Anda di halaman 1dari 8

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Nilem (Ostechilus hasselti)

Ikan nilem (Osteochilus hasselti) menurut Saanin (1968) diklasifikasikan

dalam:

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Craniata
Class : Pisces
Subclass : Actinopterygi
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Spesies : Osteochilus hasselti

Gambar 1. Ikan Nilem (Dokumentasi Pribadi)

Morfologi ikan nilem dicirikan dengan ujung mulut runcing dengan moncong

(rostral) terlipat, terdapat sungut peraba pada sudut–sudut mulut. Bentuk tubuh

agak pipih, dan bintik hitam besarpada ekor. Sirip punggung terdiri dari tiga jari–

jari keras dan 12–18 jari–jari lunak. Sirip ekor berbentuksimetrisdan sirip dubur

terdiri daritiga jari–jari keras dan lima jari–jari lunakserta jumlah sisik–sisik gurat

sisi berkisar antara 33–36 keping (Susanto, 2006).

Hardjamulia dan Atmawinata (1980) menyebutkan bahwa spesies ikan nilem

dapat dibedakan dari warna sisik pada dasar sirip punggung yaitu coklat

4
kehitaman yang biasa disebut Osteochilus hasselti sedangkan hitam kehijauan

adalah Osteochilusvitatus.Rata–rata ikan nilem mempunyai panjang berkisar

antara 25–32 cm dengan bobot 150–310 gr.

B. Seksualitas

Pengetahuan tentang seksualitas ikan berfungsi untuk membedakan antara

ikan jantan dan betina. Ikan jantan adalah ikan yang menghasilkan spermatozoa

dan ikan betina adalah ikan yang menghasilkan sel telur. Apabila ikan jantan dan

betina terdapat dalam individu yang berbeda, maka ikan tersebut bersifat

heteroseksual. Jika dalam satu individu terdapat dua jenis kelamin, maka ikan

tersebut bersifat hermaprodit (Effendie, 2002).

Untuk membedakan antara ikan berjenis kelamin jantan atau betina dapat

dilihat dari ciri seksual primer dan sekunder. Pengamatan untuk ciri seksual

primer dapat dilakukan dengan membedah tubuh bagian abdominal ikan dengan

mengamati gonad yang berupa testes atau ovari. Sedangkan, pengamatan untuk

ciri seksual sekunder hanya dapat dilihat dengan mengamati bentuk luar dari

tubuh (dichromatisme seksual) ikan tersebut seperti ukuran tubuh, bentuk kepala

bentuk perut, bentuk badan, warna pada tubuh, warna pada batang ekor, bentuk

sirip-sirip pada tubuh, halus kasarnya permukaan kepala, permukaan tengkorak

kepala, dasar warna sirip-sirip pada tubuh (Putra et al., 2011).

Raharjo (1989) menyatakan bahwa alat kelamin adalah alat atau organ yang

mempunyai hubungan langsung dengan proses reproduksi, yaitu testes dan

salurannya pada ikan jantan dan ovarium serta salurannya pada ikan betina.

Untuk melihat perbedaan alat kelamin ikan tersebut, perlu dilakukan pembedahan

5
pada ikan yang disebut ciri seksual primer. Ciri seksual sekunder digunakan untuk

membedakan ikan jantan dan betina, yang dilihat dari luar tubuh. Ciri ini tidak

mempunyai hubungan dengan kegiatan reproduksi.

Putra et al., (2011) mengemukakan bahwa ovari ikan biasanya berada di

dalam rongga tubuh dan berjumlah sepasang. Posisinya persis di bawah tulang

punggung dan ginjal serta di samping gelembung udara. Warnanya mulai dari

transparan sampai kuning emas atau abu-abu. Sedangkan, testes terletak di dalam

tubuh, bentuknya sangat bergantung pada rongga tubuh yang tersedia. Posisinya

persis di bawah tulang punggung di samping gelembung udara. Warnanya mulai

dari transparan sampai berwarna putih susu.

Sutisna dan Sutarmanto (1995) menyatakan bahwa kedua testes

digantungkan oleh jaringan ikat yang disebut mesorchium, terletak di dalam

rongga perut di depan gelembung renang. Struktur testes terdiri dari saluran

berongga (mesenoferus) yang tidak teratur dan banyak sekali. Sedangkan ovarium

terletak memanjang di dalam rongga perut dan digantungkan ke bagian atas

rongga perut oleh jaringan pengikat yang disebut mesovarium.

