Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 1,
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahlan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan
tersebut, guru pasti akan melakukan interaksi sosial dengan
semua orang yang terlibat di dalam proses pendidikan. Guru
akan berhubungan langsung dengan peserta didik, teman
sejawat dan masyarakat khususnya orang tua atau wali peserta
didik. Dalam hubungan yang demikian, perbedaan pendapat,
konsepsi, pertimbangan dan lain sebagainya akan mudah
terjadi.
kode etik profesi guru yang sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat sangat diperlukan sebagai pedoman
guru dalam melaksanakan tugas kependidikannya, terlebih
dalam hal menjalin komunikasi dan interaksi sosial dengan
semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan. Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas mengenai Konsep
Dasar Etika Profesi Keguruan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah di dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana tinjauan umum konsep etika profesi keguruan?
2. Bagaimana pengertian etika dan profesi?
3. Bagaimana arti penting adanya etika profesi?
4. Bagaimanakah perkembangan etika dan kode etik profesi?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui tinjauan umum konsep etika profesi keguruan.
2. Memahami pengertian etika dan profesi.
3. Memahami arti penting adanya etika profesi.
4. Mengetahui dan memahami perkembangan etika dan kode
etik profesi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum
1. Pengertian Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga
pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem
yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem
pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan
dikenal dengan sebutan sopan santun, tata karma, protokoler
dan lain-lain.
Maksud pedoman tidak lain untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta
terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaklu dan tidak bertentangan
dengan hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh
kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan perilaku,
adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari bahasa Yunani
ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti
yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut:
a. Drs. O. P. Simorangkir: “etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang
baik”.
b. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: “etika adalah
teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari
segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal”.
c. Drs. H. Burhanuddin Salam: “etika adalah cabang filsafat
yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan perilaku manusia dalam hidupnya”.1
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi
kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi
bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani
hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan
demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Etika secara
umum dapat dibagi menjadi:
a. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia

1
R. Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), 2-3.
dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan. 2
b. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral
dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini
bisa berwujud Bagaimana saya mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang
saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-
prinsip moral dasar. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua
bagian:
1) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri.
2) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap
dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.3
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial
tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena
kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota
umat manusia saling berkaitan.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan
manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan
(keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap
pandangan-pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun
tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka
etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau

2
Ibid., 3.
3
Ibid., 4.
bidang. Pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah
sebagai berikut:
a. Sikap terhadap sesama
b. Etika keluarga
c. Etika profesi
d. Etika politik
e. Etika lingkungan
f. Etika ideologi
Adapun sistem penilaian etika sebagai berikut:
a. Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu adalah pada
perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak susila.
b. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat
baginya atau telah mendarah daging itulah yang disebut
akhlak atau budi pekerti.4 Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila
telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti.
Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari
dalam jiwa, dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat
hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
c. Drs. Burhanuddin Salam, menjelaskan bahwa sesuatu
perbuatan dinilai pada tiga tingkat:
1) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan,
jadi masih berupa rencana dalam hati, niat.
2) Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu
pekerti.

4
Syaiful Sagata, Etika dan Moralitas Pendidikan. (Jakarta: Prenadamedia, 2013), 18
3) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu
baik atau buruk.5

Dari sistematika diatas, kita bisa melihat bahwa etika


profesi merupakan bidang etika khusus atau terapan yang
merupakan produk dari etika sosial. Kata hati atau niat biasa
juga disebut karsa atau kehendak, kemauan. Isi dari karsa inilah
yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal
merealisasikan ini ada 4 (empat) variabel yang terjadi:
a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya kelihatan baik.
c. Tujuannya tidak baik, cara mencapainya juga tidak baik.
d. Tujuannya baik, cara mencapainya juga terlihat baik.
2. Pengertian Profesi
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa
suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat
dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak
orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja
yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup
disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang
mendasari praktek pelaksanaan dan hubungan antara teori dan
penerapan dalam praktek.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-
bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara,
dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang
seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris,

5
R. Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), 5.
dan sebagainya. sejalan dengan itu, menurut De George, timbul
kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri,
sehubungan dengan istilah profesi dan professional.
Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang professional
tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.

Berikut pengertian profesi dan professional menurut De


George:
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan
pokokuntuk menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian.
Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
professional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat
dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian,
sememntara orang lain melakukan hal yang sama sebagai
sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu
luang.
Perlu diiingat dan fahami betul bahwa “pekerjaan/profesi”
dan “professional” terdapat beberapa perbedaan:
a. Profesi
1) Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
2) Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan
utama (purna waktu).
3) Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup
4) Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang
mendalam.
b. Profesional
1) Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
2) Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau
kegiatannya itu.
3) Hidup dari situ.
4) Bangga akan pekerjaannya.
Adapun ciri-ciri profesi sebagai berikut:
a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman yang bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standart moral yang sangat tinggi. Hal
ini biasanyasetiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya
pada kode etik profesi.
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di
bawah kepentingan masyarakat.
d. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap
profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan
masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup, dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus
terlebih dahulu ada izin khusus.
e. Kaum professional biasanya menjadi anggota dari suatu
profesi.6
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi diatas, kita dapat
menyimpulkan bahwa kaum professional adalah orang-orang
yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata-rata.
Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat,
tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku
yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat.7
B. Pengertian Etika Dan Profesi
1. Profesi Keguruan
Apakah pekerjaan guru (tenaga kependidikan) dapat disebut
sebagai suatu profesi? Pertanyaan ini muncul karena masih ada
pihak yang berpendapat bahwa pekerjaan kependidikan bukan
suatu profesi tersendiri. Berbagai alasan yang mereka
kemukakan antara lain, bahwa setiap orang dapat menjadi guru
asalkan telah mengalami jenjang pendidikan tertentu ditambah
dengan sedikit pengalaman mengajar. Karena itu seorang dapat
saja mengajar di TK sampai dengan perguruan tinggi, jika dia
telah mengalami pendidikan tersebut dan telah memiliki
pengalaman mengajar di kelas.
Selain dan itu, ada beberapa bukti bahwa pendidikan dapat
saja berhasil walaupun si pengajarnya tidak pernah belajar ilmu
pendidikan dan keguruan. Banyak orang tua seperti pedagang,
6
Shilphy A. Octavia, Sikap dan Kinerja Guru Profesional, (Yogyakarta: CV Budi Utama,
2019), 2-3.
7
R. Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), 7.
petani, dan sebagainya yang telah mendidik anak-anak mereka
dan berhasil, padahal dia sendiri tidak pernah mengikuti
pendidikan guru dan mempelajari ilmu mengajar. Sebaliknya,
tidak sedikit guru atau tenaga kependidikan lainnya atau sarjana
pendidikan yang tidak berhasil mendidik anaknya. Jadi, kendati
seseorang telah dididik menjadi guru, namun belum menjadi
jaminan bahwa anaknya akan terdidik baik.
Kritik lain yang sering dilontarkan ialah, hasil pendidikan di
sekolah tidak dapat segera dilihat hasilnya, berbeda dengan
profesi kedokteran atau teknologi pertanian misalnya.
Pandangan di atas dinilai terlalu picik. Profesi guru hendaknya
dilihat dalam hubungan yang luas. Sejumlah rekomendasi dapat
dikemukakan sebagai berikut8:
a. Peranan pendidikan harus dilihat dalam konteks
pembangunan secara menyeluruh, yang bertujuan
membentuk manusia sesuai dengan cita-cita bangsa.
Pembangunan tidak mungkin berhasil jika tidak melibatkan
manusianya sebagai pelaku dan sekaligus sebagai tujuan
pembangunan. Untuk menyukseskan pembangunan perlu
ditata suatu sistem pendidikan yang relevan. Sistem
pendidikan dirancang dan dilaksanakan oleh orang-orang
yang ahli dalam bidangnya. Tanpa keahlian yang memadai
maka pendidikan sulit berhasil. Keahlian yang dimiliki oleh
tenaga pendidikan, tidak dimiliki oleh warga masyarakat
pada umumnya, melainkan hanya dimiliki oleh orang-orang

