Anda di halaman 1dari 44

PENDAHULUAN DAN TEORI ETIKA BISNIS

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang
melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan
filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang
apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K. Bertens, 2000).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip
dari Bertens, 2000), etika mempunyai arti sebagai : “ ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai
arti :
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata
ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti
berikut :
a. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengaturtingkah lakunya. Misalnya, Jika orang berbicara tentang etika orang
Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan
etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai
ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
b. Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh :Kode
Etik Jurnalistik
c. Ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-
kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang
begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi
bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya
dengan filsafat moral.

1. Norma – norma Umum


Norma Khusus : aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan atau kehidupan khusus
misalnya aturan yang berlaku dalam bidang pendididkan, keolah-ragaan, bidang ekonomi dan
sebagainya. Norma ini hanya berlaku pada lingkup bidangnya dan tidak berlaku jika memasuki
bidang lainnya
Norma Umum adalah sebuah aturan yang bersifat umum atau universal. Pada norma umum
meliputi :
a. Norma Sopan Santun, disebut juga norma etiket adalah norma yang mengatur pola
perilaku dan sikap lahiriah manusia.
b. Norma Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh
masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma ini mencerminkan harapan, keinginan
dan keyakinan seluruh anggota masyarakat tersebut dan kesejahteraan bermasyarakat
yang baik dan bagaimana masyarakat tersebut harus diatur secara baik.
c. Norma Moral adalah aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
Norma ini menyangkut aturan tentang baik-buruknya, adil tidaknya tindakan dan
perilaku manusia sejauh dilihat sebagai manusia. Norma moral dipakai sebagai
1
indikator oleh masyarakat untuk menentukan baik – buruknya tindakan manusia kepada
pihak lain dengan fungsi dan jabatannya di masyarakat.
Hal ini menunjukan bahwa moralitas bukan sekedar sentimental saja, soal suka atau tidak
suka dan seterusnya. Walaupun mempunyai kaitan dengan perasaan moral, tidak lantas berarti
moralitas menjadi hal yang sentimental. Moralitas punyaa rasionalitas sendiri, paling tidak
bahwa semua orang rasional punya reaksi yang umumnya sama atas kasus atau peristiwa sadis,
brutal dan tidak berperi kemannusiaan tertentu yang sama dan berlaku umum terlepas dari
kaitan personal maupun emosional dengan pelaku atau korban tertentu.

2. Teori Etika Deontology


Deontology berasal dari kata yunai ‘deon’, yang berarti sesuatu yang harus dilakukan
atau kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Sesuatu itu
dianggap baik karena tuntutan norma sosial dan moral, apapun dampaknya dan tidak
tergantung dari apakah ketaatan atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan atau
tidak, menyenangkan atau tidak. Istilah ini, digunakan ke dalam system etika. Istilah ini
pertama kali digunakan oleh filsuf dari jerman yaitu Immanuel Kant.

3. Teori Etika Teleology


Etika yang mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan atas tindakan yang
dilakukan. Suatu tindak dinilai baik, jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau akibat
yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat. Misalnya : mencuri sebagai etika teology tidak
dinilai baik atau buruk berdasarkan tindakan itu sendiri, melainkan oleh tujuan dan akibat dari
tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik.

4. Bisnis Sebuah Profesi Etis


Bisnis bisa dikatakan menjadi profesi etis bila :
Ditunjang oleh system politik yang kondusif
a. Aturan yang jelas dan fair
b. Kepastian keberlakuan aturan tersebut
c. Aturan hokum yang mengatur kegiatan bisnis
d. System pemerintahan yang adil dan efektif

Prinsip – prinsip etis untuk berbisnis yang baik


a. Etika Terapan : Secara umum etika dibagi menjadi etika umum dan etika khusus.
b. Etika umum : berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondsi – kondisi dasar bagi
manusi untuk bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori –
teori etika , lembaga – lembaga normatif dan semacamnya.
c. Etika khusus adalah penerapan prinsip – prinsip tau norma – norma moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Etika ini dibagi menjadi 3, yaitu :
 Etika individual : Etika individual lebih menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
 Etika social : Etika sosial berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya. Etika
individual dan etika sosial berkaitan erat satu sama lain.
 Etika lingkungan hidup : Etika lingkungan hidup berbicara mengenai hubungan
antara manusia baik sebagai kelompok dengan lingkungan alam yang lebih luas dalam
totalitasnya, dan hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya
yang berdampak langsung atau tidak langsung pada lingkungan hidup secara
keseluruhan.
2
c. Etika Profesi : Pengertian profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan
sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan
dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Dengan demikian
professional adalah orang yang melakukan sesuatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta
mempunyai komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaan itu.
Adapun ciri – ciri profesi yang secara umum ada enam adalah :
1. Memiliki keahlian dan keterampilan khusus
2. Adanya komitmen motral yang tinggi
3. Seorang proesional adalah orang yang hidup dari profesinya
4. Mempunyai tujuan untuk mengabdi untuk masyarakat
5. Memiliki sertifikasi maupun ijin atas profesi yang dimilikinya

5. Menuju Bisnis Sebagai Profesi Luhur


Sesungguhnya bisnis bukanlah merupakan profesi, kalau bisnis dianggap sebagai
pekerjaan kotor, kedati kata profesi, profesional dan profesionalisme sering begitu diobral
dalam kaitan dengan kegiatan bisnis. Namun dipihak lain tidak dapat disangkal bahwa ada
banyak orang bisnis dan juga perusahaan yg sangat menghayati pekerjaan dan kegiatan
bisnisnya sebagai sebuah profesi. Mereka tidak hanya mempunyai keahlian dan ketrampilan
yang tinggi tapi punya komitmen moral yg mendalam. Karena itu, bukan tidak mungkin bahwa
bisnis pun dapat menjadi sebuah profesi dalam pengertian sebenar-benarnya bahkan menjadi
sebuah profesi luhur.

6. Pandangan Praktis-Realistis
Pandangan ini bertumpu pada kenyataan yang diamati berlaku dalam dunia bisnis dewasa
ini. Pandangan ini didasarkan pada apa yang umumnya dilakukan oleh orang-orang bisnis.
Pandangan ini melihat bisnis sebagai suatu kegiatan di antara manusia yg menyangkut
memproduksi, menjual dan membeli barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan.
Bisnis adalah suatu kegiatan Profit Making. Dasar pemikirannya adalah bahwa orang yg
terjun ke dalam bisnis tidak punya keinginan dan tujuan lain selain ingin mencari keuntungan.
Kegiatan bisnis adalah kegiatan ekonomis dan bukan kegiatan sosial. Karena itu, keuntungan
itu sah untuk menunjang kegiatan bisnis.
Asumsi Adam Smith : Dalam masyarakat modern telah terjadi pembagian kerja di mana
setiap orang tidak bisa lagi mengerjakan segala sesuatu sekaligus dan bisa memenuhi semua
kebutuhan hidupnya sendiri. Semua orang tanpa terkecuali mempunyai kecenderungan dasar
untuk membuat kondisi hidupnya menjadi lebih baik.

7. Pandangan Ideal
Disebut pandangan ideal, karena dlm kenyataannya masih merupakan suatu hal yang
ideal mengenai dunia bisnis. Sebagai pandangan yang ideal pandangan ini baru dianut oleh
segelintir orang yang dipengaruhi oleh idealisme berdasarkan nilai yang dianutnya.
Menurut Adam Smith, pertukaran dagang terjadi karena satu orang memproduksi lebih
banyak barang sementara ia sendiri membutuhkan barang lain yang tidak bisa dibuatnya
sendiri.
Menurut Matsushita (pendiri perusahan Matsushita Inc di Jepang), tujuan bisnis
sebenarnya bukanlah mencari keuntungan melainkan untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Sedangkan keuntungan tidak lain hanyalah simbol kepercayaan masyarakat atas kegiatan bisnis
suatu perusahaan. Artinya, karena masyarakat merasa kebutuhan hidupnya dipenuhi secara baik
mereka akan menyukai produk perusahaan tersebut yang memang dibutuhkannya tapi
sekaligus juga puas dengan produk tersebut.
3
8. Sasaran dan lingkup etika bisnis
Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis disini. Yang pertama etika bisnis sebagai
etika profesi membahas  berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek
bisnis yang baik dan etis. Etika bisnis bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk
menjalankan   bisnisnya   secara   baik   dan   etis.   Karena   bisnis   yang   baik   dan   etis   menunjang
keberhasilan bisnisnya dalam jangka panjang. Dan berfungsi menggugah kesadaran moral para
pelaku bisnis  untuk berbisnis  secara baik dan etis  demi  nilai­nilai  luhur tertentu  dan demi
kepentingan bisnisnya sendiri. Etika bisnis dalam lingkupnya yang pertama ini tidak hanya
menyangkut perilaku dan organisasi perusahaan secara internal melainkan juga menyangkut
secara eksternal.
Sasaran   yang   kedua   yaitu   untuk   menyadarkan   masyarakat,   khususnya   konsumen,
karyawan dan masyarakat luas, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar
oleh praktek bisnis siapa pun juga. Pada tingkat ini etika bisnis berfungsi untuk menggugah
masyarakat  untuk  bertindak   menuntut   para  pelaku  bisnis  untuk   berbisnis   secara  baik  demi
terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat. Etika bisnis mengajak masyarakat luas untuk
sadar   dan   berjuang   menuntut   haknya   agar   hak   dan   kepentingannya   tidak   dirugikan   oleh
pembisnis.
Pada sasaran ketiga, etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro.
Dalam   lingkup   makro,   etika   bisnis   berbicara   mengenai   monopoli,oligopoly,   kolusi   dan
praktek­praktek semacamnya yang akan sangat mempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu
ekonomi melainkan baik tidaknya praktek bisnis dalam sebuah negara tersebut. Etika bisnis
menekankan   pentingnya   kerangka   legal­politis   bagi   praktek   yang   baik,   yaitu   pentingnya
hukum dan aturan bisnis serta peran pemerintah yang efektif menjamin keberlakuan aturan
bisnis tersebut secara konsekuen tanpa pandang bulu.

9. Prinsip­prinsip Etika Bisnis
a. Prinsip otonomi
Otonomi   adalah   sikap   dan   kemampuan   manusia   untuk   mengambil   keputusan   dan
bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

b. Prinsip Kejujuran
 Kejujuran dalam pemenuhan syarat­syarat perjanjian dan kontrak
 Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga sebanding
 Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan 

c. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan  menuntut  agar setiap  orang diperlakukan  secara  sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggung
jawabkan
Dengan melihat kedua pandangan berbeda di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
citra jelek dunia bisnis sedikit banyaknya disebabkan oleh pandangan pertama yang melihat
bisnis sekadar sebagai mencari keuntungan.

4
Atas dasar ini, persoalan yang dihadapi di sini adalah bagaimana mengusahakan agar
keuntungan yang diperoleh ini memang wajar, halal, dan fair. Terlepas dari pandangan mana
yang dianut, keuntungan tetap menjadi hal pokok bagi bisnis. Masalahnya adalah apakah
mengejar keuntungan lalu berarti mengabaikan etika dan moralitas. Yang penting adalah
bagaimana keuntungan ini sendiri tercapai.
Salah satu upaya untuk membangun bisnis sebagai profesi yang luhur adalah dengan
membentuk, mendukung dan memperkuat organisasi profesi.Melalui organisasi profesi
tersebut bisnis bisa dikembangkan sebagai sebuah profesi dalam pengertian sebenar-benarnya
sebagaimana dibahas disini, kalau bukan menjadi profesi luhur.

BISNIS DAN ETIKA


1. Bisnis
Bisnis berlangsung sebagai komunikasi sosial yang menguntungkan untuk kedua belah
pihak yang melibatkan diri. Bisnis bukan karya amal, karena itu bisa timbul salah paham jika
kita mengatakan bisnis merupakan suatu aktivitas social. Bisnis yang baik, bukan saja bisnis
yang menguntungkan tetapi juga harus baik secara moral. Perilaku yang baik, merupakan
perilaku yang sesuai dengan norma-norma moral. Perilaku yang buruk bertentangan dengan
norma-norma moral. Suatu perbuatan dapat dinilai baik menurut arti terdalam justru kalau
memenuhi standar etis.

a. Aspek Pokok Dari Bisnis


Bisnis modern merupakan realitas yang amat kompleks. Banyak faktor yang turut
mempengaruhi dan menentukan kegiatan bisnis. Antara lain ada faktor organisatoris –
manajerial, ilmiah – teknologis, dan politik – sosial – kultural.Bisnis sebagai kegiatan sosial
bisa disoroti sekurang –kurangnya dari tiga sudut pandang yang berbeda tetapi tidak selalu
mungkin dipisahkan, yaitu sudut pandang ekonomi, hukum, dan etika.

1) Sudut Pandang Ekonomis


Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar menukar,
jual – beli, memproduksi – memasarkan, bekerja – memperkerjakan, dan interaksi manusiawi
lainnya dengan maksud memperoleh untung. Bisnis dapat dilogiskan sebagai kegiatan
ekonomis yang kurang lebih terstruktur atau terorganisasi untuk menghasilkan keuntungan.
Dalam bisnis modern, untung diekspresikan dalam bentuk uang. Tetapi hal itu tidak hakiki
untuk bisnis. Bisnis berlangsung sebagai komunikasi sosial yang menguntungkan untuk kedua
belah pihak yang melibatkan diri. Bisnis bukanlah karya amal. Bisnis justru tidak mempunyai
sifat membantu orang dengan sepihak, tanpa mengharapkan suatu kembali.
Teori ekonomi menjelaskan bagaimana dalam sistem ekonomi pasar bebas para pengusaha
dengan memanfaatkan sumber daya langka, menghasilkan barang dan jasa yang berguna bagi
masyarakat.
Efisiensi ekonomis artinya hasil maksimal akan dicapai dengan pengeluaran minimal.
Efisiensi merupakan kata kunci dalam ekonomi modern. Dipandang dari sudut ekonomis, good
business atau bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak untung.

2) Sudut Pandang Moral


Dengan tetap mengakui peranan sentral dari sudut pandang ekonomis dalam bisnis, perlu
segera ditambahkan adanya sudut pandang lain yang tidak boleh diabaikan, yaitu sudut
pandang moral. Bisnis yang baik (good business) bukan saja bisnis yang menguntungkan.
Bisnis yang baik adalah juga bisnis yang baik secara moral. Malah perlu ditekankan, arti
moralnya merupakan salah satu arti penting bagi kata “ baik “. Perilaku yang baik merupakan
perilaku yang sesuai dengan norma – norma moral, perilaku yang buruk bertentangan atau

5
menyimpang dari norma – norma moral. Suatu perbuatan dapat dinilai baik menurut arti
terdalam justru kala memenuhi standard etis tersebut.

3) Sudut Pandang Hukum


Tidak bisa diragukan lagi, bisnis terikat juga oleh hukum. “ Hukum Dagang “ atau “
Hukum Bisnis “merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Seperti etika pula, hukum
merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan.
Terdapat kaitan erat antara hukum dan etika. Dalam kekaisaran Roma sudah dikenal
pepatah : “ Quid leges sine moribus? “, yang berarti “ Apa artinya undang – undang, kalau
tidak disertai moralitas? “Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum dan norma
etika, namun dua macam norma itu tidak sama. Disamping sudut pandang hukum, kita tetap
membutuhkan sudut pandang moral. Untuk itu dapat dikemukakan beberapa alasan. Pertama,
banyak hal bersifat tidak etis, sedangkan menurut hukum tidak dilarang. Tidak semuanya yang
bersifat immoral adalah ilegal juga. Malah ada perilaku yang dari segi moral sangat penting,
tetapi tidak diatur oleh hukum. Kedua, bahwa proses terbentuknya undang – undang atau
peraturan hukum memakan waktu lama, sehingga masalah – masalah baru tidak bisa segera
diatur secara hukum. Ketiga, bahwa hukum itu sering kali bisa disalahgunakan. Perumusan
hukum tidak pernah sempurna sehingga orang yang beritikat buruk bisa memanfaatkan celah –
celah dalam hukum. Alasan yang keempat cukup dekat dengan itu. Bisa terjadi, hukum
memang bisa dirumuskan dengan baik, tetapi karena salah satu alasan sulit untuk dilaksanakan,
misalnya, karena sulit dijalankan control yang efektif. Kelima, hukum kerap kali
mempergunakan pengertian yang dalam konteks hukum itu sendiri tidak di definisikan dengan
jelas dan sebenarnya diambil dari konteks moral.

b. Tolak Ukur Untuk Tiga Sudut Pandang Ini

1) Hati Nurani.
Suatu perbuatan adalah baik jika dilakukan sesuai hati nurani dan suatu perbuatan adalah
buruk jika dilakukan bertentangan dengan hati nurani. Hati nurani adalah norma yang sering
kali sulit dipakai dalam forum umum dan harus dilengkapi dengan norma – norma yang laen.

2) Kaidah Emas.
Cara lebih objektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral adalah mengukurnya
dengan kaidah emas yang berbunyi : “ hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana anda
sendiri ingin diperlakukan. “Kaidah emas dapat dirumuskan dengan cara positif maupun
negatif. Tadi diberikan perumusan positif. Bila dirumuskan secara negatif, kaidah emas
berbunyi : “ janganlah melakukan terhadap orang lain, apa yang anda sendiri tidak ingin akan
dilakukan terhadap diri anda. “

3) Penilaian Umum.
Cara ketiga dan barangkali yang paling ampuh untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan adalah menyerahkannya kepada masyarakat umum untuk dinilai. Cara ini bisa
disebut juga “ audit sosial. “Sejauh masyarakat yang menilai masih terbatas, hasil penilaiannya
mudah bersifat subjektif. Untuk mencapai suatu tahap objektif, perlu penilaian moral
dijalankan dalam suatu forum yang seluas mungkin. Karena itu “ audit sosial “ menuntut
adanya ketebukaan.

