai yang digunakan untuk mempredikasi
kemampuan membayar dari setiap mahasiswa/calon mahasiswa yang
merupakan hasil perhitungan aspek kuantitatif atas data dan informasi yang
disampaikan mahasiswa/calon mahasiswa.
12. Level UKT mahasiswa/calon mahasiswa adalah tingkatan UKT dari golongan
1 (satu) hingga golongan 7 (tujuh) atau lebih, yang mewakili besaran nilai
UKT yang harus dibayar mahasiswa sesuai dengan program studinya.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Penetapan UKT mahasiswa baru yang diatur dalam Peraturan Rektor ini meliputi:
a. Pedoman umum penetapan UKT;
b. Pejabat yang berwenang;
c. Data dan informasi calon mahasiswa;
d. Penentuan skor UKT calon mahasiswa;
e. Mekanisme penetapan dan perubahan;
f. Pengumuman UKT; dan
g. Mekanisme banding dan penyesuaian UKT.
Pasal 3…
3
Pasal 3
Penetapan UKT yang diatur dalam Peraturan Rektor ini digunakan sebagai
pedoman penetapan UKT mahasiswa untuk program yang mencakup:
a. sarjana S1; dan/atau
b. diploma.
BAB III
PEDOMAN UMUM PENETAPAN UKT
Pasal 4
(1) Penetapan UKT per mahasiswa dilakukan dengan cara yang sistematis
dengan memperhitungkan aspek kuantitatif dan kualitatif.
(2) Penetapan UKT per mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangkan:
a. Kemampuan membayar mahasiswa; dan
b. Kelayakan dan kepatutan tarif layanan untuk setiap program studi.
(3) Penetapan UKT per mahasiswa berpedoman pada tarif UKT untuk setiap
program studi yang ditetapkan dalam Keputusan Rektor
Pasal 5
(1) Aspek kuantitatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diperoleh dari data
dan informasi yang diisi oleh calon mahasiswa yang telah dinyatakan diterima
dalam proses PMB.
(2) Aspek kualitatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diperoleh dari
konfirmasi serta pemeriksaan atas kelengkapan dan kebenaran data serta
informasi yang diisi oleh calon mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
Pasal 6
(1) Penetapan level UKT per mahasiswa baru ditetapkan oleh Rektor setelah
pemeriksaan atas aspek kuantitatif dan kualitatif oleh pejabat berwenang telah
selesai dilakukan.
(2) Penetapan level UKT per mahasiswa baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan bentuk pengumuman yang secara resmi baik melalui
laman resmi yang disediakan universitas dan/atau bentuk lain yang sah.
BAB IV
PEJABAT YANG BERWENANG
Pasal 7
Pejabat yang berwenang dalam proses penetapan UKT per mahasiswa baru terdiri
dari:
a. Pejabat ditingkat Fakultas/Sekolah; dan/atau
b. Pejabat ditingkat Universitas.
Pasal 8…
4
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
(3)Dalam…
5
(3) Dalam hal membantu pelaksanaan tugas pejabat di tingkat universitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Wakil Rektor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3) dibantu oleh:
a. Kepala BAA dan kepala BAK untuk tugas Wakil Rektor Bidang Akademik
dan Kemahasiswaan; dan
b. Kepala BAUK untuk tugas Wakil Rektor Bidang Sumberdaya.
BAB V
DATA DAN INFORMASI CALON MAHASISWA
Pasal 11
(1) Calon mahasiswa yang telah dinyatakan diterima dalam proses PMB wajib
menyampaikan data dan informasi berupa indikator penilaian yang sekurang-
kurangnya mencakup:
a. total penghasilan kotor orang tua atau wali rata-rata setiap bulan;
b. pekerjaan orang tua atau wali;
c. jumlah tanggungan orang tua atau wali;
d. status kepemilikan rumah orang tua atau wali dari calon mahasiswa;
e. total pajak kendaraan yang dibayar setiap tahun; dan
f. data lain yang ditetapkan secara khusus oleh Rektor.
(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai
dengan bukti pendukung yang sah.
Pasal 12
(1) Data dan informasi yang disampaikan oleh calon mahasiswa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 digunakan sebagai dasar perhitungan aspek
kuantitatif dalam penetapan UKT.
(2) Perhitungan aspek kuantitatif dalam penetapan besaran UKT per mahasiswa
dilakukan dengan menggunakan sistem informasi yang seragam di semua
fakultas/sekolah yang berpedoman pada Peraturan ini.
