Anda di halaman 1dari 9

Studi kasus

Chapter 7; Olympus: paying a price for doing whats’ right


Chapter 8; Instagram: the dangers in changing your term of service
Chapter 9; toms shoes: ethically global
Chapter 10; unprofessional conduct

Resume Mata Kuliah Etika


Chapter 1: Understanding Ethics

Etika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam hidup bermasyarakat
menjalani hidup sesuai standar perilaku yang benar dan salah- bagaimana kita berpikir
dan bersikap terhadap orang lain, dan bagaimana kita ingin diperlakukan.
Terdapat berbagai faktor bagi seseorang dalam menentukan mana yang benar dan
saah, seperti bagaimana cara mereka dibesarkan, agama yang mereka anut, serta
tradisi dan kepercayaan masyarakat di sana.

Dalam memberikan penilaian atas penentuan mana hal baik dan buruk, terdapat
standar moral, yakni prinsip-prinsip yang berdasarkan atas agama, kebudayaan, atau
nilai-nilai filosofis dimana penilaian atas hal baik dan buruk ditentukan. Kepercayaan
ini bisa berasal dari berbagai sumber: teman, keluarga, latar belakang etnis, agama,
sekolah, media, ataupun idola maupun mentor pribadi.

Bagi setiap orang, nilai yang dipegang setiap orang dalam hidup mereka juga dapat
dinilai dan bisa dilihat melalui dua cara:
1. Nilai intrinsik
Nilai suatu hal sudah dianggap bai kapa adanya dan akan berusaha diraih,
meski ada balasan baik atau tidak dalam meraihnya.
Contoh: kebahagiaan, kesehatan, harga diri

2. Nilai instrumental
Dimana proses meraih sebuah nilai menjadi cara yang bagus dalam
merain nilai lainnya.
Contoh: uang yang dihargai sesuai kemampuannya membeli sesuatu,
bukan untuk uang itu sendiri

Nilai yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang dapat dilihat dari
seberapa jauh nilai-nilai tersebut memengaruhi kehidupam sehari-hari mereka. Namun apa
jadinya jika nilai yang dipegang tersebut dihadapkan dengan konflik langsung, seperti
- Berbohong itu salah- namun apa jadinya jika seseorang berbohong demi melindungi
nyawa seseorang yang ias sayangi
- Mencuri itu salah- namun apa jadinya jika seseorang mencuri makanan untuk
diberikan pada anak yang kelaparan
- Membunuh itu salah- namun bagaimana jika seseorang harus membunuh demi
melindungi dirinya sendiri dari bahaya?

Bagaimana seseorang harusnya bertindak dalam situasi seperti di atas? Haruskah


mereka membuat pengeculian dari nilai yang mereka pegang? Inilah are abu-abu
yang membuat ilmu mengenai etika penuh dengan kompleksitas. Sebenarnya, yang
benar-benar menentukan sistem nilai yang dipegang seseorang dalam hidupnya
adalah bagiamana mereka membuat keputusan-keputusan dalam berbagai situasi
sulit dalam hidup mereka.
Bagi seseorang, etika dapat berarti:
o Kebenaran sederhana – mana yang benar salah dan salah atau baik dan
buruk
o Karakter dan atau integritas seseorang
o Aturan mengenai kepantasan perilaku individu
o Aturan mengenai kepantasan berperilaku bagi komunitas dan masyarakat

The Golden Rule


Dalam memahami etika, seseorang dapat menggunakan konsep Goldern Rule, yakni
untuk memperlakukan orang lain layaknya seperti anda ingin diperlakukan.
Sayangnya dalam menerapkan konsep ini, juga terdapat bahaya munculnya konflik
yang patut diwaspadai, karena tidak semya orang berpikiran, bertindak, dan
menganut kepercayaan yang sama satu sama lain.

Etika sendiri memiliki tiga pendekatan teori yang memiliki kelemahan masing-
masing.
1. Virtue Ethics
Digagas oleh Aristoteles (Yunani)
Karakter dan integritas seseorang akan membentuk konsep ehidupan sesuai
dengan komitmen ata pencapaian ideal- ingin jadi seperti apa saya dan bagaiman
saya menjadi seseorang tersebut?
Sayangnya, masyarakat dapat memiliki penekanan berbeda terhadap nilai
kebaikan tertentu. Dengan kata lain, jika kebaikan tertentu yang seseorang ingin
raih tidak sejalan dengan nilai yang ada di masayarkat tempat ia hidup, maka aka
nada bahaya konflik yang patut untuk diwaspadai.