2. Etika
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam
6
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat. Etika bisnis merupakan sesuatu yang berlaku secara universal, artinya esensi etika
bisnis berlaku di mana saja, kapan saja, dan siapa saja tanpa memandang jabatan, ras,
pendidikan, dan agama.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah
etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar
dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur,
transparan dan sikap yang profesional.

a. Hakekat mata kuliah etika bisnis.


Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan
atau adat istiadat (kebiasaan). Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang
dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Etiket moral, hukum dan agama
1) Moral : aturan kesusilaan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradap (ajaran
baik dan buruk, perbuatan, dan kelakuan atau akhlaq).
2) Etiket : cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang
mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta
ditentukan dalam suatu kalangan tertentu
3) Agama: sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan
4) Hukum: sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan
b. Hubungan antara etika dan agama
Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk
membeerikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientas dasar kehidupan dalam
agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan keterampilan etika agar dapat memberikan
orientasi, bukan sekedar indoktrinasi. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional semata
mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran agama hanya terbuka
pada mereka yang mengakuinya sedangkat etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama
dan pandangan dunia.

c. Hubungan antara etika, moral dan hukum


Jika kita membahas tentang norma, etika, dan hukum tentunya kita tidak dapat
melepaskannya dari segi moral. Dari arti kata, etika dapat disamakan dengan moral. Moral
berasal dari bahasa latin “mos” yang berarti adat kebiasaan. Menurut sonny keraf yang
membedakan antara moral dengan etika yaitu nilai-nilai moral mengandung nasihat, peraturan,
dan perintah turun temurun melalui suatu budaya tertentu.
Sedangkan etika merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma
manusia yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan perilaku hidup manusia. Karena etika
dan moral saling mempengaruhi, maka keduanya tentu memiliki hubungan yang erat dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Norma sebagai bentuk perwujudan dari etika dan
moral yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Norma tersebut dapat berbeda-beda antara
satu daerah dengan daerah lainya meski tiap daerah memiliki norma yang berbeda-beda namun
7
tujuannya tetap sama yaitu mengatur kehidupan bermasyakarat agar tercipta suasana yang
mendukung dalam hidup bermasyarakat.
Sedangkan hukum merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
bermasyarakat yang memiliki etika, moral, dan norma-norma didalamnya hukum berperan
sebagai pemberi sanksi. Sanksi tersebut dapat berupa sanksi sosial sebagai akibat dari
pelanggaran norma-norma sosial masyarakat dan sanksi hukum apabila norma-norma yang
dilanggar juga termasuk dalam wilayah peraturan humuk yang berlaku.

d. Klasifikasi etika
Etika normatif merupakan cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan
pertimbangan-pertimbangan tentang bagaiamna seharusnya seseorang bertindak secara etis.
Dengan kata lain, etika normatif adalah sebuah studi tindakan atau keputusan etis. Disamping
itu, etika normatif berhubungan dengan pertimbangan-pertimbangan tentang apa saja kriteria-
kriteria yang harus dijalankan agar suatu tindakan atau kepuasan itu menjadi baik.
Etika terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada
topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik seperti perang, hak-hak binatang,
hukuman mati dan lain-lain. Etika terapan ini bisa dibagi menjadi etika profesi, etika bisnis dan
etika lingkungan. Secara umum ada dua fitur yang diperlakukan supaya sebuah permasalahan
dapat dianggap sebagai masalah etika terapan.
Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap ‘etis’ oleh individu
atau masyarakat. Dengan begitu, etika deskriptif bukan sebuah etika yang mempunyai
hubungan langsung dengan filsafat tetapi merupakan sebuah bentuk studi empiris terkait
dengan perilaku-perilaku individual atau kelompok.
Metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari metaetika adalah arti
atau makna dari pernyataan pernyataan yang ada didalam etika. Dengan kata lain, metaetika
merupakan kajian tingkat kedua dari etika.

e. Konsepsi etika
Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan yang telah dikerjakan itu salah atau benar, baik atau buruk etika tidak
mempersoalkan keadaan manusia melainkan mempersoalkan bagaiaman manusia harus
bertindak. Norma hukum berasal dari hukum, norma agama berasal dari agama, norma sopan
santun berasal dari kehidupan sehari-hari, norma moral berasal dari etika. Etika menyangkut
cara melakukan perbuatan manusia. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh
dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika terhadap sesama, etika terhadap keluarga, etika
terhadap profesi, etika terhadap politik, etika terhadap lingkungan hidup, dan kritik ideologi.

ETIKA UTILARIANISME DALAM BISNIS


1. Pengertian Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah paham dalam filsafat moral yang menekankan manfaat atau
kegunaan dalam menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar, untuk
menentukan bahwa suatu perilaku baik jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar
konsumen atau masyarakat. dalam konsep ini dikenal juga “Deontologi” yang berasal dari kata
Yunani “deon” yang berarti kewajiban. Deontologi adalah teori etika yang menyatakan bahwa
yang menjadi dasar baik buruknya suatu perbuatan adalah kewajiban seseorang untuk berbuat
baik kepada sesama manusia, sebagaimana keinginan diri sendiri selalu berlaku baik pada diri
sendiri.

8
Menurut paham Utilitarianisme bisnis adalah etis, apabila kegiatan yang dilakukannya
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada konsumen dan masyarakat. jadi
kebijaksanaan atau tindakan bisnis yang baik adalah kebijakan yang menghasilkan berbagai hal
yang baik, bukan sebaliknya malah memberikan kerugian.
Nilai positif Utilitarianisme terletak pada sisi rasionalnya dan universalnya. Rasionalnya
adalah kepentingan orang banyak lebih berharga daripada kepentingan individual. secara
universal semua pebisnis dunia saat ini berlomba-lomba mensejahterakan masyarakat dunia,
selain membuat diri mereka menjadi sejahtera. berbisnis untuk kepentingan individu dan di
saat yang bersamaan mensejahterakan masyarakat luas adalah pekerjaan profesional sangat
mulia. dalam teori sumber daya alam dikenal istilah Backwash Effect, yaitu di mana
pemanfaatan sumber daya alam yang terus menerus akan semakin merusaka kualitas sumber
daya alam itu sendiri, sehingga diperlukan adanya upaya pelastarian alam supaya sumber daya
alam yang terkuras tidak habis ditelan jaman.
di dalam analisa pengeluaran dan keuntungan perusahaan memusatkan bisnisnya untuk
memperoleh keuntungan daripada kerugian. proses bisnis diupayakan untuk selalu memperoleh
profit daripada kerugian. Keuntungan dan kerugian tidak hanya mengenai finansial, tapi juga
aspek-aspek moral seperti halnya mempertimbangkan hak dan kepentingan konsumen dalam
bisnis. dalam dunia bisnis dikenal corporate social responsibility, atau tanggung jawab sosial
perusahaan. suatu pemikiran ini sejalan dengan konsep Utilitarianisme, karena setiap
perusahaan mempunyai tanggaung jawab dalam mengembangkan dan menaikan taraf hidup
masyarakat secara umum, karena bagaimanapun juga setiap perusahaan yang berjalan pasti
menggunakan banyak sumber daya manusia dan alam, dan menghabiskan daya guna sumber
daya tersebut.
Kesulitan dalam penerapan Utilitarianisme yang mengutamakan kepentingan masyarakat
luas merupakan sebuah konsep bernilai tinggi, sehingga dalam praktek bisnis sesungguhnya
dapat menimbulkan kesulitan bagi pelaku bisnis. misalnya dalam segi finansial perusahaan
dalam menerapkan konsep Utilitarianisme tidak terlalu banyak mendapat segi manfaat dalam
segi keuangan, manfaat paling besar adalah di dalam kelancaran menjalankan bisnis, karena
sudah mendapat ‘izin’ dari masyrakat sekitar, dan mendapat citra positif di masyarakat umum.
namun dari segi finansial, Utilitarianisme membantu (bukan menambah) peningkatan pendapat
perusahaan.

2. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme


Aliran utilitarianisme ini berakar pada ajaran tentang kegunaan atau utility, yang
menyatakan, bahwa : baik atau buruk sebuah tindakan diukur dari apakah tindakan itu
menghasilkan tingkat kesenangan atau kebahagian yang terbanyak, dengan pengorbanan yang
paling sedikit. Istilah utilitarianisme sebagai suatu nama aliran yang berasal dari kata latin utilis
yang berarti berguna. Aliran utilitarianisme ini terbagi antara lain aliran act utilitarianism serta
rule utilirianism yang sering diterjemahkan sebagai ‘Utilitarianisme tindakan” dan
‘Utilitarianisme peraturan’.
Prinsip- prinsip aliran utilitarianisme, menurut Jeremy Bentham (1748-1832) didasarkan
kepada dua prinsip, yaitu :
a. Asosiasi (association principle) serta
b. Kebahagiaan terbesar (greatest happiness principle).
Bagi Bentham, prinsip kebahagiaan terbesar secara singkat terjadi jika : “An action is
right from an ethnical point of view if and only if the sum total of utilities produced by the act
is greater than tha sum of total utilities produced by nay other act the agent could have
performed in its place”.
Apa-apa “yang baik” merupakan kesenangan buruk” adalah rasa sakit. Tindakan “yang
baik” secara etika mengacu pada kebijakan dan kebahagiaan, sedangkan “yang menghasilkan
kebahagiaan terbesar.
9
Bentham berkeinginan untuk mencari kesamaan mendasar guna mampu memberikan
landasan objektif atas semua norma yang berlaku secara umum serta yang daopat dietrima oleh
masyarakat luas. Caranya ialah dengan menimbang segi-segi manfaat dibandingkan dengan
kerugian setiap tindakan.
Tokoh lain dari aliran utulitarianesme adalah John Stuart Mill (1806-1973), seorang
pengikut sekaligus pewaris yang meneruskan pemikiran Bentham. Tema sentral dari pemikiran
Mill ialah, bahwa tugas utama seseorang adalah untuk tidak menimbulkan derita bagi sesama
manusia.
Mill menyatakan, bahwa akumulasi asset perlu diikuti oleh distribusi asset pula demi
kebaikan masyarakat. Jika diperlukan, distribusi asset dapat dipaksakan oleh masyarakat
melalui penggunaan pajak, atau penyitaan asset sekalipun. Hanya Mill tidak menerangkan
hubungan antara distribusi dengan produksi, khususnya alat-alat produksi, yang kemudian
dikembangkan oleh Karl Marx. Terlepas dari kekurangan ataupun kekeliruannya, Mill
merupakan pemikir yang secara tegas meghubungkan (dalam Principles) utilitarianisme.
Apabila aliran utilitarianisme hedonis menitikberatkan ajaran mereka pada kesenangan
dan kebahagian perorangan sebagai tolak ukur, maka aliran utilitarianesme Bentham, Mill dan
kemudian Henry Sidgwick (1838-1900), menggeluti pemikiran mereka tentang Kebahagian
individu?. Mereka berpendapat bahwa merupakan tugas individu, atau perorangan, untuk
meningkatkan kebahagian masyarakat secara universal, bukan hanya kebahagian perorangan
saja.
Prinsip utilitarianisme pun dapat menjelaskan mengapa perbuatan seperti membunuh, berdusta,
selingkuh dianggap secara moral adalah salah, sedang beberapa tindakan lain seperti berterus-
terang, kesetiaan, tepat janji merupakan hal-hal yang benar. Jika orang berdusta ia merugikan
masyarakat karena menebarkan rasa saling tidak percaya diantara masyarakat sedangkan jika ia
berbuat benar maka terciptalah iklim saling percaya, saling membantu yang mampu
memperbaiki kualitas hidup manusia dalam sebuah masyarakat yang tertib serta rapih.
Utilitarianisme sangat berperan dalam Ilmu ekonomi dan bisnis, sejak awal abad ke XIX,
banyak pakar ekonomi berpendapat perilaku ekonomi dapat dijelaskan melalui asumsi, bahwa
manusia senantiasa berusaha untuk memaksimalkan manfaat dirinya sendiri maupun
kinerjanya, sedangkan nilai manfaat diukur dari harga yang diperoleh. Prinsip Utilitarianisme
juga sangat cocok dengan konsep yang sering terjadi dalam tujuan bisnis yaitu efisiensi.
Efisiensi terjadi jika maksimalisasi produksi dapat dicapai lewat pemanfaatan sumber daya
yang ada tanpa memerlukan penambahan asset apapun. Kegiatan dinilai efisien apabila
hasilnya sesuai dengan yang telah direncanakan dengan mengunakan sumber daya yang ada
seminimal mungkin. Dengan menggunakan semboyan kelompok utilitarianisme, efisiensi
merupakan hasil berupa manfaat (benefit) yang sebesar-besarnya dengan menggunakan cost
yang serendah-rendahannya, seperti yang dijabarkan oleh ilmu ekonomi secara umum.

3. Nilai Positif Etika Utilitarianisme


Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang menyuruh setiap
orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau kenikmatan terbesar yang
diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin orang atau untuk masyarakat
seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah
juga merupakan ukuran moralitas. Dari sini, muncul ungkapan ‘tujuan menghalalkan cara’.
Nilai Positif Etika
Utilitarianisme antara lain :
a. Pertama, Rasionalitas : Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak
didasarkan pada aturan-aturan kaku yang tidak dipahami atau tidak diketahui
keabsahannya. Etika utilitarianisme memberikan kriteria yang objektif dan rasional.
b. Kedua, Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral.

10
c. Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak dengan cara tertentu yang tidak
diketahui alasannya.
d. Ketiga, Universalitas : Mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi
banyak orang. Suatu tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi
manfaat terbesar bagi banyak orang.

4. Utilitarianisme Sebagai Proses dan standar Penilaian


a. Sebuah penilaian mengenai kesejahteraan manusia, atau utiliti, dan
b. Sebuah petunjuk untuk memaksimalkan kesejahteraan (utiliti), yang didefinisikan
sebagai, memberikan bobot yang sama pada kesejahteraan orang per-orang.

5. Analisa keuntungan dan kerugian


Utilitarianisme mengatakan bahwa tindakan yang benar adalah yang memaksimalkan
utiliti, yaitu memuaskan preferensi yang berpengetahuan sebanyak mungkin. Dalam pandangan
kaum utilitarian-aturan, perilaku tak adil dalam mendeskriminasi kelompok-kelompok
minoritas menyebabkan meningkatnya ketakutan pihak lain dengan mengalami aturan yang
mengijinkan diskriminasi. Keuntungan dan kerugian, cost and benefits, yang dianalisis tidak
dipusatkan pada keuntungan dan kerugian perusahaan. Analisis keuntungan dan kerugian tidak
ditempatkan dalam kerangka uang dan untuk jangka panjang.

6. Kelemahan Etika Utilitarianisme


a. Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan
menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit.
b. Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya
memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
c. Tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
d. Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
e. Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan, maka akan ada
kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya

7. Kesulitan Etika Utilitarianisme


Manfaat utilitarianisme yang mengutamakan kepentingan masyarakat luas merupakan
sebuah konsep bernilai tinggi, sehingga dalam praktek bisnis sesungguhnya dapat
menimbulkan kesulitan bagi pelaku bisnis.

a. Cost and Benefit Analysis


Analisa ini menghitung berapa besar biaya yang akan dikeluarkan oleh pebisnis dan akan
diderita oleh masyarakat bila dibandingkan dengan keuntungan yang diterima oleh pebisnis
serta manfaat bisnis yang diterima oleh masyarakat.
Cost and benefit analysis memusatkan usaha analysis bisnisnya untuk perolehan
keuntungan daripada kerugian perusahaan, apalagi yang dilakukan perusahaan dalam keadaan
bagaimanapun, maka proses bisnis diupayakan untuk selalu memperoleh profit daripada
kerugian.
Keuntungan dan kerugian tidak hanya mengenai aspek finansial, melainkan juga aspek-
aspek moral seperti halnya mempertimbangkan hak dan kepentingan konsumen dalam proses
bisnis. Kebijakan perusahaan dalam jangka pendek dan jangka panjang mengenai cost and
benefit analysis cenderung mendorong keberadaan perusahaan dalam jangka panjang.
Bagaimana apabila bisnis didirikan dan dilaksanakan dengan biaya kecil namun sangat
merugikan masyarakat sekitar, karena terjadi pencemaran lingkungan berbiaya mahal yang
akhirnya menjadi kewajiban perusahaan untuk membayarnya.
11
Masyarakat yang sakit harus disantuni perusahaan, udara tanah dan air yang tercemar
menjadi tanggung jawab pebisnis untuk menanggulangi kerusakan tersebut. Akhirnya
keuntungan pebisnis berkurang karena lebih banyak biaya dikeluarkan untuk memperbaiki
lingkungan dan mengembalikan citra baik perusahaan. Pebisnis sebaiknya menerapkan kriteria
etika utilitarianisme, yang menjadi dasar utama dalam penyusunan program atau perencanaan,
khususnya suatu kegiatan mengenai kepentingan orang banyak seperti konsumen, masyarakat
atau karyawan perusahaan itu sendiri.

b. Summary
Pebisnis dengan level intelektual dan moralitas rendah akan sulit menentukan prioritas mana
yang akan didahulukan apakah kepentingan konsumen, masyarakat, karyawan atau diri sendiri.
Sebaliknya kaum intelektual seharusnya selalu mendahulukan kepentingan masyarakat
daripada untuk kepentingan dirinya.

PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Para individu dalam organisasi membuat keputusan (decision), artinya mereka membuat
pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak bertugas
menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk atau jasa yang ditawarkan, cara terbaik untuk
membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang
baru. Manajer tingkat menengah dan bawah menentukan jadawal produksi, menyeleksi
karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan
nonmanajerial juga membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat
mereka bekerja. Semakin banyak organisasi memberikan karyawan nonmanajerial otoritas
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, maka pengambilan keputusan
individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi.

Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik dari sejumlah


Alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah
bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa pegertian tentang keputusan menurut
beberapa tokoh (dhino ambargo: 2) adalah sebagai berikut :
a. Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan itu dikerjakan
oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk
pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif.
b. Horolddan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan,
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
c. Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan keputusan sebagai suatu proses
kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa,
diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar
dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih sederhana
dikemukakan oleh Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah kegiatan yang
menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu
masalah tertentu.
d. Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat dijelaskan
sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan
12
pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah
ditetapkan. Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika,
realita, rasional, dan pragmatis.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan
keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan , seperti ;
tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan
tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif).

Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembilan keputusan adalah :


a. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
b. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
c. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan
orang lain;
d. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
e. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian
harus diubah menjadi tindakan fisik;
f. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
g. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
h. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang
diambil itu betul; dan
i. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.

Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat adanya reaksi atas sebuah
masalah (problem), yang artinya ada ketidaksesuian antara perkara saat ini dan keadaan yang
diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative.
Namun, berpaling dari hal ini keputusan yang dibuat haruslah keputusan yang baik, rasional,
dan mengandung nilai-nilai etis dalam batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu haruslah ada
kerangka kerja pengambilan keputusan yang etis atau ethical decision making (EDM)
Framework.

2. Pendekatan-pendekatan pengambilan keputusan etis (Leonard J Brooks : 330)


a. Pendekatan filosofi

1) Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi


Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar
secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata
lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan
lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan
utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, dan karenanya hal ini hanyalah sebagian
manfaat dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka
disebut juga Teleological.

2) Deontologi

13
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung
jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari
tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat
penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya.
Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan
yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan
konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal
atau tidak etis dalam mencapai tujuan.

3) Virtue Ethics
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau tanggung
jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, etika
kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh
pengambil keputusan.

4) Stakeholder Impact Analysis – alat untuk menilai keputusan dan tindakan


Sejak berkembangnya konsep utilitarianisme pada 1861, suatu pendekatan yang
diterima untuk menilai keputusan dan hasil tindakan adalah dengan mengevaluasi hasil akhir
atau konsekuensi dari tindakan, yang secara tradisional didasarkan pada dampak keputusan
terhadap kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Biasanya, dampak ini diukur
dari keuntungan atau kerugian yang terjadi, karena keuntungan telah menjadi ukuran
keberadaan yang ingin dimaksimalkan oleh pemegang saham. Pandangan tradisional ini
sekarang berubah dalam dua jalan. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham ingin
memaksimalkan hanya keuntungan jangka pendek menunjukkan fokus yang terlalu sempit.
Kedua, hak dan tuntutan kelompok-kelompok non-pemegang saham, seperti pekerja,
konsumen/klien, supplier, pemerhati lingkungan, dan pemerintah yang mempunyai
kepentingan dalam keluaran keputusan, atau didalam perusahaan itu sendiri, statusnya diakui
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan modern sekarang akuntabel terhadap
pemegang saham dan kelompok non-pemegang saham, yang keduanya menjadi pemangku
kepentingan, kepada siapa respon perusahaan ditujukan. Biasanya, maksimalisasi keuntungan
dalam jangka waktu lebih dari setahun memerlukan hubungan yang harmonis dengan
kelompok pemangku kepentingan dan kepentingannya.

5) Kepentingan mendasar dari pemangku kepentingan


Pengambil keputusan mengkonsolidasikan kepentingan kelompok pemangku
kepentingan kedalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar, yaitu :
 Kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari keputusan
 Keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam keuntungan
dan beban
 Keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku kepentingan,
termasuk para pembuat keputusan
Jadi, keputusan yang ditawarkan dapat dikatakan tidak etis jika keputusan tersebut gagal
untuk memberikan keuntungan bersih, tidak adil, atau mengganggu hak para pemangku
kepentingan.

6) Analisis dampak pemangku kepentingan pengambilan keputusan pendekatan


Beberapa pendekatan dikembangkan memanfaatkan analisis dampak pemangku
kepentingan untuk memberikan bimbingan tentang kepatutan tindakan yang diusulkan untuk
pengambil keputusan. Memilih pendekatan yang paling berguna tergantung pada apakah
dampak keputusan pendek daripada jangka panjang, melibatkan eksternalitas dan / atau
probabilitas, atau mengambil tempat dalam pengaturan perusahaan.
14
Pendekatan dapat digabung disesuaikan untuk mengatasi situasi tertentu. Analisis etis
yang komprehensif melebihi model Tucker, Velasquez, dan Pastin dikembangkan untuk
menggabungkan penilaian dari motivasi, kebajikan, dan karakter sifat dipamerkan
dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder.

b. Pendekatan 5 pertanyaan
Kerangka 5-pertanyaan adalah pendekatan berguna untuk pertimbangan tertib masalah
tanpa banyak eksternalitas dan di mana fokus khusus yang diinginkan oleh perancang proses
pengambilan untuk pengobatan yang diperluas dari pendekatan ini. Pendekatan 5 pertanyaan
opsional dirancang untuk memfokuskan proses pengambilan keputusan pada relevansi isu
tertentu untuk organisasi atau pengambil keputusan yang terlibat.

c. Pendekatan standar moral.


Pendekatan standar moral untuk analisis dampak stakeholder yang dibangun langsung
pada tiga kepentingan mendasar dari stakeholder. Hal ini agak lebih umum dalam fokus dari
pendekatan 5-pertanyaan, dan memimpin pengambil keputusan untuk analisis yang lebih luas
berdasarkan keuntungan bersih bukan hanya profitabilitas sebagai tantangan pertama dari
keputusan yang diusulkan. Akibatnya, ia menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok untuk
pertimbangan keputusan yang memiliki dampak signifikan di luar korporasi dari kerangka
kerja 4-pertanyaan. Pertanyaan berfokus pada keadilan distributif, atau keadilan, ditangani
dengan cara yang sama seperti dalam pendekatan 5-pertanyaan.

d. Pendekatan pastin
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan
organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku
mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-nilai ini,
ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi. Sayangnya, hal ini dapat
menyebabkan pemecatan seorang karyawan yang bertindak tanpa pemahaman aturan dasar
etika baik dari organisasi pengusaha yang terlibat. Dalam rangka untuk memahami aturan dasar
yang berlaku untuk benar mengukur komitmen organisasi untuk proposal dan untuk
melindungi pembuat keputusan., Pastin menunjukkan bahwa pemeriksaan keputusan masa lalu
atau tindakan dibuat. Ia menyebut ini pendekatan reverse engineering keputusan, karena upaya
ini dilakukan untuk mengambil keputusan masa lalu terpisah untuk melihat bagaimana dan
mengapa mereka dibuat. Pastin menunjukkan bahwa orang sering dijaga (secara sukarela atau
tanpa sadar) tentang mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan bahwa reverse engineering
menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan masa lalu, apa nilai-nilai mereka.
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan
organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku
mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-nilai ini,
ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi.

3. Memperluas dan pencampuran pendekatan


Dari waktu ke waktu, masalah etika akan naik yang tidak cocok dengan sempurna ke
salah satu pendekatan yang dijelaskan. Untuk eksistensi, masalah yang diangkat oleh suatu
masalah etika dapat diperiksa dengan pendekatan 5-pertanyaan, mengharapkan bahwa ada
dampak jangka panjang yang signifikan atau eksternalitas yang panggilan untuk analisis biaya-
manfaat daripada profitability sebagai pertanyaan tingkat pertama. Untungnya, biaya-manfaat
analisis dapat diganti atau ditambahkan ke pendekatan untuk memperkayanya. Demikian pula,
konsep dasar etika aturan dapat dicangkokkan ke pendekatan non-Pastin, jika diperlukan dalam
keputusan yang berhubungan dengan pengaturan di dalam perusahaan. Perawatan harus
diambil ketika memperluas dan blending pendekatan, bagaimanapun, untuk memastikan Thet
15
setiap bidang baik offness, keadilan, dan dampak pada hak-hak individu diperiksa dalam
analisis keputusan-lain komprehensif terakhir mungkin rusak.

4. Mengintegrasikan pendekatan dampak analisis filosofis dan stakeholder


Pendekatan-konsekuensialisme filosofis, deontologi, dan kebajikan-etika yang
dikembangkan pada awal bab mendasari, dan harus disimpan dalam pikiran untuk
menginformasikan dan memperkaya, analisis bila menggunakan pendekatan tiga pemangku
kepentingan dampak. Pada gilirannya, dampak pemangku kepentingan analisis pendekatan
yang digunakan harus memberikan pemahaman tentang fakta, hak, kewajiban, dan keadilan
yang terlibat dalam keputusan atau tindakan yang aseential ke analisis etis yang tepat dari
motivasi, vitues, dan karakter yang diharapkan. Akibatnya, dalam analisis, efektif
komprehensif dari ethicality dari keputusan atau tindakan yang diusulkan, pendekatan-
pendekatan filosofis tradisional harus menambah model stakeholder dan sebaliknya.

5. Menilai motivasi, dan kebajikan yang diharapkan dan karakter


Sebagaimana dicatat sebelumnya, suatu analisis etis yang komprehensif harus melampaui
Tucker, Velasques, dan model Pastin untuk memasukkan penilaian motivasi, kebajikan, dan
karakter yang terlibat dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder. Kebajikan
harapan, bagaimanapun, belum secara luas diakui sebagai penting dalam analisis stakeholder,
sebagai skandal terakhir menunjukkan mereka harus. Keputusan yang dibuat oleh eksekutif
perusahaan dan oleh akuntan dan pengacara yang terlibat dalam Enron, Arthur Andersen,
WorldCom, Tyco, Adephia, dan lain-lain telah menunjukkan bahwa para pengambil keputusan
banyak yang gagal untuk hidup sampai dengan harapan para pemangku kepentingan. Beberapa
termotivasi akan keserakahan, bukan oleh kepentingan enlighteded berfokus pada kebaikan
semua. Lain pergi bersama dengan keputusan etis karena mereka tidak mengakui bahwa
mereka diharapkan untuk berperilaku berbeda dan memiliki kewajiban untuk melakukannya.
Beberapa beralasan bahwa karena semua orang sedang melakukan sesuatu yang mirip,
bagaimana bisa salah? Mereka lupa untuk mempertimbangkan cukup kebajikan (dan
kewajiban) mereka diharapkan untuk menunjukkan. Apabila suatu kewajiban fidusia telah
memiliki masa depan kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, keutamaan
sifat-karakter yang diharapkan seperti integritas, profesionalisme, keberanian, dan sebagainya-
tidak cukup diperhitungkan. Oleh karena itu akan bijaksana untuk includde penilaian harapan
etika moralitas sebagai langkah yang terpisah dalam setiap proses EDM untuk memperkuat
sistem pemerintahan dan penjaga terhadap keputusan etis.

6. Pengembangan tindakan lebih etis


Perbaikan yang berulang adalah salah satu keuntungan menggunakan kerangka yang
diusulkan EDM. Menggunakan set pendekatan filosofis, 5 - pendekatan pertanyaan, standard
moral, pastin, atau pendekatan yang umum memungkinkan aspek etis dari keputusan untuk
diidentifikasi, dan kemudian dimodifikasi untuk meningkatkan interatively dampak
keseluruhan dari keputusan. Sebagai contoh, jika keputusan itu diharapkan tidak adil kepada
kelompok stakeholder tertentu, mungkin keputusan dapat diubah dengan meningkatkan
kompensasi untuk kelompok itu, atau dengan menghilangkan atau mengganti tindakan. Pada
akhir setiap pendekatan EDM, harus ada khusus untuk solusi saling menguntungkan. Proses ini
melibatkan latihan imajinasi moral.
Kadang-kadang, direktur, eksekutif, atau profesional akuntan akan kesulitan mengambil
keputusan karena kompleksitas analisis atau ketidakmampuan untuk menentukan pilihan yang
terbaik karena ragu ragu, terbentur waktu atau alasan lain. Herbert Simon__memberikan
konsep untuk memecahkan masalah ini. Dia berargumen bahwa seseorang "seharusnya tidak
membiarkan kesempurnaan menjadi musuh dari kebaikan"---- perbaikan iteratif sampai tidak

16
ada kemajuan lebih lanjut dapat dibuat untuk menghasilkan solusi yang harus dipertimbangkan
cukup baik dan bahkan pada titik optimal dalam waktu.

7. Kebiasan yang keliru pada para pembuat keputusan :


 Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan kepentingan pemegang saham. Seringkali,
dampak yang paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu tindakan
yang diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan
nonshareholder stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap
pemegang saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk
memastikan cakrawala waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan
eksternalitas akun berdasarkan biaya-manfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh
sekelompok nonshareholder.
 Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan pemegang saham. Seringkali, dampak yang
paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu tindakan yang diusulkan
adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan nonshareholder
stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap pemegang saham
menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk memastikan cakrawala
waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan eksternalitas akun
berdasarkan biaya-manfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh sekelompok
nonshareholder.
 Berfokus hanya pada legalitas. banyak manajer yang hanya peduli dengan apakah suatu
tindakan sesuai dengan aturan. Hukum, beranggapan bahwa "Jika itu sesuai aturan
hukum, berarti tindakannya etis."
 Keadilan yang terbatas. Kadang-kadang pengambil keputusan bersikap adil hanya untuk
kelompok yang disukai. Dan mereka tak punya kemampuan mengendalikan opini umum
dan ujung ujungnya membayar untuk mengawasi mereka. Banyak eksekutif telah
menunda masalah dan mengabaikan atas resiko. Cara yang terbaik untuk menjamin suatu
keputusan itu etis bila berlaku adil untuk semua pemangku kepentingan.
 Pembatasan hak yang teliti. Pengambil keputusan seharusnya meneliti dampak terhadap
hak seluruh pemangku kepentingan.
 Konflik kepentingan. Perkiraan/prasangka bukan satu-satunya alasan untuk menunjukkan
penilaian tindakan yang diusulkan. Penghakiman dapat diliputi oleh konflik kepentingan -
kepentingan pribadi dari pembuat keputusan terhadap kepentingan terbaik perusahaan ,
atau sekelompok pengambilan keputusan adalah penyimpangan terhadap kepentingan
terbaik perusahaan
 Keterkaitan pemangku kepentingan. Seringkali pembuat keputusan gagal mengantisipasi
bahwa apa yang mereka putuskan untuk satu kelompok akan mempengaruhi kelompok
yang lain.
 Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok stakeholder. Kebutuhan untuk
mengidentifikasi semua stakeholder dan kelompok kepentingan sebelum mengevaluasi
dampak dari masing-masing bukti diri. Namun, ini merupakan langkah yang diambil untuk
diberikan berulang kali, dengan hasil bahwa isu-isu penting tidak diketahui. Sebuah
pendekatan yang berguna untuk membantu masalah ini adalah untuk berspekulasi tentang
bagaimana buruk itu bisa pergi dari tindakan yang diusulkan dan mencoba untuk menilai
bagaimana media bereaksi. Hal ini sering mengarah pada identifikasi kelompok yang
paling rentan stakeholder.
 Kegagalan memberi peringkat pada kepentingan stakeholder. Kecenderungan untuk
memperlakukan semua kepentingan stakeholders sama tingkat pentingnya. Namun, sering
memperlakukan kepentingan yang mendesak yang paling penting. Mengabaikan ini tidak
benar dan dapat menyebabkan keputusan kurang optimal dan tidak etis.

17
 Meninggalkan kebaikan, kejujuran dan hak. Seperti dijelaskan sebelumnya,, bahwa
keputusan etis yang komprehensif tidak bisa dilakukan jika salah satu dari tiga aspek
terlupakan.
 Kegagalan mempertimbangkan motivasi untuk sebuah keputusan. Selama bertahun-tahun,
pengusaha dan profesional yang tidak peduli tentang motivasi untuk tindakan, seperti
consenquences dapat diterima. Sayangnya, banyak produsen telah kehilangan melihat
kebutuhan untuk meningkatkan jaringan global untuk semua pengambilan manfaat (atau
sebanyak mungkin) dan keputusan dibuat bahwa manfaat sendiri, atau hanya sedikit
kurang beruntung pendek dan jangka panjang lainnya . Cupet ini, murni SEFT - pengambil
keputusan organisasi yang berminat mewakili risiko tinggi untuk pemerintahan.
 Kegagalan untuk memperhitungkan kebajikan yang seharusnya ditunjukkan. Anggota
dewan, eksekutif dan akuntan profesional diharapkan untuk bertindak dengan itikad baik
dan pembuangan kewajiban fidusia kepada orang-orang mengandalkan mereka.
Mengabaikan kebajikan diharapkan dari mereka dapat menyebabkan ketidakjujuran,
kurangnya integritas dalam penyusunan laporan, kegagalan untuk bertindak atas nama
stakeholder, dan kegagalan untuk debit keberanian dalam menghadapi orang lain yang
terlibat dalam tindakan tidak etis, atau meniup peluit bila diperlukan. Akuntan profesional
yang mengabaikan nilai-nilai yang diharapkan dari mereka cenderung lupa bahwa mereka
diharapkan untuk melindungi koleksi publik.

8. Langkah-langkah untuk mengambil Keputusan yang Beretika


 Mengidentifikasi fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan serta
kepentingannya yang terpengaruh
 Merangking pemangku kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi yang
terpenting dan memberikan bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam analisis
 Menilai dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing kepentingan kelompok
pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka, perlakuan adil, dan
hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan kerangka kerja pertanyaan
secara menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang dibicarakan kemudian
tidak masuk dalam analisis.

