Disusun oleh :
ALI HERU 024031901133
INTAN FARICA 024031901134
SYINA SHAFINA 024031901135
KHOIRO AFINI 024031901136
DEVI MARGARETHA 024031901137
ANINDITA NAMIRA 024031901138
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
DIII AKUNTANSI PERPAJAKAN
2021
Etika adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku atau prilaku atau perbuatan manusia
di kehidupan dalam memperlakukan sesama manusia maupun alam dan lingkungan sekitarnya.
yang dilihat dari sisi baik dan buruknya yang dapat ditentukan akal manusia.
Etika disebut pula akhlak atau disebut pula moral. Apabila disebut moral berarti adat
kebiasaan. Sedangkan Pengertian Etika adalah suatu aturan (norma) yang dipakai dan dijadikan
pedoman dalam berprilaku di masyarakat serta lingkungan bagi setiap individu (orang) yang
terkait dengan sifat baik dan buruk.
PONDASI ETIKA
1. Knowledge (pengetahuan)
pengetahuan disini adalah kemampuan seseorang untuk mengenali suatu keadaan
berdasarkan persepsi pikirannya. pengetahuan seseorang ditentukan oleh apa yang dipelajari dari
bahan bacaan, lingkungan pergaulan, pekerjaan dan lain sebagainya.
2. Tangung jawab
Tanggung jawab adalah kemampuan manusia atau individu yang menyadari bahwa seluruh
tindakannya selalu mempunyai konsekuensi. Artinya, seorang manusia itu harus memiliki
kemampuan dalam menjawab segala pertanyaan yang akan timbul dari tindakan-tindakan yang
akan diperbuatnya.
Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh mengelak, bila dimimta penjelasan atas
tindakannya.
3. Hati nurani
Hati nurani adalah penghayatan tentang nilai baik atau buruk suatu perbuatan yang dihasilkan
oleh manusia. Hati nuranilah yang memerintahkan atau melarang suatu tindakan itu baik atau
buruk menurut situasi, waktu, dan kondisi tertentu. Dengan demikian hati nurani sangat
berhubungan dengan kesadaran .
ada tiga prinsip dasar dalam kesadaran moral. Prinsip-prinsip itu, yaiti:
· Prinsip bersikap baik.
· Prinsip memiliki rasa keadilan.
· Prinsip memiliki rasa hormat.
KONSEP DAN TEORI ETIKA
1. Etika teleologi
Etika teleologi berasal dari bahas kata Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud, dan
logos, perkataan.
Etika teleologi mengukur baik dan buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan. Artinya, teleologi bisa diartikan sebagai
pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan yang dilakukan.
Teleologi mengerti benar mana yang benar dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang
terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Walaupun sebuah tindakan dinilai salah
menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.
Namun dengan demikian, tujuan yang baik tetap harus diikuti dengan tindakan yang benar
menurut hukum.
Contoh kasus : Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit. Tindakan
ini baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum tindakan ini melanggar hukum
sehingga etika teleologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan
bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu.
Pandangan egoisme adalah suatu pandangan yang menganggap bahwa tindakan setiap orang
pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan keuntungan dirinya sendiri dan
umumnya untuk meningkatkan citra pribadi seseorang.
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk
mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri dan menempatkan diri di tengah satu tujuan
serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap
sebagai teman dekat.
Contoh : (mungkin masih ada) para petinggi politik yang saling berebut kursi “kekuasaan”
dengan melakukan berbagai cara yang bertujuan bahwa dia harus mendapatkannya.
Altruisme adalah tindakan sukarela untuk membantu orang lain tanpa pamrih atau sekedar
ingin beramal baik. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain
dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran
c. Utilitarianisme ethics
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Gabungan antara egoisme etis
dan altruisme etis, bahwa benar salahnya tindakan tergantung pada baik buruknya konsekuensi
tindakan tersebut bagi siapa saja yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Contoh : pedagang yang menjual agar-agar dan gulali dan ternyata pewarna yang digunakan
adalah pewarna pakaian bukan pewarna makanan. Secara etis hal ini sangat tidaklah beretika,
karena akan merugikan orang lain namun dalam konsep utilitarianisme hal ini akan
menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit bagi penjualnya karena dia mampu menggantikan
pewarna yang mahal dengan pewarna yang murah.