8
Rita Mariyana, Etika Profesi Guru, 2016, 9.
tertentu yang telah menjalani pendidikan guru secara
berencana dan sistematik.
b. Hasil pendidikan memang tak mungkin dilihat dan
dirasakan dalam waktu singkat, tetapi ban dapat dilihat
dalam jangka waktu yang lama, bahkan mungkin setelah
sate generasi. Itu sebabnya proses pendidikan tidak boleh
keliru atau salah kendatipun hanya sedikit saja. Kesalahan
yang dilakukan oleh orang yang bukan ahli dalam bidang
pendidikan dapat merusak satu generasi seterusnya dan
akibatnya akan berlanjut terus. Itu sebabnya tangan-tangan
yang mengelola sistem pendidikan dari alas sampai ke
dalam kelas harus terdiri dari tenaga-tenaga profesional
dalam bidang pendidikan.
c. Sekolah adalah suatu lembaga profesional. Sekolah
bertujuan membentuk anak didik menjadi manusia dewasa
yang berkepribadian matang dan tangguh, yang dapat
dipertanggungjawabkan dan bertanggung jawab terhadap
masyarakat dan terhadap dirinya. Para lulusan sekolah pada
waktunya harus mampu bekerja mengisi lapangan kerja
yang ada. Mereka harus dipersiapkan melalui program
pendidikan di sekolah. Para orang telah mempercayakan
anak-anaknya untuk dididik di sekolah. Mereka tidak cukup
waktu untuk mendidik anaknya sebagaimana yang
diharapkan. Mereka tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk diberikan kepada
anaknya. Sebagian tanggung jawab pendidikan anak-anak
tersebut terletak di tangan para guru dan tenaga
kependidikan lainnya sebabnya para guru harus dididik
dalam profesi kependidikan, agar memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara
efisien dan efektif. Hal ini hanya mungkin dilakukan jika
kedudukan, fungsi, dan peran guru diakui sebagai suatu
profesi.
d. Sesuai dengan hakikat dan kriteria profesi yang telah
dijelaskan di muka, sudah jelas bahwa pekerjaan guru harus
dilakukan oleh orang yang bertugas selaku guru. Pekerjaan
guru adalah pekerjaan yang penuh pengabdian pada
masyarakat, dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu.
Kode etik itu mengatur bagaimana seorang guru harus
bertingkah laku sesuai dengan norma-norma pekerjaannya,
balk dalam hubungan dengan anak didiknya maupun dalam
hubungan dengan teman sejawatnya.
e. Sebagai konsekuensi logis dari pertimbangan tersebut,
setiap guru harus memiliki kompetensi profesional,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi kemasyarakatan.
Dengan demikian dia memiliki kewenangan mengajar untuk
diberikan imbalan secara wajar sesuai dengan fungsi dan
tugasnya. Dengan demikian seorang calon guru seharusnya
telah menempuh program pendidikan guru pada suatu
lembaga pendidikan tertentu.
2. Etika Kerja Guru
Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai
mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang
dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etika, pada
hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan
keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan
lingkungannya. Secara umum etika dapat diartikan sebagai
suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi
sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola
perilaku yang sebaik baiknya berdasarkan timbangan moral-
moral yang berlaku. Dengan adanya etika, manusia dapat
memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai
dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian
akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia yang
baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling
menghargai, tolong menolong, dan sebagainya.
Sebagai acuan pilihan perilaku, etika bersumber pada
norma-norma moral yang berlaku. Sumber yang paling
mendasar adalah agama sebagai sumber keyakinan yang paling
asasi, filsafat hidup (di negara kita adalah Pancasila), budaya
masyarakat, disiplin keilmuan dan profesi. Dalam dunia
pekerjaan, etika sangat diperlukan sebagai landasan perilaku
kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dengan etika
kerja itu, maka suasana dan kualitas kerja dapat diwujudkan
sehingga menghasilkan kualitas pribadi dan kinerja yang
efektif, efisien, dan produktif. Etika kerja lazimnya dirumuskan
atas kesepakatan para pendukung pekerjaan itu dengan
mengacu pada sumber-sumber dasar nilai dan moral tersebut di
atas.
Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut
kode etik. Kode etik akan menjadi rujukan untuk mewujudkan
perilaku etika dalam melakukan tugas-tugas pekerjaan. Dengan
kode etik itu pula perilaku etika para pekerja akan dikontrol.,
dinilai, diperbaiki, dan dikembangkan. Semua anggota harus
menghormati, menghayati, dan mengamalkan isi dari semua
kode etik yang telah disepakati bersama. Dengan demikian akan
terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam
melakukan tugas-tugasnya. Secara umum, kode etik ini
diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:
a. Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketent uan dan
kebijakan yang telah ditetapkan berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan
persengketaan dari para pelaksana, sehingga dapat menjaga
dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal
pekerjaan.
c. Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal
adanya kasus-kasus penyimpangan tindakan.
d. Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang
menyimpang dari ketentuan yang berlaku.9

9
Rosni Lubis, Pengembangan Kepribadian, (Malang: Wineka Media, 2018), 91.
Karena kode etik itu merupakan suatu kesepakatan bersama
dari para anggota suatu profesi, maka kode etik ini ditetapkan
oleh organisasi yang mendapat persetujuan dan kesepakatan
dari para anggotanya. Khusus mengenai kode etik guru. di
Indonesia, PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) telah
menetapkan kode etik guru sebagai salah satukelengkapan
organisasi sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PGRI.10
C. Pentingnya Etika Profesi
Etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system”. 11 Dengan
demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun
standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam
kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus
dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsipprinsip moral yang
ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai
alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara
logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari
kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang
disebut dengan “self-control”, karena segala sesuatunya dibuat
dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.

10
Jaja Suteja, Etika Profesi Keguruan, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2012), 92.
11
Asmawati Burhan, Etika Umum, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2012), 4.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan
kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh
melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan
berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan
kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai
dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran
organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa
kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk
menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain
melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun
penyalah-gunaan kehlian (Wignjosoebroto, 1999).12
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi
hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana
dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan
jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.
Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah
profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi
sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang
sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-
ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun
kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional
ini.13
Pada dasarnya tujuan adanya kode etik dalam suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi

12
R.Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), 1.
13
Ibid., 2.
profesi itu sendiri. Sehingga apabila dirujuk dari hal tersebut
keberadaan kode etik profesi guru merupakan salah satu konsep
pentingnya etika profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut.
1. Menjunjung tinggi martabat profesi. Kode etik dapat menjaga
pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat, agar
merekatidak memandang rendah terhadap profesi yang
bersangkutan. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi
akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau kelakuan
anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Kesejahteraan mencakup lahir (atau material) maupun batin
(spiritual, emosional, dan mental). Kode etik umumnya memuat
larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
merugikan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan
menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorarium anggota
profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa saja yang
mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan
merugikan rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin, kode
etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada anggotanya
untuk melaksanakan profesinya.
3. Pedoman berperilaku, kode etik mengandung peraturan yang
membatasi tingkah laku yang tidak pantas dan tidak jujur bagi
para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan
anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Kode
etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,
sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggungjawab pengabdiannya dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
5. Untuk meningkatkan profesi. Kode etika memuat norma-norma
dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
6. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Kode etik
mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpartisipasi
dalammembina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang
dirancang organisasi.14
D. Perkembangan Etika dan Kode Etik Profesi

1. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Kode Etik Guru

Kode adalah tanda-tanda atau simbol-simbol berupa kata-


kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-
maksud tertentu, misalnya keputusan atau kesepakatan suatu

organisasi.15 Sebagai bidang pekerjaan profesi, guru juga


memiliki kode etik, yakni kode etik guru. Meskipun demikian,
penafsiran tentang kode etik belum memiliki pengertian
yang sama.