Tujuh langkah analisis pengambilan keputusan oleh amrican accounting association


(1993 :
 Menentukan fakta (what, who, where, when and how)
 Menetapkan masalah etika
 Mengidentifikasikan prinsip dasar, peraturan dan nilai
 Menetapkan alternative pilihan
 Membandingkan nilai dengan alternative
 Menetapkan konsekuensinya
 Membuat keputusan

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (Corporate Social Responsibility)


1. Arti Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Salah satu cara perusahaan dalam membangun reputasi serta image baik bisa dilakukan
melalui program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate social responsibility.
Umumnya kita berfikir atau berasumsi fokus sebuah perusahaan adalah mendapatkan
keunntungan yang sebesar-besarnya. Sebenarnya memang benar memperoleh keuntungan
semaksimal mungkin dengan menggunakan sumber daya seefisien mungkin, memang menjadi

18
prioritas utama sebuah perusahaan. Tetapi tidak hanya keuntungan yang menjadi prioritas
utama perusahaaan, eksistensi, dan reputasi yang baik juga menjadi hal penting yang
diinginkan oleh semua perusahaan.
Perusahaan bertanggung jawab kepada seluruh pihak yang berkempentingan seperti
pemerintah, karyawan, konsumen, dan pemegang saham. Tidak hanya pertanggung jawaban
dalam bentuk finansial, tetapi ekonomi, sosial, dan lingkungan secara keseluruhan.
Secara teori dalam melakukan bisnis, perusahaan tidak hanya mementingkan keuntungan
dan pemegang saham semata. Tetapi juga kewajibannya dalam beroperasi, dimana dapat
memberikan manfaat secara luas, baik dari segi sosial, ekonomi, ataupun lingkungan.
Organisasi standarisasi internasional (ISO) menekankan pentingnya kemampuan perusahaan
dalam menjaga keseimbangan antara performa perusahaan perusahaan dan mengatasi isu sosial
dan lingkungan yang muncul akibat operasi perusahaan yang sedang berjalan.
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan penetapan kebijakan dalam
mempromosikan keseimbangan antara keuntungan perusahaan dan keuntungan yang diperoleh
masyarakat secara keseluruhan. Sekarang ini semakin banyak perusahaan dan investor yang
memiliki komitmen untuk memperhatikan dampak sosial yang mungkin ditimbulkan sebelum
melakukan kegiatan operasi ataupun berinvestasi. Dengan adanya perubahan psikologis pada
pelaku ekonomi mau tidak mau perusahaan harus beradaptasi dengan fenomena yang sedang
terjadi. Di era industrialisasi, dimana konsumen hanya mementingkan produk dengan harga
murah, sekarang konsumen sudah memikirkan apa dampak produk yang mereka beli terhadap
lingkungan.

2. Unsur Penting Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Sulit untuk mengukur berapa besar keuntungan yang perusahaan dapatkan dengan
adanya corporate social responsibility. Yang pasti dengan melunasi tanggung jawabnya
sosialnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan, baik itu secara langsung ataupun tidak
langsung. Jenis keuntungan yang mungkin diperoleh perusahaan adalah sebagai berikut

a. Tripple Bottom Line


Tripple bottom line memiliki tiga elemen penting People (manusia), Planet, dan Profit
(keuntungan). Ketiganya memiliki peranan penting dalam dunia bisnis.
 Manusia sebagai satu-satunya mahluk di bumi yang melakukan dan mengerti konsep
berbisnis.
 Planet selain sebagai tempat tinggal manusia sebagai pelaku ekonomi, juga memiliki peran
dalam keberlanjutan ekonomi itu sendiri. Baik dalam cara memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan, juga menjaga agar sumber daya tersebut agar terus ada.
 Terakhir adalah profit, nilai ekonomi yang dihasilkan oleh perusahaan yang didapat dari
pengurangan biaya dari pendapatan yang telah diperoleh.
Ketiga aspek yang telah disebutkan diatas dapat dijadikan sebagai orientasi perusahaan
dalam menjalankan dan menjaga keberlangsungan bisnisnya.

b. Human Resource
Dengan adanya tanggung jawab sosial dari sebuah perusahaan dapat memberikan
keuntungan dari segi pengelolaan sumber daya manusia. Program sosial yang dijalankan
perusahaan berpengaruh besar terhadap kepuasan para pekerja tidak hanya secara finansial
tetapi juga secara sosial. Program ini berdampak pada menurunya tingkat turnover atau
pergantian karyawan.

c. Manajemen Resiko
Dibutuhkan waktu bertahun-tahun dalam membangun reputasi baik perusahaan, tapi
hanya dibutuhkan beberapa jam untuk merusaknya. Hal yang mungkin terjadi adalah adanya
19
kecelakaan yang dampaknya merusak lingkungan. Contoh nyata yang bisa kamu ambil adalah
bencana lumpur di Siduarjo. Perusahaan tidak menginginkan atensi negatif baik dari konsumen
ataupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan regulator.

d. Unique Branding
Program sosial yang dijalankan bisa menciptakan konsumen yang loyal terhadap
perushaaan. Hal ini bisa didasari dari etika perusahaan dalam melakukan operasinya.
Keuntungan secara sosial ini dapat dimanfaatkan oleh tim pemasaran perusahaan untuk
membangun reputasi dan mencari konsumen baru.

e. Manajemen krisis
Tanggung Jawab Sosisla Perusahaan dapat digunakan dalam mengatasi krisis yang
timbul. Krisis yang dimaksud adalah apabila terjadi pemboykotan terhadap produk atau timbul
isu-isu lingkungan dan sosial, program sosial yang telah dijalankan bisa menjadi alasan dan
cara agar krisis yang sedang terjadi tidak semakin membesar dan isu-isu yang beredar bisa
dijawab berdasarkan kegiatan sosial yang sebelumnya telah dilakukan perusahaan.

3. Jenis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


a. Tanggung Jawab Sosial Terhadap Konsumen
Tanggung Jawab terhadap konsumen bukan hanya sebatas menyediakan produk yang
berkualitas saja. Pentingnya etika perusahaan terhadap konsumennya dalam melakukan
pemasaran produknya haruslah menjadi tanggung jawab sosial perusahaan. Hal-hal seperti
false advertising atau pemberian informasi yang berlebihan dan tidak sesuai dengan produk
yang ditawarkan harus lah dihindari oleh perusahaan.

b. Tanggug Jawab Soial Terhadap Karyawan


Hal selanjutnya pelunasan tanggung jawab sosial terhadap karyawan yang dimiliki
perusahaan tidak hanya sebatas membayarkan gaji. Tetapi juga perusahaan harus menyediakan
tempat kerja yang aman dan manusiawi. Apabila pekerjaan yang dilakukan memiliki resiko
tinggi maka sebagai bentuk tanggung jawabnya perushaan harus memberikan asuransi ataupun
tunjangan yang setimpal dengan resiko yang dihadapi pekerjanya.

c. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan


Lingkungan merupakan faktor penting tidak hanya bagi keberlanjutan bisnis perusahaan
tetapi manusia secara umum. Perusahaan yang tidak memikirkan dampak sosial dan
lingkungan dari operasinya, akan memperoleh reputasi buruk yang dapat menimbulkan
masalah kedepannya.
Kualitas lingkungan adalah kebaikan public, dimana setiap orang menikmatinya tanpa
peduli siapa yng membayar untuknya. Jika suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan
tentunya membawa dampak negative tehadap lingkungan (pencemaran lingkunga) seperti,
polusi udara, tanah dan air. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Polusi udara
Beberapa proses produksi menimbulkan polusi udara yang sangat berbahaya bagi
lingkungan masyarakat karena bias menimbulkan penyakit dan saluran pernapasan.
Contonya seperti, polusinya kendaraan, produksi bahan bakar dan baja. Suatu perusahaan
tentunya mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produknya yang baik dengan begitu
mereka berusaha agar yang dihasilkan tidak membahayakan lingkungan, contoh pada
perusahaan otomotif dan baaja telah mengurangi polusi udara dengan mengubah proses
20
produksinya sehingga lebih sedikit karbon dioksida yang dilepaskan ke udara. Peranan
pemerintah dalam mencegah polusi udara. Pemerintah juga terlibat dalam memberlakukan
pedoman tertentu yang mengharuskan perusahaan untuk membatasi jumlah karbon
dioksida yang ditimbulkan olehproses produksi. Pada tahun 1970, Environmental
Protection Agency(EPA), diciptakan untuk mengembangkan dan memberlakukan standar
polusi.

2) Polusi Tanah
Tanah telah terpolusi oleh limbah yang beracun yangn tida dihasilkan dari beberapa
proses produksi. Akibatnya tanah akan rusak tidak subur dan akan berdampak buruk bagi
pertanian. Dengan begitu perusahaan harus mempunyai suatu strategi yang mengarah pada
pencegahan terhadap polusi tanah. Misalkan, perusahaan merevisi produksi dan
pengemasan guna mengurangi jumlah limbah. Perusahaan juga harus menyimpan limbah
beracunnya ditempat yang khusus untuk limbah beracun dan perusahaan juga bias
mendaur ulang membatasi penggunaan bahan baku yang pada akhirnya akan menjadi
limbah padat. Ada banyak perusahaan yang memiliki program lingkungan yang didesain
untuk mengurangi kerusakan lingkuperngan. Contoh, perusahaan Homestake Mining
Company mengakui bahwa operasi penambangannnya merusak tanah, sehingga
perusahaan tersebut mengelurkan uang untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

3) Polusi Air / Pencemaran Air


Pencemaran air mengacu pada perubahan fisik, biologi, kimia dan kondisi badan air
yang akan mengganggu keseimbangan ekosistem.Seperti jenis polusi, hasil polusi air bila
jumlah besar limbah yang berasal dari berbagai sumber polutan tidak dapat lagi ditampung
oleh ekosistem alam.
Sebenarnya ada alasan tertentu yang berada di belakang apa yang menyebabkan
pencemaran air. Namun, penting untuk membiasakan diri dengan dua kategori utama
pencemaran air, polusi beberapa datang langsung dari lokasi tertentu seseorang. Jenis
polusi disebut pencemaran sumber titik seperti pipa air tercemar limbah yang mengalir ke
sungai dan lahan pertanian. Sementara itu, polusi sumber non-titik adalah polusi yang
berasal dari daerah-daerah besar seperti bensin dan kotoran lain dari jalan raya yang masuk
ke danau dan sungai. Salah satu penyebab utama pencemaran air yang telah menyebabkan
masalah kesehatan lingkungan yang serius dan merupakan polutan yang berasal dari bahan
kimia dan proses industri. Ketika pabrik-pabrik dan produsen menuangkan bahan kimia
dan limbah ternak langsung ke sungai dan sungai, air menjadi beracun dan tingkat oksigen
yang habis menyebabkan banyak organisme air mati. Limbah ini termasuk pelarut dan zat-
zat beracun. Sebagian besar limbah tidak biodegradable. tanaman Power, pabrik kertas,
kilang, pabrik-pabrik mobil membuang sampah ke sungai. Jadi suatu perusahaan sangat
berperan penting dalam menengani masalah tersebut dengan melakukan penilitian dan
strategi untuk mencegah terjadinya polusi air. Jadi pad prinsipnya perusahaan harus
melakukan ada dua cara untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan non-
teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundang-undangan yang
dapat merencanakan,mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan
teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat
smemberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan,
misalnya AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan, serta menanamkan perilaku
disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber kepada industri terhadap
perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau
menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.

21
d. Tanggung Jawab Sosial Terhadap Komunitas
Giving back to community adalah kalimat yang sering digunakan perusahaan dalam
aktifitas sosialnya. Hal yang dapat dilakukan perusahaan adalah memberikan layanan
kesehatan secara gratis, membuat program yang menginspirasi wanita, memberikan beasiswa,
dan masih banyak lagi. Dengan melakukan hal-hal diatas akan membangun asumsi dan
pandangan masyarakat, bahwa perusahaan tersebut secara aktif peduli terhadap isu-isu sosial
yang terjadi di masyarakat.

e. Tanggung Jawab kepada Pemagang Saham (Investor)


Perusahaan bertanggung jawab untuk memuaskan pemiliknya(para pemegang saham).
Karyawan dapat tergoda untuk membuat keputusan yang memuaskan kepentingan mereka
sendiri dan bukannay kepentingan pemilik saham. Misalnya saja, bebrapa karyawan megambil
uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya dan bukan kepentingan perusahaan. investor
yang dikenal sebagai pedagang dalam telah memilihcara-cara tidak etis untuk meningkatkan
kesehatan financial mereka sendiri. Perdangan dalam (insider trading) melibatkan orang
dalam yang menggunakan informasi rahasia perusahaan untuk memperkaya diri sendiri atau
keluarga dan teman-teman mereka. Sebuah kasus yang terjadi pada Martha Steward, meskipun
Steward tidak pernah dituntut dengan perdagangan dalam, ia diputuskan bersalah karena
otoritas yang menyelediki kemungkinan adanya perdagangan sejenis.
Konflik dalm usaha untuk memastikan Tanggung jawab. Mengaitkan kompemsasi
karyawan dengan kinerja perusahaan dapat menyelesaikan sebagian dari konflik kepentingan
tetapi menciptakan masalah lainnya. Terdapat banyak kasus perusahaan yang menyesatkan
investor potensial maupun investor yang ada saat ini dengan sengaja tidak menyebutkan
informasi relevan yang dapat membuat saham mereka menjadi jatuh. Selain itu, terdapat
banyak kasus perusahaan yang menerbitkan estimasi pendapatan dan laba yang terlau dibesar-
besarkan. Ketika perusahaan menyesatkan investor dengan menciptakan pandangan yang
terlalu optimistis terhadap kinerja potensialnya, perusahaan dapat menyebabkan investor
membayar terlau banyak untuk saham perusahaan. Harga saham tersebut kemungkinan besar
akan turun ketika kondisi kuangan perusahaan yang sebenarnya terlihat.
Investor menjadi lebih curiga terhadap laporan keuangan perusahaan sekarang ketika
mereka menyadari bahwa beberapa perusahaan mungkin terlibat dalam pelaporan yangtidak
etis. Beberapa perusahaan telah mengambi inisiatif untuk mengurangi kecurigaan dengan
menyediakan laporan keuangan yang lebih lengkap yang juga lebih dapat dipahami dan dapat
diinterprestasikan dengan lebih mudah.
Bagaimana Pemegang Saham Memastikan Tanggung Jawab. Pemegang saham untuk
mempengaruhi kebijakan manejemen perusahaan. Pemegang saham telah sangat aktif
khususnya ketika mereka tidak puas dengan gaji ekskutif perusahaan atau kebijakan lainnya.
Pemegang saham yang paling aktif adalah investor institusional (institusional investors), atau
lembaga keuangan yang membeli sejumlah besar saham. Jika satu investor institusional yakin
bahwa perusahaan dikelola dengan buruk, maka investor tersebut dapat mencoba untuk
eksekutif perusahaan dan menyatakan ketidakpuasannya. Investor tersebut juga dapat mencoba
berkolaburasi dengan investor institusional lain yang juga memiliki sejumlah besar saham
perusahaan. Hal ini memberikan kekuasaan yang lebih besar untuk melakukan negosiasi karena
eksekutif perusahaan kemungkinan besar akan mendengarkan investor institusional yang
secara kolektif memiliki sejumlah besar saham perusahaan. Investor institusional tidak
mencoba mendikte bagaimana perusahaan seharusnya dikelola. Melainkan, mereka mencoba
untuk memastikan bahwa menejer perusahaan mengambil keputusan kepentingan seluruh
pemegang saham.

KEADILAN DALAM BISNIS

22
Keadilan pada umumnya adalah keadaan atau situasi di mana setiap orang memperoleh
apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan kita
besama. Dengan demikian berarti bahwa keadilan adalah keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Berbuat adil berarti menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, sebaliknya berbuat tidak adil berarti menginjak-injak harkat dan martabat manusia.
Perkataan adil berasal dari bahasa Arab yang berarti Insaf = keinsyafan = yang menurut
jiwa baik dan lurus. Dalam bahasa Perancis perkataan adil ini di istilahkan dengan Justice,
sedangkan dalam bahasa Latin di istilahkan dengan Justica.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil berarti tidak berat sebelah atau tidak
memihak ataupun tidak sewenang – wenang, sehingga keadilan mengandung pengertian
sebagai suatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak, atau sewenang – wenang.
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan
diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu
sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut
mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang akan
menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proposi tersebut berarti
ketidak adilan.
Keadilan menurut Adam Smith yaitu hanya menerima satu konsep atau teori keadilan
yaitu keadilan komutatif. Alasannya, yang disebut keadilan sesungguhnya hanya punya satu
arti yaitu keadilan komutatif yang menyangkut kesetaraan, keseimbangan, keharmonisan
hubungan antara satu orang atau pihak dengan orang atau pihak lain.
Keadilan menurut Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil
adalah orang yang mengendalikan diri, dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
Menurut Drs. Kahar Masyhur dalam bukunya mengemukakan pendapat – pendapat
tentang apakah yang dinamakan adil tersebut, yaitu :
 Adil ialah meletakan sesuatu pada tempatnya
 Adil ialah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurang
 Adil ialah memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap, tanpa lebih tanpa kurang
antara sesama yang berhak, dalam keadaan yang sama, dan penghukuman orang jahat atau
yang melanggar hukum, sesuai dengan kesalahan dan pelanggarannya.
Keadilan menurut Socrates yaitu bahwa keadilan adalah keadaan di mana pemerintah
dengan rakyatnya terdapat saling pengertian yang baik.
Keadilan menurut Kong Hu Cu yaitu bahwa keadilan adalah keadaan di mana anak
berperan sebagai anak, ayah sebagai ayah, raja sebagi raja masing-masing telah melaksanakan
kewajibannya. Kong Hu Cu mengartikan keadilan merujuk pada pelaksanaan peran dan fungsi
masing-masing dari suatu status tertentu.
Bagi kaum Komunis, yang disebut keadilan ialah apabila masing-masing orang mendapat
bagian yang sama. Hal ini tercermin dari doktrin mereka “sama rata sama rasa”.
Menurut WJS Poerwadarminta dalam KUBI mengartikan kata adil dengan tidak berat
sebelah atau tidak memihak.
Dari pengertian adil dan keadilan menurut para ahli dapat di simpulkan bahwa adil
adalah dimana semua berada dalam keadaan yang sama rata dan masing-masing orang tidak
dalam keadaan dirugikan atau merugikan orang lain. Keadilan itu sendiri adalah suatu keadaan
dimana setiap orang harus menjalan kan hak dan kewajibannya dengan baik dan benar sesuai
dengan hukum dan peraturan yang berlaku. bila kita bersifat adil maka orang lain akan adil
terhadap diri kita. keadilan akan ada bila masing-masing orang menghargai dan menghormati
hak dan kewajiban masing-masing.
Dari pengertian diatas maka dapat diketahui bahwa adil atau keadilan adalah pengakuan
perlakuan seimbang antara hak dan kewajiban. Apabila ada pengakuan dan perlakuan yang
seimbang antara hak dan kewajiban, dengan sendirinya apabila kita mengakui “ hak hidup ”,
maka sebaliknya kita harus mempertahankan hak hidup tersebut dengan jalan bekerja keras,
23
dan kerja keras yang kita lakukan tidak pula menimbulkan kerugian terhadap orang lain, sebab
orang lain itu juga memiliki hak yang sama (hak untuk hidup) sebagaimana halnya hak yang
ada pada kita.

