Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah profesi akan dianggap profesional jika pemegangnya sudah memenuhi
kualifikasi tertentu. Diantaranya adalah jika jabatan atau profesi tersebut melibatkan
kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan
persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan permanen, menentukan
baku perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional, dan
mempunyai kode etik yang mengikat, mengatur segala tingkah laku dan etika yang
harus ditaati oleh anggotanya.
Etika menjadi bersifat rasional, karena etika mengandalkan kebebasan sebagai
unsur yang hakiki. Kebebasan dalam praktik hidup sehari-hari mempunyai ragam
yang banyak yaitu kebebasan rohani dan jasmani, kebebasan sosial, kebebasan
psikologi dan kebebasan moral. Tetapi semua kebebasan itu adalah kebebasan yang
bertanggung jawab yang memiliki nilai etis dan moralitas yang tinggi.
Berangkat dari hal tersebut, maka penulis akan mengulas sendikit tentang
etika berprofesi dalam sebuah makalah yang berjudul Paradigma Etika Profesi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika?
2. Apa urgensi etika?
3. Apa pengertian moralitas, norma, perundangan, dan etika?
4. Bagaimana makna etika profesi keguruan?
5. Bagaimana kode etik profesi?

PETA PEMBAHASAN
“PARADIGMA ETIKA PROFESI”

Etika

1
Pengertian Etika Urgensi Etika

Moralitas Norma Perundangan Etika

Kode Etik Profesi

Kode Etik Profesi


Keguruan

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Etika

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup


tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati
dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, dan protokoler. Maksud
pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang
terlibat agar mereka senang, tenang, tenteram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi
umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli, etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang
berarti norma-norma, nilai-nilai/kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:

1. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.

2. Sidi Gazalba dalam sistematika filsafat: etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal. O H. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia
dalam hidupnya.

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan
baik dan buruknya prilaku manusia:

1. Etika deskriftif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini

3
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar
untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi Penilaian sekaligus memberi
norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Secara umum, etika dapat dibagi menjadi:

1. Etika umum mencakup kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak


secara etis, bagaimana manusia mengambiI keputusan etis, teori-teori etika dan
prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam
bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu pengetahuan: yang membahas
mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud: Bagaimana saya
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip
moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud: Bagaimana saya
menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi kondisi yang memungkinkan manusia bertindak
etis: cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan
teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. Etika ini dibagi lagi menjadi
dua bagian: etika individual dan etika sosial. Etika individual, yaitu menyangkut
kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri; etika sosial, yaitu
berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri
sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut
hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara
kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-
pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun tanggung jawab umat manusia
terhadap lingkungan hidup.

4
B. Urgensi Etika
Pada dasarnya etika adalah cabang filsafat yang mendalami pertanyaan
tentang moralitas, mulai dari dasar bahasa yang dipakai, ontologi dan hakikat
pengetahuan terhadap moral, bagaimana seharusnya nilai moral dibatasi, bagaimana
akibat (konsekuensi) moral dapat muncul dalam satu situasi, bagaimana kapasitas
moral atau pelaku moral dapat mengeluarkan pendapat dan apa hakikatnya, dan
sekalogus berperan memaparkan apa nilai moral yang biasanya dipatuhi oleh orang.
Etika tidak membiarkan pendapat – pendapat moral begitu saja, melainkan
menuntut agar pendapat – pendapat moral yang dikemukakan tersebut dipertanggung
jawabkan. Tidak hanya itu, etika juga berusaha menjernihkan permasalahan moral.1
Etika dalam perkembangannya sangat memengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita
untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang
perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau
sisi kehidupan kita.
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat,
bilamana dalam diri para anggota profesi memiliki kesadaran kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi
kepada masyarakat. Kehadiran etika dalam profesi diperlukan untuk menjaga
martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain untuk melindungi masyarakat dari
penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian (Wignjosoebroto: 1999). Tanpa
etika profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan
segera jatuh menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa yang sedikitpun tidak
diwarnai dengan nilai – nilai idealisme dan ujung – ujungnya akan berakhir dengan
tidak adanya lagirespek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para
anggota profesi.2
Jadi, dari pernyataan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa urgensi etika
dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial adalah sangat penting sekali. Tanpa
1Syaiful Sagala dan Syawal Gultom, Praktik Etika Pendidikan di Seluruh Wilayah NKRI, (Bandung:
Alfabeta, 2011), 3 – 4.
2Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, (Kuningan: Refika Aditama, 2015), 90.

5
adanya etika yang memperhatikan seluruh aspek manusia dalam berperilaku maka
bisa jadi manusia atau individu tersebut akan sulit diterima di masyarakat.