14
Umar Shiddiq, Etika Profesi Keguruan, (Tulungagung: STAI Muhammadiyah
Tulungagung, 2018), 51-53.
15
Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Bandung: Rafika Aditama, 2010), 96.
Kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang
harus diindahkan dan diamalkan oleh setiap anggotanya
dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan hidup sehari- hari di
masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk
bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan-
larangan, tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan, tidak saja dalam menjalaankan tugas profesi,
tetapi dalam pergaulan hidup sehari-hari di dalam
masyarakat.16

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam


suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum
tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut.

a. Menjunjung tinggi martabat profesi. Kode etik


dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau
masyarakat, agar mereka tidak memandang rendah
terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karena itu,
setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai
bentuk tindak-tanduk atau kelakuan anggotanya yang
dapat mencemarkan nama baik profesi.

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para

anggotanya. Kesejahteraan mencakup lahir (atau


material) maupun batin (spiritual, emosional, dan
mental). Kode etik umumnya memuat larangan-larangan

16
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2008), 42-43.
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan
kesejahteraan para anggotanya.

c. Pedoman berperilaku, kode etik mengandung peraturan

yang membatasi tingkah laku yang tidak pantas dan


tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi
dengan sesama rekan anggota profesi.

d. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan


pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggungjawab pengabdiannya dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota
profesi dalam menjalankan tugasnya.

e. Untuk meningkatkan profesi. Kode etika memuat


norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian
para anggotanya.

f. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Kode

etik mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif


berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan
kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.17

Sedangkan fungsi dari kode etik guru adalah:

17
Ibid., 44.
a. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.

b. Sebagai saran kontrol sosial bagi masyarakat atas


profesi yang bersangkutan.

c. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi


profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan
profesi.18

2. Penetapan Kode Etik dan Sanksi Pelanggarannya

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu


organisasi profesi yang berlaku dengan mengikat para
anggotanya, lazimnya dilakukan pada suatu kongres organisasi
profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh
dilakukan secara perorangan, tetapi harus dilakukan oleh
organisasi, sehingga orang-orang yang bukan atau tidak
menjadi anggota profesi, tidak dapat dikenakan aturan yang
ada dalam kode etik tersebut. Kode etik hanya akan
mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan
disiplin di kalangan profesi tersebut. Apabila setiap orang
yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung
dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah
ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara
murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan
pelanggaran serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.

18
Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Bandung: Rafika Aditama, 2010), 99.
Sering juga kita jumpai, bahwa ada kalanya negara
mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula
hanya ditujukan sebagai kode etik maka akan berubah bila
telah ada campur tangan pemerintah di dalamnya. Tentu, bila
telah menjadi peraturan, maka akan ada sanksi bagi yang
melanggarnya. Pada umumnya, karena kode etik adalah
landasan moral dan merupakan pedoman sikap, tingkah laku,
dan perbuatan dan sanksinya berupa sanksi moral. Adanya
kode etik dalam suatu organisasi profesi tertentu, menandakan
bahwa organisasi profesi itu telah mantap.19

Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan


dinilai oleh suatu dewan kehormatan atau komisi yang
dibentuk secara khusus. Namun demikian, dalam
praktiknya kontrol etika sering tidak berjalan secara mulus
karena rasa solidaritas sesama anggota profesi. Seorang
professional terkadang segan melaporkan teman sejawat yang
melakukan pelanggaran. Tetapi dengan perilaku semacam itu,
solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi.20

3. Kode Etik Guru Indonesia

Setiap profesi memiliki kode etik yang disepakati dan


dijunjung tinggi termasuk guru. Berdasarkan UUD 1945,
pemerintah RI menetapkan kode etik guru sebagai berikut:

a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk


membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa
Pancasila.
19
Soetjipto, Profesi Keguruan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 33.
20
Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Bandung: Rafika Aditama, 2010), 98.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta
didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan
pembinaan.

d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya


yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua


murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran
serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap
pendidikan.

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama


mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya.

g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat


kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

h. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan


pemerintah dalam bidang pendidikan.21

Dengan adanya kode etik guru di Indonesia, diharapkan


dapat memajukan pendidikan nasional, sebab kode etik guru
ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dari para
anggota profesi guru. Apalagi saat ini profesionalitas guru
masih banyak dipertanyakan, banyak berita tentang guru
yang dimuat di media massa, yang ironisnya kebanyakan
berita cenderung memojokkan posisi guru. Tidak dapat
21
Miftahul Ulum, Demitologi Profesi Guru (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2011), 25.
dipungkiri memang ada beberapa oknum guru yang
melakukan pelanggaran dan bertindak tidak professional,
atau melanggar kode etiknya. Oleh karena itu, seorang
guru harus benar-benar menjadi sosok yang digugu dan
ditiru, baik oleh para siswanya maupun oleh masyarakat.
Mematuhi kode etik berarti guru tersebut bertindak dan
menjalankan tugasnya di atas rel kode etik yang telah
dirumuskan dan disepakati bersama.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
bahasa Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah, dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia
yang baik.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan
pokokuntuk menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian.
Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
professional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat
dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian,
sememntara orang lain melakukan hal yang sama sebagai
sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu
luang.
Karena kode etik itu merupakan suatu kesepakatan bersama
dari para anggota suatu profesi, maka kode etik ini ditetapkan
oleh organisasi yang mendapat persetujuan dan kesepakatan
dari para anggotanya. Khusus mengenai kode etik guru.
Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan
seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam
bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsipprinsip moral yang ada dan pada saat
yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk
menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional
umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut
dengan “self-control”, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dengan
penyusunan makalah ini dapat mengerti mengenai “Konsep
Dasar Etika Profesi Keguruan”. Kami menyadari bahwa masih
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu
kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini serta kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Burhan, Asmawati. 2012. Etika Umum. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Isnanto, R. Rizal. 2009. Buku Ajar Etika Profesi. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Lubis, Rosni. 2018. Pengembangan Kepribadian. Malang: Wineka

Media.

Mariyana, Rita. 2016. Etika Profesi Guru.

Mulyasa. E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Octavia, Shilphy A. 2019. Sikap dan Kinerja Guru Profesional.

Yogyakarta: CV Budi Utama.

Sagata, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan. Jakarta:

Prenadamedia.

Saondi, Ondi. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Rafika

Aditama.

Shiddiq, Umar. 2018. Etika Profesi Keguruan. Tulungagung: STAI

Muhammadiyah Tulungagung.
Soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suteja, Jaja. 2012. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Deepublish

Publisher.