1. Keadilan Dalam Bisnis


Tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai kaitan yang erat dengan penegakan
keadilan dalam masyarakat umumnya dan bisnis khususnya.Tanggung jawab sosial perusahaan
berkaitan langsung dg perbaikan kondisi sosial ekonomi yg semakin sejahtera dan
merata.Masalah keadilan berkaitan secara timbal balik dengan kegiatan bisnis, khususnya
bisnis yang gbaik dan etis. Terwujudnya keadilan masyarakat, akan melahirkan kondisi yang
baik dan kondusif bagi kelangsungan bisnis. Praktik bisnis yang baik, etis, dan adil akan
mewujudkan keadilan dlm masyarakat. Sebaliknya ketidakadilan yang merajalela akan
menimbulkan gejolak sosial yang meresahkan para pelaku bisnis. Ruang lingkupnya ada
beberapa yaitu :

a. Paham Tradisional Dalam Bisnis


1) Keadilan Legal.
Menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara.
Dasar moral :
 Semua orang adalah manusia yang mempunyai harkat dan martabat yang sama dan
harus diperlakukan secara sama.
 Semua orang adalah warga negara yang sama status dan kedudukannya, bahkan sama
kewajiban sipilnya, sehingga harus diperlakukan sama sesuai dengan hukum yang
berlaku.

2) Keadilan Komutatif
Mengatur hubungan yang adil atau fair antara orang yang satu dengan yang lain atau
warga negara satu dengan warga negara lainnya. Jika diterapkan dalam bisnis, berarti
relasi bisnis dagang harus terjalin dalam hubungan yang setara dan seimbang antara
pihak yang satu dengan lainnya. Dalam bisnis, keadilan komutatif disebut sebagai
keadilan tukar. Dengan kata lain keadilan komutatif menyangkut pertukaran yg fair
antara pihak-pihak yg terlibat.

3) Keadilan Distributif.
Keadilan distributif (keadilan ekonomi) adalah distribusi ekonomi yang merata atau
yang dianggap merata bagi semua warga negara. Menyangkut pembagian kekayaan
ekonomi atau hasil-hasil pembangunan. Persoalannya apa yang menjadi dasar pembagian
yang adil itu? Sejauh mana pembagian itu dianggap adil? Sedangkan Menurut
Aristoteles, distribusi ekonomi didasarkan pada prestasi dan peran masing-masing orang
dalam mengejar tujuan bersama seluruh warga negara.

4) Keadilan Individual dan Struktural.


Keadilan dan upaya menegakkan keadilan menyangkut aspek lebih luas berupa
penciptaan sistem yg mendukung terwujudnya keadilan tsb. Prinsip keadilan legal berupa
perlakuan yg sama thd setiap orang bukan lagi soal orang per orang, melainkan
menyangkut sistem dan struktur sosial politik secara keseluruhan. Untuk bisa menegakkan
keadilan legal, dibutuhkan sistem sosial politik yg memang mewadahi dan memberi
tempat bagi tegaknya keadilan legal tsb, termasuk dlm bidang bisnis. Dalam bidang bisnis
dan ekonomi, mensyaratkan suatu pemerintahan yg juga adil: pemerintah yg tunduk dan
taat pada aturan keadilan dan bertindak berdasarkan aturan keadilan itu. Pemerintah
mempunyai peran penting dalam hal menciptakan sistem sosial politik yg kondusif, dan
24
juga tekadnya utk menegakkan keadilan. Termasuk di dalamnya keterbukaan dan
kesediaan untuk dikritik, diprotes, dan digugat bila melakukan pelanggaran keadilan.
Tanpa itu ketidakadilan akan merajalela dalam masyarakat.

2. Teori Keadilan Adam Smith


Adam Smith hanya menerima satu konsep keadilan yaitu keadilan komutatif.
Alasannya:
a. Keadilan sesungguhnya hanya punya satu arti, yaitu keadilan komutatif yg menyangkut
kesetaraan, keseimbangan, keharmonisan hubungan antara satu orang dg orang lain.
Ketidakadilan berarti pincangnya hubungan antarmanusia karena kesetaraan yg terganggu.
b. Keadilan legal sudah terkandung dlm keadilan komutatif, karena keadilan legal hanya
konsekuensi lebih lanjut dari prinsip keadilan komutatif. Demi menegakkan keadilan
komutatif, negara harus bersikap netral dan memperlakukan semua pihak scr sama tanpa
terkecuali.

Prinsip Komutatif Adam Smith:


a. Prinsip No Harm.
b. Prinsip Non – Intervention : Yaitu prinsip tidak ikut campur tangan. Prinsip ini menuntut
agar demi jaminan dan penghargaan atas hak dan kepentingan setiap orang, tidak
seorangpun diperkenankan untuk ikut campur tangan dlm kehidupan dan kegiatan orang
lain
c. Prinsip Keadilan Tukar Prinsip No Harm : Yaitu prinsip tidak merugikan orang lain,
khususnya tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain. Prinsip ini menuntuk agar dlm
interaksi sosial apapun setiap orang harus menahan dirinya untuk tidak sampai merugikan
hak dan kepentingan orang lain, sebagaimana ia sendiri tidak mau agar hak dan
kepentingannya dirugikan oleh siapapun.

3. Teori Keadilan Distributif Jhon Rawls


Pasar memberi kebebasan dan peluang yang sama bagi semua pelaku ekonomi.
Kebebasan adalah nilai dan salah satu hak asasi paling penting yang dimiliki oleh manusia, dan
ini dijamin oleh sistem ekonomi pasar. Pasar memberi peluang bagi penentuan diri manusia
sebagai makhluk yang bebas. Ekonomi pasar menjamin kebebasan yang sama dan kesempatan
yang fair.
Prinsip-prinsip Keadilan Distributif Rawls, meliputi:
1) Prinsip Kebebasan yang sama.
Setiap orang haruss mempunyai hak yang sma atas sistem kebebasan dasar yang sama
yang paling luas sesuai dengan sistem kebebasan serupa bagi semua. Keadilan menuntut agar
semua orang diakui, dihargai, dan dijamin haknya atas kebebasan secara sama.

2) Prinsip Perbedaan (Difference Principle).


Bahwa ketidaksamaan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga
ketidaksamaan tersebut:
 Menguntungkan mereka yg paling kurang beruntung
 Sesuai dengan tugas dan kedudukan yg terbuka bagi semua di bawah kondisi
persamaan kesempatan yg sama.

Jalan keluar utama untuk memecahkan ketidakadilan distribusi ekonomi oleh pasar
adalah dengan mengatur sistem dan struktur sosial agar terutama menguntungkan kelompok
yang tidak beruntung.

4. Jalan Keluar Atas Masalah Ketimpangan Ekonomi


25
Terlepas dari kritik-kritik terhadap teori Rawls, kita akui bahwa Rawls mempunyai
pemecahan yang cukup menarik dan mendasar atas ketimpangan ekonomi. Dengan
memperhatikan secara serius kelemahan-kelemahan yang dilontarkan, kita dapat mengajukan
jalan keluar tertentu yang sebenarnya merupakan perpaduan teori Adam Smith yang
menekankan pada pasar, dan juga teori Rawls yang menekankan kenyataan perbedaan bahkan
ketimpangan ekonomi yang dihasilkan oleh pasar.
Harus kita akui bahwa pasar adalah sistem ekonomi terbaik hingga sekarang, karena dari
kacamata Adam Smith maupun Rawls, pasar menjamin kebebasan berusaha secara optimal
bagi semua orang. Karena itu kebebasan berusaha dan kebebasan dalam segala aspek
kehidupan harus diberi tempat pertama.
Negara dituntut untuk mengambil langkah dan kebijaksanaan khusus tertentu yang secara
khusus dimaksudkan untuk membantu memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi kelompok
yang secara obyektif tidak beruntung bukan karena kesalahan mereka sendiri.
Dengan mengandalkan kombinasi mekanisme pasar dan kebijaksanaan selektif
pemerintah yang khusus ditujukan untuk membantu kelompok yang secara obyektif tidak
mampu memanfaatkan peluang pasar secara maksimal. Dalam hal ini penentuan kelompok
yang mendapat perlakuan istimewa harus dilakukan secara transparan dan terbuka. Langkah
dan kebijaksanaan ini mencakup pengaturan sistem melalui pranata politik dan legal,
sebagaimana diusulkan oleh Rawls, tetapi harus tetap selektif sekaligus berlaku umum. Jalan
keluar ini sama sekali tidak bertentangan dengan sistem ekonomi pasar karena sistem ekonomi
pasar sesungguhnya mengakomodasi kemungkinan itu.

5. Contoh Keadilan Dalam Bisnis


1) Keadilan terhadap Karyawan
Perlakuan yang adil oleh manajemen perusahaan terhadap karyawan akan menumbuhkan
sikap positif dalam perusahaan maupun bekerja. Semakin adil perusahaan memperlakukan
karyawan, komitmen dan kinerja karyawan semakin tinggi. Karyawan menghendaki perlakuan
adil baik dari sisi distribusi dan prosedur atau dikenal keadilan distributif dan keadilan
prosedural. Ketika para karyawan merasa diperlakukan adil, dalam jiwa mereka akan tumbuh
dua jenis outcomes berupa kepuasaan dan komitmen kerja. Apabila para karyawan menilai
perlakuan yang mereka terima adil, maka hal ini akan berpengaruh pada dua jenis hasil, yaitu
kepuasan karyawan dan komitmen karyawan. Semakin tinggi mereka mempersepsikan
keadilan suatu kebijakan atau praktik manajemen, maka ini akan berdampak pada peningkatan
kepuasan dan komitmen karyawan (Heru Kurnianto Tjahjono: Pikiran Rakyat, 14 Juli 2009).
Perusahaan atau organisasi yang baik akan mengeluarkan kebijakan yang mendorong
karyawan berkomitmen dan merasa dalam lingkungan yang diperlakukan secara adil oleh
manajemen perusahaan atau organisasi tersebut. Heru Kurnianto menyatakan, karyawan
menghendaki perlakuan adil, baik dari sisi distribusi dan prosedur atau dikenal keadilan
distributif dan keadilan prosedural. Ketika para karyawan merasa diperlakukan adil, dalam jiwa
mereka akan tumbuh dua jenis outcome berupa kepuasan dan komitmen kerja.
Keadilan terhadap karyawan bukan berarti tidak boleh menurunkan gaji karyawan. Hal
itu boleh saja dilakukan asal dilakukan dengan seadil-adilnya. Pemimpin perusahaan KLA
Instrumen, Ken Levy menggunakan prinsip keadilan yang saya maksud, ketika perusahaan
tersebut mengalami kesulitan. Ia mengatakan dalam suatu rapat ”Pada hari ini saya
menghendaki gaji karyawan dipotong 10 %, tetapi karena saya mendapat gaji myang paling
besar, maka saya mohon dipotong 20 %”. Diluar dugaan, orang yang menghadiri rapat tersebut
bukannya menjadi kesal karena pemotongan itu, tetapi mereka sepakat dan karyawan tetap
bekerja keras. Moral karyawan bukan menurun, tetapi justru meningkat tajam, karena
pemimpinnya menggunakan prinsip keadilan.

2) Keadilan terhadap Masyarakat


26
Berdirinya perusahaan apalagi yang berupa manufaktur tentu akan memberikan dampak
terhadap kepada masyarakat sekitar. Baik itu positif atau negatif. Contohnya lalu larang
kendaraan perusahaan dan bahan baku tentu akan mengganggu masyarakat yang biasa tenang
dan nyaman. Tentu masyarakat merasa tidak adil terhadap hal ini.
Disinilah fungsi perusahaan sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab sosial
diharapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan sarana kesehatan bagi
masyarakat sekitar, menyediakan kuota karyawan yang berasal dari daerah sekitar perusahaan,
dan terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.
Dengan begini tanpa disadari umpan balik dari perlakuan ini tentu juga akan dirasakan
oleh perusahaan.
3) Keadilan terhadap Pesaing
Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya pesaing kita akan terhambat dalam
melakukan kegiatan bisnis. Tapi disisi lain dengan adanya pesaing perusahaan kita akan
tumbuh menjadi perusahaan yang kreatif dan selalu menciptakan inovasi agar menang dalam
persaingan merebut pelanggan.
Persaingan adalah “adrenalin” -nya bisnis. Ia menghasilkan dunia usaha yang dinamis
dan terus berusaha menghasilkan yang terbaik. Namun persaingan haruslah adil dengan aturan-
aturan yang jelas dan berlaku bagi semua orang. Memenangkan persaingan bukan berarti
mematikan saingan atau pesaing. Dengan demikian persaingan harus diatur agar selalu ada, dan
dilakukan di antara kekuatan-kekuatan yang kurang lebih seimbang.

4) Keadilan terhadap Pelanggan


Dapat ditunjukkan dengan layanan purna jual yang baik, kualitas produk yang terjamin,
dan adanya perlindungan terhadap hak-hak pelanggan. Banyak kasus yang terjadi yang
termasuk tindakan yang tidak menunjukkan keadilan terhadap pelanggan. Kasus Tylenol
Johnson & Johnson salah satunya, kasus penarikan Tylenol oleh Johnson & Johnson dapat
dilihat sebagai bagian dari etika perusahaan yang menjunjung tinggi keselamatan konsumen di
atas segalanya, termasuk keuntungan perusahaan. Johnson & Johnson segera mengambil
tindakan intuk mengatasi masalahnya. Dengan bertindak cepat dan melindungi kepentingan
konsumennya, berarti perusahaan telah menjaga trustnya.
Berbeda dengan kasus obat anti nyamuk Hit. Pada kasus Hit, meskipun perusahaan telah
meminta maaf dan berjanji untuk menarik produknya, ada kesan permintaan maaf itu klise.
Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan kanker tersebut terkesan tidak
sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih beredar di pasaran Hit merupakan
contoh yang kurang baik dalam menangani masalahnya. Paradigma yang benar yaitu
seharusnya perusahaan memperhatikan adanya hubungan sinergi antara etika dan laba. Di era
kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan sebuah manfaat kompetitif yang harus
dipertahankan. Dalam jangka panjang, apabila perusahaan meletakkan keselamatan konsumen
di atas kepentingan perusahaan maka akan berbuah keuntungan yang lebih besar bagi
perusahaan.

5) Keadilan terhadap Pemegang Saham dan Pemerintah


Skandal Enron, Worldcom dan perusahaan-perusahaan besar di AS, Worldcom terlibat
rekayasa laporan keuangan milyaran dollar AS. Dalam pembukuannya Worldcom
mengumumkan laba sebesar USD 3,8 milyar antara Januari 2001 dan Maret 2002. Hal itu bisa
terjadi karena rekayasa akuntansi. Penipuan ini telah menenggelamkan kepercayaan investor
terhadap korporasi AS dan menyebabkan harga saham dunia menurun serentak di akhir Juni
2002. Dalam perkembangannya, Scott Sullifan (CFO) dituduh telah melakukan tindakan
kriminal di bidang keuangan dengan kemungkinan hukuman 10 tahun penjara. Pada saat itu,
para investor memilih untuk menghentikan atau mengurangi aktivitasnya di bursa saham.

27
Dugaan penggelapan pajak IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara
memanipulasi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor
pajak untuk tahun buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih besar
dari pajak keluaran, dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3 melakukan restitusi
sebesar Rp 65,7 miliar. 750 penanam modal asing (PMA) terindikasi tidak membayar pajak
dengan cara melaporkan rugi selama lima tahun terakhir secara berturut-turut. Hal tersebut
merugikan banyak pihak dan pemerintah. Korporasi multinasional yang secara sengaja terbukti
tidak memenuhi kewajiban ekonomi, hukum, dan sosialnya bisa dicabut izin operasinya dan
dilarang beroperasi di negara berkembang.
Tindakan yang awalnya bertujuan untuk meraup keuntungan lebih yang dilakukan tanpa
pertimbangan dan melanggar etika akan berdampak besar terhadap keberlangsungan
perusahaan.

