PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 1,
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahlan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan
tersebut, guru pasti akan melakukan interaksi sosial dengan
semua orang yang terlibat di dalam proses pendidikan. Guru
akan berhubungan langsung dengan peserta didik, teman
sejawat dan masyarakat khususnya orang tua atau wali peserta
didik. Dalam hubungan yang demikian, perbedaan pendapat,
konsepsi, pertimbangan dan lain sebagainya akan mudah
terjadi.
kode etik profesi guru yang sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat sangat diperlukan sebagai pedoman
guru dalam melaksanakan tugas kependidikannya, terlebih
dalam hal menjalin komunikasi dan interaksi sosial dengan
semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan. Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas mengenai Konsep
Dasar Etika Profesi Keguruan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah di dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana tinjauan umum konsep etika profesi keguruan?
2. Bagaimana pengertian etika dan profesi?
3. Bagaimana arti penting adanya etika profesi?
4. Bagaimanakah perkembangan etika dan kode etik profesi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui tinjauan umum konsep etika profesi keguruan.
2. Memahami pengertian etika dan profesi.
3. Memahami arti penting adanya etika profesi.
4. Mengetahui dan memahami perkembangan etika dan kode
etik profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum
1. Pengertian Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga
pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem
yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem
pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan
dikenal dengan sebutan sopan santun, tata karma, protokoler
dan lain-lain.
Maksud pedoman tidak lain untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta
terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaklu dan tidak bertentangan
dengan hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh
kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan perilaku,
adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari bahasa Yunani
ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti
yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut:
a. Drs. O. P. Simorangkir: “etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang
baik”.
b. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: “etika adalah
teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari
segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal”.
c. Drs. H. Burhanuddin Salam: “etika adalah cabang filsafat
yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan perilaku manusia dalam hidupnya”.1
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi
kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi
bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani
hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan
demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Etika secara
umum dapat dibagi menjadi:
a. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia
1
R. Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), 2-3.
dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan. 2
b. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral
dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini
bisa berwujud Bagaimana saya mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang
saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-
prinsip moral dasar. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua
bagian:
1) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri.
2) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap
dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.3
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial
tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena
kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota
umat manusia saling berkaitan.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan
manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan
(keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap
pandangan-pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun
tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka
etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau
2
Ibid., 3.
3
Ibid., 4.
bidang. Pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah
sebagai berikut:
a. Sikap terhadap sesama
b. Etika keluarga
c. Etika profesi
d. Etika politik
e. Etika lingkungan
f. Etika ideologi
Adapun sistem penilaian etika sebagai berikut:
a. Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu adalah pada
perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak susila.
b. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat
baginya atau telah mendarah daging itulah yang disebut
akhlak atau budi pekerti.4 Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila
telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti.
Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari
dalam jiwa, dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat
hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
c. Drs. Burhanuddin Salam, menjelaskan bahwa sesuatu
perbuatan dinilai pada tiga tingkat:
1) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan,
jadi masih berupa rencana dalam hati, niat.
2) Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu
pekerti.
4
Syaiful Sagata, Etika dan Moralitas Pendidikan. (Jakarta: Prenadamedia, 2013), 18
3) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu
baik atau buruk.5
5
R. Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), 5.
dan sebagainya. sejalan dengan itu, menurut De George, timbul
kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri,
sehubungan dengan istilah profesi dan professional.
Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang professional
tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.
8
Rita Mariyana, Etika Profesi Guru, 2016, 9.
tertentu yang telah menjalani pendidikan guru secara
berencana dan sistematik.
b. Hasil pendidikan memang tak mungkin dilihat dan
dirasakan dalam waktu singkat, tetapi ban dapat dilihat
dalam jangka waktu yang lama, bahkan mungkin setelah
sate generasi. Itu sebabnya proses pendidikan tidak boleh
keliru atau salah kendatipun hanya sedikit saja. Kesalahan
yang dilakukan oleh orang yang bukan ahli dalam bidang
pendidikan dapat merusak satu generasi seterusnya dan
akibatnya akan berlanjut terus. Itu sebabnya tangan-tangan
yang mengelola sistem pendidikan dari alas sampai ke
dalam kelas harus terdiri dari tenaga-tenaga profesional
dalam bidang pendidikan.