C. Moralitas, Norma, Perundangan, dan Etika


Moral berasal dari bahasa Latin yaitu mos jamaknya adalah more, memiliki
pengertian kebiasaan, adat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun
1988, kata mores masih dipakai dalam arti yang sama, yaitu secara etimologi kata
etika sama dengan etimologi kata moral, yang berarti adat kebiasaan.3
Dan Al Rasyidin (2011), menuliskan pengertian moral yaitu :
“Secara etimologi, moral berasal dari kata mores (Latin) yang maknanya selalu
mengacu pada idea of custom. Dari asal kata ini, Pojman kemudian memaknai moral
sebagai the principles of conduct of both ideal and actual, yaitu prinsip-prinsip
tentang perilaku ideal dan aktual. Sedangkan Piaget, sebagaimana dikutip Djahiri,
membatasi moral sebagai views about good and bad, right and wrong, what ought to
or ought not to do, yakni pandangan tentang baik buruk dan benar salah suatu
perilaku atau perbuatan yang ditampilkan seseorang. Karenanya, moral merupakan
salah satu domain penting yang menjadi ukuran dalam menilai dan
mempertimbangkan suatu perilaku, apakah ia baik atau buruk, benar atau salah, lurus
atau bengkok
Moralitas, di satu sisi berbeda dengan moral. Dalam hal ini moralitas disebut
sebagai sikap manusia berkenaan dengan hukum moral yang didasarkan atas
keputusan bebasnya. Moralitas dalam hal ini biasa juga disebut dengan ethos. Etos
kadangkala diartikan untuk menunjukkan karakter tertentu, misalnya sikap moral dari
suatu nilai khusus. Suatu tindakan yang baik secara moral digambarkan sebagai
tindakan bebas manusia yang mengafirmasikan nilai etis obyektif dan yang
mengafirmasikan hukum moral. Moralitas yang menjelaskan kualitas yang
terkandung dalam perbuatan manusia, yang karenanya kemudian dapat dinilai apakah
perbuatan tersebut baik/buruk atau benar/salah.4
Nilai dapat dilihat dari beberapa pendapat ahli, yang tertera berikut ini :
a. Sjarkawi : Nilai atau value (bahasa Inggris) atau Valere (bahasa Latin) berarti
berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu

3 K. Bertens, Etika, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2004), 4.


4 Lorens Bagus, 2005, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 673

6
hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan
dapat menjadi objek kepentingan
b. Hodgkinson (1978 dan 1983) menyediakan sebuah kerangka yang berguna
yang dengannya nilai dapat dianalisis dan ditafsirkan. Ia mendefenisikan nilai
sebagai konsep tentang apa yang diinginkan dan dengan kekuatan motivasi,
dan sebagai penentu penggerak penentu tingkah laku.
Dengan pengetian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah suatu
konsep atau sebuah keyakinan yang abadi dan dianggap sangat penting dalam
kehidupan seseorang, yang dengan konsep itu seseorang dipandang baik secara
personal dan sosial, bahkan merupakan kekuatan dalam melahirkan motivasi untuk
menentukan tingkah laku seseorang.
Ketika berbicara mengenai nilai maka tidak akan jauh pula dengan apa yang
sering disebut dengan norma. Yang disebut dengan norma adalah sesuatu yang
berkaitan erat dengan nilai – nilai yang dianggap baik, yang berupa aturan – aturan
yang mengikat dan harus diindahkan agar seorang individu dapat hidup sesuai dengan
harapan masayarakat dan dapat diterima oleh masyarakat yang menciptakan norma –
norma itu sendiri.
Sering juga kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan
profesi, sehingga hal – hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi
tertentu dapat meningkat menjadi peraturan – peraturan hukum atau perundangan.5
Achmad Ali menyatakan hukum atau perundangan adalah seperangkat norma
tentang apa yang benar dan apa yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh
pemerintah yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak
tertulis yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara
keseluruhan dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan tersebut.
Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika
atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti norma-
norma, nilai-nilai/kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang
baik.

D. Makna Etika Profesi Keguruan

5 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 33.

7
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat
apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau
teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat akan melihat bagaimana sikap dan
perbuatan guru itu dalam kehidupan sehari – hari, apakah memang patut untuk
dijadikan teladan atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya,
meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya
dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan
siswa, teman- temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian
masyarakat luas.
Agar citra yang baik di masyarakat tetap melekat pada profesi guru atau
keguruan, maka setiap anggota profesi ini harus senantiasa menjaga etika atau
tingkah lakunya. Untuk hal ini, terdapat beberapa kode etik guru yang telah
ditetapkan. Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai ketua
umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan
moral dan pedoman tingkah laku guru dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya
sebagai guru. Sebagaimana halnya dengan profesi yang lain, Kode Etik Guru
Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan cabang
dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru Indonesia. Kongres pertama
dilakukan pada tahun 1973 di Jakarta dan kemudian disempurnakan dengan Kongres
PGRI XVI tahun 1989 juga di Jakarta.6 Adapun teks Kode Etik yang telah
disempurnakan tersebut adalah sebagai berikut:

KODE ETIK GURU INDONESIA


Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan YME, bangsa, dan negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang – undang Dasar 1945, turut
bertanggung jawab atas terwujudnya cita – cita Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk
menunaikan karyanya dengan memedomani dasar – dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwaPancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