HAK PEKERJA
Dalam dunia ketenagakerjaan, pekerja maupun pemberi kerja wajib memahami aturan
yang berlaku, baik lingkup internal berupa peraturan perusahaan maupun lingkup lebih luas
yang diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan. Dengan mengetahui hak-hak dasar
seorang pekerja dan hak lainnya, kemungkinan untuk terjadinya konflik dalam hubungan
industrial (antara pekerja dan pemberi kerja) dapat dihindari. Dalam konteks seorang pekerja,
setidaknya ada 3 hak yang dimiliki seorang pekerja, yang meliputi hak dasar, hak pribadi dan
hak saat terjadi PHK.

1. Hak Dasar Pekerja Ketika Sudah Menjadi Karyawan


Hak dasar pekerja merupakan hak yang melekat sejak dia diangkat sebagai karyawan
dalam sebuah perusahaan. Hak ini meliputi keselamatan dan kesehatan kerja sampai dengan
kesempatan untuk berkembang di perusahaan tersebut. Berikut ini ulasan 8 hak dasar pekerja
dan aturan yang mengaturnya:

a. Hak untuk Mengembangkan Potensi Kerja, Mengembangkan Minat, Bakat dan


Kemampuan
Hak dasar yang pertama ini diatur dalam Undang Undang nomor 21 tahun 2000 dan UU
12/2003, yang menyatakan bahwa setiap Pekerja memiliki hak untuk mengembangkan potensi
kerja, serta memperoleh kesempatan untuk mengembangkan minat, bakat dan kemampuan.
Undang-undang ini juga mengatur bahwa seorang Pekerja mempunyai hak untuk terlindungi
dari tindak kesusilaan dan moral, kesehatan dan keselamatan kerja, serta perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat sebagai Manusia dan nilai-nilai Agama.

b. Hak Dasar atas Jaminan Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Hak ini diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) nomor 4/1993, Peraturan Menteri No
1/1998, Keputusan Presiden nomor 22/1993, Peraturan Pemerintah nomor 14/1993, Undang-
Undang nomor 1/1970, UU 3/1992, serta UU 13/2003. Hak dasar yang dimaksud termasuk
didalamnya hak untuk memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan hari tua, jaminan
kematian, dan jaminan kecelakaan kerja.

c. Setiap Pekerja berhak Mendapatkan Upah yang Layak.


Hak dasar ini diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) nomor 1/1999, PP 8/1981, serta
UU 13/2003 dikatakan, seorang Pekerja memiliki hak untuk mendapatkan upah yang layak.
pemilik modal atau pihak Perusahaan juga diwajibkan mengikuti ketentuan upah minimum
yang berlaku di kabupaten/kota/kawasan tersebut. Perusahaan juga diwajibkan untuk meninjau
besaran upah ketika Pekerja sudah bekerja selama lebih dari satu tahun, dan tidak boleh
diskriminatif terhadap Pekerja Perempuan dan Pekerja Laki-laki.
28
d. Hak Dasar untuk Berlibur, Cuti, Istirahat, serta Memperoleh Pembatasan Waktu
Kerja.
Hal ini diatur dalam Undang Undang nomor 13 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa
perusahaan diwajibkan untuk memberikan kompensasi jika karyawan bekerja di luar jam kerja
dengan memberikan kompensasi upah lembur. Di samping itu, seorang Pekerja juga
mendapatkan hak untuk menunaikan ritual keagamaan menurut tata cara tertentu yang diatur
oleh Agama yang dianutnya.
e. Hak Dasar untuk Membentuk Serikat Pekerja.
Hak-hak dasar ini diatur oleh Undang Undang nomor 21 tahun 2000, dan Undang
Undang nomor 13 tahun 2003. Hal ini dimaksudkan sebagai media penyalur aspirasi Pekerja
yang memiliki kapasitas hukum untuk membuat perjanjian kerja dengan pemilik modal atau
pihak Perusahaan. Perjanjian kerja yang disepakati bersama harus mencakup dengan hak dan
kewajiban Buruh maupun serikatnya, hak dan kewajiban Pengusaha, jangka waktu berlakunya
perjanjian, serta tandatangan dari pihak-pihak terkait yang terlibat.
f. Hak untuk Melakukan Aksi Mogok Kerja.
Hak ini diatur dalam keputusan Menteri nomor 232 tahun 2003, dan Undang Undang
nomor 13 tahun 2003. Aksi mogok kerja tersebut harus dilakukan sesuai prosedur, yang mana
para Pekerja haru menginformasikan ihwal itu sekurangnya 7 hari sebelum berlangsung.

g. Hak Dasar Khusus Terkait Persoalan Jam Kerja untuk Pekerja Perempuan.
Hal ini diatur dalam Keputusan Menteri nomor 224 tahun 2003, dan Undang Undang
nomor 13 tahun 2003. Pemerintah melarang pihak Perusahaan mempekerjakan Karyawan
Perempuan antara jam 23.00 WIBe sampai jam 7.00 WIB, atau yang lebih dikenal dengan
istilah shift 3. Aturan ini berlaku untuk Pekerja Perempuan yang umurnya kurang dari 18
tahun.

h. Hak Perlindungan atas Pemutusan Hubungan Kerja.


Namun bila hal tersebut tidak dapat dihindari, maka perundingan wajib dilakukan oleh
kedua belah pihak terkait, yakni Buruh dan pihak Pengusaha atau perwakilan Perusahaan. Jika
jalur perundingan tidak menemukan titik terang atau jalan keluar, maka pihak Perusahaan bisa
memutuskan hubungan kerja setelah ditetapkan secara sah dan resmi oleh Lembaga yang
berwenang. Seorang Pekerja tidak boleh di PHK jika berhalangan sakit sesuai dengan
keterangan dokter, atau jika Pekerja tengah menjalankan kewajiban Negara, atau tengah
menjalankan ibadah keagamaan, menikah, dan hamil.

2. Hak Bagi Karyawan terkait Persoalan Hubungan Kerja dengan Perusahaan


Selain hak dasar, seorang pekerja juga memiliki hak pribadi yang lebih mengatur
hubungan kerja lebih spesifik antara pekerja dan perusahaan. Hak ini meliputi hal sebagai
berikut:

a. Hak Mengenai Hubungan Kerja


Hak ini diatur dalam 2 pasal UU Ketenagakerjaan, yakni pasal 56 dan pasal 60. Pasal 56
menyatakan bahwa ada dua status kepegawaian, yakni Pekerja paruh waktu tertentu dan waktu
tidak tertentu. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu, menurut jenis dan sifat pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertentu, namun perjanjian tersebut tidak dapat diadakan untuk jenis
pekerjaan yang bersifat tetap. Pasal 60 menyatakan bahwa perjanjian kerja untuk waktu tidak
tertentu dapat menyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3 bulan.

b. Hak Mengenai Pengaturan Jam Kerja


29
Jam kerja seorang Karyawan tidak semata-mata diputuskan sebuah Perusahaan,
melainkan harus sesuai dengan UU pasal 7, yang menyatakan bahwa 7 jam satu hari untuk
Pekerja yang bekerja enam hari dalam seminggu, dan 8 jam bagi Pekerja yang bekerja lima
hari dalam seminggu.

c. Jaminan Kesejahteraan
UU nomor 3 tahun 1992 pada pasal 99 telah mengatur persoalan jaminan kesejahteraan
bagi para Pekerja. Disebutkan bahwa setiap Perusahaan wajib menyediakan fasilitas
kesejahteraan, seperti halnya Asuransi Kesehatan.

d. Hak Mengenai Cuti


Hak pribadi yang satu ini tertuang dalam pasal 85 yang menyebutkan bahwa pada hari
libur resmi Pekerja tidak diwajibkan bekerja, terkecuali ada persetujuan dengan pihak
Perusahaan. Selain itu, diatur pula terkait perkosaan cuti khusus bagi Perempuan, jika yang
bersangkutan tengah dalam kondisi tertentu, semisal: menstruasi, melahirkan, dan keguguran,
serta cuti pribadi yang disesuaikan dengan aturan Perusahaan.

e. Hak Mengenai Upah


Hak ini diatur dalam pasal 93 ayat 2. Dikatakan bahwa seorang Karyawan wajib digaji
Perusahaan meski tanpa bekerja, apabila tengah dalam kondisi seperti; menikahkan Anak, Istri
melahirkan atau keguguran, ada Keluarga yang meninggal, dan sedang melanjutkan Pendidikan
dari Perusahaan.

f. Hak Jika Terjadi PHK


Pekerja yang diputuskan hubungan kerjanya secara sepihak maka berhak mendapatkan
uang pesangon yang disesuaikan dengan masa kerja. Pada umumnya, beberapa alasan yang
melatarbelakangi terjadinya PHK adalah sakit tanpa keterangan dokter, menikah dengan
sesama Karyawan setempat (jika Perusahaan melarang hal ini lewat aturan yang sudah
ditetapkan sebelumnya), dan melanggar peraturan atau tidak menunjukkan kinerja yang
diharapkan.

3. Hak Pekerja jika Terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


PHK merupakan sesuatu yang hanya boleh dilakukan saat darurat saja. Jika kondisi ini
terjadi, setidaknya ada 3 hal yang harus dimengerti seorang Pekerja terkait persoalan PHK
tersebut. Berikut penjelasannya.

a. Hak Mendapatkan Uang Pesangon


Seorang Pekerja yang di-PHK secara sepihak berhak mendapatkan uang pesangon. Hal
ini sebagaimana telah diatur dalam Pasal 156 ayat 2 UU Ketenagakerjaan. Pesangon yang
dimaksud meliputi atas gaji pokok dan tunjangan tetap, yang berisi komponen upah yang tetap
dibayar meski yang bersangkutan absen bekerja.

b. Hak Mendapatkan Uang Penghargaan Masa Kerja.


Uang penghargaan masa kerja ini terdapat di Pasal 156 ayat 2 Undang Undang
Ketenagakerjaan. Telah diatur bahwa yang berhak mendapatkan uang penghargaan ini adalah
Karyawan yang masa kerjanya sudah sampai 4 tahun lebih.

c. Hak Mendapatkan Uang Penggantian Hak


Selain kedua hal di atas, ada pula uang penggantian hak yang diatur Negara dalam pasal
156 ayat 4 Undang Undang Ketenagakerjaan. Hak-hak yang bisa diganti dengan bentuk uang,
adalah:
30
 Cuti Tahunan
 Biaya pulang bagi Pekerja dan Keluarganya (jika dari luar daerah)
 Hal-hal yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, sesuai aturan Perusahaan
Selain ketiga hal di atas, ada aturan mengenai alasan pemecatan yang mempengaruhi
jumlah uang pesangon, dan lain sebagainya. Aturan tertera di Pasal 164 ayat 3 UU
Ketenagakerjaan, yang berbunyi: “Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian 2 (dua)
tahun berturut-turut atau bukan karena keadaan memaksa (force majeure) tetapi perusahaan
melakukan efisiensi, dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 2
(dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).”

4. Hak dan Kewajiban dalam Bekerja Seimbang


Sebagai pekerja, sudah selayaknya Anda memahami ketiga jenis hak di atas serta
peraturan yang mengaturnya. Namun demikian, secara berimbang, selain hak, para Buruh juga
dibebankan kewajiban sebagaimana tercantum jelas dalam aturan Perusahaan. Secara
sederhana, hak para Buruh telah diatur dengan sangat rinci dalam Undang Undang dan
Peraturan lainnya, sementara kewajiban bagi Para Buruh juga sudah diatur secara rinci oleh
Perusahaan masing-masing yang menjadi tempat Anda bekerja. Hubungan kerja yang baik
akan menghasilkan sebuah perusahaan yang kompetitif dan semakin maju.

BISNIS PERLINDUNGAN KONSUMEN


1. Pengertian Konsumen
Menurut Undang-undang no. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen : Pasal 1
butir 2 :“ Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Menurut Hornbyo: “Konsumen (consumer) adalah
seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa; seseorang atau suatu perusahaan yang
membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu; sesuatu atau seseorang yang
menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang; setiap orang yang menggunakan barang
atau jasa”. Pendapat lain mengatakan bahwa Pengertian Konsumen adalah semua individu dan
rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.

2. Hak dan Kewajiban Konsumen


Pada era globalisasi dan perdagangan bebas dewasa ini, sebagai dampak kemajuan
teknologi dan informasi, memberdayakan kinsmen semakin penting. Untuk pemberdayaan itu
di negara kita telah dibuat undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1998 tentang
perlindungan konsumen. Hak-hak dan kewajiban consumen, Konsumen memiliki hak-hak
yang harus dilindungi oleh produsen atau pelaku usaha, hak-hak tersebut sebagai berikut :
a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa.
b. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar kondisi serta jaminan barang atau jasa .
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi serta jaminan barang
atau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa yang digunakannya.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
g. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian apabila barang atau
jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaiman mestinya.
31
h. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya .

Dipihak lain, konsumen juga dibebankan dengan kewajiban atau tanggung jawab
terhadap pihak penjual tau pelaku usaha, dimana kewajiban konsumen meliputi:
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan
barang atau jasa, demi keamanan dan keselamatan konsumen .
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa .
c. Membayar dengan nilai tukar yang telah disepakati bersama .
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Dengan undang-undang tersebut maka maka diharapkan para pelaku bisnis untuk
melakukan peningkatan dan pelayanan sehingga konsumen tidak merasa dirugikan. Disini
dimaksudkan agar kedua belah pihak saling memperhatikan hak dan kewajiban masing-
masing.
Apa yang tertuang dalam undang-undang secara eksplisit dan subtansial sebenarnya sama
dengan etika islam. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi
baranbg dan jasa misalnya, dimaksudkan agar konsumen muslim dalam dalam memakan dan
mengkonsumsi setiap produk benar-benar aman kesehehatan dan aman agamanya. Dalam hal
ini dituntut agar setiap produk aman bahan bakunya, benar prosesnya dan halal zatnya.

3. Azas Perlindungan Konsumen.


Perlindungan konsumen ini adalah jaminan yang seharusnya didapatkan oleh para
konsumen atas setiap produk bahan makanan yang dibeli dari produsen atau pelaku usaha.

a. Azas Perlindungan Konsumen


Asas Perlindungan Konsumen : “Perlindungan konsumen berdasarkan manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hokum”. Azas
Perlindungan Konsumen:
 Asas Manfaat : mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan
perlindungan ini harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan
konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan,
 Asas Keadilan : partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan
memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil,
 Asas Keseimbangan : memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku
usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual,
 Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen : memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalarn penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan,
 Asas Kepastian Hukum : baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan
memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara
menjamin kepastian hukum.

4. Tujuan Perlindungan Konsumen.


 Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri;
 Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses
negatif pemakai barang dan/ atau jasa;
 Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen;
 Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
32
 Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
 Meningkatkan kualitas barang dan/ atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.

5. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha


Adapun perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yaitu:

a. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa yang :


1) Tidak sesuai dengan :
 standar yang dipersyaratkan;
 peraturan yang berlaku
 ukuran, takaran, timbangan dan jumlah yang sebenarnya

2) Tidak sesuai dengan pernyataan dalam label, etiket dan keterangan lain mengenai
barang dan/atau jasa yang menyangkut :
 Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa/jangka waktu penggunaan/ pemanfaatan
paling baik atas barang tertentu;
 Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan
"halal" yang dicantumkan dalam label
 Tidak memasang label/ penjelasan

b. Dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan barang dan/atau jasa :


1) Secara tidak benar dan/atau seolah-olah barang tersebut :
 Telah memenuhi standar mutu tertentu, potongan harga/harga khusus, gaya/mode
tertentu, sejarah atau guna tertentu.
 Dalam keadaan baik/baru, tidak mengandung cacat, berasal dari daerah tertentu,
merupakan kelengkapan dari barang tertentu.

2) Secara tidak benar dan selah-olah barang dan/atau jasa tersebut :


 Telah mendapatkan/memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu,
keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesoris tertentu.
 Dibuat perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan/afiliasi.
 Telah tersedia bagi konsumen.
 Langsung/tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa lain.
 Menggunakan kata-kata berlebihan, secara aman, tidak berbahaya, tidak
mengandung resiko/efek samping tanpa keterangan lengkap.
 Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
 Dengan harga/tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika bermaksud tidak
dilaksanakan.
 Dengan menjanjikan hadiah cuma-cuma, dengan maksud tidak memberikannya
atau memberikan tetapi tidak sesuai dengan janji.
 Dengan menjanjikan hadiah barang dan/atau jasa lain, untuk obat-obat tradisional,
suplemen makanan, alat kesehatan dan jasa pelayanan kesehatan.

33
c. Dalam menawarkan barang dan/atau jasa untuk diperdagangkan dilarang
mempromosikan,mengiklankan atau membuat pernyataan tidak benar atau menyesatkan
mengenai :
 Harga/tarifdan potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan.
 Kondisi, tanggungan, jaminan, hak/ganti rugi atas barang dan/atau jasa.
 Kegunaan dan bahaya penggunaan barang dan/aatau jasa.
d. Dalam menawarkan barang dan/atau jasa untuk diperdagangkan dengan memberikan
hadiah dengan cara undian dilarang :
 Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu dijanjikan.
 Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa.
 Memberikan hadiah tidak sesuai janji dan/atau menggantikannya dengan hadiah
yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.

e. Dalam menawarkan barang dan/atau jasa, dilarang melakukan cara pemaksaan atau cara
lain yang dapat menimbulkan gangguan kepada konsumen baik secara fisik maupun
psikis.

f. Dalam hal penjualan melalui obral atau lelang, dilarang menyesatkan dan mengelabui
konsumen dengan :
 Menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah memenuhi standar mutu
tertentu dan tidak mengandung cacat tersembunyi.
 Tidak berniat menjual barang yang ditawarkan,melainkan untuk menjual barang
lain.
 Tidak menyediaakan barang dan/atau jasa dalam jumlah tertentu/cukup dengan
maksud menjual barang lain.
 Menaikkan harga sebelum melakukan obral.