c. Sekolah adalah suatu lembaga profesional. Sekolah
bertujuan membentuk anak didik menjadi manusia dewasa
yang berkepribadian matang dan tangguh, yang dapat
dipertanggungjawabkan dan bertanggung jawab terhadap
masyarakat dan terhadap dirinya. Para lulusan sekolah pada
waktunya harus mampu bekerja mengisi lapangan kerja
yang ada. Mereka harus dipersiapkan melalui program
pendidikan di sekolah. Para orang telah mempercayakan
anak-anaknya untuk dididik di sekolah. Mereka tidak cukup
waktu untuk mendidik anaknya sebagaimana yang
diharapkan. Mereka tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk diberikan kepada
anaknya. Sebagian tanggung jawab pendidikan anak-anak
tersebut terletak di tangan para guru dan tenaga
kependidikan lainnya sebabnya para guru harus dididik
dalam profesi kependidikan, agar memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara
efisien dan efektif. Hal ini hanya mungkin dilakukan jika
kedudukan, fungsi, dan peran guru diakui sebagai suatu
profesi.
d. Sesuai dengan hakikat dan kriteria profesi yang telah
dijelaskan di muka, sudah jelas bahwa pekerjaan guru harus
dilakukan oleh orang yang bertugas selaku guru. Pekerjaan
guru adalah pekerjaan yang penuh pengabdian pada
masyarakat, dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu.
Kode etik itu mengatur bagaimana seorang guru harus
bertingkah laku sesuai dengan norma-norma pekerjaannya,
balk dalam hubungan dengan anak didiknya maupun dalam
hubungan dengan teman sejawatnya.
e. Sebagai konsekuensi logis dari pertimbangan tersebut,
setiap guru harus memiliki kompetensi profesional,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi kemasyarakatan.
Dengan demikian dia memiliki kewenangan mengajar untuk
diberikan imbalan secara wajar sesuai dengan fungsi dan
tugasnya. Dengan demikian seorang calon guru seharusnya
telah menempuh program pendidikan guru pada suatu
lembaga pendidikan tertentu.
2. Etika Kerja Guru
Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai
mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang
dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etika, pada
hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan
keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan
lingkungannya. Secara umum etika dapat diartikan sebagai
suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi
sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola
perilaku yang sebaik baiknya berdasarkan timbangan moral-
moral yang berlaku. Dengan adanya etika, manusia dapat
memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai
dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian
akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia yang
baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling
menghargai, tolong menolong, dan sebagainya.
Sebagai acuan pilihan perilaku, etika bersumber pada
norma-norma moral yang berlaku. Sumber yang paling
mendasar adalah agama sebagai sumber keyakinan yang paling
asasi, filsafat hidup (di negara kita adalah Pancasila), budaya
masyarakat, disiplin keilmuan dan profesi. Dalam dunia
pekerjaan, etika sangat diperlukan sebagai landasan perilaku
kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dengan etika
kerja itu, maka suasana dan kualitas kerja dapat diwujudkan
sehingga menghasilkan kualitas pribadi dan kinerja yang
efektif, efisien, dan produktif. Etika kerja lazimnya dirumuskan
atas kesepakatan para pendukung pekerjaan itu dengan
mengacu pada sumber-sumber dasar nilai dan moral tersebut di
atas.
Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut
kode etik. Kode etik akan menjadi rujukan untuk mewujudkan
perilaku etika dalam melakukan tugas-tugas pekerjaan. Dengan
kode etik itu pula perilaku etika para pekerja akan dikontrol.,
dinilai, diperbaiki, dan dikembangkan. Semua anggota harus
menghormati, menghayati, dan mengamalkan isi dari semua
kode etik yang telah disepakati bersama. Dengan demikian akan
terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam
melakukan tugas-tugasnya. Secara umum, kode etik ini
diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:
a. Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketent uan dan
kebijakan yang telah ditetapkan berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan
persengketaan dari para pelaksana, sehingga dapat menjaga
dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal
pekerjaan.
c. Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal
adanya kasus-kasus penyimpangan tindakan.
d. Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang
menyimpang dari ketentuan yang berlaku.9
9
Rosni Lubis, Pengembangan Kepribadian, (Malang: Wineka Media, 2018), 91.