Pasal 13
Pasal 14
(2)Perubahan…
6
(2) Perubahan status level UKT mahasiswa dalam proses penetapan UKT dapat
dilakukan menggunakan sistem informasi pada laman resmi yang disiapkan
universitas.
(3) Perubahan status level UKT mahasiswa dalam proses penetapan UKT
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sebelum disusunnya usulan
penetapan UKT oleh Dekan.
BAB VI
PENENTUAN SKOR UKT CALON MAHASISWA
Pasal 15
(1) Penetapan level UKT calon mahasiswa dilakukan sebelum aspek kualitatif
dipertimbangkan oleh pejabat yang berwenang ditingkat fakultas/sekolah.
(2) Penetapan level UKT calon mahasiswa masih bersifat sementara dan dapat
diubah berdasarkan pertimbangan aspek kualitatif.
(3) Penetapan level UKT mahasiswa bersifat final dan mengikat setelah ditetapkan
dalam Keputusan Rektor.
Pasal 16
Pasal 17
(1) Penentuan skor akhir per mahasiswa dihitung setelah perhitungan total
bobot setiap indikator penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1) telah diselesaikan.
(2) Perhitungan total bobot setiap indikator per mahasiswa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. skor yang diperoleh untuk indikator penilaian terkait total penghasilan
kotor orang tua atau wali rata-rata setiap bulan dikalikan dengan 50
(lima puluh) persen;
b. skor yang diperoleh untuk indikator penilaian terkait pekerjaan orang tua
atau wali dikalikan dengan 10 (sepuluh) persen;
c. skor yang diperoleh untuk indikator penilaian terkait jumlah tanggungan
orang tua atau wali dikalikan dengan -15 (negatif lima belas) persen;
d. skor yang diperoleh untuk indikator penilaian terkait status kepemilikan
rumah tua atau wali dari calon mahasiswa dikalikan dengan 25 (dua
puluh lima) persen; dan
e. skor yang diperoleh untuk indikator penilaian terkait total pajak
kendaraan yang dibayar setiap tahun dikalikan dengan 30 (tiga puluh)
persen.
Pasal 18…
7
Pasal 18
Faktor kuantitatif berupa data dan informasi terkait skor untuk total penghasilan
kotor orang tua atau wali rata-rata setiap bulan, sebelum dilakukan perhitungan
total bobot sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a, dinilai dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. total penghasilan senilai kurang dari Rp.3.000.000,- diberi skor dengan nilai 1
(satu);
b. total penghasilan antara Rp.3.000.001,- sampai dengan Rp.5.000.000,- diberi
skor dengan nilai 5 (lima);
c. total penghasilan antara Rp.5.000.001,- sampai dengan Rp.7.000.000,- diberi
skor dengan nilai 6 (enam);
d. total penghasilan antara Rp.7.000.001,- sampai dengan Rp.10.000.000,- diberi
skor dengan nilai 7 (tujuh);
e. total penghasilan antara Rp.10.000.001,- sampai dengan Rp.13.000.000,-
diberi skor dengan nilai 8 (delapan);
f. total penghasilan antara Rp.13.000.001,- sampai dengan Rp.16.000.000,-
diberi skor dengan nilai 9 (sembilan); dan
g. total penghasilan lebih dari Rp.16.000.001,- diberi skor dengan nilai 10
(sepuluh).
Pasal 19
Faktor kuantitatif berupa data dan informasi terkait skor untuk pekerjaan orang
tua atau wali, sebelum dilakukan perhitungan total bobot sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b, dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pekerjaan buruh pabrik, PKL kecil, buruh petani, pensiunan diberi skor
dengan nilai satu (1);
b. pekerjaan petani dan nelayan diberi skor dengan nilai dua (2);
c. pekerjaan PNS/TNI golongan I sampai dengan III diberi skor dengan nilai
empat (4);
d. pekerjaan usaha menengah diberi skor dengan nilai lima (5);
e. pekerjaan PNS/TNI golongan IV diberi skor dengan nilai enam (6);
f. pekerjaan karyawan BUMN diberi skor dengan nilai tujuh (7);
g. pekerjaan PNS/TNI eselon I dan eselon II diberi skor dengan nilai delapan (8);
h. pekerjaan usaha besar/kontraktor/profesi diberi skor dengan nilai sembilan
(9); dan
i. pekerjaan pejabat negara (Bupati, Walikota, Sekretaris Daerah, anggota DPR
dan DPRD, Gubernur, Menteri) diberi skor dengan nilai sepuluh (10).