IKLAN DAN DIMENSI ETISNYA


Dalam hal ini akan membahas salah satu topik lain lagi dari etika bisnis yang banyak
mendapat perhatian sampai sekarang, yaitu mengenai iklan.sudah umum diketahui bahhwa
abad kita ini adalah abad informasi.dalam abad informasi ini,iklan memainkan peran yang
sangat penting untuk menyampaikan informasi tentang suatu produk kepada
masyarakat.dengan demikikan,suka atau tidak suka,iklan mempunyai pengaruh ynag sangat
besar terhaap kehidupan manusia baik secara positif maupun negative.
Citra ini semakin mengental dalam sistem pasar bebas yang mengenal kompetisi yang
ketat diantara banyak perusahaan dalam menjual barang dagangan sejenis. Lebih dari itu,
dalam masyarakat modern iklan berperan besar dalam menciptakan budaya masyarakat
modern. Kebudayaan masyarakat modern adalah kebudayaan massa, kebudayaan serba instan,
kebudayaaan serba tiruan yang akhirnya kebudayaan serba polesan kalau bukan palsu penuh
tipuan sebagaimana iklan yang penuh dengan tipuan mata dan kata-kata. Iklan itu sendiri pada
hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud untuk mendekatkan
barang yang hendak dijual kepada konsumen dengan produsen. Sasaran akhir seuruh kegiatan
bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa dijual kepada konsumen.
Untuk malihat personal iklan dari segi etika bisnis,kami ingin menyoroti empat hal
penting,yaitu fungsi iklan,beberapa personal etis sehubungan dengan iklan,arti etis dari iklan
yang menipu,dan kebebasan konsumen.

1. Fungsi Iklan
Yaitu sebagai pemberi informasi dan iklan sebagai pembentuk pendapat umum.

34
a. Iklan sebagai pemberi informasi.
Iklan merupakan media untuk menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada
masyarakat tentang produk lain yang akan atau sedang ditawarkan dalam pasarYang
ditekankan disini adalah bahwa iklan berfungsi untuk membeberkan dan menggambarkan
seluruh kenyataan yang serinci mungkin tentang suatu produk.sasaran iklan adalah agar
konsumen dapat mengetahui dengan baik produk itu sehingga akhirnya untuk membeli produk
itu.
Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi yang benar kepada konsumen,ada
tiga pihak yang terlibat dan bertanggung jawab secara moral atas informasi yang disampaikan
sebuah iklan.
 Pertama, Produsen yang memiiki produk tersebut.
 Kedua,biro iklan yang mengemas iklan dalam segala
dimensinya:etis,estetik,informatif,dan sebagainya.
 Ketiga,bintang iklan.dalam hal ini,tanggung jawab moral atas informasi yang benar
tentang sebuah produk pertama-tama dipikul pihak oleh pihak produsen.

b. Iklan Sebagai Pembentuk Pendapat Umum


Berbeda dengan fungsi iklan sebagai pemberi informasi,dalam wujudnya yang lain iklan
dilihat sebagai satu cara untuk mempengaruhi pendapat umum masyarakat tentang sebuah
produk. Dengan kata lain,fungsi iklan adalah untuk menarik massa konsumen untuk membeli
produk tersebut.Secara etis,iklan manipulasi jelas dilarang karena iklan semacam itu benar-
benar memanipulasi manusia,dan segala aspek kehidupan,sebagai alat demi tujuan tertentu di
luar diri manusia.
Suatu persuasi dianggap rasional sejauh daya persuaisnya terletak pada isi argumennya
dan bukan paa cara penyajian atau penyampaian argumen itu.dengan kata lain,persuasinya
didasarkan pada fakta yang bisa dipertanggung jawabkan.Berbeda dengan persuaisi
Rasional,persuasi non-Rasional umumnya hanya memanfaatkan aspek(kelemahan) psikologis
manusia untuk membuat konsumen bisa terpukau,tertarik,dan terdorong untuk membeli produk
yang diingikan itu.

2. Beberapa Persoalan Etis


Ada beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan,khususnya iklan yang
manipulatif dan persuasif non-Rasional.
 Pertama iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia.Iklan membuat manusia
tidak lagi dihargai kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk memberi produk
tertentu.
 Kedua, dalam kaitan dengan itu iklan manipulatif dan persuasive non –rasional
menciptakan kebutuhan manusia dengan dengan akibat manusia modern menjadi
konsumtif.
 Ketiga, yang juga menjadi persoalan etis yang serius adalah adalah bahwa iklan
memanipulatif dan persuasive non-rasional malah membentuk dan menentukan identitas
atau citra diri manusia modern.
 Keempat, bagi masyarakat dengan tingkat perbedaan ekonomi dan sosial yang sangat
tinggi, iklan merongrong rasa keadilan sosial masyaraakat iklan yang menampilkan yang
serba mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial dimana banyak anggota masyarakat
masih berjuang untuk sekedar hidup. Iklan yang mewah tampil seakan tanpa punya rasa
solidaritas dengan sesamanya yang tinggi

Ada baiknya kami paparkan beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan dalam
iklan:

35
 Iklan tidak boleh menympaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya
konsumen
 Iklan wajib menyampaikan tentang produk tertentu,khususnya menyagkut keamanan dan
keselamatan manusia.
 Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan,khusunya secara kasar dan terang-terangan
 Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertentangan dengan moralitas.

3. Makna Etis Menipu Dalam Iklan


Prinsip etika bisnis yang paling relevan disini adalah prinsip kejujuran, mengatakan hal
yang benar dan tidak menipu. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata tipu mengandung
pengertian perbuatan ataau perkataan yang tidak jujur (Bohong, palsu dan sebagainya) dengan
meksud untuk menyesatkan, mengakali atau mencari untung.dengan kata lain menipu daalah
menggunakan tipu muslihat,mengakali,memperdaya,atau juga perbuatan cuurang yang
dijalnkan dengan niat yang telah direncanakan.
Jadi, karena konsumen adalah pihak yang berhak mengetahui kebenaran sebuah produk,
iklan yang membuat pernyataaan yang menyebaabkan mereka salah menarik kesimpulan
tentang produk itu tetapi dianggap menipu dan dikutuk secara moral kendati tidak pada maksud
apapun untuk memperdaya dengan kata lain, berdasarkan prinsip kejujuran, iklan yang baik
diterima secara moral adalah iklan yang memberi pernyataan atau informasi yang benar
sebagaimana adanya.

4. Prinsip Moral yang Perlu dalam Iklan

a. Prinsip Kejujuran
Prinsip ini berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan seringkali
dilebih-lebihkan, sehingga bukannya menyajikan informasi mengenai persediaan barang dan
jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, tetapi mempengaruhi bahkan menciptakan kebutuhan
baru. Maka yang ditekankan di sini adalah bahwa isi iklan yang dikomunikasikan haruslah
sungguh-sungguh menyatakan realitas sebenarnya dari produksi barang dan jasa. Sementara
yang dihindari di sini, sebagai konsekuensi logis, adalah upaya manipulasi dengan motif apa
pun juga.

b. Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi


Bahwa iklan semestinya menghormati martabat manusia sebagai pribadi semakin
ditegaskan dewasa ini sebagai semacam tuntutn imperatif (imperative requirement). Iklan
semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang dalam memilih secara
bertanggung jawab barang dan jasa yang ia butuhkan. Ini berhubungan dengan dimensi
kebebasan yang justeru menjadi salah satu sifat hakiki dari martabat manusia sebagai pribadi.
Maka berhadapan dengan iklan yang dikemas secanggih apa pun, setiap orang seharusnya bisa
dengan bebas dan bertanggung jawab memilih untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak.
Yang banyak kali terjadi adalah manusia seakan-akan dideterminir untuk memilih barang
dan jasa yang diiklankan, hal yang membuat manusia jatuh ke dalam sebuah keniscayaan
pilihan. Keadaan ini bisa terjadi karena kebanyakan iklan dewasa ini dikemas sebegitu rupa
sehingga menyaksikan, mendengar atau membacanya segera membangkitkan “nafsu” untuk
memiliki barang dan jasa yang ditawarkan (lust), kebanggaan bahwa memiliki barang dan jasa
tertentu menentukan status sosial dalam masyarkat, dll.

c. Iklan dan Tanggung Jawab Sosial


36
Meskipun sudah dikritik di atas, bahwa iklan harus menciptakan kebutuhan-kebutuhan
baru karena perananya yang utama selaku media informasi mengenai kelangkaan barang dan
jasa yang dibutuhkan manusia, namun dalam kenyataannya sulit dihindari bahwa iklan
meningkatkan konsumsi masyarakat. Artinya bahwa karena iklan manusia “menumpuk” barang
dan jasa pemuas kebutuhan yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan primer.
Penumpukan barang dan jasa pada orang atau golongan masyarkat tertentu ini disebut sebagai
surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan. Menyedihkan bahwa surplus ini hanya dialami oleh
sebagai kecil masyarakat. Bahwa sebagian kecil masyarakat ini, meskipun sudah hidup dalam
kelimpahan, toh terus memperluas batasa kebutuhan dasarnya, sementara mayoritas
masyarakat hidup dalam kemiskinan.
Di sinilah kemudian dikembangkan ide solidaritas sebagai salah satu bentuk tanggung
jawab sosial dari iklan. Berhadapan dengan surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan
manusia, dua hal berikut pantas dipraktekkan. Pertama, surplus barang dan jasa seharusnya
disumbangkan sebagai derma kepada orang miskin atau lembaga/institusi sosial yang berkarya
untuk kebaikan masyarakat pada umumnya (gereja, mesjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan,
dll). Tindakan karitatif semacam ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kehidupan cultural
masyarakat akan semakin berkembang.Kedua, menghidupi secara seimbang pemenuhan
kebutuhan fisik, biologis, psikologis, dan spiritual dengan perhatian akan kebutuhan
masyarakat pada umumnya. Perhatian terhadap hal terakhir ini bisa diwujudnyatakan lewat
kesadaran membayar pajak ataupun dalam bentuk investasi-investasi, yang tujuan utamanya
adalah kesejahteraan sebagian besar masyarakat.

5. Contoh Kasus Etika Periklanan

a. Iklan yang tidak beretika


Iklan Fren (Nelpon Pake Fren Bayarnya Pake Daun). Persaingan sengit antara para
penyedia layanan kartu selurer tampaknya sudah memasuki suatu demensi baru. Perang tarif
dan perang ikon menjadi sesuatu yang lumrah, dan lagi-lagi masyarakat yang menjadi tujuan
peperangan tersebut. Fren, salah satu penyedia layanan kartu seluler beberapa waktu lalu
mengeluarkan sebuah iklan yang menampilkan seorang wanita hanya mengenakan daun dan
ditemani beberapa pria yang juga hanya mengenakan daun.
Setidaknya ada 2 hal di iklan itu yang menjadi bahan perdebatan :
 Iklan ini menempatkan seorang wanita muda hanya mengenakan daun, dan ada tiga pria
yang juga hanya mengenakan daun di belakangnya. Iklan ini tidak mendidik. Iklan ini
jelas termasuk iklan yang mengeksploitasi seksual. Apa salahnya bila wanita dan tiga
pria itu mengenakan pakaian yang pantas?
 YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) juga mempermasalahkan slogan dari
Fren, “Nelpon Pake Fren Bayarnya Pake Daun”. YLKI berpendapat daun bukan
merupakan alat pembayaran yang sah.

b. Iklan yang beretika :


AXIS (Versi : Amir “Layang-layang”). Begitu lihat iklan kartu GSM AXIS Versi Amir
“Layang-layang”, dibanding iklan GSM yang lain, iklan Axis versi ini lebih kreatif, tidak
muluk-muluk, tidak terlalu obral janji, tidak ribet untuk dipahami karena iklannya sangat
simple dan tidak mengejek kartu GSM lain, kalaupun ada transaksi didalam iklannya (jual
laying-layang) itu menurut saya hanya menunjukkan kalau “si punya” iklan kompetitif dengan
produk sejenisnya dipasar.

6. Kebebasan Konsumen
Secara lebih konkrit iklan menentukan pula hubungan penawaran dan permintan antara
produsen dan pembeli, yang pada gilirannya ikut pula menentukan harga barang yang dijual
37
dalam pasar.keinginan atau kebutuhan tidak lagi merupakan sesuatu yang mandiri,melainkaan
tergantung sepenuhnya pada produksi dan iklan dengan demikian,dalam mekanisme semacam
itu mustaahil konsumen bisa memutuskan atau memilih secara bebas apa yang menjadi
kebutuhannya.merupakan kebutuhan yang diciptakan oleh produsen dan iklan. Karena itu,
walaupun dalam situasi tertentu bahwa ”Produksi menciptakan kebutuhan”, tidak dengan
sendirinya produksi menentukan kebutuhan kita sebagai konsumen. Dalam kaitan dengan itu.
Menurut Von Haik mengatakan bahwa walaupun ada benarnya produsen bekerja
kearah”menciptakan kebutuhan”.

ETIKA PASAR BEBAS


1. Pengertian Pasar Bebas
Pasar bebas adalah pasar ideal, di mana adanya perlakuan yang sama dan fair bagi semua
pelaku bisnis dengan aturan yang fair, transparan, konsekuen & objektif, memberi peluang
yang optimal bagi persaingan bebas yang sehat dalam pemerataan ekonomi. Pasar bebas
diadvokasikan oleh pengusul ekonomi liberalisme. Salah satu ukuran kemajuan suatu bangsa
dan keberhasilan suatu pemerintahan di era pasar bebas adalah tingkat kemampuannya untuk
menguasai teknologi ekonomi (J.Gremillion). Negara-negara yang terlibat dalam gelombang
pasar bebas, menurut Gremillion, mesti memahami bahwa pada era sekarang ini sedang
didominasi oleh sebuah rancangan pembangunan dunia yang dikenal sebagai Marshall Plan
yang menjadi batu sendi interpen-densi global yang terus memintai dunia. Biar bagaimanapun
rancangan pembangunan dunia yang mengglobal itu selalu memiliki sasaran ekonomi dengan
penguasaan pada kemajuan teknologi ekonomi yang akan terus menjadi penyanggah bagi
kekuatan negara atau pemerintahan.
Artinya, dari penguasaan teknologi ekonomi itulah, segala kekuatan arus modal investasi
dan barang-barang hasil produksi tidak menjadi kekuatan negatif yang terus menggerogoti dan
melumpuhkan kekuatan negara.Karena, senang atau tidak, kita sekarang sedang digiring masuk
dalam suatu era baru pada percaturan ekonomi dan politik global yang diikuti dengan era pasar
bebas yang dibaluti semangat kapitalisme yang membuntuti filosofi modal tak lagi berbendera
dan peredaran barang tak lagi bertuan. Ini jelas menimbulkan paradigma-paradigma baru yang
di dalamnya semua bergerak berlandaskan pada pergerakan modal investasi dan barang
produksi yang tidak berbendera dan tidak bertuan, yang akan terus menjadi batu sendi interpen-
densi global yang terus memintai dunia. Yang terpenting adalah diperlukan bangunan etika
global yang berperan mem-back up setiap penyelewengan yang terjadi di belantara pasar
bebas.Kemiskinan, kemelaratan, dan ketidakadilan yang terdapat di dunia yang menimpa
negara-negara miskin hakikatnya tidak lagi akibat kesalahan negara-negara bersangkutan
sehingga itu pun menjadi tanggung jawab global pula. Kesejahteraan dan keadilan global
merupakan sesuatu yang tercipta oleh keharmonisan berbagai kepentingan yang selalu
memerhatikan nilai-nilai moral dan tata etika yang dianut umum. Maksudnya, perilaku etis
global adalah perilaku negara-negara yang bertanggung jawab atas nasib masyarakat dunia.
Tentunya ini menjadi perhatian serius dari pemerintah, karena selama ini tidak pernah
maksimal dalam memperkuat dan memajukan industri nasional dalam menghadapi tuntutan
pasar bebas tersebut.Yang namanya pasar bebas tentu asas utamanya adalah persaingan, yang
bebas dari intervensi pemerintah untuk mengontrol harga dari produk-produk yang
diperdagangkan.Penilaiannya diserahkan kepada konsumen untuk membeli produk yang
diinginkannya.Tentunya, setiap konsumen kecenderungannya memilih suatu produk/barang
dengan kualitas yang baik dan harga yang murah. Bisa dipastikan sebagian dari produk-produk
nasional ini akan kalah bersaing dengan alasan kualitas dan nilai jual tersebut. Berikut
merupakan peran Pemerintah dalam pasar bebas, yaitu:

38
 Efektif, karena begitu terjadi pelanggaran atas hak dan kepentingan pihak tertentu,
pemerintah akan bertindak efektif dan konsekuen untuk membela pihak yg dilanggar &
menegakkan keadilan.
 Minimal, karena sejauh pasar berfungsi dengan baik dan fair maka pemerintah tidak
terlalu banyak ikut campur.
Maka siapa saja yang melanggar aturan main akan ditindak secara konsekuen, siapa saja
yang dirugikan dak dan kepentingannya akan dibela dan dilindungi oleh pemerintah terlepas
dari status social dan ekonominya.

2. Keunggulan Moral Pasar Bebas


Dari segi moral, sistem ekonomi pasar bebas mengandung beberapa hal yang sangat
positif, yaitu:
 Sistem ekonomi pasar bebas menjamin keadilan melalui jaminana perlakuan yang baik
dan fair bagi semua pelaku ekonomi.
 Ada aturan yang jelas dan fair dan etis. Aturan ini diberlakukan juga secara fair,
transparan, konsekuen, dan objektif.
 Pasar memberi peluang yang optimal kendati belum tentu sempurna bagi pesaing bebas
yang sehat dan fair
 Dari segi pemerataan ekonomi pada tingkat pertama ekonomi pasar jauh lebih mampu
menjamin pertumbuhan ekonomi
 Pasar juga memberi peluang yang optimal bagi perwujudan kebebasan manusia.