Karena kode etik itu merupakan suatu kesepakatan bersama
dari para anggota suatu profesi, maka kode etik ini ditetapkan
oleh organisasi yang mendapat persetujuan dan kesepakatan
dari para anggotanya. Khusus mengenai kode etik guru. di
Indonesia, PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) telah
menetapkan kode etik guru sebagai salah satukelengkapan
organisasi sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PGRI.10
C. Pentingnya Etika Profesi
Etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system”. 11 Dengan
demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun
standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam
kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus
dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsipprinsip moral yang
ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai
alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara
logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari
kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang
disebut dengan “self-control”, karena segala sesuatunya dibuat
dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
10
Jaja Suteja, Etika Profesi Keguruan, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2012), 92.
11
Asmawati Burhan, Etika Umum, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2012), 4.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan
kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh
melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan
berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan
kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai
dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran
organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa
kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk
menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain
melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun
penyalah-gunaan kehlian (Wignjosoebroto, 1999).12
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi
hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana
dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan
jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.
Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah
profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi
sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang
sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-
ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun
kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional
ini.13
Pada dasarnya tujuan adanya kode etik dalam suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi
12
R.Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), 1.
13
Ibid., 2.
profesi itu sendiri. Sehingga apabila dirujuk dari hal tersebut
keberadaan kode etik profesi guru merupakan salah satu konsep
pentingnya etika profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut.
1. Menjunjung tinggi martabat profesi. Kode etik dapat menjaga
pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat, agar
merekatidak memandang rendah terhadap profesi yang
bersangkutan. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi
akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau kelakuan
anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Kesejahteraan mencakup lahir (atau material) maupun batin
(spiritual, emosional, dan mental). Kode etik umumnya memuat
larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
merugikan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan
menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorarium anggota
profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa saja yang
mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan
merugikan rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin, kode
etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada anggotanya
untuk melaksanakan profesinya.
3. Pedoman berperilaku, kode etik mengandung peraturan yang
membatasi tingkah laku yang tidak pantas dan tidak jujur bagi
para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan
anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Kode
etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,
sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggungjawab pengabdiannya dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
5. Untuk meningkatkan profesi. Kode etika memuat norma-norma
dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
6. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Kode etik
mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpartisipasi
dalammembina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang
dirancang organisasi.14
D. Perkembangan Etika dan Kode Etik Profesi
14
Umar Shiddiq, Etika Profesi Keguruan, (Tulungagung: STAI Muhammadiyah
Tulungagung, 2018), 51-53.
15
Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Bandung: Rafika Aditama, 2010), 96.
Kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang
harus diindahkan dan diamalkan oleh setiap anggotanya
dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan hidup sehari- hari di
masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk
bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan-
larangan, tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan, tidak saja dalam menjalaankan tugas profesi,
tetapi dalam pergaulan hidup sehari-hari di dalam
masyarakat.16
16
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2008), 42-43.
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan
kesejahteraan para anggotanya.
17
Ibid., 44.
a. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
18
Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Bandung: Rafika Aditama, 2010), 99.
Sering juga kita jumpai, bahwa ada kalanya negara
mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula
hanya ditujukan sebagai kode etik maka akan berubah bila
telah ada campur tangan pemerintah di dalamnya. Tentu, bila
telah menjadi peraturan, maka akan ada sanksi bagi yang
melanggarnya. Pada umumnya, karena kode etik adalah
landasan moral dan merupakan pedoman sikap, tingkah laku,
dan perbuatan dan sanksinya berupa sanksi moral. Adanya
kode etik dalam suatu organisasi profesi tertentu, menandakan
bahwa organisasi profesi itu telah mantap.19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
bahasa Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah, dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia
yang baik.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan
pokokuntuk menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian.
Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
professional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat
dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian,
sememntara orang lain melakukan hal yang sama sebagai
sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu
luang.
Karena kode etik itu merupakan suatu kesepakatan bersama
dari para anggota suatu profesi, maka kode etik ini ditetapkan
oleh organisasi yang mendapat persetujuan dan kesepakatan
dari para anggotanya. Khusus mengenai kode etik guru.
Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan
seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam
bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsipprinsip moral yang ada dan pada saat
yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk
menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional
umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut
dengan “self-control”, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dengan
penyusunan makalah ini dapat mengerti mengenai “Konsep
Dasar Etika Profesi Keguruan”. Kami menyadari bahwa masih
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu
kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini serta kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Diponegoro.
Media.
Prenadamedia.
Aditama.
Muhammadiyah Tulungagung.
Soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Publisher.
Ponorogo Press.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari sering kali
digunakan untuk menunjukkan tentang pekerjaan seseorang. Akan
tetapi hanya pekerjaan-pekerjaan yang memenuhi kriteria-kriteria
tertentu saja yang dapat dikatakan sebagai profesi. Tidak hanya itu,
karena dalam sebuah profesi itu juga ada norma-norma yang mengikat
yang sering disebut sebagai kode etik profesi. Dengan adanya etika
profesi atau kode etik guru diharapkan menjadi guru yang profesional.
Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk
menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan.
Guru dengan segala kemampuannya dan daya upayanya
mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didiknya. Sehingga tidak
salah jika kita menempatkan guru sebagai salah satu kunci
pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju dimasa yang akan
datang.Untuk itu, maka perlu adanya sebuah pedoman bersikap dan
berperilaku yang tercermin dalam tindakan nyata. Dalam makalah ini,
kami mencoba menguraikan tentang pengertian dari etika, profesi,dan
guru serta bagimana etika dalam profesi keguruan dan kode etik guru
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika, profesi, dan guru?
2. Bagaimana etika dalam profesi keguruan ?
3. Bagaimana kode etik guru indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Publishing, 2008.
Press,
Cipta, 1997
Komentar
1.
Unknown26 Agustus 2021 pukul 00.52
Hallo bosku
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Guru adalah seseorang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain.
Menjadi seorang guru tidak bisa hanya bermodalkan bisa mengajar.
Guru harus memliki beberapa keahlian khusus. Apalagi untuk menjadi
seorang guru yang profesional. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang. Guru harus menguasai tidak hanya tentang
pelajaran yang akan diajarkan. Ilmu tentang seluk beluk pendidikan
harus dikuasai agar dapat mengajar dengan baik. Menjadi seorang
guru bukanlah perkara yang mudah.
Menjadi seorang guru berarti juga menjadi seorang orang tua. Karena
guru adalah orang tua kedua bagi murid. Guru harus bisa mengemban
amanah yang telah diberikan orang tua untuk mendidik anaknya.
Untuk dapat mengemban amanah tersebut dengan baik maka guru
perlu memiliki pemahaman tentang jiwa dan watak anak didik.
Pemahaman ini bertujuan agar guru tidak salah dalam memberikan
metode pembelajaran bagi setiap muridnya.
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KODE ETIK GURU
Kode etik adalah suatu sistem norma serta aturan profesional secara
tertulis yang dengan tegas menyatakan hal baik dan juga benar yang
harus dilakukan oleh seorang yang berprofesi. Kode etik bisa juga
diartikan sebagai suatu pola aturan, tata cara, pedoman etis didalam
melakukan suatu pekerjaan. Kode etik juga bisa dibilang sebagai
kontrol dari semua aktivitas dari seseorang yang berprofesi terhadap
profesinya. Kode etik ini memiliki tujuan.Tujuan dari kode etik
sendiri adalah agar seseorang dapat memberikan jasa sebaik-baiknya
kepada pemakai jasa atau nasabahnya. Adanya kode etik akan
melindungi perbuatan seseorang yang memberikan jasa secara tidak
profesional.
Kode etik guru sendiri bisa diartikan sebagai suatu tata aturan yang
harus dimiliki oleh guru. Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan
sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang
tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan
bulat. Kode etik guru memiliki tujuan agar guru mampu
mengembangkan karakter dan budi pekerti siswa.