Ulum, Miftahul. 2011. Demitologi Profesi Guru. Ponorogo: STAIN

Ponorogo Press.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari sering kali
digunakan untuk menunjukkan tentang pekerjaan seseorang. Akan
tetapi hanya pekerjaan-pekerjaan yang memenuhi kriteria-kriteria
tertentu saja yang dapat dikatakan sebagai profesi. Tidak hanya itu,
karena dalam sebuah profesi itu juga ada norma-norma yang mengikat
yang sering disebut sebagai kode etik profesi. Dengan adanya etika
profesi atau kode etik guru diharapkan menjadi guru yang profesional.
Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk
menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan.
Guru dengan segala kemampuannya dan daya upayanya
mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didiknya. Sehingga tidak
salah jika kita menempatkan guru sebagai salah satu kunci
pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju dimasa yang akan
datang.Untuk itu, maka perlu adanya sebuah pedoman bersikap dan
berperilaku yang tercermin dalam tindakan nyata. Dalam makalah ini,
kami mencoba menguraikan tentang pengertian dari etika, profesi,dan
guru serta bagimana etika dalam profesi keguruan dan kode etik guru
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika, profesi, dan guru?
2. Bagaimana etika dalam profesi keguruan ?
3. Bagaimana kode etik guru indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, profesi


a. Pengertian etika
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani)
yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu
subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh
individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline
which can act as the performance index or reference for our control
system”.
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani)
yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Etika berkaitan
dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah
atau benar, buruk atau baik.[1]Sedangkan jika ditinjau dari bahasa
latin etika adalah “ethnic”, yang berarti kebiasaan, serta dalam
bahasa Greec “Ethikos” yang berarti a body of moral principles or
values.[2]
Secara bahasa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan
masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai
baik dan mana yang jahat.
Secara istilah, banyak ahli yang berbicara dari sudut pandang
yang berbeda. Dari hal ini lahirlah definisi etika menurut para ahli
yaitu sebagai berikut:
a. Drs. O. P. Simorangkir
Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik.
c. Drs. H. Burhanudin Salam
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma
yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya..
d. Ahmad Amin
Etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.
Jadi etika adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia yang dapat dinilai mana yang baik dan mana yang buruk
yang direfleksikan dalam bentuk aturan (kode) tertulis yang sengaja
dibuat secara sistematis berdeasarkan prinsip-prinsip moral yang ada,
serta pada saat dibutuhkan sehingga bisa berfungsi sebagai alat untuk
menghakimi tindangan penyimpangan dari kode etik.
b. Pengertian profesi
Secaraestimologi, istilahprofesiberasal dari
bahasaInggrisyaituprofession ataubahasa latin, profecus, yang
artinyamengakui, adanyapengakuan, menyatakanmampu,
atauahlidalammelakukansuatupekerjaan. Sedangkansecaraterminologi,
profesiberartisuatupekerjaan yang
mempersyaratkanpendidikantinggibagipelakunya yang
ditekankanpadapekerjaan mental;
yaituadanyapersyaratanpengetahuanteoritissebagaiinstrumenuntukmel
akukanperbuatanpraktis, bukanpekerjaanmanual (Danin, 2002). Jadi
suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan,
keahlian, dan persiapan akademik.
Secara bahasa profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian, keterampilan, kejuruan, dan sebagainya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah profesionalisasi
ditemukan sebagai berikut:[3]
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.
Profesional adalah:
a. Bersangkutan dengan profesi.
b. Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
c. Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
Pengertian profesi menurut Dr. Sikun Pribadi adalah “ profesi
itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka,
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau
pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil
untuk menjabat pekerjaan itu.[4]
Selanjutnya, Volmel dan Mills dalam Soecipto (2005),
mendefenisikan profesi sebagai suatu spesialisasi dari jabatan
intelektual yang diperoleh melalui studi dan training yang bertujuan
untuk mensuplai keterampilan melalui pelayanan dan bimbingan pada
orang lain.[5]
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah
suatu kepandaian khusus yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh
melalui pendidikan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk
menjabat pekerjaan tersebut.
Syarat-syarat profesi guru:
Menurut Desi Reminsa, ada beberapa syarat untuk menjadi
guru ideal, antara lain:
1) Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
2) Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
3) Keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi
pembelajaran
4) Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
5) Kemampuan meorganisasi dan mencari problem solving(pemecahan
masalah)
6) Kreatif
7) Memiliki seni dalam mendidik.[6]
B. Kode etik profesi keguruan
Setiap profesi harus mempunyai kode etik profesi. Sama halnya
dengan kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juag belum
memiliki pengertian yang sama. Sebagai contoh, dapat dicantumkan
beberapa kode etik, antara lain sebagai berikut :
1. Pengertian Kode etik profesi
Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai
pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma
yang dianut oleh sekelompok orang tertentu. Kode etik suatu proses
yang merupakan norma-norma yang harus diamalkan oleh setiap
anggotanya dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan hidup sehari-hari
di masyarakat (E. Mulyasa, 2007: 43).
Norma-norma tersebut berarti petunjuk-petunjuk tentang
bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan
tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesi, tetapi juga dalam kehidupan sehari-
hari di masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa etika profesi
keguruan, norma dan batasan-batasan yang harus dipatuhi oleh
seorang guru dalam tindakan serta perbuatannya.
Kode etik guru Indonesia berfungsi sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas
pengabdiannya sebagai guru. Baik didalam maupun diluar sekolah
serta dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat. Kode etik guru
Indonesia merupakan alat yang penting untuk membentuk sikap
profesionalisme para anggota profesi keguruan.
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Menjunjung tinggi martabat profesi
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
3. Sebagai pedoman berperilaku
4. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
5. Untuk meningkatkan mutu profesi
6. Untuk meningkatka mutu organisasi.
Jadi bisa disimpulkan bahwa tujuan suatu profesi menyusun kode
etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggotanya, meningkatkan pengabdian
anggota profesi dan meningkatkan mutu profesi dan organisasi
profesi.[7]
a. Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu
oraganisasi profesi yang berlaku dan mengikat para anggotanya.
Penetapan kod etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi
profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan
oleh orang secara perorangan, melainkan harus di lakuakan oleh
orang-orang yang di utus untuk dan atas nama anggota-anggota
profesi dari organisasi tersebut. Dengan demikian, jelas bahwa orang-
orang yang bukan atau tidak menjadi anggota profesi tersebut, tidak
dapat dikenakan aturan yang ada dalam kode etik suatu profesi hanya
akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di
kalangan profesi tersebut.
Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI
dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam
maupun di luar sekolah srta dalam kehidupan sehari-hari
dimasyarakat.[8]
Berbicara mengenai “kode etik guru indonesia” berarti kita
membicarakan guru di negara kita. Guru di indonesia menyadari
bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap tuhan yang
maha Esa. Bangsa dan negara serta kemanusiaan. Berikut akan
dikemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil rumusan Kongres
Guru ke XVI tahun 1989 di jakarta. Terdiri dari sembilan item, yaitu:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah dengan sebaik-baiknya sebagai
usaha menunjang keberhasilan proses belajar mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat disekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan seprofesinya, semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
(Sumber : Kongres Guru ke XVI tahun 1989 di Jakarta)
Kode etik guru ini merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai
barometer dari semua sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi
kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.[9]
C. Konsep Dasar Etika Profesi
(Soetjipto,1999) Tuntutan dasar etika profesi luhur yang
pertama ialah agar profesi itu dijalankan tanpa pamrih. Dr. B. Kieser
menuliskan:
“Seluruh ilmu dan usahanya hanya demi kebaikan pasien/klien.
Menurut keyakinan orang dan menurut aturan-aturan kelompok
(profesi luhur), para profesional wajib membuktikan keahlinan mereka
semata-mata kepada kepentingan yang mereka layani, tanpa
menghitung untung ruginya sendiri. Sebaliknya, dalam semua etika
profesi, cacat jiwa pokok dari seorang profe-sional ialah bahwa ia
mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan klien.”
Yang kedua adalah bahwa para pelaksana profesi luhur ini
harus memiliki pegangan atau pedoman yang ditaati dan diperlukan
oleh para anggota profesi, agar kepercayaan para klien tidak
disalahgunakan. Selanjutnya hal ini kita kenal sebagai kode etik.
Mengingat fungsi dari kode etik itu, maka profesi luhur menuntut
seseorang untuk menjalankan tugasnya dalam keadaan apapun tetap
menjunjung tinggi tuntutan profesinya.
Kesimpulannya adalah jabatan guru juga merupakan sebuah
profesi. Namun demikian profesi ini tidak sama seperti profesi-profesi
pada umumnya. Bahkan boleh dikatakan bahwa profesi guru adalah
profesi khusus luhur. Mereka yang memilih profesi ini wajib
menginsafi dan menyadari bahwa daya dorong dalam bekerja adalah
keinginan untuk mengabdi kepada sesama serta menjalankan dan
menjunjung tinggi kode etik yang telah diikrarkannya, bukan semata-
mata segi materinya belaka.[10]
BAB III
KESIMPULAN

Secara bahasa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan


masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai
baik dan mana yang jahat. Secara istilah etika adalah ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia yang dapat dinilai mana
yang baik dan mana yang buruk yang direfleksikan dalam bentuk
aturan (kode) tertulis yang sengaja dibuat secara sistematis
berdeasarkan prinsip-prinsip moral yang ada, serta pada saat
dibutuhkan sehingga bisa berfungsi sebagai alat untuk menghakimi
tindangan penyimpangan dari kode etik.
Secara bahasa profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian, keterampilan, kejuruan, dan sebagainya.
Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai
pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma
yang dianut oleh sekelompok orang tertentu. Kode etik suatu proses
yang merupakan norma-norma yang harus diamalkan oleh setiap
anggotanya dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan hidup sehari-hari
di masyarakat
Konsep dasar etika profesi keguruan menurut (Soetjipto,1999)
Tuntutan dasar etika profesi luhur yang pertama ialah agar profesi itu
dijalankan tanpa pamrih.