C. Tingkat Kematangan Gonad

Gonad merupakan organ reproduksi yang terdapat dalam tubuh ikan. Pada

ikan gonad terletak di samping kiri dan kanan gelembung renang, di bawah

vertebrae dan di atas saluran pencernaan. Gonad berjumlah sepasang dan

menggantung pada selaput mesorchia atau mesovaria. Bentuk dan ukuran gonad

pada setiap spesies ikan bervariasi yaitu tergantung pada bentuk tubuh dan rongga

tubuh individu ikan itu sendiri (Putra et al., 2011).

6
Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap-tahap tertentu

perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Pencatatan tahap-tahap

kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang

bereproduksi (Affandi et al., 1992). Tahap perkembangan gonad terdiri dari dua

tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad dan tahap pematangan gonad (Rizal, 2009).

Windarti et al (2010) menyatakan bahwa dilihat dari struktur pertumbuhan

gonad, gonad merupakan kelenjar endokrin. Kelenjar seks ikut dalam sekresi

steroid. Hal ini sangat penting dalam pemijahan, pembuatan sarang dan aspek

tingkah laku reproduksi lainnya. Estrogen mengontrol pertumbuhan dan

perkembangan dari sistem genital betina dan mengatur sifat–sifat seksual

sekunder. Androgen dinamakan sel–sel interstisial dari testes yang menhasilkan

hormon–hormon jantan dan berfungsi untuk tingkah laku reproduksi. Semua

hormon gonad mempunyai hubungan timbal balik yang komplek dengan

hypopisa. Beberapa faktor pertumbuhan gonad, yaitu faktor lingkungan terutama

photoperiod dan suhu.

Gambar 2. Alur pertumbuhan gonad dalam reproduksi (Widarti et al., 2010)

7
Kematangan gonad pada ikan melalui beberapa tahap. Untuk menentukan

perkembangan gonad ikan dapat dilihat dari tahap-tahap kematangannya (Sutisna

dan Sutarmanto, 1995). Cassei (dalam Effendie, 1979), menyatakan bahwa

tingkat kematangan gonad ikan terdiri dari 5 tahapan yaitu 1). TKG I, 2). TKG II,

3). TKG III, 4). TKG IV dan 5). TKG V. Pada tiap-tiap tahap ini yang

diperhatikan adalah perubahan warna, bentuk dan ukuran dari gonad.

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu cara

untuk mengetahui perkembangan populasi dalam suatu perairan, seperti saat

kapan ikan akan memijah, baru memijah dan setelah memijah (Effendie, 2002).

Pendugaan puncak pemijahan dapat dilakukan berdasarkan persentase jumlah ikan

yang matang gonad pada suatu waktu (Sulistiono et al., 2001).

Menurut Effendie (2002) menyatakan bahwa ikan yang tergolong

melakukan pemijahan total spawner akan ditandai dengan meningkatnya

persentase TKG yang tinggi pada setiap musim pemijahanya. Bagi ikan yang

melakukan pemijahan sepanjang tahun digolongkan partial spawner, dimana akan

didapatkan komposisi TKG yang terdiri berbagai tingkat persentase yang tidak

sama. Persentase yang tinggi dari TKG merupakan puncak pemijahan sepanjang

tahun. Jadi, komposisi TKG ini dapat diperoleh dari keterangan waktu mulai dan

berakhirnya kejadian pemijahan.

D. Fekunditas

Ikan memiliki potensial fekunditas yang tinggi, kebanyakan spesies

mengeluarkan ribuan sampai jutaan telur tiap tahunnya (Bond, 1979). Fekunditas

ikan adalah jumlah telur yang terlepas pada ovarium sebelum berlangsungnya

8
pemijahan. Fekunditas ini sangat berpengaruh pada jumlah anak ikan yang

dihasilkan oleh induk yang dipijahkan (Sutisna dan Sutarmanto, 1995).