Jika dijabarkan tujuan dari kode etik guru adalah sebagai berikut
(1) menjunjung tinggi martabat profesi
(2) menjaga dan memelihara kesejahteraan para guru
(3) meningkatkan pengabdian guru
(4) meningkatkan mutu profesi guru
(5) meningkatkan mutu organisasi profesi guru
Kode etik ini sangat diperlukan karena kode etik adalah salah satu
cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga tiap
perseorangan dapat berlaku secara etis. Tidak hanya itu kode etik juga
merupakan sebuah pesan untuk membentuk karakter diri.
Kode etik guru ini bersumber pada (1) nilai – nilai agama dan
pancasila (2) nilai – nilai pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (3) nilai – nilai jati diri,
harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan
jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Dalam keputusan kongres XXI PGRI, nomer
VI/KONGRES/XXI/PGRI/2013 tanggal 4 Juli 2013 tentang kode etik
guru Indonesia. Menyatakan bahwa pelaksanaan tugas guru Indonesia
terwujud dan menyatu dalam prinsip “ ing ngarsa sung tuladha,
ingmadya mangun karsa, tut wuri handayani” yang memiliki arti
didepan memberi contoh, ditengah memberikan semangat, dan
dibelakang memberikan daya kekuatan. Prinsip ini adalah semboyan
dari Ki Hajar Dewantara yang ingin mengajak kita semua untuk
berperan dalam memajukan pendidikan.
Penerapan kode etik guru tidak hanya disekolah saja. Dilingkungan
masyarakat pun kode etik guru diperlukan. Karena perilaku yang
ditunjukkan oleh guru akan dicontoh oleh masyarakat. Jadi, perilaku
guru yang ditunjukkan didepan masyarakat harus perilaku yang
berbudi pekerti baik.
Pelaksanaan kode etik guru Indonesia dipertanggungjawabakan oleh
guru dan organisasi profesi guru. Guru yang melanggar kode etik guru
akan dikenai sanksi sesuai peraturan yang ada. Pemberian sanksi guru
atas rekomendasi dan wewenang dari Dewan Kehormatan Guru
Indonesia.
Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat guru hendaknya
senantiasa selau berhubungan baik dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat sekitarnya. Hal ini sangat diperlukan untuk membina
peran serta dan tanggung jawab orang tua peserta didik serta
masyarakat dalam keberhasilann pendidikan.
Guru juga hendaknya bisa memelihara hubungan dengan guru lain.
Guru lain ini adalah guru yang berlatar belakang keahlian sama dan
berlatar belakang berbeda. Tujuan dari memelihara hubungan dengan
guru lain adalah untuk menimbulkan rasa persatuan sesama guru.
Ketika guru menjadi tenaga pendidik informasi tentang peserta didik
harus diketahui oleh guru. Mendapatkan informasi tentang peserta
didik ini bisa didapatkan saat guru sedang bercengkrama dengan
masyarakat. Karena informasi tentang peserta didik berhubungan
dengan bagaimana nantinya guru akan mendidik dan
membimbingnya.
Sebagai seseorang yang digugu dan ditiru, guru hendaknya
mencontohkan kepada masyarakat untuk melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang masyarakat. Contohnya adalah guru mampu
menjelaskan kepada masyarakat pentingnya progam wajib belajar 12
tahun. Tidak hanya menjelaskan guru juga hendaknya mampu
merealisasikan progam wajib belajar 12 tahun.
Mendapatkan kepercayaan masyarakat bukanlah suatu perkara
mudah. Dalam hal ini guru bisa mendapatkannya dengan cara
meningkatkan dan mengembangakan mutu profesinya. Meningkatkan
dan mengembangkan mutu ini bisa dilakukan secara perseorangan
atau individu.
Peranan guru di era globalisasi ini sangat penting. Karena hanya
dengan bimbingan guru yang profesional dapat mencetak peserta didik
yang berkualitas, kompetetif, dan produktif. Tiga hal ini sebagai aset
peserta didik untuk menghadapi persaingan global yang semakin berat
dimasa mendatang.