2. Deontologi
Etika Deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti
kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori.
menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah
tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Karena bagi etika deontologi yang menjadi
dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam
konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
Contoh kasus: Rudi diberi tugas untuk menjatuhkan seseorang. Jika Rudi melaksanakan tugasnya
maka dikatakan benar dan sebaliknya
3. Teori hak
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. teori hak ini adalah
pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan
atau perilaku.
Contoh : Apabila kita membayar pajak sebagai suatu kewajiban, maka hak yang kita peroleh
berupa fasilitas umum seperti layanan pendidikan dan layanan kesehatan gratis.
4. Virtue ethics
Virtue ethis bisa didefinisikan sebagai disposisi watak yang telah diperoleh seseorang
dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral, memandang sikap atau
akhlak seseorang.
5. Dilema etika
Pengertian dilema etika adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia
harus membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya. Untuk itu
diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut.
Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. PRINSIP KEINDAHAN
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap
keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin
menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan
ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.
2. PRINSIP PERSAMAAN
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul
tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan
dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar
apapun.
3. PRINSIP KEBAIKAN
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai
kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya.
Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat
diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
4. PRINSIP KEADILAN
kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya
mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk bertindak adil dan
proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.
5. PRINSIP KEBEBASAN
sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan pilihannya
sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau
mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan
tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang
lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
• kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan.
• kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan pilihannya tersebut.
• kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya
6. PRINSIP KEBENARAN
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang
logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat
diyakini oleh individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat diterima sebagai suatu
kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.
Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-
nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan
pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan mengatur
kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai harus benar-benar
dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan
kebenaran bagi setiap orang.
1. PRINSIP KEJUJURAN
Prinsip kejujuran harus menjadi dasar penting bagi segala bidang bisnis. Bagi sebagian pebisnis,
baik pengusaha modern maupun pengusaha konvensional menyatakan bahwa kejujuran
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam bisnis. Secara umum, bisnis yang berjalan tanpa
mengadopsi prinsip kejujuran tidak akan bisa bertahan lama.
Bagi pengusaha, kejujuran terkait dengan kualitas dan harga barang yang ditawarkan kepada
konsumen. Contoh penerapan prinsip kejujuran dapat dilihat kegiatan menjual produk
berkualitas tinggi dengan harga yang wajar dan masuk akal.
Kejujuran memiliki dampak besar pada proses menjalankan bisnis karena ketika pengusaha tidak
jujur, maka akan menjadi awal kemunduran dan kehancuran bisnis. Apalagi untuk bisnis di era
digital seperti sekarang ini, tingkat persaingannya sangat tinggi menuntut prinsip kejujuran
sebagai prinsip etika bisnis yang harus dipegang teguh untuk mempertahankan loyalitas
konsumen
3. PRINSIP KESETIAAN
Prinsip kesetiaan selalu berkaitan dengan proses menjalankan sebuah bisnis yang dilakukan oleh
pekerja, baik manajemen, atasan, dan bawahannya. Prinsip kesetiaan dapat diterapkan dengan
cara kerja dan keseriusan dalam menjalankan bisnis yang sesuai dengan visi dan misi
perusahaan.
Penerapan prinsip kesetiaan berarti bahwa pebisnis dan elemen-elemen yang ada di dalamnya
tidak boleh membingungkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan
4. PRINSIP OTONOMI
Prinsip otonomi terkait dengan sikap dan kemampuan seorang individu dalam
mengambil keputusan dan tindakan yang benar. Dengan kata lain, pelaku bisnis harus bisa
membuat keputusan yang baik dan benar. Selain itu, pebisnis harus hati-hati dalam
memperhitungkan keputusan.
Dalam penerapannya, pengusaha harus memiliki prinsip otonomi dengan kesadaran penuh akan
kewajiban dalam menjalankan bisnis. Maka dari itu, pebisnis harus memahami bidang bisnis
yang dilakukan, situasi yang dihadapi, tuntutan, dan aturan yang berlaku di bidang itu.