DAFTAR PUSTAKA

Asdiqoh, Siti, Etika Profesi Keguruan, Yogyakarta: Trus Media

Publishing, 2008.

Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,

Jakarta: Bumi Aksara, 2002

Herawati, Susi, Etika dan Profesi keguruan, Batusangkar: STAIN

Press,

Nurdin, Syafruddin & Usman, Basyiruddin, Guru Profesinal dan Implementasi

Kurikulum, Jakarta:Ciputat Press, 2002


http://biotechs.wordpress.com/2011/02/01/etika-profesi-guru/

Salam, Burhanuddin, Etika Individual Pola DasarFilsafat, Jakarta: Rineka

Cipta, 1997

[1][1]Drs. Burhanuddin Salam, M. M, Etika Individual Pola


Dasar Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm.3
[2]Susi Herawati, S.Ag.,M.Pd, Etika dan Profesi Keguruan,
(Batusangkar: STAIN Press, 2009), hlm.1
[3]Dr. Syafruddin Nurdin, M.Pd dan Drs. Basyiruddin Usman,
M.Pd, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), h. 14
[4]Prof.Dr. Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan
Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.1
[5]susi Herawati, S.Ag.,M.Pd, Op.Cit, h.4
[6]Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif,
Kreatif, dan Inivatif, (Yogyakarta: Diva Press,2010)hlm. 32.
[7]Dra. Siti asdiqoh, M.Si, Etika Profesi Keguruan,
(Yogyakarta: Trus Media Publishing, 2012)h. 1-3
[8]Ibid, hlm. 30-33.
[9]Dra. Siti asdiqoh, M.Si, Etika Profesi Keguruan,
(Yogyakarta: Trus Media Publishing, 2012)h. 4-5
[10] http://biotechs.wordpress.com/2011/02/01/etika-profesi-
guru/

Komentar

1.
Unknown26 Agustus 2021 pukul 00.52

Hallo bosku

Untuk anda pecinta togel yang sedang kebingungan untuk


mencari angka jitu untuk di betting di berbagai pasaran, Anda
sangat tepat jika membaca komentar ini^^. Seperti uang yang
jatuh dari langit, permainan togel sangatlah menjadi primadona
bagi Anda yang kebingungan untuk mencari tambahan dana
untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan modal betting yang sangat
kecil dan jackpot yang diberikan oleh bandar togel online yang
sangat besar, akan membuat Anda menjadi sultan dalam waktu
yang singkat.

Tetapi, semua itu tidak lepas dari keberuntungan dan angka


yang Anda betting dong^^. Untuk memudahkan Anda mencapai
jackpot kita memberikan prediksi angka yang sangat jitu dengan
presentase kemenangan yang sangat besar jika Anda betting di
https://165.22.110.99/ , kerena di MADAM TOGEL Anda bisa
melakukan bettingan hanya dengan 100 rupiah saja.

Untuk pasaran yang sangat ramai playernya, kita sudah siapkan


prediksi untuk menjadi angka bettingan Anda. Untuk Anda
yang mencari prediksi jitu pasaran Hongkong, tinggal klik
PREDIKSI HONGKONG . Prediksi tersebut sudah kita rancang
sedemikian rupa dengan rumus-rumus yang kita ciptakan.

Pasaran yang sangat ramai kedua yaitu Sydney, dengan


keluaran result di siang hari pukul 13.50 WIB. Membuat
pasaran ini menjadi primadona bagi kalangan pecinta togel.
Nah, di pasaran sydney kita juga sudah siapkan PREDIKSI
TOGEL SYDNEY , yang sudah pasti memiliki presentase
winrate yang sangat tinggi karena sudah di siapkan oleh para
ahli dalam dunia togel.

Selain 2 pasaran tersebut, PREDIKSI SINGAPORE juga


menjadi prediksi yang sangat banyak pengunjung nya karena
banyak player yang sudah memenangkan jackpot yang sangat
besar dengan mengacu pada prediksi tersebut. Untuk Anda
jangan ragu-ragu untuk klik Prediksi Singapore karena angka
yang diberikan sudah dibuktikan sangat jitu.

Nah, selain 3 pasaran tersebut kita juga sediakan 12 prediksi


pasaran togel lain nya. Dan semua di rangkum dalam
PREDIKSI MADAM TOGEL , tidak perlu repot-repot untuk
Anda pecinta togel untuk mencari angka togel jitu lainnya.
Karena semua prediksi kita sudah dijamin memiliki presentase
winrate yang sangat tinggi dan bisa di akses tanpa biaya pula
alias gratis.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Guru adalah seseorang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain.
Menjadi seorang guru tidak bisa hanya bermodalkan bisa mengajar.
Guru harus memliki beberapa keahlian khusus. Apalagi untuk menjadi
seorang guru yang profesional. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang. Guru harus menguasai tidak hanya tentang
pelajaran yang akan diajarkan. Ilmu tentang seluk beluk pendidikan
harus dikuasai agar dapat mengajar dengan baik. Menjadi seorang
guru bukanlah perkara yang mudah.
Menjadi seorang guru berarti juga menjadi seorang orang tua. Karena
guru adalah orang tua kedua bagi murid. Guru harus bisa mengemban
amanah yang telah diberikan orang tua untuk mendidik anaknya.
Untuk dapat mengemban amanah tersebut dengan baik maka guru
perlu memiliki pemahaman tentang jiwa dan watak anak didik.
Pemahaman ini bertujuan agar guru tidak salah dalam memberikan
metode pembelajaran bagi setiap muridnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana menjadi guru yang memiliki kode etik ?


1.2.2 Bagaimana peran guru sebagai orang tua ?
1.2.3 Bagaimana peran guru sebagai pendidik?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Dapat mengetahui menjadi guru yang memiliki kode etik.