Adanya kode etik guru ini sebagai pedoman bagaimana guru bersikap
dan berperilaku yang seharusnya. Baik dalam bentuk nilai moral
maupun etika ketika menjabat sebagai seorang pendidik generasi
penerus bangsa.
Sebaliknya, orang yang perilakunnya buruk di sebut orang yang tidak berakhlaq,
tidak bermoral, tidak tahu etika atau orang yang tidak berasusila. Konotasi baik
dan buruk dalam hal ini sangat bergantung pada sifat positif atau negative dari
suatu perbuatan manusia sebagai makhluk individual dalam komunitas sosialnya.
Dalam perspektif agama, perbuatan manusia didunia ini hanya ada dua pilihan
yaitu baik dan benar. Jalan yang di tempuh manusia adalah jalan lurus yang sesuai
dengan petunjuk ajaran agama dan keyakinannya, atau sebaliknya, yakni jalan
menyimpang atau jalan setan, kebenaran atau kesesatan. Itu sebuah logika binner
yang tidak pernah bertemu dan tidak pernah ada kompromi. Artinya, tidak boleh
ada jalan ketiga sebagai jalan tengah antara keduanya.
Ditinjau dari aspek pembentukan karakter, keempat istilah itu merupakan suatu
proses yang tidak pernah ada kata berhenti di dalamnya. Proses itu harus terus-
menerus di dorong untuk terus menginspirasi terwujudnya manusia –manusia
yang memiliki karakter yang baik dan mulia, yang kemudian terefleksikan ke
dalam bentuk perilaku pada tataran fakta empiric di lapangan sosial dimana
manusia tinggal.
Kesadaran terhadap arah yang positif ini menjadi penting ditanamkan, agar supaya
tugas manusia sebagai khalifatullah fi al-ardi menjadi kenyataan sesuai titah Allah
swt. Bukankah Allah telah membekali manusia berupa sebuah potensi fitri, jika
manusia mampu memeliharanya, maka ia akan mencapai drajad yang lebih mulia
dari pada malaikat.
Sebaliknya, jika tidak mampu, maka ia akan jatuh ke posisi drajad binatang dan
bahkan lebih sesat lagi. Inilah di antara argumentasinya, bahwa betapa perilaku
manusia itu harus senatiasa dibina, di bombing, di arahkan bahkan harus di
control melalui regulasi-regulasi, agar supaya manusia selalu berada di jalan yang
benar dan lurus. Untuk mewujudkan cita-cita luhur itu, memang dibutuhkan suatu
proses yang panjang sekaligus dengan cost yang tidak sedikit.
Kata Susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih
baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang
yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Pada pelaku Zina (pelacur)
misalnya sering diberi gelar sebagai Tuna Susila.
Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya.
Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih
mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan
memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu
menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing orang agar berjalan
dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat
dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.[1]
Norma tidak resmi ialah patokan yang dirumuskan secara tidak jelas di
masyarakat dan pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi warga yang bersangkutan.
Norma tersebut tumbuh dari kebiasaan bertindak yang seragam dan diterima oleh
masyarakat. Meskipun tidak diwajibkan, tetapi semua anggota sadar, bahwa
patokan tidak resmi itu harus ditaati dan mempunyai kekuatan memaksa yang
lebih besar daripada patokan resmi. Patokan tidak resmi dijumpai dalam
kelompok primer seperti keluarga, kumpulan tidak resmi, dan paguyuban.
Norma resmi ialah patokan yang dirumuskan dan diwajibkan dengan jelas dan
tegas oleh yang berwenang kepada semua warga masyarakat. Keseluruhan norma
formal ini merupakan suatu tubuh hukum yang dimiliki masyarakat modern. Jalan
untuk memperkenalkan kaidah formal/peraturan-peraturan yang telah dibuat harus
disebarluaskan. Pembuatan peraturan tersebut tidak semata-mata didasarkan pada
kebiasaan yang sudah ada, tetapi lebih sesuai dengan prinsip susila (etika) dan
prinsip ”baik dan buruk”. Dari sumber moral itu dibuatlah perundang-undangan,
keputusan, peraturan, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan
rasional yang masak mengenai tujuan yang hendak dicapai dan faktor-faktor yang
dapat menghalangi keberhasilannya.
