Anda di halaman 1dari 47

1

I.

P;PENDAHULUAN

I.1 Letak Geografis PT. Kadila Lestari Jaya terletak di Jalan Raya Cijapati Km. 4,5 Kecamatan Cikancung Majalaya, Desa Sri Rahayu, Bandung. Topografi tanah PT Kadila relatif tidak datar, kombinasi dataran tinggi, dataran rendah dan lembah, sehingga ketinggian tempat berkisar 800 meter dari permukaan laut. Luas perusahaan keseluruhannya 172 Ha. Batas-batas wilayah PT. Kadila farm 2 sebagai berikut : Sebelah Utara lahan kosong, sebelah Timur jalan, sebelah Selatan lahan kosong, sebelah lahan kosong. Jarak lokasi perusahaan ke pemukiman penduduk terdekat yaitu 100 meter. Hal ini tidak sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Peternakan No. 777/DJPD/DEPTAN/1982 yang menyatakan bahwa jarak peternakan ke

pemukiman penduduk itu minimal 250 meter. Hal ini karena setelah berdirinya PT. Kadila, banyak orang yang ingin bekerja di sana dan membuat rumah yang dekat dengan perusahaan untuk memudahkan akses menuju tempat kerja. 1.2 Riwayat Perusahaan Perusahaan ini merupakan wujud kerjasama antara Bapak Joni dengan Bapak Sondi. Awalnya Bapak Joni dan Bapak Sondi hanya mendirikan rumah potong hewan di Bandung sampai tahun 1990. Mereka berinisiatif mendirikan usaha penggemukan sapi potong karena melihat peluang usaha yang lebih menjanjikan. Mereka memulai bisnis penggemukan sapi potong dengan populasi awal sebanyak sepuluh ekor.

Pada tahun 1990, Bapak Joni dan Bapak Sondi mendirikan perusahaan khusus di bidang penggemukan sapi bernama PT. Kadila Lestari Jaya yang bertempat di Cijapati, Bandung. Perusahaan ini semakin meningkat dengan jumlah populasi sapi 7.000 ekor, sehingga pada tahun 2002 PT. Kadila membuka cabang baru yang bertempat di daerah Cikancung. Cijapati dengan satu komplek kandang Cijapati Dua (C2) yang dapat menampung 4.000 ekor sapi potong. Kemudian diikuti dengan pembukaan komplek kandang lain Cijapati Tiga dan Empat (C3 dan C4) di lokasi yang sama pada tahun 2008 hingga sekarang. Identitas Perusahaan : Nama Perusahaan Alamat : PT. Kadila Lestari Jaya : Jalan Raya Cijapati, Desa Sri Rahayu, Kecamatan Cikancung Bentuk Usaha Jenis Perusahaan Pemilik Luas lahan Status lahan 1.3 Bidang Usaha PT. Kadila bergerak di bidang usaha penggemukan sapi potong yaitu memelihara bakalan sapi potong sampai waktu dan bobot badan tertentu kemudian dijual. Tujuan pemasaran perusahaan adalah rumah potong - rumah potong yang ada di Bandung dan daerah-daerah sekitarnya. Sapi potong merupakan ternak yang sengaja dikembangkan dengan tujuan utamanya untuk menghasilkan daging. : Perorangan : Kandang Penggemukan Sapi : Bapak Joni dan Bapak Sondi : 172 Ha : Milik PT. Kadila Lestari Jaya

Bangsa sapi yang digemukan di PT. Kadila adalah sapi Brahman Cross, Shorthorn dan Santa Gertrudis berasal dari Australia dan sapi PO didatangkan dari Tanjungsari, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun cirri-ciri yang dimiliki sapi Brahman Cross (BX) berdasarkan pengamatan lapangan adalah sebagai berikut : 1. Warna kulit bervariasi mulai dari coklat muda, coklat tua, putih kecoklatan. 2. Punggung lurus dan kaki panjang.
3. Ukuran tanduk sedang, lebar dan besar tetapi ada juga yang tidak

bertanduk. 4. Bergumba dan bergelambir. Sedangkan ciri-ciri sapi PO brdasarkan pengamatan di lapangan adalah sebagai berikut : 1. Bergelambir 2. Punuknya besar 3. Ukuran kepala panjang, telinga panjang dan mengatung. 4. Warna bulu umumnya putih keabu-abuan. PT. Kadila memilih sapi impor dari Australia karena dianggap lebih mudah dalam pemeliharaannya, tahan panas dan mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih cepat. Pemeliharaan sapi lokal di PT. Kadila dimaksudkan untuk memenuhi permintaan daging sapi lokal di pasar dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Bangsa sapi yang dipelihara di perusahaan ini adalah termasuk bangsa sapi tropis sehingga sangat cocok dengan keadaan iklim setempat, yaitu iklim tropis. Di daerah tropis, sperti Indonesia tergolong panas dan lembab. Bangsa sapi tropis memiliki bulu