Prinsip otonomi juga harus diterapkan dalam mengambil sebuah keputusan dan tindakan yang
sesuai serta meninggalkan yang dianggap bertentangan dengan nilai atau norma moral tertentu.
Prinsip ekonomi menjadi prinsip etika bisnis yang sangat berguna untuk mengurangi risiko yang
dapat terjadi pada perusahaan.
Prinsip otonom tidak hanya mengikuti nilai dan norma yang berlaku, tetapi juga dengan
mempertimbangkan kesadaran batin mengenai pilihan terbaik untuk dilakukan.
5. PRINSIP KEADILAN
Prinsip keadilan merujuk untuk semua pihak yang terlibat dalam bisnis yang memiliki
hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan aturan yang berlaku. Dengan prinsip
etika bisnis ini, semua pihak yang terlibat harus berkontribusi pada keberhasilan bisnis yang
dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Prinsip keadilan mendorong semua pihak agar dapat terlibat dalam bisnis, baik hubungan
internal maupun hubungan eksternal. Setiap pihak akan menerima perlakuan yang sama sesuai
dengan haknya masing-masing.
Dalam praktiknya, etika berbisnis dapat saling menguntungkan dalam proses bisnis. Terutama
bagi perusahaan yang menjaga hubungan baik dalam jangka panjang dengan konsumen.
KRITERIA ETIKA
Utilitarianisme pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832). Persoalan yang
dihadapi oleh Bentham dan orang-orang sezamannya adalah bagaimana menilai baik buruknya
suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal secara moral. Singkatnya, bagaimana
menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu kebijaksanaan yang punya dampak bagi kepentingan
banyak orang, secara moral.
Kriteria pertama adalah manfaat , yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu
mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu. Jadi, kebijaksanaan atau tindakan yang baik
adalah yang menghasilkan hal yang baik. Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan yang tidak
baik adalah yang mendatangkan kerugian tertentu.
Kriteria kedua adalah manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu
mendatangkan manfaat terbesar (atau dalam situasi tertentu lebih besar)dibandingkan dengan
kebijaksanaan atau tindakan alternative lainnya.
Kriteria ketiga adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang, yaitu dengan
kata lain suatu kebijaksanaan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut etika
utilitarianisme adalah kebijaksanaan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi
sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat merugikan yang sekecil mungkin
bagi sedikit mungkin orang.
Secara padat ketiga prinsip itu dapat dirumuskan sebagai berikut: Bertindaklah sedemikian rupa
sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin
orang.
NILAI POSITIF ETIKA DI DUNIA KERJA
1. Tidak memberi tempat pada dilema moral dan jalan keluar ketika terjadi konflik
prinsip moral.
Dilema moral merupakan situasi ketika pelaku wajib melakukan A sekaligus B. Namun, ia tidak
dimungkinkan melakukan keduanya sekaligus. Jika melakukan A, maka ia tidak dapat
melakukan B. Hal ini menunjukan bahwa keterbatasannya sebagai manusia tidak memungkinkan
melakukan dua tindakan secara bersama.
3. Imperatif kategoris melulu formal dan tidak membantu mengerti kewajiban yang
secara konkret mengikat pelaku moral.
Hal ini menunjukkan bahwa imperatif kategoris hanya menegaskan yang tidak boleh dilakukan.
Misalnya, inkar janji, berbohong, bunuh diri, dll. Tetapi bukan secara positif mengenai apa yang
harus dilakukan. Oleh karena itu, moralitas hanya menetapkan batas ruang lingkup manusia dan
tidak memberi arah. Imperatif kategoris sekadar memberi tolok ukur dalam menguji benar atau
tidaknya kaidah. Namun, tidak membantu mengetahui darimana pelaku moral memeroleh kaidah
yang mau diuji. Dengan demikian, moralitas dalam etika deontologis mengandaikan adanya
praktik moral yang sudah berlaku.