3. Peran Pemerintah
Syarat utama bagi terwujudnya sistem pasar yang adil, syarat utama bagi kegiatan bisnis
yang baik dan etis adalah perlunya suatu pemerintahaan yang adil juga. Artinya pemerintah
yang benar-benar bersikap netral dan tunduk pada aturan main yang ada, berupa aturan
keadilan yang menjamin hak dan kepentingan setiap orang secara sama dan fair. Berikut peran
pemerintah dalam etika pasar bebas :
 Mengawasi agar akibat ekstern kegiatan ekonomi yang merugikan dapat dihindari
 Menyediakan barang public yang cukup hingga masyarakat dapat membelinya dengan
mudah dan murah
 Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahaan yang besar yang dapat
mempengaruhi pasar
 Menjamin agar kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak menimbulkan ketidaksetaraan
dalam masyarakat
 Memastikan pertumbuhan ekonomi dapat diwujudkan secara efisien
 Campur tangan pemerintah dalam ekonomi dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu:
 Membuat undang-undang. Undang-undang diperlukan untuk mempertinggi efisiensi
mekanisme pasar, menciptakan dasaran social ekonomi dan menciptakan pertandingan
bebas sehingga tidak ada kekuatan monopoli.
 Secara langsung melakukan kegiatan ekonomi (mendirikan perusahaan) dengan
produksi barang public
 Melakkukan kebijakkan fiskal dan moneter. Kebijakkan fiscal diperlukan masyarakat
bahwa pemerintah dapat menetapkan anggran belanja dan penerimaan Negara secara
seimbang. Kebijakkan moneter diperlukan untuk mengendalikan tingkat harga-harga
agar tetap stabil. Akan tetapi pada akhirnya kebijakkan moneter adalah peranan uang
dalam kegiatan ekonomi.
39
MONOPOLI
1. Pengertian Pasar Monopoli
Pasar monopoli merupakan suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu penjual yang
menguasai pasar, memiliki produk barang atau jasa yang dibutuhkan oleh banyak masyarakat
yang menyebabkan perusahaan tersebut tidak memiliki pesaing, penentu harga pada pasar ini
adalah seorang penjual yang disebut sebagai monopolis, sebagai penentu harga (price-maker),
seorang produsen dapat menaikan atau menurunkan harga dengan cara menentukan jumlah
barang yang akan diproduksi, semakin sedikit barang yang diproduksi maka semakin mahal
harga barang.

2. Ciri-ciri Pasar Monopoli


Ciri-ciri pasar monopoli sangat berbeda dengan pasar persaingan sempurna.

a. Pasar Monopoli adalah Industri Satu Perusahaan


Hal ini rasanya tidak perlu diterangkan lagi. Sifat ini sudah secara dilihat dari definisi
monopoli di atas, yaitu hanya ada satu saja perusahaan dalam industri tersebut. Dengan
demikian barang atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat dibeli dari tempat lain.

b. Tidak Mempunyai Barang Pengganti Yang Mirip


Barang yang dihasilkan perusahaan monopoli dapat digantikan oleh barang lain yang ada
dalam pasar. Barang tersebut merupakan satu-satunya barang yang seperti itudan tidak terdapat
barang mirip (close substitute) dapat mengganti barang tersebut. Aliran listrik adalah contoh
dari barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. Yang ada barang pengganti
yang sangat berbeda sifatnya sifatnya, yaitu lampu minyak.

c. Tidak Terdapat Kemungkinan Untuk Masuk Ke Dalam Industri


Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan mempunyai kekuasaan
monopoli. Tanpa sifat ini pasar monopoli akan wujud, karena tanpa adanya halangan tersebut
pada akhirnya terdapat perusahaan di dalam industri.

d. Dapat Mempengaruhi Penentuan Harga


Oleh karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual di pasar, maka
penetuan harga dapat dikuasainya. Oleh sebab itu perusahaan monopoli dipandang sebagai
penentu harga atau price setter. Dengan mengadakan pengendalian ke atas produksi dan
jumlah barang yang ditawarkan perusahaan monopoli dapat menentukan harga pada
tingkatyang dikehendakinya.

e. Promosi Iklan Kurang Diperlukan


Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya perusahaan di dalam iklan.
Pembeli yang memerlukan barang yang diproduksikannya terpaksa membeli daripadanya.
Walau bagaimanapun perusahaan monopoli sering membuat iklan. Iklan tersebut bukanlah
bertujuan untuk menarik pembeli, tetapi untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat.

3. Faktor-faktor Yang Menimbulkan Monopoli


Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan wujudnya pasar (perusahaan) monopoli, yaitu:
 Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik dan tidak
dimiliki oleh perusahaan lain.
 Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi (economicsof
scale) hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi.
40
 Monopoli wujud dan berkembang melalui UUD, yaitu pemerintah memberi hak
monopoli kepada perusahaan tersebut. Peraraturan seperti itu adalah peraturan hak paten
dan hak cipta serta hak usaha eksklusif
 Ukuran pasar begitu kecil untuk dilayani lebih dari satu perusahaan yang
mengoperasikannya skala perusahaan optimum.

4. Kelemahan dan Kelebihan Pasar Monopoli


a. Kelebihan
Kelebihan dari pasar monopoli yaitu: tidak akan timbul perusahaan-perusahaan yang
kecil sehingga perusahaan monopoli akan semakin besar, mampu melakukan penelitian dan
pengembangan produk, dapat meningkatkan dayasaing diperoleh karna kemampuan efesiensi,
mudah mengontrol kepentingan orang banyak bila monopoli dilakukan negara, dapat
meningkatkan inovasi atau penemuan-penemuan baru bila monopoli terbentuk karna
pemberian hak cipta dan hak paten.

b. Kelemahan
Kelemahan pasar monopoli yaitu: menimbulkan ketidak adilan karena keuntungan
banyak dinikmati oleh seorang produsen dengan adanya monopoli tentunya kita tidak ada
pilihan lagi untuk membeli barang yang sama pada tempat atau perusahaan yang berbeda,
biaya produksi menjadi tidak efisien karena perusahaan monopoli tidak memanfaatkan secara
penuh penghematan ongkos produksi atau sering disebut timbulnya pemborosan dengan
adanya pasar monopoli konsumen merasa berat, karena harus membeli barang dengan harga
sangat tinggi.

5. Macam-macam Pasar Monopoli


a. Monopoli Alamiah.
Monopoli alami adalah kegiatan monopoli yang di timbulkan oleh adanya faktor alam.
Alam di suatu daerah dapat memberikan kemungkinan yang tidak dimiliki oleh daerah lain,
yaitu sumber alami dari suatu barang atau produk atau jasa yang di hasilkan khusus di daerah
tersebut dan tidak dimiliki oleh daerah lainnya.

b. Monopoli Masyarakat.
Monopoli masyarakat dapat terjadi jika masyarakat mempunyai kepercayaan secara
khusus terhadap suatu produk. Contohnya, obat batuk merek “B” mampu menguasai pasar
dikarenakan kemanjuran khasiat obat tersebut. Maka akan membuat masyarakat tidak mau
berpindah ke merek yang lain

c. Monopoli karena Kemampuan Efisiensi.


Monopoli ini terjadi jika suatu perusahaan mampu memproduksi dengan biaya yang
sangat murah. Sehingga dapat menjual produk tersebut dengan harga yang murah pula.
Dikarenakan perusahaan lain tidak mampu untuk memproduksi dengan biaya semurah itu
maka perusahaan tersebut dapat memonopoli (menguasai) pasar. Monopoli ini secara umum
dipegang oleh perusahaan yang mempunyai modal yang besar dan dikelola secara modern.

d. Monopoli karena Penguasaan Bahan Baku.


Jika suatu perusahaan mampu menguasai bahan baku tertentu (contohnya, gandum)
dengan berperan sebagai importir tunggal. Kemudian perusahaan tersebut tidak bersedia untuk
menjual gandumnya kepada perusahaan lain, malainkan untuk diolah sendiri menjadi tepung.
Maka dapat dipastikan perusahaan tersebut akan mengusai industri pembuat tepung terigu.

41
e. Monopoli Undang - Undang.
Monopoli undang –undang adalah monopoli yang di timbulkan oleh adanya undang –
undang yang menjamin sebuah perusahaan untuk dapat menguasai semua produk, barang, jasa
dan penjualannya kepada pembeli. Misalnya saja monopoli oleh PT KAI, dan PT PLN dalam
penjualannya pada pembeli. PT Kereta Api Indonesia memonopoli eksploitasi semua angkutan
kereta api. PT PLN mampu memonopoli pengadaan serta memonopoli penjualan listrik
kepada konsumen di dalam negeri. Kesemuanya itu adalah beberapa contoh dari monopoli
yang di timbulkan dengan mendapat jaminan dari undang – undang oleh pemerintah kepada
sebuah perusahaan untuk menjalankan proses penjualannya. Monopoli undang-undang dapat
muncul karena adanya pemberlakuan dalam kebijakan atau undang-undang tertentu. Monopoli
undang-undang ada beberapa bentuk sebagai berikut.

f. Monopoli Negara.
Monopoli negara adalah monopoli yang diberlakukan oleh negara dalam rangka
menalayani kepentingan secara umum. Monopoli negara dilakukan dengan cara mendirikan
perusahaan negara, contohnya seperti PT Pos Indonesia dalam penjualan perangko, PLN
(Perusahaan Listrik Negara), Pertamina (Perusahaan Pertambangan Minyak Nasional), PT KAI
(Kereta Api), dan lain sebagainya.

6. Pasar Oligopoly
Pasar oligopoly adalah pasar yang didalamnya terdapat beberapa penjual terhadap 1
komoditi sehingga tindakan 1 penjual akan mempengaruhi tindakan penjual lainnya. Jika
produknya homogen disebut oligopoli murni (pure oligopoly). Jika produknya berbeda corak
disebut oligopoli beda corak (differentiated oligopoly).
Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang
terikat dengan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk
pesaing mereka. Sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan
harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing
mereka.
Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan
perusahaan-perusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan
melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat
maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga
diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada. Struktur pasar
oligopoli umumnya terbentuk pada industri-industri yang memiliki capital intensive yang
tinggi, seperti, industri semen, industri mobil, dan industri kertas.
Asumsi yang mendasari kondisi di pasar oligopoli adalah pertama, penjual sebagai price
maker. Penjual bukan hanya sebagai price maker, tetapi setiap perusahaan juga mengakui
bahwa aksinya akan mempengaruhi harga dan output perusahaan lain, dan sebaliknya. Kedua,
penjual bertindak secara strategik. Asumsi ketiga, kemungkinan masuk pasar bervariasi dari
mudah (free entry) sampai tidak mungkin masuk pasar (blockade), dan asumsi keempat
pembeli sebagai price taker. Setiap pembeli tidak bisa mempengaruhi harga pasar.
Pasar oligopoli model kurva patah diformulasikan oleh Sweezy. Dalam model ini
keseimbangan perusahaan ditentukan pada waktu garis permintaan yang dihadapi produsen
patah. Karena pada tingkat ini berarti MR yang dihadapi produsen sama besar dengan MC-nya,
memang secara umum dapatlah diutarakan bahwa kurva MR dapat berpotongan dengan kurva
MC di mana saja pada bagian kurva MR yang patah. Hal ini bermakna bahwa adanya
perubahan struktur biaya produksi tidak akan berpengaruh terhadap tingkat output dan harga
keseimbangan perusahaan. Berbentuk patah kurva permintaan yang dihadapi oligopolis ini
mencerminkan perilaku oligopolis di pasar, yaitu apabila ia menurunkan tingkat harga jual,
maka ia mengharapkan produsen pesaingnya akan mengikuti kebijaksanaannya. Akan tetapi
42
kalau ia menaikkan harga jual maka produsen pesaingnya tidak akan mengikuti kebijaksanaan.
Bentuk kurva permintaan yang patah adalah manifestasi dari adanya ketidakpastian oligopolis
terhadap perkiraan perusahaan pesaing apabila ia menurunkan tingkat harga jual. Model ini
dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa dalam pasar oligopoli tingkat harga output yang
terjadi di pasar cenderung tetap tidak berubah-ubah.
Menurut Sweezy, ciri reaksi oligopolis jika terjadi perubahan harga adalah jika suatu
oligopolis menurunkan harga maka oligopolis cenderung juga akan menurunkan harga karena
tidak mau kehilangan konsumen dan jika oligopolis menaikkan harga maka akan kehilangan
konsumen karena oligopolis lain tidak menaikkan harga dan akan mendapat tambahan
konsumen dengan tanpa melakukan reaksi apapun. Hal ini menyebabkan kurva permintaan
yang dihadapi oligopolis merupakan kurva yang patah (kinked demand curve). Karakteristik
pasar oligopoly :
 Hanya terdapat sedikit perusahaan dalam industry.
 Produknya homogen atau terdiferensiasi.
 Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi.
 Kompetisi non harga.

Penyebab terbentuknya pasar oligopoly :


 Efisiensi skala besar di dalam efisiensi teknis (teknologi) dan efisiensi ekonomi (biaya
produksi). Profit hanya bisa tercipta apabila perusahaan mampu mencapai tingkat
efisiensi. Efisiensi teknis menyangkut pada penggunaan teknologi dalam proses
produksi. Kemampuan produsen dalam menempatkan sumber daya secara optimal.
Efisiensi ekonomi menyangkut pada biaya produksi. Bagaimana mengatur biaya pada
komposisi yang tepat sehingga harga yang dipasarkan merupakan harga yang bisa
diterima pasar dan produsen.

7. Ciri-ciri Pasar Oligopoli


a. Terdapat banyak pembeli di pasar. Umumnya dalam pasar oligopoly adalah produk-
produk yang memiliki pangsa pasar besar dan merupakan kebutuhan sehari-hari, seperti
semen, Provider telefon selular, air minum, kendaraan bermotor, dan sebagainya.
b. Hanya ada beberapa perusahaan(penjual) yang menguasai pasar.
c. Umumnya adalah penjual-penjual (perusahaan) besar yang memiliki modal besar saja
(konglomerasi). Karena ada ketergantungan dalam perusahaan tersebut untuk saling
menunjang. Contoh: bakrie group memiliki pertambangan, property, dan perusahaan
telefon seluler (esia).
d. Produk yang dijual bisa bersifat sejenis, namun bisa berbeda mutunya.
Perusahaan mengeluarkan beberapa jenis sebagai pilihan yang berbeda atribut, mutu atau
fiturnya. Hal ini adalah alat persaingan antara beberapa perusahaan yang mengeluarkan
beberapa jenis produk yang sama, atau hamper sama di dalam pasar oligopoly
e. Adanya hambatan bagi pesaing baru. Perusahaan yang telah lama dan memiliki pangsa
pasar besar akan memainkan peranan untuk menghambat perusahaan yang baru masuk ke
dalam pasar oligopoly tersebut. Diantaranya adalah bersifat kolusif, dimana antar pesaing
dalam pasar oligopoly membuat beberapa kesepakatan masalah harga, dan lain-lain.
Perusahaan baru akan sulit masuk pasar karena produk yang mereka tawarkan meskipun
mutu dan harganya lebih unggul, tapi peranan Brand image melalui periklanan
mengalahkan hal tersebut.
f. Adanya saling ketergantungan antar perusahaan (produsen). Keuntungan yang
didapatkan bergantung dari pesaing perusahaan tersebut. Yaitu adanya tarik menarik
pangsa pasar (Market share) untuk mendapatkan profit melalui harga jual bersaing
sehingga tidak ada keuntungan maksimum.

43
g. Advertensi (periklanan) sangat penting dan intensif. Untuk menciptakan brand image,
menarik market share dan mencegah pesaing baru.

8. Peranan Koperasi dalam Pasar Jenis Oligopoly.


a. Regulasi/Price agreement.
Untuk mencegah persaingan harga yang ekstrim, beberapa perusahaan atau pemerintah
menetapkan aturan mengenai harga standar sehingga tidak ada persaingan harga yang
mencolok.
Peran koperasi di didalam pasar oligopoly adalah sebagai retailer (pengecer),
dikarenakan untuk terjun ke dalam pasar oligopoly ini diperlukan capital intensive (modal yang
tinggi). Koperasi dapat berperan sebagai pengecer produk berbagai jenis dari beberapa
produsen. Keuntungan diperoleh dari laba penjualan.
Contoh kasusnya adalah persaingan antar perusahaan telekomunikasi seluler yang tidak
mempunyai etika dalam mempromosikan produknya. Baik di media cetak maupun elektronik.
Mereka secara tidak langsung menyindir pesaingnya dengan iming-iming tarif telepon yang
lebih murah, padahal harga murah belum tentu kualitasnya juga bagus karena banyak
perusahaan telekomunikasi seluler yang mempromosikan tarif murah namun kualitasnya juga
murahan. Misalnya tarif telepon gratis dari pukul 00.00 – 08.00, kenyataannya memang gratis
namun tiap 10 menit akan putus dengan sendirinya dan untuk menelpon kembali akan sulit
menyambung. Adapun operator yang menetapkan tarif murah namun jaringannya jelek atau
ada juga yang mengiming-imingi bonus tapi pada kenyataannya terdapat syarat dan ketentuan
yang susah. Itulah contoh dari ketidakmampuan perusahaan telekomunikasi seluler dalam
menghadapi pasar persaingan oligopoli. Mereka lebih cenderung berorientasi pada laba tanpa
melihat etika dalam berbisnis yang baik.

44

Anda mungkin juga menyukai