1.3.2 Dapat mengetahui peran guru sebagai orang tua.
1.3.3 Dapat mengetahui peran guru sebagai pendidik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KODE ETIK GURU
Kode etik adalah suatu sistem norma serta aturan profesional secara
tertulis yang dengan tegas menyatakan hal baik dan juga benar yang
harus dilakukan oleh seorang yang berprofesi. Kode etik bisa juga
diartikan sebagai suatu pola aturan, tata cara, pedoman etis didalam
melakukan suatu pekerjaan. Kode etik juga bisa dibilang sebagai
kontrol dari semua aktivitas dari seseorang yang berprofesi terhadap
profesinya. Kode etik ini memiliki tujuan.Tujuan dari kode etik
sendiri adalah agar seseorang dapat memberikan jasa sebaik-baiknya
kepada pemakai jasa atau nasabahnya. Adanya kode etik akan
melindungi perbuatan seseorang yang memberikan jasa secara tidak
profesional.
Kode etik guru sendiri bisa diartikan sebagai suatu tata aturan yang
harus dimiliki oleh guru. Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan
sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang
tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan
bulat. Kode etik guru memiliki tujuan agar guru mampu
mengembangkan karakter dan budi pekerti siswa.
Jika dijabarkan tujuan dari kode etik guru adalah sebagai berikut
(1) menjunjung tinggi martabat profesi
(2) menjaga dan memelihara kesejahteraan para guru
(3) meningkatkan pengabdian guru
(4) meningkatkan mutu profesi guru
(5) meningkatkan mutu organisasi profesi guru
Kode etik ini sangat diperlukan karena kode etik adalah salah satu
cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga tiap
perseorangan dapat berlaku secara etis. Tidak hanya itu kode etik juga
merupakan sebuah pesan untuk membentuk karakter diri.
Kode etik guru ini bersumber pada (1) nilai – nilai agama dan
pancasila (2) nilai – nilai pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (3) nilai – nilai jati diri,
harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan
jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Dalam keputusan kongres XXI PGRI, nomer
VI/KONGRES/XXI/PGRI/2013 tanggal 4 Juli 2013 tentang kode etik
guru Indonesia. Menyatakan bahwa pelaksanaan tugas guru Indonesia
terwujud dan menyatu dalam prinsip “ ing ngarsa sung tuladha,
ingmadya mangun karsa, tut wuri handayani” yang memiliki arti
didepan memberi contoh, ditengah memberikan semangat, dan
dibelakang memberikan daya kekuatan. Prinsip ini adalah semboyan
dari Ki Hajar Dewantara yang ingin mengajak kita semua untuk
berperan dalam memajukan pendidikan.
Penerapan kode etik guru tidak hanya disekolah saja. Dilingkungan
masyarakat pun kode etik guru diperlukan. Karena perilaku yang
ditunjukkan oleh guru akan dicontoh oleh masyarakat. Jadi, perilaku
guru yang ditunjukkan didepan masyarakat harus perilaku yang
berbudi pekerti baik.
Pelaksanaan kode etik guru Indonesia dipertanggungjawabakan oleh
guru dan organisasi profesi guru. Guru yang melanggar kode etik guru
akan dikenai sanksi sesuai peraturan yang ada. Pemberian sanksi guru
atas rekomendasi dan wewenang dari Dewan Kehormatan Guru
Indonesia.
Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat guru hendaknya
senantiasa selau berhubungan baik dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat sekitarnya. Hal ini sangat diperlukan untuk membina
peran serta dan tanggung jawab orang tua peserta didik serta
masyarakat dalam keberhasilann pendidikan.
Guru juga hendaknya bisa memelihara hubungan dengan guru lain.
Guru lain ini adalah guru yang berlatar belakang keahlian sama dan
berlatar belakang berbeda. Tujuan dari memelihara hubungan dengan
guru lain adalah untuk menimbulkan rasa persatuan sesama guru.
Ketika guru menjadi tenaga pendidik informasi tentang peserta didik
harus diketahui oleh guru. Mendapatkan informasi tentang peserta
didik ini bisa didapatkan saat guru sedang bercengkrama dengan
masyarakat. Karena informasi tentang peserta didik berhubungan
dengan bagaimana nantinya guru akan mendidik dan
membimbingnya.
Sebagai seseorang yang digugu dan ditiru, guru hendaknya
mencontohkan kepada masyarakat untuk melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang masyarakat. Contohnya adalah guru mampu
menjelaskan kepada masyarakat pentingnya progam wajib belajar 12
tahun. Tidak hanya menjelaskan guru juga hendaknya mampu
merealisasikan progam wajib belajar 12 tahun.
Mendapatkan kepercayaan masyarakat bukanlah suatu perkara
mudah. Dalam hal ini guru bisa mendapatkannya dengan cara
meningkatkan dan mengembangakan mutu profesinya. Meningkatkan
dan mengembangkan mutu ini bisa dilakukan secara perseorangan
atau individu.
Peranan guru di era globalisasi ini sangat penting. Karena hanya
dengan bimbingan guru yang profesional dapat mencetak peserta didik
yang berkualitas, kompetetif, dan produktif. Tiga hal ini sebagai aset
peserta didik untuk menghadapi persaingan global yang semakin berat
dimasa mendatang.
Adanya kode etik guru ini sebagai pedoman bagaimana guru bersikap
dan berperilaku yang seharusnya. Baik dalam bentuk nilai moral
maupun etika ketika menjabat sebagai seorang pendidik generasi
penerus bangsa.

2.2 PERAN GURU SEBAGAI ORANG TUA

Sebagai orang tua kedua peserta didik guru diharapkan mampu


memberikan pendidikan moral dan sopan santun. Dua hal ini penting
untuk mencetak peserta didik yang berahklak ditengah krisis akhlak
yang terjadi saat ini. Dengan berhasilnya guru mencetak peserta didik
yang berakhlak akan membuat krisis akhlak akan berkurang.
Guru sebagai orang tua juga harus mempunyai kemampuan
mendekati peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses
belajar mengajar. Karena setiap individu berbeda sifat, maka guru
harus bisa menempatkan diri. Menempatkan diri disini memiliki arti
bisa bersikap menyesuaikan dengan sifat yang dimilik peserta didik.
Memberikan motivasi belajar kepada peserta didik untuk giat belajar
juga merupakan kewajiban guru sebagai orang tua peserta didik di
sekolah. Dengan memberikan motivasi belajar, peserta didik akan
mempunyai keinginan untuk belajar lebih giat lagi. Motivasi belajar
ini bisa berupa petuah-petuah, film pendek yang berhubungan dengan
motivasi, dan banyak hal positf lainnya.
Guru sebagai orang tua hendaknya bisa menjadi penengah terhadap
kesulitan yang sedang dialami peserta didik. Baik kesulitan dalam
belajar maupun bergaul peserta dididik disekolah. Hal ini bisa
dilakukan dengan adanya bimbingan konseling yang terjadwalkan
untuk tiap-tiap peserta didik.
Guru adalah seorang figur yang akan dituruti oleh peserta didik.
Karena guru adalah figur yang dituruti olehh peserta didik guru harus
mampu mendidik sifat,sikap, dan mental. Hal ini bisa dilakukan
dengan pendekatan individu.
Saat guru melakukan pendekatan individu harus bisa bersikap adil
terhadap setiap peserta didiknya. Tidak membeda-bedakan stiap
peserta didik serta tidak bersikap menganak emaskan seorang peserta
didik. Jika hak ini terjadi maka akan ada kecemburuan sosial yang
muncul.
Pendekatan guru ke peserta didik dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Diantaranya (1) membangun rasa kasih dan sayang kepada
peserta didik (2) memberikan apapun yang terbaik bagi peserta didik
(3) mendampingi dengan senang hati.
Guru juga bisa bersikap sebagai teman. Bersikap sebagai teman disini
bertujuan agar saat peserta didik mengalami masalah, peserta didik
tidak salah mengambil tindakan. Karena merasa nyaman dengan guru
yang bersikap sebagai teman, peserta didik akan berkonsultasi tentang
masalah yang dialaminya kepada guru. Setelah itu guru akan
memberikan solusinya.
Sebagai orang tua disekolah guru bertanggung jawab atas keadaan
peserta didik saat dilingkungan sekolah. Untuk itu guru perlu
mengawasi kegiatan-kegiatan yang ada disekolah. Dan memastikan
kegiatn itu baik dan bermanfaat, tidak mengandung unsur yang dapat
merugikan peserta didik.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah adalah menjadikan
dirinya sebagai orang tua peserta didik. Guru harus mampu menarik
simpati peserta didik sehingga guru bisa menjadi idola peserta didik.
Penyampaian pelajaran hendaknya bisa menjadi motivasi belajar bagi
peserta didik.
Sebagai figur yang dipandang banyak orang, penampilan guru harus
menarik. Mengapa harus seperti itu? Karena jika seorang guru
penampilannya kurang menarik maka peserta didik akan enggan
memandang guru tersebut. Jika memandang saja sudah enggan apalagi
untuk mendengarkan dan menyimak pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Oleh karena itu, sebagai guru hendaknya berpenampilan yang
menarik.
2.3 PERAN GURU SEBAGAI PENDIDIK
Pendidik memiliki arti orang yang mendidik menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Guru memiliki arti orang yang pekerjaannya
mengajar. Dari dua definisi ini terlihat bahwa guru adalah profesi
sedangakn pendidik belum tentu.
Pendidik berbeda dengan guru karena pendidik memiliki arti yang
lebih luas. Pendidik tidak hanya dijumpai disekolah formal, namun
juga di informal. Semua orang bisa jadi pendidik. Pendidik
memposisikan dirinya setara dengan peserta didik. Sedangkan guru
tidak.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2
menyatakan bahwa guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Sebagai pendidik guru harus mampu mengubah tingkah lakunya
menjadi guru yang profesional. Karena guru seorang pendidik maka
guru harus menjaga wibawa didepan peserta didiknya. Seorang guru
dikatakan mampu mendidik peserta didiknya jika mempunyai
kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk
mencerdaskan peserta didik, bersikap realitas, jujur, serta sikap
terbuka dan peka terhadap perkembangan inovasi pendidikan.
Tugas guru sebagai pendidik berkaitan dengan tugas memberi
bantuan dan dorongan, pengawasan dan pembinaan, dan
mendisiplinkan peserta didik agar menjadi patuh terhadap aturan-
aturan dan norma hidup yang ada. Guru sebagai pengawas atas
pendisiplinan peserta didik harus mengontrol setiap aktivitas peserta
didik agar tingkah laku peserta didik tidak menyimpang dengan norma
yang ada.
Sebagai pendidik peran guru diperlukan dalam berbagai aspek.
Seperti guru sebagai korektor, guru sebagai inspirator, guru sebagai
infomator, guru sebagai organisator, guru sebagai motivator, guru
sebagai inisiator, guru sebagai fasilitator, guru sebagai pembimbing,
guru sebagai demonstrator, guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai
mediator, guru sebagai supervisor, dan guru sebagai evaluator.
Guru sebagai seorang pendidik yang menjadi panutan bagi peserta
didik. Unggul dalam kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, kompetensi sosial. Maksud dari unggul dalam
beberapa kompetensi ini adalah tuntutan kepada seorang pendidik
tidak hanya cukup menguasai bidang studi secara profesional, tetapi
harus memiliki kepribadian yang unggul, sehingga dapat menjadi
teladan bagi peserta didiknya dan lingkungan sekitar.
Persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila.
Akhlaq, Etika, Moral , dan Susila secara konseptual memiliki makna yang
berbeda, namun pada aras praktis, memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni
sama-sama berkaitan dengan nilai perbuatan manusia. Seseorang yang sering kali
berkelakuan baik kita sebut sebagai orang yan berakhlaq, beretika, bermoral, dan
sekaligus orang yang mengerti susila.