2. Ethics for The Greater Good


Digagas oleh David Hume (Skotlandia)
Teori etika ini lebih memfokuskan pada hasil dari tindakan seseorang daripada
kabaikan dari tindakan itu sendiri. Pendekatan ini juga sering dikenal sebagai
utilitarianisme.
Jika semua orang berfokus pada kebaikan terbesar bagi jumlah orang terbanyak,
maka tidak ada yang bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan dalam
meraih hasil tersebut.
3. Universal Ethics
Digagas oleh Immanuel Kant (Jerman)
Pendekatan ini meyakini bahwa terdapat prinsip-prinsip universal tertentu yang
dalam mengaplikasikan semua penilatian etis. Tindakan dilakukan atas dasar
tugas dan kewajiban murni terhadap moralitas ideal dibanding kebutuhan
situasional, karena prinsip-prinsip universal terlihat dapat diaplikasikan pada
semua orang, dimana pun dan kapan pun.
Kelemahan pendekan ini berlawanan dengan kelemahan utilitariannisme, yakni
jika semua orang focus dalam mematuhi prinsip-prinsip universal, maka tidak ada
yang bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan yang diambil melalui
prinsip-prinsip tersebut.

Relativisme Etika
Dalam tiga pendekatan etika di atas, terdapat batasan-batasan yang membuat
etika tidak benar-benar memiliki teori komprehensif. Maka dari itu, dalam hal ini,
kebanyakan orang memilih konsep relativisme etika dalam memilih model
tentang bagaimana kita menjalani kehidupan. Etikal relativisme sendiri adalah
sebuah konsep dimana tradisi masyarakat, pendapat pribadi, dan situasi pada
saat itu akan menentukan prinsip etika seseorang.

Dilema Etika
Terdapat asumsi dasar mengenai etika yakni seorang individual maupun sebuah
komunitas memiliki control atas semua faktor yang mempengaruhhi semua
keputusan yang dibuat. Dalam situasi ini muncul dilemma etika dimana tidak ada
keputusan yang pasti salah atau pasti benar, yang ada hanyalah keputusan yang
sama-sama benar.

Untuk menyelesaikan dilema etika tersebut, terdapat dua pendekatan yang


dapat digunakan, pertama adalah dengan berfokus pada konsekuensi praktis dari
keputusan yang dibuat, dan yang kedua adalah dengan berfokus pada tindakan
yang diambil dan seberapa benar tindakan tersebut.
Berikut adalah tiga tahapa dalam menyelesaikan permasalahan etika.
Langkah 1
Analisis berbagai konsekuensi yang mungkin terjadi. Siapa yang akan
diuntungkan? Siapa yang akan dirugikan? Keuntungan dan kerugian apa yang
dimaksud? Bagaimana dampakna dalam jangka pendek maupun jangka panjang?

Langkah 2
Analisis pilihan dari berbagai tindakan. Pertimbangkan semua pilihan dari
berbagai sudut pandang, tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Akankah
tindakan tersebut berlawanan dengan prinsip-prinsip moral seperti kejujuran,
keadilan, penyamarataan, menghargai kehormatan dan hak-hak orang lain?

Langkah 3
Buat keputusan dengan memperhitungkan dua langkah di atas, setidaknya dapat
membantu dalam membuat keputusan.

Saat menyelesaikan dilemma etika, sebenarnya kita sedang mengikuti proses


ethical reasoning, yakni proses dalam melihat berbagai informasi yang tersedia
dlam mengambil sebuah keputusa dan menyesuaikannya informasi tersebut
sesuai dengan standar etika yang kita miliki.
Terdapat kerangka ethical reasoning oleh yang dapat membantu seseorang
dalam menyelesaikan dilemma etika. Kerangka oleh Lawrence Kohlberg ini
menunjukkan bahwa setiap orang mengembangkan proses reasoning setiap
waktu melalui enam tahapan (diklasifikasikan dmenjadi tiga kategori), yakni:

1. Level 1: Pra- konvensional


Respon awal seseorang terhadap sudut pandang yang benar dan salah secara
langsung berkaitan dengan ekspektasi hadiah dan hukuman.
 Tahap 1: pengenalan terhadap hukuman dan kepatuhan
 Tahap 2: individualism, instrumentalisme dan, pertukaran
2. Level 2: Konvensional
Pada tahap ini, seseorang mulai menyadari pengaruh yang lebih luas diluar
lingkup keluarga
 Tahap 3: pengenalan term ‘anak baik’ sesuai ekspektasi keluarga
 Tahap 4: pengenalan hukum dan peraturan
3. Level 3: Post- konvensional
Pada level tertinggi ethical reasoning, seseorang membuat usaha signifikan
dalam memaknai peinsip-prinsip dan nilai moral yang menggambarkan
sistem nilai seseorang dibanding hanya mewakilkan kelompok
 Tahap 5: pengenalan pada legalisasi kontrak social
 Tahap 6: pengenalan pada prinsip-prinsip etika universal

STUDI KASUS MATA KULIAH ETIKA BAB 1
THREE CUPS OF TEA: MISMANAGEMENT OR FRAUD?

1. Berdasarkan bukti-bukti yang disajikan dalam studi kasus ini, apakah pekerjaan
Mortenson’s di CAI merupakan contoh dari penipuan yang disengaja atau
mismanajemen? Jelaskan pendapat anda.
Berdasarkan bukti yang ada, kecendrungan untuk penipuan yang disengaja lebih
besar dimana Mortensen menggunakan uang donasi yang diperoleh CAI untuk
kepentingan pribadinya.

2. Bagaimana pernyataan sikap dari jajaran direksi CAI terkait kasus ini?
Jajaran direksi sepakat bahwa Mortensen telah melakukan penyimpangan namun
tetap mempertahankan Mortensen dalam posisi visioner.

3. Dari sudut pandang etika bisnis, mana yang lebih buruk, tindakan jajaran direksi CAI
atau tindakan Mortensin sendiri? Mengapa?
Meskipun CAI juga memikul beban kesalahan karena baru melakukan tindakan saat
penyidikan dilakukan, namun tetap saja tindakan Mortensen jauh lebih buruk
dimana selain menggunakan uang donasi untuk kepentingan pribadi, ia sejak awal
juga menggunakan cerita bohong (dimana ia menyalahkan co-rwriternya disini)
untuk mendapatkan donasi.
4. Mengapa CAI ingin mempertahankan Mortensen dalam kapasitas visioner?
Tidak dapat dipungkiri CAI hidup dan berkembang dari visi Mortensen, terlepas cara
yang ia lakukan sudah sesuai etika bisnis atau belum. Meskipun CAI tetap
memberikan tindakan tegas dengan mencopot jabatan Mortensen, tapi terlihat jelas
CAI tidak ingin melepaskan Mortensen secara sepenuhnya.

5. Jika pernyataan Mortenson telah menyesatkan donator, haruskah ia mengembalikan


uangnya? Menga dan mengapa tidak?
Mortenson tentu harus mempertanggungjawabkan tindakannya. Ia dapat melakukan
pengembalian sejumlah uang yang telah ia gunakan untuk kepentingan pribadi
dengan membayar kan penyaluran dana sesuai ekspektasi dan target awal dari
tujuan donasi sesuai laporan dan informasi dari investigasi.

6. Apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan reputasi CAI?


Tugas pertama CAI adalah untuk menyelesaikan skandal Mortensen dengan
mengawal proses hukum yang berlaku, dan melakukan perbaikan dalam system
managemen perusahaan untuk mengembalikan kredibilitas dan rasa percaya dari
donatur.

Resume Mata Kuliah Etika


Chapter 2: DEFINING BUSINESS ETHICS

Etika bisnis adalah penerapan standar etika dalam perilaku bisnis. Terdapat dua sudut
padang dalam pendekatan topik ini, yakni:
1. Kumpulan deskriptif dari kebiasaan, sikap, dan aturan dalam bisnis
2. Evaluasi normative (preskriptif) tentang sejauh mana kebiasaan, sikap dan aturan
tadi bisa disebut beretika.

Dalam kasus manapun, penerapan etika bisnis tidak seharusnya dipisahkan menjadi
standar moral dan konsep etika, melainkan dalam satu kesatuan. Perilaku etika,
harusnya tetap sama di dalam maupun di luar situasi bisnis. Dengan menyadari
tantangan dalam lingkungan bisnis, seseorang juga menyadari identitas dari pemain
utama yan gterdampak jika terjadi perilaku tidak etis, yakni stakeholder. Stakeholder
adalah sesorang yang memiliki saham atau pun kepentingan di sebuah entitas bisnis.
Namun, tidak semua stakeholders memiliki keterkaitan dalam setiap proses bisnis
yang dijalankan, berikut stakeholders kepentingannya di perusahaan:

No Stakeholder Kepentingan Dampak jika tidak


berlaku etis
1 Pemegang saham - Peningkatan - Informasi
nilai saham keuangan
perusahaan palsu atau
- Pendapatan meneysatkan
dividen - Kehilangan
nilai saham
- Pembatalan
dividen
2 Karyawan - Pekerjaan - Kehilangan
yang stabil pekerjaan
dengan gaji - Tidak punya
mencukupi cukup uang
- Leingkungan untuk
kerja yang membayar
nyaman dana tagihan
man pension
3 Pelanggan - Nilai tukar - Kualitas
produk pelayanan
dengan harga yang rendah
yang sepadan
- Produk yang
aman dan
dapat
diandalkan
4 Vendor - Pembayaran - Penundaan
yang lancer pembayaran
- Pemesanan - Tagihan
berkala tidak dibayar
dengan profit saat
margin yang perusahaan
bagus menyetakan
bankrupt
5 Pedagang eceran - Pengiriman
produk yang
tepat waktu
dan harga
yang sepadan
- Produk yang
aman dan
dapat
diandalkan
6 Pemerintah - Pendapatan - Kehilangan
pajak pendapatan
- Proses pajak
operasi - Gagal
mamtuhi mematuhi
aturan yang hukum yang
berlaku beralku
7 Kreditur - Kehilangan
- Pembayaran biaya pokok
pokok dan dan bunga
bunga Gagal membayar
- Pembayaran hutang sesuai
hutang tenggat waktu
terjadwal
8 Masyarakat - Lapangan - Kehilangan
pekerjaan lapangan
- Pertumbuhan pekerjaan
ekonomi - Penurunan
- Perlindungan ekonomi
lingkungan
sekitar

Usaha seseorang dalam mengidentifikasi isu-isu non-etis yang mulai berkembang di


lingkungan bisnis dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengantisipasi
terjadinya isu-isu tersebut. Sayangnya, dalam dua decade terakhir belum ada
kebijakan ataupun presedur yang dapat membantu. Standar tata kelola perusahaan
dianggap buruk jika:
o Menyembunyikan keadaan keuangan dari stakeholders
o Penyelewengan dana dari oknum pegawai senior
o Laporan keuangan dirilis hanya untuk diralat kemudian
o Produk yang dipasarkan secara terburu-buru
o Organisasi yang dgunakan untuk praktis monopoli, diskriminasi gender dan
ras, dan perusakan lingkungan
o Kenaikan gaji CEO yan gmelebihi pegawai yang ia pimpin
o Kenaikan gaji CEO di saat keuntungan para pemegang saham menurun
o CEO tetap menerima bonus meskipun saham perusahaan tidak memiliki
performa bagus dan ribuan karyawan di PHK

Lalu muncul pertanyaan apakah etika bisnis benar-banar bersifat oxymoron,


kontradiktif, satu dengan lainnya? Maka dari itu muncul panggilan untuk banyak
organisasi agar lebih aktif dalam pembentukan pelaksanaan standar etika operasi
sehari-hari perusahaan. Code of Ethics, standar tertulis perilaku etika di perusahaan
yang dibentuk untuk membimbing manajer dan pegawai dalam membuat keputusan
dan pilihan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu kode etik dapat dilihat
memiliki dua fungsi, sebagai pesan untuk para pemangku kepentingan perusahaan
dan sebagai dokumen internal. Sayangnya kode etis tetap saja dalam
pengaplikasiannya sehari hari sering diabaikan oleh perusahaan.
Dalam lima decade terakhir, terdapat beberapa perubahan dramatis di lingkungan
bisnis, seperti:
- Peningkatan porsi suara pegawai untuk didengar meningkatkan kepercayaan
masing-asing individu dalam menyuarakan ketidakadilan, atau pelanggaran terhadap
kode etis, membuat para pegawai memiliki rasa ingin tau lebih dalam resolusi legal
atas permasalahan yang terjadi.
- Permasalahan CSR meningkat dari hanya debat kusir menjadi penilaian penampilan
perusahan sebagai bagian kewajiban hukum
- Etika korporasi telah berubah dari yang mengutamakan hukum dan departemen
SDM menjadi alur perusahaan dan penunjukan etika perusahaan dengan mandate
yang jelas pagi pegawai
- Kode etik juga telah berubah menjadi standar penilaian performa dimana semakin
banyak perusahaan semakin terbuka dengan para stakeholder.
- Kewajiban yang lebih besar bagi CEO dan jajaran direktur dalam menandatangani
laporan perofrma keuangan dari organisasi yang mereka wakili