Fekunditas terdiri dari fekunditas mutlak atau fekunditas individu,

fekunditas nisbi dan fekunditas total. Fekunditas individu merupakan jumlah telur

yang masak sebelum dikeluarkan pada waktu mijah. Fekunditas nisbi jumlah telur

persatuan berat atau panjang ikan (Nikolsky dalam Effendie, 2002) dan fekunditas

total yaitu jumlah fekunditas ikan selama hidupnya (Roycle, 1972 dalam Effendie,

2002).

Pengetahuan tentang fekunditas sangat penting artinya untuk memprediksi

berapa banyak jumlah larva yang akan dihasilkan jika indvidu ikan itu mijah

selain itu juga dapat digunakan untuk memprediksi berapa jumlah stok suatu

populasi ikan yang hidup di suatu lingkungan perairan (Putra et al., 2011). Untuk

menghitung jumlah telur yang terdapat didalam ovari (fekunditas), ada lima

metode, yaitu :

1. Metode jumlah yaitu dilakukan dengan cara menghitung satu per satu telur

yang terdapat dalam ovari ikan.

2. Metode volumetrik yaitu dilakukan dengan cara penambahan aquades ke

dalam gelas ukur, kemudian ovari dimasukkan dan diukur volume seluruh

telur. Selanjutnya, sebagian kecil ovari (sub sampel) diambil dan

dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian diukur volumenya serta jumlah

telurnya dihitung.

9
3. Metode gravimetrik yaitu dilakukan dengan cara menimbang berat seluruh

ovari. Dengan asumsi berat setiap butir telur sama, ovari yang ditimbang

harus dalam keadaan tidak lembab.

4. Metode gabungan gravimetrik, volumetrik dan jumlah.

5. Metode Von Bayer yaitu dengan cara mencari terlebih dahulu nilai rataan

diameter telur yang ada dalam ovari. Nilai yang didapat dibandingkan

dengan data Tabel Von Bayer (Effendie, 1979).

E. Penetasan telur

Telur ikan nilem akan menetas pada rentang waktu 24-32 jam dari proses

fertilisasi. Saat menetas larva ikan nilem masih mempunyai cadangan makanan

berupa yolk sac. Yolk sac dapat mendukung kehidupan larva hingga 5-6 hari

pertama setelah penetasan. Setelah yolk habis larva perlu diberi pakan baik pakan

alami maupun pakan buatan. Setelah yolk habis larva perlu diberi pakan baik

pakan alami maupun pakan buatan. Pakan alami berupa plankton seperti Artemia

sp. Pada minggu-minggu pertarna setelah penetasan larva nilem menyukai

zooplankton dan larva crustacea sedangakan pada minggu selanjutnya larva nilem

mulai menyukai fitoplankton (Frandy, 2009).

F. Kualitas air

Kualitas air adalah nilai parameter air yang menunjukkan mutu dan karakter

air tersebut. Kualitas air dapat ditentukan berdasarkan sifat biologi, fisika dan

kimia (Lingga, 1999). Beberapa sifat fisika dan kimia yang berpengaruh bagi

10
kehidupan organisme perairan adalah suhu, derajat keasaman (pH), oksigen

terlarut (DO).

Susanto (2005) mengemukakan bahwa suhu adalah salah satu sifat fisik

yang mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu air yang

optimal untuk ikan daerah tropis biasanya berkisar antara 25-30 0C.

Menurut Kordi (2000) perubahan suhu sangat dipengaruhi oleh parameter

lainnya, antara suhu dan oksigen berbanding terbalik, jika suhu tinggi maka

oksigen rendah dan dapat menaikkan karbondioksida. Suhu air juga dipengaruhi

oleh musim, cuaca, waktu pengukuran, kedalaman air serta kecerahan suatu

perairan.

Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter yang sangat penting dalam

kehidupan setiap organisme yang hidup. Setiap organisme hidup pasti

membutuhkan oksigen untuk respirasi selanjutnya akan digunakan dalam proses

metabolisme untuk merombak bahan organik yang dimakan menjadi sari makanan

yang dimanfaatkan sebagai energi untuk tumbuh berkembang dan bergerak serta

CO2 dan H2O sebagai hasil akhirnya atau buangannya DO pagi hari umumnya

rendah karena pada malam harinya DO dimanfaatkan oleh semua organisme

hidup untuk pernafasan. DO umumnya akan tinggi pada sore hari (Syafriadiman.,

2005).

11

Anda mungkin juga menyukai