Pasal 20
Faktor kuantitatif berupa data dan informasi terkait skor untuk jumlah
tanggungan orang tua atau wali, sebelum dilakukan perhitungan total bobot
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c, dinilai dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. jumlah tanggungan dengan dua (2) orang anak kuliah diberi skor dengan nilai
tiga (3);
b.jumlah…
8
b. jumlah tanggungan dengan satu (1) orang anak kuliah diberi skor dengan nilai
dua (2);
c. jumlah tanggungan dengan lebih dari dua (2) orang anak SMP atau SMA diberi
skor dengan nilai satu (1);
d. jumlah tanggungan dengan dua (2) orang anak SMP atau SMA diberi skor
dengan nilai satu (1);
e. jumlah tanggungan dengan satu (1) orang anak SMP atau SMA diberi skor
dengan nilai nol (0); dan
f. jumlah tanggungan anak SD atau tidak punya tanggungan diberi skor dengan
nilai nol (0).
Pasal 21
Faktor kuantitatif berupa data dan informasi terkait skor untuk status
kepemilikan rumah orang tua atau wali dari calon mahasiswa, sebelum dilakukan
perhitungan total bobot sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf d,
dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tidak memiliki rumah dan orang tua/wali tinggal di rumah kontrak/kost diberi
skor dengan nilai nol (0);
b. tidak memiliki rumah dan orang tua/wali tinggal di rumah saudara/orang
tua/dinas diberi skor dengan nilai nol (1);
c. memiliki rumah sendiri dengan nilai NJOP kurang dari Rp.150.000.000,-
diberi skor dengan nilai empat (4);
d. memiliki rumah sendiri dengan nilai NJOP antara Rp.150.000.001,- sampai
dengan Rp.300.000.000,- diberi skor dengan nilai 6 (enam);
e. memiliki rumah sendiri dengan nilai NJOP antara Rp.300.000.001,- sampai
dengan Rp.450.000.000,- diberi skor dengan nilai 8 (delapan);
f. memiliki rumah sendiri dengan nilai NJOP antara Rp.450.000.001,- sampai
dengan Rp.600.000.000,- diberi skor dengan nilai 9 (sembilan); dan
g. memiliki rumah sendiri dengan nilai NJOP lebih dari Rp.600.000.000,- diberi
skor dengan nilai 10 (sepuluh);
Pasal 22
Faktor kuantitatif berupa data dan informasi terkait skor untuk kepemilikan
kendaraan yang dihitung dari total pajak kendaraan yang dibayar setiap tahun,
sebelum dilakukan perhitungan total bobot sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (2) huruf e, dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. total pajak kendaraan yang dibayar setiap tahun kurang dari Rp.100.000,-
diberi skor dengan nilai 0 (nol);
b. total pajak kendaraan dengan nilai antara Rp.100.001,- sampai dengan
Rp.1.000.000,- diberi skor dengan nilai 3 (tiga);
c. total pajak kendaraan dengan nilai antara Rp.1.000.001,- sampai dengan
Rp.2.000.000,- diberi skor dengan nilai 6 (enam);
d. total pajak kendaraan dengan nilai antara Rp.2.000.001,- sampai dengan
Rp.3.000.000,- diberi skor dengan nilai 7 (tujuh);
e.total pajak…
9
e. total pajak kendaraan dengan nilai antara Rp.3.000.001,- sampai dengan
Rp.4.000.000,- diberi skor dengan nilai 8 (delapan);
f. total pajak kendaraan dengan nilai antara Rp.4.000.001,- sampai dengan
Rp.5.000.000,- diberi skor dengan nilai 9 (sembilan); dan
g. total pajak kendaraan yang dibayar setiap tahun lebih dari Rp.5.000.000,-
diberi skor dengan nilai 10 (sepuluh).
BAB VII
MEKANISME PENETAPAN DAN PERUBAHAN UKT
Paragraf 1
Penetapan UKT
Pasal 23
(1) Penetapan UKT dilakukan setelah penilaian aspek kuantitatif dan aspek
kualitatif dari data dan informasi per mahasiswa diselesaikan oleh POKJA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dan hasil penilaiannya telah
mendapatkan persetujuan Rektor.
(2) Persetujuan Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
pejabat di tingkat universitas melakukan verifikasi dan pemeriksaan atas
kelengkapan dokumen usulan penetapan UKT yang disampaikan oleh
Fakultas/Sekolah.
Pasal 24
(1) Aspek kuantitatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) ditetapkan
berdasarkan total skor akhir per mahasiswa.