Namun sayangnya dalam menghadapi berbagai situasi yang mungkin menyimpang,


para pegawai memiliki informasi yang minim petunjuk selain hal-hal klise. Meskipun
begitu, seringkali permasalahan yang terjadi bukan hanya meimilih benar-salah
namun memilih antara pilihan 2 pilihan baik. Etika dilemma seperti ini terjadi saat
terjadi konflik nilai yang dianggap penting oleh pegawai dan nilai yang dianggap
penting oleh perusahaan.
Lalu bagaimana solusinya? Hal pertama yang dilakukan adalah dengan mengenali
konflik apa yang sedang dihadapi seperti,
 Kebenaran versus kesetiaan
 Jangka Panjang versus jangka pendek
 Keadlian versus pengampunan
 Individu versus kelompok
Setelah mampu mengidentifikasi tipe konlik yang dihadapi, baru seseorang dapat
menggunakan salah satu dari ketiga solusi principal berikut:
1. End-based
Keputusan mana yang akan memberikan keuntungan terbesar bagi
banyak orang?
2. Rules-based
Apa yang akan terjadi jika semua orang membuat keputusan yang sama?
3. The golden rule
Perlakukan orang lain selaykanya kamu ingin diperlakukan

Tentu saja proses resolusi di atas bersifat awal dan dan ideal, namun tetap akan
sangat membantu dibandingkan hanya menggunakan insting atau perasaan tanpa basis
semata.

STUDI KASUS MATA KULIAH ETIKA BAB 2


HOSTESS BRANDS: IMPOSSIBLE TO SAVE?

1. Apakah kepemimpinan Hostess Brand patut disalahkan atas matinya


perusahaan? Mengapa dan mengapa tidak?
BIsa. Karena berbagai kesalahan seperti kurangnya fleksibilitas, produknya yang
kuno dan tidak mengikuti selera pasar, serta operasional yang tidak efisien
diakibatkan kepemimpian yang tidak efektif. Selan itu, dalam pengelolan hutang
juga terjadi menjadi masalah. Patut disayangkan setelah itu terjadi kebangutan
kedua yang memberikan implikasi bahwa tidak ada pelajaran yang diambil sejak
kasus pertama.
2. Peran apa yang dimiliki serikat dalam likuidasi Hostess Brands?
Serikat pekerja yang telah mengorbankan banyak hal dalam hal menyelematkan
perusahaan menolak untuk menjadi fleksibel saat terjadi konflik pemotongan
dana pension, hal ini berujung pada kompromi yang gagal mengenai gaji dan
mengarah pada kebangkrutan perusahaan.
3. Firma ekuitas swasta dan hedge funds dipilih sebagai solusi dalam kasus ini?
Apakah tindakan mereka etis? Mengapa dan mengapa tidak?
Pada awalnya tindakan Ripplewood Holdings dan hedge funds sudah etis dengan
tujuan mengangkat Hostess Brand bangkit dari kebangkrutan. Namun, bahkan
setelah suntikan dana pun, Hostess Brands tetap tidak mampu bangkit mungkin
dikarenakan manajemen yang buruk, atau karena terlalu focus pada
pembayaran hutan dan operasional. Meskipun tidak bisa disebut berlaku tidak
etis, akan lebih baik jika Hostess Brand dibantu dalam perbaikan system dan
investasi agar Hostess Brand benar-benar bisa bangkit.

4. Apa yang mungkin dilakukan secara berbeda dalam kepemilikan dan manajemen
Hostess Brands?
o Inovasi/ modifikasi produk
o Efisiensi biaya operasional
o Peningkatan kualitas sdm
o Menyiapakn strategi jangka panjang seperti investasi

5. Apakah ada masa depan jangka Panjang bagi Hostess Brands? Mengapa dan
mengapa tidak?
Jika Hostess Brand tetap menggunakan sistem, budaya perusahaan serta
manajemen yang sama, kecil kemungkinan untuk Hostess Brand memiliki masa
depan jangka Panjang terbukti dengan kegagalan yang tidak hanya terjadi sekali.

6. Apa yang menurut anda akan terjadi sekarang?


Dengan kebangkrutan yang terjadi, Hostess Brands akan lebih berfokus pada
pembayaran kewajiban seperti pelunasan hutang, pembayaran sisa bonus bagi
pimpiinan dan mengurusi pemecatan karyawan serta mengawai proses likuidasi.

Anda mungkin juga menyukai