Sebaliknya, orang yang perilakunnya buruk di sebut orang yang tidak berakhlaq,
tidak bermoral, tidak tahu etika atau orang yang tidak berasusila. Konotasi baik
dan buruk dalam hal ini sangat bergantung pada sifat positif atau negative dari
suatu perbuatan manusia sebagai makhluk individual dalam komunitas sosialnya.

Dalam perspektif agama, perbuatan manusia didunia ini hanya ada dua pilihan
yaitu baik dan benar. Jalan yang di tempuh manusia adalah jalan lurus yang sesuai
dengan petunjuk ajaran agama dan keyakinannya, atau sebaliknya, yakni jalan
menyimpang atau jalan setan, kebenaran atau kesesatan. Itu sebuah logika binner
yang tidak pernah bertemu dan tidak pernah ada kompromi. Artinya, tidak boleh
ada jalan ketiga sebagai jalan tengah antara keduanya.

Keempat istilah tersebut sama-sama mengacu pada perbuatan manusia yang


selanjutnya ia diberikan kebebasan untuk menentukan apakah mau memilih jalan
yang berniai baik atau buruk, benara atau salah berdasarkan kepeutusannya. Tentu
saja, masing-masing pilihan mempunyai konsekuensi berbeda.

Ditinjau dari aspek pembentukan karakter, keempat istilah itu merupakan suatu
proses yang tidak pernah ada kata berhenti di dalamnya. Proses itu harus terus-
menerus di dorong untuk terus menginspirasi terwujudnya manusia –manusia
yang memiliki karakter yang baik dan mulia, yang kemudian terefleksikan ke
dalam bentuk perilaku pada tataran fakta empiric di lapangan sosial dimana
manusia tinggal.

Kesadaran terhadap arah yang positif ini menjadi penting ditanamkan, agar supaya
tugas manusia sebagai khalifatullah fi al-ardi menjadi kenyataan sesuai titah Allah
swt. Bukankah Allah telah membekali manusia berupa sebuah potensi fitri, jika
manusia mampu memeliharanya, maka ia akan mencapai drajad yang lebih mulia
dari pada malaikat.

Sebaliknya, jika tidak mampu, maka ia akan jatuh ke posisi drajad binatang dan
bahkan lebih sesat lagi. Inilah di antara argumentasinya, bahwa betapa perilaku
manusia itu harus senatiasa dibina, di bombing, di arahkan bahkan harus di
control melalui regulasi-regulasi, agar supaya manusia selalu berada di jalan yang
benar dan lurus. Untuk mewujudkan cita-cita luhur itu, memang dibutuhkan suatu
proses yang panjang sekaligus dengan cost yang tidak sedikit.

Perbedaan antara akhlak, etika, moral dan susila.


Berdasarkan paparan di atas, maka secara formal perbedaan keempat istilah
tersebut adalah antara lain sebagai berikut:

 Etika bertolak ukur pada akal pikiran atau rasio.


 Moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
 Etika bersifat pemikiran filosofis yang berada pada tataran konsep atau teoritis.
 Pada aras aplikatif, etika bersifat lokalitas dan temporer sesuai consensus,
dengan demikian dia disebut etiket (etiqqueta), etika praksis, atau dikenal juga
dengan adab/tatakrama/tatasusila.
 Moral berada pada dataran realitas praktis dan muncul dalam tingkah laku yang
berkembang dalam masyarakat.
 Etika di pakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
 Moral yang di ungkapkan dengan istilah moralitas di pakai untuk menilai suatu
perbuatan.
 Akhlaq berada pada tataran aplikatif dari suatu tindakan manusia dan bersifat
umum, namun lebih mengacu pada barometer ajaran agama. Jadi, etika islam
(termasuk salah satu dari berbagai etika relegius yang ada) itu tidak lain adalah
akhlaq itu sendiri.
 Susila adalah prinsip-prinsip yang menjadi landasan berpijak masyarakat, baik
dalam tindakan maupun dalam tata cara berpikir, berdasarkan kearifan-kearifan
local.
 Akhlaq juga berada pada level spontanitas-spesifik, karena kebiasaan individual/
komunitas yang dapat disebut dengan “Adab” , seperti adab encari ilmu, adab
pergaulan keluarga dan lain-lain.
Pengertian Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan
akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su
berarti baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.

Kata Susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih
baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang
yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Pada pelaku Zina (pelacur)
misalnya sering diberi gelar sebagai Tuna Susila.

Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya.
Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih
mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan
memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu
menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.

Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing orang agar berjalan
dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat
dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.[1]

[1] Nata, M.A.,Prof. Dr. H. Abuddin.2012.Akhlak Tasawuf.Jakarta:PT


RAJAGRAFINDO PERSADA hlm 52

Norma Tidak Resmi dan Norma Resmi


 Norma Tidak Resmi (Nonformal)

Norma tidak resmi ialah patokan yang dirumuskan secara tidak jelas di
masyarakat dan pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi warga yang bersangkutan.
Norma tersebut tumbuh dari kebiasaan bertindak yang seragam dan diterima oleh
masyarakat. Meskipun tidak diwajibkan, tetapi semua anggota sadar, bahwa
patokan tidak resmi itu harus ditaati dan mempunyai kekuatan memaksa yang
lebih besar daripada patokan resmi. Patokan tidak resmi dijumpai dalam
kelompok primer seperti keluarga, kumpulan tidak resmi, dan paguyuban.

 Norma Resmi (Formal)

Norma resmi ialah patokan yang dirumuskan dan diwajibkan dengan jelas dan
tegas oleh yang berwenang kepada semua warga masyarakat. Keseluruhan norma
formal ini merupakan suatu tubuh hukum yang dimiliki masyarakat modern. Jalan
untuk memperkenalkan kaidah formal/peraturan-peraturan yang telah dibuat harus
disebarluaskan. Pembuatan peraturan tersebut tidak semata-mata didasarkan pada
kebiasaan yang sudah ada, tetapi lebih sesuai dengan prinsip susila (etika) dan
prinsip ”baik dan buruk”. Dari sumber moral itu dibuatlah perundang-undangan,
keputusan, peraturan, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan
rasional yang masak mengenai tujuan yang hendak dicapai dan faktor-faktor yang
dapat menghalangi keberhasilannya.

Dalam masyarakat yang sudah maju, sebagian patokan resmi dijabarkan dalam
suatu kompleks peraturan hukum. Masyarakat adat diubah menjadi masyarakat
hukum. Kebutuhan akan peraturan hukum tidak dapat dihindari oleh negara,
lembaga kepartaian, ekonomi, lalu lintas, dan sebagainya. Seluruh hukum
positif/tertulis diperlukan demi terciptanya keseragaman bertindak bagi semua
anggota masyarakat modern.

Norma-norma Utama
Berdasarkan daya mengikat dan sanksi yang tersedia bagi para pelanggarnya,
norma utama dibagi atas enam golongan, yaitu norma kelaziman, norma hukum,
norma kesusilaan, norma agama, norma kesopanan, dan mode.

 Norma Kelaziman/Folkways

Norma kelaziman, yaitu norma yang diikuti tanpa berpikir panjang, melainkan
hanya didasarkan atas tradisi atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
Folkways ini, lebih luas dari Custom. Custom, yaitu cara-cara bertindak yang
telah diterima oleh masyarakat, misalnya: cara mengangkat topi, cara duduk, cara
makan, cara-cara peminangan, dan lain-lainnya.

Volkways dan Custom keduanya tidak memerlukan sanksi (ancaman hukuman


untuk berlakunya). Biasanya orang-orang yang menyimpang dari kelaziman
dianggap aneh, gila, ditertawakan, diejek, dan lain-lainnya. Misalnya: cara makan,
minum, berpakaian, bersepatu, berbicara, tertawa, menerima tamu, memberi
salam, dan sebagainya. Kesemuanya mengikuti contoh-contoh Volkways atau
Custom. Penyimpangan terhadap kelaziman tersebut tidak mendatangkan
kekacauan.

 Norma Hukum

Norma hukum, yaitu norma yang berasal dari pemerintah berupa peraturan,
instruksi, ketetapan, keputusan, dan undang- undang. Norma hukum dapat
dibedakan menjadi 2 macam.

1. Yang tertulis misalnya: hukum pidana dan hukum


2. Yang tidak tertulis misalnya: hukum

Adanya aturan-aturan ini, kepada orang yang melanggarnya akan mendapat sanksi
atau hukuman.
 Norma Kesusilaan/Mores

Norma kesusilaan, yaitu norma yang berasal dari kebiasaan yang dibuat manusia
sebagai anggota masyarakat misalnya sopan santun dan tingkah laku.

Pengertian Etika
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-
asas akhlaq (moral). Secara terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yang
semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli.

Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.

Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan


tentang baik-buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga
nilai-nilai itu sendiri Ki Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang
mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan perasaan sdampai mengenai tujuan yang dapat merupakan
perbuatan.

Austin Fogothey (seperti yang dikutip Ahmad Charris Zubair) mengatakan bahwa
etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan
masyarakat sebagi antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan
hukum.

Frankena (seperti juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakan bahwa etika
sebagi cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang
moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral. Dalam Encyclopedia
Britanica , etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sistematik
mengenai sifat dasar dan konsep-konsepnilai baik, buruk, harus, benar, salah dan
sebagainya.Dari beberapa definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan empat
hal:

Dari beberapa definisi etika tersebut dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut :

1. Dilihat dari segi obyek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan


yang dilakukan oleh manusia.
2. Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal fikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula
universal. Ia terbatas, dapat berubah, memilki kekurangan dan kelebihan. Selain
itu etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas prilaku manusia
seperti ilmu antropologi,psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan
sebagainya. Hal ini dimungkinkan, karena berbagai ilmu yang disebutkan itu
sama-sama memiliki obyek pembahasan yang sama dengan etika, yaitu
perbuatan manusia.
3. Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya.
Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah
prilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Peranan etika dalam hal ini tampak
sebagai wasit atau hakim, dan bukan sebagai pemain. Ia merupakan konsep atau
pemikiran mengenai nilai-nilai untuk digunakan dalam menentukan posisi atau
status perbuatan yang dilakukan manusia. Etika lebih mengacu kepada
pengkajian system nilai-nilai yang ada.
4. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntunan zaman.

Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang
dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat
dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berpikir.

Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak, yang merupakan
bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khaliq yang berarti:
a) tabiat, budi pekerti,
b) kebiasaan atau adat,
c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan

Sedangkan pengertian secara istilah, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat
pada jiwa manusia, yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal)
tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan
hukum Islam, disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu
tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk.

Sebagian ulama’ memberi defnisi mengenai akhlak, yaitu:

“Akhlak adalah sifat manusia yang terdidik”Karena akhlak merupakan suatu


keadaan yang

melekat di dalam jiwa, maka perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi
beberapa syarat, yaitu:

a. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu dilakukan hanya


sesekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada suatu saat, orang
yang jarang berderma tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain karena alasan
tertentu. Tindakan seperti ini tidak bisa disebut murah hati berakhlak dermawan
karena hal itu tidak melekat di dalam jiwanya.
b. Perbuatan itu timbul mudah tanpa dipikirkan atau diteliti terlebih dahulu
sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul
karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang tidak
disebut akhlak.

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek
dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak
yang mulia, yang disebut al-akhlak al-karimah. Hal ini tercantum antara lain
dalam sabda Rasulullah saw;

Rasulullah bersabda:“ Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan


akhlak yang mulia” (HR. Al-Hakim)

Macam-Macam Akhlak

a. Akhlak Wad’iyyah
Akhlak Wad’iyyah adalah norma yang mengajarkan kepada manusia dengan
berpedoman kepada olah pikir dan pengalaman manusia. manusia dengan
menggunakan akhlaknya berpikir dan bertindak kearah yang baik dan benar
dengan menjadikan akal sebagai rujukan dalam perbuatan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, akhlak, ini hanya mempunyai satu macam sanksi, yaitu sanksi
yang datang dari masyarakat (sesama manusia) semata-mata

b. Akhlak Islam
Norma keagamaan adalah akhlak yang mengajarkan akhlak kepada manusia
dengan mengambil tuntunan yang telah diberikan Allah Swt. dan Rasulullah saw.
dalam Al-Qur’an dan hadis Dengan demikian akhlak ini mempunyai dua macam
sanksi apabila dilanggar. Yang pertama adalah sanksi dari Tuhan (bersifat gaib)
dan yang kedua adalah sanksi yang datang dari masyarakat (sesama manusia).

Anda mungkin juga menyukai