(2) Total skor akhir per mahasiswa dilakukan dengan pedoman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 untuk menilai tingkatan UKT sementara per
mahasiswa yang merupakan prediksi awal atas kemampuan membayar orang
tua/wali mahasiswa.
Pasal 25
Paragraf 2…
10
Paragraf 2
Penilaian Aspek Kualitatif dan Penentuan Nilai Akhir
Pasal 26
(1) Tingkatan UKT sementara per mahasiswa yang dihasilkan dari perhitungan
aspek kuantitatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
dipertemukan dengan penilaian aspek kualitatif.
(2) Penilaian aspek kualitatif dilakukan dengan mendasarkan pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Penilaian aspek kualitatif terkait penilaian atas kemampuan membayar calon
mahasiswa dilakukan dengan tahapan yang mencakup:
a. Menghitung estimasi kemampuan membayar calon mahasiswa berdasarkan
data yang telah disampaikan calon mahasiswa; dan
b. mengelompokkan kemampuan membayar calon mahasiswa ke dalam level UKT
sesuai dengan kategori tarif UKT yang ditetapkan oleh Rektor.
Pasal 30…
11
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Penentuan nilai akhir UKT mahasiswa oleh POKJA dapat dilakukan dengan dasar
aspek kuantitatif dan aspek kualitatif dengan pedoman yang terdiri atas:
a. dalam hal terdapat perbedaan hasil penilaian UKT mahasiswa dari perhitungan
aspek kuantitatif dengan hasil perhitungan aspek kualitatif maka diambil hasil
perhitungan nilai UKT yang tertinggi; atau
b. dalam hal aspek kualitatif tidak diperhitungkan oleh POKJA karena
pertimbangan bahwa kemampuan membayar orang tua/wali mahasiswa telah
tercermin dalam perhitungan aspek kuantitatif maka penentuan UKT
mahasiswa dapat mendasarkan hanya pada hasil penilaian UKT mahasiswa
dari hasil perhitungan aspek kuantitatif.
Paragraf 3
Verifikasi dan Pemeriksaan
Pasal 33
c.Kepala…
12
c. Kepala biro yang melaksanakan bidang administrasi umum dan keuangan
melakukan pemeriksaan atas kesesuaian antara data usulan UKT per
mahasiswa dengan tarif UKT per mahasiswa dari usulan setiap
fakultas/sekolah.
Pasal 34 .
(1) Verifikasi dan pemeriksaan atas kelengkapan dokumen usulan penetapan UKT
oleh pejabat di tingkat universitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
harus memperoleh persetujuan Wakil Rektor sebelum dilakukan penetapan
UKT oleh Rektor.
(2) Persetujuan Wakil Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan berpedoman pada:
a. dalam hal persetujuan usulan penetapan UKT terkait dengan kesesuaian
data berupa status jalur masuk per mahasiswa serta data dan informasi
registrasi mahasiswa, dilaksanakan oleh Wakil Rektor yang melaksanakan
fungsi di bidang akademik dan kemahasiswaan; dan
b. dalam hal persetujuan usulan penetapan UKT terkait dengan kesesuaian
antara data usulan UKT per mahasiswa dengan tarif UKT per mahasiswa,
dilaksanakan oleh Wakil Rektor yang melaksanakan fungsi di bidang
sumberdaya.
Pasal 35
(1) Penetapan UKT per mahasiswa dilakukan dengan penerbitan Surat Keputusan
Rektor.
(2) Surat Keputusan Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
untuk setiap fakultas/sekolah.
Paragraf 4
Perubahan UKT
Pasal 36
Perubahan atas penetapan UKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1)
dapat dilakukan berdasarkan usulan perubahan UKT per mahasiswa dari
Fakultas/Sekolah yang disampaikan oleh Dekan.
Pasal 37
Perubahan atas penetapan UKT dapat dilakukan dengan ketentuan yang terdiri
atas:
a. dilakukan berdasarkan hasil dari proses banding; atau
b. dilakukan berdasarkan hasil dari proses penyesuaian UKT.
Pasal 38
(1) Proses banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a dilakukan
untuk permohonan penurunan level UKT atas penetapan UKT per mahasiswa
yang telah diumumkan berdasarkan Keputusan Rektor.
(2)Proses…
13
(2) Proses banding hanya dapat dilaksanakan sebelum mahasiswa menjalani
semester kedua dari jadwal program studi tempat kuliah mahasiswa.
(3) Proses banding hanya dapat dilakukan pada:
a. sebelum semester pertama dimulai; atau
b. saat berlangsungnya semester pertama.