yang tipis, pendek dan licin yang akan memberikan peluang yang baik pada proses penguapan. Menurut Pane (1986), bangsa sapi Brahman Cross baik untuk digemukkan karena mempunyai sifat-sifat yang baik seperti tahan terhadap panas, tahan terhadap gigitan caplak, mempunyai kecepatan pertumbuhan yang baik, dapat memanfaatkan pakan yang kurang berkualitas dan mempunyai persentase karkas yang baik. Umur mulai di pelihara yaitu 1,5 2 tahun dengan berat masuk sapi steer 260 kg sedangkan heifer 230 kg. 1.4 Fasilitas Fasilitas PT Kadila Lestari Jaya meliputi 2 unit kantor yang berfungsi sebagai pusat administrasi dan personalia. Selain itu, digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan masalah teknis, seperti pencatatan keluar masuk dan program pemeliharaan sapi. PT Kadila Lestari Jaya juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas lain, diantaranya :
1. Loading chute adalah tempat untuk menaikan dan menurunkan ternak dari

kendaraan.
2. Gudang pakan yang berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan pakan

konsentrat,

serta

melakukan

pembuatan

pakan

konsentrat

dengan

menggunakan mesin pencampur pakan (mixer).


3. Tempat pengolahan limbah, berfungsi sebagai tempat pengolahan limbah

kotoran yang kemudian di jadikan pupuk.

4. Gudang hijauan dan chopper, berfungsi sebagai tempat penyimpanan stock

pakan hijauan dan sebagai tempat pemotongan hijauan sebelum diberikan pada ternak.
5. Lorong Tatalaksana (crush), dapat dimasuki satu barisan sapi.

1.5 Struktur Organisasi

PT. Kadila dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan kegiatan operasional perusahaan. Supervisor produksi membantu manager farm dalam melaksanakan kegiatan perusahaan dan bertugas mengawasi kegiatan operasional di dalam kandang. Supervisor produksi di bantu oleh asisten supervisor yang membawahi karyawan kandang dan bertindak sebagai perantara karyawan kandang dengan supervisor produksi. Karyawan kandang (caretaker) bertugas melaksanakan semua pekerjaan yang menyangkut di kandang.

Bapak Bayu Bapak Herlambang


Wakil GM GM

Administrasi

HRD

Bapak Michael
Manager Ternak

Bapak Ray
Manager Non Ternak

Ka.Div. Pengge mukan

Ka.Div. Makanan
Ternak

Ka.Div. Trading

Div. Penanganan dan Limbah

Div. Perawatan
dan Perbaikan

Gambar 1. Struktur Organisasi

II. METODE 2.1 Materi Materi yang digunakan dalam praktik kerja dibagi dalam masing-masing kegiatan, yaitu: 2.1.1 Kegiatan Rutin Materi yang digunakan dalam kegiatan rutin adalah : (1) Sapi Brahman cross sebanyak 3.181 ekor (2) Sapi Peranakan Ongole sebanyak 1500 ekor, (3) Perlengkapan kandang meliputi bak air, tempat pakan, tempat minum, sapu lidi, kayu pendorong kotoran, (4) Perlengkapan dalam pengolahan limbah meliputi kotoran ternak, skop, gerobak feses, traktor, truk, dan (5) Timbangan. 2.1.2 Kegiatan Insidental Materi yang digunakan dalam kegiatan insidental adalah : (1) peralatan penimbangan seperti timbangan digital, cat, kuas dan penomoran telinga (Eartake), (2) kamera digital untuk keperluan dokumentasi. 2.1.3 Kegiatan Penunjang Materi yang digunakan dalam kegiatan penunjang adalah alat tulis untuk mencatat hasil wawancara dari narasumber. 2.2 Cara Kerja 2.2.1 Kegiatan rutin

Pemeliharaan ternak 1. Kandang dibersihkan dari feses menggunakan bulldozer. 2. Bak air minum dikuras dan dibersihkan menggunakan sikat. 3. Bak air minum diisi kembali dengan air bersih secara adlibitum. 4. Ternak diberi pakan jerami atau hijauan dan konsentrat pada pagi hari. 5. Lingkungan di sekitar kandang dibersihkan. 6. Ternak diberi pakan pada pagi dan siang hari. 7. Ternak diawasi sampai waktu kerja habis. 2.2.2 Kegiatan Insidental Kunjungan ke RPH 1. Sapi yang akan dipotong dan telah diketahui bobotnya digiring masuk ke area RPH melalui lorong tatalaksana. 2. Dilakukan pemingsanan di bagian kepala sapi. 3. Bagian kepala sapi ditarik sehingga sapi menengadah, gelambir di leher ditarik lalu disembelih menggunakan pisau tajam sampai

kerongkongannya putus. 4. Sapi dikuliti kemudian bagian kepala, carpal dan tarsal dipisahkan. 5. Pengulitan dilanjutkan secara menyeluruh kemudian bagian viscera dikeluarkan. 6. Karkas sapi digantung pada sebuah katrol berantai besi. 7. Karkas dibelah menjadi dua bagian dan dipartisi sesuai kebutuhan pembeli.