Dalam masyarakat yang sudah maju, sebagian patokan resmi dijabarkan dalam
suatu kompleks peraturan hukum. Masyarakat adat diubah menjadi masyarakat
hukum. Kebutuhan akan peraturan hukum tidak dapat dihindari oleh negara,
lembaga kepartaian, ekonomi, lalu lintas, dan sebagainya. Seluruh hukum
positif/tertulis diperlukan demi terciptanya keseragaman bertindak bagi semua
anggota masyarakat modern.
Norma-norma Utama
Berdasarkan daya mengikat dan sanksi yang tersedia bagi para pelanggarnya,
norma utama dibagi atas enam golongan, yaitu norma kelaziman, norma hukum,
norma kesusilaan, norma agama, norma kesopanan, dan mode.
Norma Kelaziman/Folkways
Norma kelaziman, yaitu norma yang diikuti tanpa berpikir panjang, melainkan
hanya didasarkan atas tradisi atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
Folkways ini, lebih luas dari Custom. Custom, yaitu cara-cara bertindak yang
telah diterima oleh masyarakat, misalnya: cara mengangkat topi, cara duduk, cara
makan, cara-cara peminangan, dan lain-lainnya.
Norma Hukum
Norma hukum, yaitu norma yang berasal dari pemerintah berupa peraturan,
instruksi, ketetapan, keputusan, dan undang- undang. Norma hukum dapat
dibedakan menjadi 2 macam.
Adanya aturan-aturan ini, kepada orang yang melanggarnya akan mendapat sanksi
atau hukuman.
Norma Kesusilaan/Mores
Norma kesusilaan, yaitu norma yang berasal dari kebiasaan yang dibuat manusia
sebagai anggota masyarakat misalnya sopan santun dan tingkah laku.
Pengertian Etika
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-
asas akhlaq (moral). Secara terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yang
semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli.
Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.
Austin Fogothey (seperti yang dikutip Ahmad Charris Zubair) mengatakan bahwa
etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan
masyarakat sebagi antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan
hukum.
Frankena (seperti juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakan bahwa etika
sebagi cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang
moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral. Dalam Encyclopedia
Britanica , etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sistematik
mengenai sifat dasar dan konsep-konsepnilai baik, buruk, harus, benar, salah dan
sebagainya.Dari beberapa definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan empat
hal:
Dari beberapa definisi etika tersebut dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut :
Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang
dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat
dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berpikir.
Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak, yang merupakan
bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khaliq yang berarti:
a) tabiat, budi pekerti,
b) kebiasaan atau adat,
c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan
Sedangkan pengertian secara istilah, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat
pada jiwa manusia, yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal)
tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan
hukum Islam, disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu
tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk.
melekat di dalam jiwa, maka perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi
beberapa syarat, yaitu:
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek
dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak
yang mulia, yang disebut al-akhlak al-karimah. Hal ini tercantum antara lain
dalam sabda Rasulullah saw;
Macam-Macam Akhlak
a. Akhlak Wad’iyyah
Akhlak Wad’iyyah adalah norma yang mengajarkan kepada manusia dengan
berpedoman kepada olah pikir dan pengalaman manusia. manusia dengan
menggunakan akhlaknya berpikir dan bertindak kearah yang baik dan benar
dengan menjadikan akal sebagai rujukan dalam perbuatan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, akhlak, ini hanya mempunyai satu macam sanksi, yaitu sanksi
yang datang dari masyarakat (sesama manusia) semata-mata
b. Akhlak Islam
Norma keagamaan adalah akhlak yang mengajarkan akhlak kepada manusia
dengan mengambil tuntunan yang telah diberikan Allah Swt. dan Rasulullah saw.
dalam Al-Qur’an dan hadis Dengan demikian akhlak ini mempunyai dua macam
sanksi apabila dilanggar. Yang pertama adalah sanksi dari Tuhan (bersifat gaib)
dan yang kedua adalah sanksi yang datang dari masyarakat (sesama manusia).