MEMBEDAKAN PERILAKU BAIK DAN BURUK DALAM MASYARAKAT
Hubungan budi pekerti, moral, dan etika adalah sebuah tindakan yang mendasari perilaku
seseorang, dimana perilaku tersebut akan mendapatkan penilaian baik dan buruk dari
masyarakat. Budi pekerti adalah sebuah nilai luhur yang dimiliki seseorang karena kebiasaan
yang diterapkan sejak dahulu dan mengakar menjadi sesuatu yang dilakukan sehari-hari.
Seseorang yang memiliki budi pekerti, akan memiliki moral yang kemudian dapat diwujudkan
menjadi sebuah etika yang baik.
Pengertian etika adalah suatu kebiasaan yang diterima pada sebuah keadaan, suatu kelompok,
organisasi, atau masyarakat tertentu. Etika juga menilai baik buruknya sebuah akal pikiran
seseorang yang kemudian berbuah pada suatu tindakan. Sumber penilaian ini adalah berdasarkan
norma yang berlaku di masyarakat. Etika merupakan sebuah dasar dari terbentuknya moral di
suatu komunitas atau masyarakat
Contoh etika atau perilaku yang baik dalam masyarakat :
1. Etika dalam bertamu
Dalam bertamu atau melakukan kunjungan kerumah orang lain, tetangga misalnya, tentu
terdapat sebuah etika bertamu yang harus dilakukan :
a. tidak bertamu pada larut malam
b. tidak bertamu terlalu lama sehingga mengganggu atau membuat tidak nyaman
pemilik rumah.
2. Etika mengantri
Etika dalam hal antri :
a. Tidak menyerobot antrian
b. Mengantri sesuai urutan dengan tertib.
3. Etika ketika makan
Untuk etika makan :
a. Tidak berbicara ketika makan
b. Tidak mengangkat kaki
c. Tidak makan sambil berdiri
d. Menutup sendok dan garpu di piring ketika selesai makan
Selain itu juga ada Budi pekerti yang merupakan sebuah sikap positif yang termasuk didalamnya
adalah tindakan sopan santun. Budi pekerti merupakan sebuah sikap dan tindakan yang diperoleh
berdasarkan kebiasaaan yang dilakukan sedari kecil. Budi pekerti adalah sebuah sikap yang akan
terbentuk dalam benak setiap orang serta dengan sendirinya diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Budi pekerti dapat diasosiasikan dengan moral, etika, akhlak mulia, tata krama, dan sopan
santun. Maka dari itu kita harus dibiasakan bersikap dan beretika baik kepada seluruh
masyarakat.
Etika tidak luput dari berbagai macam permasalahan dalam berbagai aspek kehidupan yang
disebabkan salah satunya adalah marak beredar isu yang memicu masalah. Kita dituntut untuk
dapat menganalisa apakah benar atau memang hanya isu belaka.
• LINGKUNGAN EKSTERNAL
Lingkungan eksternal terdiri atas factor – factor yang mempengaruhi organisasi dariluar
batas organisasi. Secara strategis sering menentukan peluang atau tantangan yang
dihadapi bisnis. dikelompokkan menjadi 2 yaitu: bersifat umum dan bersifat khusus.
Lingkungan makro/ eksternal yang dapat mempengaruhi kebiasaan yang tidak etis
yaitu : bribery, coercion, deception, theft, unfair dan discrimination.
• LINGKUNGAN INTERNAL
Lingkungan internal merupakan sejumlah faktor, variable atau atribut-atribut yang
melekat pada variable atau faktor tersebut yang berada di lingkungan bisnis dan secara
langsung mempengaruhi bisnis.
a. Tenaga Kerja ( karyawan) : karyawan berbeda satu sama lain dalam berbagai hal
sperti kecakapan,sikap, tujuan pribadi, dan kepribadian. Akibatnya, perilaku seorang
manajer yang efektif dengan seorang karyawan mungkin tidak efektif dengan karyawan
lain.
b. Budaya perusahaan : adalah sistem dari kebersamaan nilai, kepercayaan, dan kebiasaan
didalam sebuah organisasi yang berinteraksi dengan struktur normal yang
menghasilkannorma perilaku dalam organisasi. Juga merupakan iklim sosial dan
psikologis dari sebuah perusahaan, dan wujudnya bisa merupakan budaya yg tertutup
atau terbuka. Terdiri dari: ketegasan ,Pengambilan keputusan. Orientasi tim / teamwork.
c. Kebijakan : kebijakan menetapkan batasan sebagai arahan dalam membuat keputusan.