6 Basuni Suryamiharja, PGRI Sebagai Organisasi Profesi Bagi Guru, (Bandung: IPBI, 1986), 31.

8
3. Guru berusaha memperoleh inforamasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan beimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik – baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar.
5. Guru memlihara hubungan baik dengan orang tua murid, dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap
pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama – sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesia, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama – sama memelihara dan mrningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

E. Kode Etik Profesi


Kode adalah tanda – tanda atau simbol berupa kata – kata, tulisan, atau benda
yang disepakati untuk maksud – maksud tertentu. Misalnya untuk menjamin suatu
berita, keputusan atau kesepakatan suatu organisasi. Kode etik adalah norma atau asas
yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari –
hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Sedangkan kode etik profesi adalah
pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari – hari.7
Setiap profesi harus mempunyai kode etik profesi. Dengan demikian, jabatan
dokter, notaris, arsitek, guru dan lain – lain yang merupakan bidang pekerjaan profesi
harus mempunyai kode etik. Menurut Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian, dengan jelas menyatakan bahwa “Pegawai
Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam dan di luar kedinasan”. 8 Dalam penjelasan Undang-Undang
tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya kode etik ini, pegawai negeri sipil sebagai

7 Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, 97.


8 Dep. Penerangan RI, Undang – Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1974 Tentang Pokok –
Pokok Kepegawaian, (Jakarta: Dep. Penerangan RI, 1974), 17.

9
aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan
sehari- hari. Selanjutnya dalam kode etik pegawai negeri sipil itu digariskan pula
prinsip-prinsip pokok tentang pelaksaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri.
Dari uraian tersebut dapat kita simpulkan, bahwa kode etik merupakan
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam
hidup sehari-hari. Kode etik suatu profesi adalah norma – norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat. Norma – norma tersebut berisi petunjuk – petunjuk
bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan
larangan – larangan, yaitu ketentuan – ketentuan tentang apa yang tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka. Tidak saja dalam menjalankan tugas profesi
mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya
dalam pergaulan sehari – hari di dalam masyarakat.9
Pada dasarnya tujuan merumusakan kode etik dalam profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum
tujuan mengadakan kode etik, menurut (R. Hermawan S, 1979):
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang
bersangkutan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (material),
misalnya menetapkan tarif – tarif minimum bagi honorarium anggota profesi
dalam melaksanakan tugasnya, maupun kesejahteraan batin (spiritual atau
mental), misalnya memberikan petunjuk – petunjuk kepada para anggotanya
untuk melaksanakan tugas profesinya.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melakasanakan
tugasnya.
9 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, 29 – 30.

10
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk hal ini, kode etik juga memuat norma – norma dan anjuran agar para
anggota profesi selalu beusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisai profesi, maka diwajibkan kepada setiap
anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan
kegiatan – kegiatan yang dirancang organisasi.10
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat
8. Menentukan baku standartnya sendiri11

10 Ibid, 30 – 32.
11 Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, 99.

11
BAB III
KESIMPULAN

Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.

Urgensi etika dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial adalah


sangat penting sekali. Tanpa adanya etika yang memperhatikan seluruh aspek
manusia dalam berperilaku maka bisa jadi manusia atau individu tersebut akan sulit.

Moralitas disebut sebagai sikap manusia berkenaan dengan hukum moral


yang didasarkan atas keputusan bebasnya. Norma adalah sesuatu yang berkaitan erat
dengan nilai – nilai yang dianggap baik, yang berupa aturan – aturan yang mengikat
dan harus diindahkan agar seorang individu dapat hidup sesuai dengan harapan
masayarakat dan dapat diterima oleh masyarakat yang menciptakan norma – norma
itu sendiri. Perundangan adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa
yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah yang dituangkan
baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak tertulis yang mengikat dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan dan dengan ancaman
sanksi bagi pelanggar aturan tersebut.

12
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat
apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau
teladan masyarakat sekelilingnya. Agar citra yang baik di masyarakat tetap melekat
pada profesi guru atau keguruan, maka setiap anggota profesi ini harus senantiasa
menjaga etika atau tingkah lakunya.

Kode etik suatu profesi adalah norma – norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
di masyarakat. Norma – norma tersebut berisi petunjuk – petunjuk bagi para anggota
profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan –
larangan, yaitu ketentuan – ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh mereka. Tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka,
melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam
pergaulan sehari – hari di dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Loren. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005

Bertens, K. Etika. Jakarta: Remaja Rosdakarya. 2004

Penerangan RI, Dep. Undang – Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1974 Tentang
Pokok – Pokok Kepegawaian. Jakarta: Dep. Penerangan RI. 1974

Sagala, Syaiful dan Gultom, Syawal. Praktik Etika Pendidikan di Seluruh Wilayah
NKR., Bandung: Alfabeta. 2011

Saondi, Ondi. dan Suherman, Aris. Etika Profesi Keguruan. Kuningan: Refika Aditama, 2015

Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta. 2009

Suryamiharja, Basuni. PGRI Sebagai Organisasi Profesi Bagi Guru. Bandung: IPBI. 1986

13

Anda mungkin juga menyukai