Anda di halaman 1dari 2

Greed and Fear

Keserakahan dan ketakutan (greed and fear) yang merupakan sifat dasar manusia mendorong
orang untuk berprilaku tidak etis (unethical behaviour). Perilaku ini tercermin dalam tindakan
morl hazd yang mereka lakukan. Kecurangan (fraud) adalah akhir dari perilaku tidak etis
yang dihasilkan oleh suatu pengambilan keputusan ekonomi. Pada dasarnya, pelanggaran
etika dan hukum didorong oleh nafsu. Adalah takdir bahwa manusia dilahirkan dengan nafsu.
Dalam bentuk negatif, nafsu tercermin dalam sifat serakah (greed). Keserakahan biasanya
dikonotasikan dengan hal-hal yang bersifat dunia dalam kehidupan, misalnya laba,
keuntungan, kekayaan atau manfaat lain.
Para ahli psikologi menyimpulkan bahwa keserakahan dapat diakibarkan oleh ketukatan
(fear) terhadap tidak diperolehnya atau tidak tersedianya sesuatu yang diinginkan. Keadaan
ini menimbulkan rasa tidak aman bagi mereka. Sesuatu yang tidak akan diperoleh atau yang
tidak akan tersedia untuk memenuhi kebutuhannya membuat seseorang berusaha sekuat
tenaga, dengan cara apa pun untuk mendapatkannya. Keserakanhan dapat diakibatkan oleh
pengalaman negatif masa kecil rasa aman terhadap sesuatu yang tidak diperoleh pada waktu
kecil membuat mereka mersa takut untuk menjalani kehidupan.
Bagian lain dari sifat dasar manusia adalah rasa takut (fear). Rasa takut berkaitan dengan
dapat negatif terhadap kehidupan, misalnya kerugian atau bangkrut. Rasa takut
mengakibatkan seseorang berusaha, secara eksesif, memproleh apa yang menyebabkan rasa
takut terbut. Keserakahan dan ketakutan berkaitan dengan keinginan (desire), seperti kutipan
tentang falsafah maslow dalam fahmi (2013: 162), menyebutkan ada 5 (lima) jenjang
kebutuhan manusia yang terus meningkat, mulai dari kebutuhan dasar (psysiological needs),
keamanan (safety and security) kebutuhan bersosial (sicial needs) kehormatan (esteem) dan
aktualisasi (pengembangan).

Pengendalian Diri
nilai-nilai moralitas atau norma termasuk dalam pertimbangan hati nurani, ia adalah
constraints (batasan) dalam rangka pengendalian diri (self control). Sementara itu rasionalitas
lebih mengacu pada logika dan sistematika yang dikaitkan dengan tujuan pengambilan
keputusan perilaku tidak etis mencerminkan gagalnya penegndalian diri. Keserakahan dan
ketakutan dapat diatasi dengan pengendalian diri. Bentuknya berupa sikap ikhlas atau selalu
bersyukur dalam setiap kaadaan yang dihadapi.
Sumber penegndalian diri dapat beruba pendidikan dari keluarga, agama, budaya atau
lingkungan sosal. Oleh karena itu, tindakan yang menyimpang akibat gagalnya pengendalian
diri hanya dapat diberikan sanksi oleh sumber-sumber pengendalian diri tersebut sanksi-
sanksi tersebut diberikan oleh lingkungan soaial tersebut sanksi-sanksi tersebut diberikan
oleh lingkungan soaial dimana yang bersangkutan berada dan sering disebut dengan sanksi
sosial.
Regulasi
Pencegahan bagi seseorang (pihak tertentu) untuk tidak melakukan tindakan tertentu juga
dapat dilakukan melalui regulasi, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan
pemerintah. Sebagian dari hukum negara, barangkali berasal dari norma-norma sosial, yang
telah diterima oleh masyarakat. Jika etika tidak dilaksanakan atau organisai yang
bersangkutan tidak mampu mengatur diri sendiri, subjek-subjek tentang etika dapt diambil
alih dengan cara regulasi.
Karena sifat dapat dilaksanakan regulasi tentu lebih kuat dibandingkan dengan etika
pelanggaran etika hanya dapat diadili oleh pengadilan etika yang biasanya dilakukan oleh
masyarakat yang menerapkan etika tersebut dimana pelanggar etika merupakan bagian dari
masyarakat tersebut. Pelanggaran hukum dapat dikenakan sanksi penjara atau sanksi uang
dalam bentuk denda atau uang pengganti. Hukum perdata berkaitan dengan pihak-pihak yang
bersengketa. Sanksi yang diberikan biasanya berupa uang.

Anda mungkin juga menyukai