Kebijakan seringkalidimaksudkan untuk menjamin konsistensi dalam praktik misalnya
mengenai kapandan bagaimana kinerja dinilai
d. Hubungan antar unit : Manajer harus memahami benar hubungan antar divisi
atau departemen yang ada dan harus memanfaatkan hubungan tersebut secara maksimal.
jika pekerjaansebuah divisi tergantung pada divisi lain dalam arus kerja, maka manajer
harus memahami bahw akerjasama dengan divisi lain sangat dibutuhkan jika pekerjaan
harus diselesaikan secara efisien atau produktifitas divisi ingan ditingkatkan.
e. Unsur system manajemen : Sikap dan preferensi atasan mempengaruhi bagaimana sebuah
tugas dilaksanakan. Secara umum, manajer tingkat bawah harus menyesuaikan diri
dengan gaya dari atasan. Terdiri dari Manajemen Pemasaran, Manajemen Keungan,
Manajemen Operasi, dan Manajemen SDM
f. Organisasi Informal : Anggota organisasi akan menjumpai dua jenis organisasi di dalam
perusahaan,yaitu formal dan tidak formal.
o organisasi formal ditunjukkan oleh baganstruktur organisasi dan uraian jabatan.
o organisasi informal adalah hubungan yang berkembang dan pola interaksi
manusia di dalam organisasi yang tidak ditetapkan secara resmi. Dapat
berdampak positif maupun negative dalam kegiatan perusahaan.
o
ciri unsur lingkungan internal adalah sebagai berikut
a. Dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan, dimana tingkat pengendaliannya
relatif mudah
b. Dapat dipengaruhi secara langsung oleh manajemen perusahaan, karena perusahaan
mempunyai bargaining power yang cukup kuat.
Contoh Lingkungan Bisnis mempengaruhi :
Lingkungan Internal
Dalam lingkungan perusahaan juga dikenal salah satu tindakan yang berkaitan dengan
pelaksanaan etika profesi. Dalam lingkungan internal kasus whistle-blowing sering terjadi ketika
perusahaan sudah mulai mengabaikan keselamatan para karyawannya hanya untuk menekan
biaya produksi. Pada umumnya tindakan ini dilakukan oleh perorangan yang merasa bahwa apa
yang dilakukan oleh perusahaan sudah tidak sesuai dengan standar keselamatan pekerja dan juga
hal tersebut dibiarkan berlarut-larut oleh perusahaan dan bahkan terburuknya sampai jatuh
korban.
Contoh: Dalam perusahaan industri kimia, pengolahan proses produksi selalu berkaitan dengan
bahan kimia yang berbahaya. Standar pekerja berada dalam ruangan tertentu yang bersentuhan
langsung dengan produk kimia berbahaya adalah 4-6 jam dalam ruangan, setelah kurun waktu
tersebut pihak perusahaan harus melakukan pergantian jam kerja dengan karyawan lain.
Munculnya biaya yang lebih besar karena pergantian jam kerja tersebut membuat perusahaan
enggan melakukannya, bahkan memaksa karyawannya untuk tetap bekerja secara terus menerus
tanpa pergantian.
Lingkungan Eksternal
Masalah lainnya adalah di lingkungan variasi global dalam praktik bisnis. Di banyak negara,
suap merupakan isu bisnis yang umum. Akan tetapi, baik undang-undang Amerika Serikat dan
undang-undang Indonesia melarang suap
Contoh : sebuah perusahaan penghasil daya listrik baru saja mengalami kehilangan kontrak
bernilai ratusan juta dollar Amerika Serikat karena menolak membayar suap di Timur Tengah.