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
(1) Perubahan level UKT yang dihasilkan dari proses banding sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 berlaku pembayaran retrospektif.
(2) Pembayaran atas perubahan UKT yang berlaku retrospektif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) perhitungannya dilaksanakan mulai semester pertama
yang disesuaikan dengan jadwal perkuliahan program studi tempat kuliah
mahasiswa.
Pasal 42
(1) Perubahan level UKT yang dihasilkan dari proses penyesuaian UKT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 berlaku pembayaran proyektif.
(2) Pembayaran atas perubahan UKT yang berlaku proyektif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) perhitungannya dilaksanakan mulai semester
berikutnya dari tanggal sejak ditetapkannya perubahan UKT yang disesuaikan
dengan jadwal perkuliahan program studi tempat kuliah mahasiswa.
Pasal 43
(1) Penyampaian usulan perubahan atas penetapan UKT per mahasiswa dari
Fakultas/Sekolah dilaksanakan setelah verifikasi dan pemeriksaan atas
kelengkapan dokumen telah selesai dilakukan.
(2)Verifikasi…
14
(2) Verifikasi atas kelengkapan dokumen berpedoman pada ketentuan yang
mencakup:
a. Surat permohonan banding UKT dari orang tua/wali telah disampaikan
kepada Dekan melalui POKJA;
b. Seluruh kelengkapan dokumen pendukung atas data dan informasi yang
disampaikan dalam proses registrasi mahasiswa mahasiswa telah diterima
oleh POKJA;
c. POKJA telah memeriksa kelengkapan data dan informasi yang disampaikan
oleh mahasiswa;
d. POKJA telah melakukan konfirmasi kepada pihak yang terkait atas
kebenaran data dan informasi yang disampaikan oleh mahasiswa; dan
e. Permohonan banding UKT telah diperiksa kebenarannya dan disetujui
perhitungan nilainya oleh Wakil Dekan yang melaksanakan fungsi di bidang
sumberdaya.
BAB VIII
PENGUMUMAN UKT
Pasal 44
Pasal 45
BAB IX
MEKANISME BANDING DAN PENYESUAIAN UKT
Paragraf 1
Mekanisme Banding
Pasal 46
Pasal 47…
15
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Paragraf 2
Penyesuaian UKT
Pasal 51
Rektor dapat menetapkan penyesuaian UKT mahasiswa menjadi lebih tinggi dari
penetapan UKT sebelumnya jika terpenuhi persyaratan yang terdiri atas:
a. adanya perbaikan kondisi ekonomi keluarga mahasiswa;
b. kemampuan membayar mahasiswa menjadi lebih baik;
c.ada perjanjian…
16
c. ada perjanjian dengan orang tua/wali mahasiswa untuk penyesuaian UKT
kembali pada saat ditetapkannya keputusan penurunan UKT; dan/atau
d. pertimbangan lainnya dengan persetujuan orang tua/wali mahasiswa atau
mahasiswa.
Pasal 52
Pasal 53
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 54
(1) Pada saat peraturan rektor ini ditetapkan, semua peraturan yang berkaitan
dengan penetapan UKT mahasiswa Undip sepanjang belum diganti dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Rektor ini dinyatakan tetap berlaku.
(2) Segala ketetapan UKT mahasiswa lama yang terjadi sebelum peraturan ini
disahkan dinyatakan tetap berlaku.
(3) Perubahan penetapan UKT mahasiswa lama dilaksanakan dengan mekanisme
serta penetapan UKT yang disesuaikan peraturan ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 55
(1) Biro yang melaksanakan fungsi di bidang administrasi umum dan keuangan
melakukan fasilitasi pelaksanaan Peraturan Rektor ini.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup mengkoordinasikan,
menyempurnakan lampiran-lampiran sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan, melaksanakan sosialisasi, serta memberikan asistensi untuk
kelancaran penerapan Peraturan Rektor ini.
Pasal 56…
17
Pasal 56
(1) Penetapan UKT mahasiswa yang diatur dalam Peraturan Rektor ini tidak
berlaku untuk program pascasarjana dan program sarjana S1 Internasional.
(2) Penetapan UKT mahasiswa untuk program pascasarjana dan program sarjana
S1 Internasional ditetapkan dengan nilai yang seragam untuk seluruh
mahasiswa per semester.
(3) Penetapan besaran UKT untuk program pascasarjana dan program sarjana S1
internasional per mahasiswa per semester sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan melalui Keputusan Rektor.
Pasal 57
Pasal 58
Ditetapkan di Semarang
Pada tanggal, 28 Desember 2017
ttd
18