Sedangkan sebaliknya banyak perusahaan Indonesia melakukan suap agar diberikan keringanan
membayar pajak dan diberikan banyak kemudahan dalam berbisnis di Indonesia (Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1980)
KESALING TERGANTUNGAN ANTARA BISNIS DAN MASYARAKAT
Dalam pengembangan bisnis yang tidak terlepas dengan eksistensi masyarakat secara luas
dimana bisnis membutuhkan masyarakat dan masyarakat membutuhkan bisnis, maka harus
menggunakan etika dalam kegiatan operasional. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak
bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu
antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung
maupun tidak langsung.
Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang dan masyarakat yang
dikenal sebagai :
- Stakeholders : yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing, pemerintah
dan komunitas
- Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja dan bahkan pemegang saham adalah pihak
yang sering berperan untuk keberhasilan dalam berbisnis.
• Bisnis tidak bebas dari nilai sosial, nilai moral atau nilai etika
Kita mengetahui bahwa bisnis membutuhkan masyarakat dan masyarakat membutuhkan bisnis.
Tetapi jika kita lihat lebih jauh, terutama jika kita tinjau dari teori dan perkembangan ilmu bisnis,
ternyata bisnis tidak bebas dari nilai moral maupun nilai etika.
Dalam menjalankan kegiatan bisnis tidak dapat lepas sama sekali dari nilai sosial (memberikan
bantuan tanpa pamrih), nilai moral dan nilai etika yang dibutuhkan untuk mengatur kegiatan
operasional perusahaan supaya tercipta hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
lingkungan.
• Bisnis merupakan bagian dari sistem social
Kegiatan bisnis pertama-tama harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dari masyarakat,
kalau masyarakat dijadikan sebagai sumber dan sasaran yang ingin dituju oleh bisnis. Sehingga
dapatlah terjalin keharmonisan hubungan dengan pihak-pihak terkait di dalam masyarakat.
Perusahaan melihat masyarakat sebagai sumber potensi yang dapat menghidupi perusahaan.
Sebaliknya perusahaan harus juga menempatkan diri sebagai lembaga yang eksistensinya
memang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu pelaku bisnis harus menyadari bahwa
keberadaannya di masyarakat merupakan bagian dari masyarakat.
Pelaku bisnis yang baik harus dan tetap berusaha terus dalam membangkitkan sense of belonging
(rasa ikut memiliki) dari masyarakat terhadap perusahaan yang di bawah kewenangan. Adapun
cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain:
- Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go
publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada
para insvestor atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan
para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru.
- Banyak permintaan dari para pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan menjual
sahamnya kepada masyarakat. Dipihak lain masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan
untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat
berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal.
Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberi
informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahan yang go public tersebut.
Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi terhadap hal
ini.
KEPEDULIAN PELAKU BISNIS TERHADAP ETIKA
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk “uang”, dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya
sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga
yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi
pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang
berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan
dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab
sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal
pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dan lain-lain.
a. Pandangan klasik
Tanggung jawab sosial adalah bahwa tanggung jawab sosial manajemen hanyalah
memaksimalkan laba (profit oriented).Pada pandangan ini manajer mempunyai kewajiban
menjalankan bisnis sesuai dengan kepentingan terbesar pemilik saham karena kepentingan
pemilik saham adalah tujuan utama perusahaan
b. Pandangan sosial ekonomi
Tanggung jawab sosial adalah bahwa tanggung jawab sosial manajemen bukan sekedar
menghasilkan laba, tetapi juga mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
sosial.Pada pandangan ini berpendapat bahwa perusahaan bukan intitas independent yang
bertanggung jawab hanya terhadap pemegang saham, tetapi juga terhadap masyarakat.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah:
1. Pengendalian diri.
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility).
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi.
4. Menciptakan persaingan yang sehat.
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi).
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar.
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha kebawah.
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati.
1. Keputusan atau tindakan dilakukan berdasarkan nilai atau standar yang diterima dan
berlaku padalingkungan organisasi yang bersangkutan.
2. Bersedia mengkomunikasikan keputusan tersebut kepada seluruh pihak yang terkait.
3. Yakin orang lain akan setuju dengan keputusan tersebut atau keputusan tersebut mungkin
diterima dengan alasan etis.