8. Persentase karkas dihitung dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut :

(Soeparno, 1998) 2.3 Waktu dan Tempat 2.3.1 Kegiatan rutin A. Pemeliharaan ternak Tempat : PT. Kadila lestari Jaya Tanggal : 17 Januari sampai 17 Februari 2012 B. Pengolahan limbah dan pembuatan pupuk organik Tempat : PT. Kadila lestari Jaya Tanggal : 18 Januari sampai 16 Februari 2012 C. Kunjungan ke Rumah Pemotongan Hewan Tempat : RPH PT Kadila Lestari Jaya Kecamatan Cikancung Bandung. Tanggal : 10 Februari 2012 Waktu : 21.00-22.00 WIB

D. Kunjungan ke Gudang Feed Meal Tempat : PT. Kadila lestari Jaya Tanggal : 17 Januari sampai 17 Februari 2012

E. Kunjungan ke Gudang DeLaval Tempat : PT. Kadila lestari Jaya Tanggal : 17 Januari sampai 17 Februari 2012 2.3.3 Kegiatan Penunjang Kegiatan wawancara dengan anak kandang dilakukan disela-sela waktu kerja dan istirahat. Mahasiswa praktik kerja melakukan pengumpulan data wawancara dengan Manager PT. Kadila pada tanggal 1 Februari 2012 bertempat di kantor Manager PT. Kadila lestari Jaya. Wawancara juga dilakukan dengan pegawai RPH pada tanggal 10 Februari 2012 bertempat di kantor RPH Kadila Lestari Jaya.

10

III. KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan Rutin Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan secara rutin atau teratur setiap hari. Kegiatan rutin selama praktik kerja di PT. Kadila lestari Jaya meliputi

pembersihan kandang, pembersihan tempat pakan dan minum, serta pembuatan konsentrat. 3.1.1 Pemeliharaan Ternak 3.1.1.1 Pembuatan dan Pemberian Pakan 3.1.1.1.1. Pembuatan Pakan Pembuatan pakan di PT. Kadila lestari Jaya dimulai pada pukul 07.00 WIB dan pukul 14.00 1. Sistem Pembuatan Pakan Secara Manual Bahan baku pakan dicampur pada mixer yang terpasang di gudang. Konsentrat yang telah selesai dibuat, di masukkan ke dalam karung kemudian diangkut menggunakan truk, menuju kandang. Di kandang konsentrat ditumpuk kembali, setelah itu konsentrat diangkut menggunakan gerobak dan dimasukkan ke tiap pen. Kapasitas mixer adalah 1,5 ton untuk satu kali pencampuran bahan pakan. Setiap hari pegawai bagian pakan dapat melakukan 9 kali pencampuran jadi total bahan yang digunakan sebanyak 13,5 ton. Kebutuhan kandang untuk pakan sebanyak 250 karung dengan berat per karung 25 kilogram.

11

2. Sistem Pembuatan Pakan Secara Otomatis Pembuatan pakan secara otomatis yakni bahan baku pakan dicampur dalam mixer DeLaval yang terpasang pada sebuah traktor. Traktor tersebut membawa mixer menuju kandang dan pakan dimasukkan langsung ke dalam bak-bak pakan. Tatalaksana pemberian pakan ini dilakukan pada kandang C4 dan sebagian pada kandang C3. Mixer DeLaval merupakan mixer yang telah didesain terpasang pada sebuah traktor sehingga mixer tersebut dapat dibawa langsung menuju kandang. Mixer memiliki kapasitas sebesar enam ton sehingga mampu membagikan pakan sampai 10 pen dalam sekali pemberian. Di dalam gudang 2 terdapat tempat khusus untuk menampung dan memasukkan bahan baku pakan ke dalam mixer DeLaval. Tempat tersebut memiliki ketinggian yang sama dengan mixer. Elevator digunakan untuk mengangkut bahan baku menuju tempat tersebut. Bahan pakan yang sudah di angkut di masukkan ke dalam mixer, kemudian dimulai proses mixing. Terkecuali hijauan dan ampas bir dimasukkan ke dalam mixer menggunakan bulldozer. Setelah selesai proses mixing, mixer dibawa menuju kandang dan pakan di bagikan ke dalam bak-bak pakan. Pelaksanaan ini berlangsung sekitar 5-6 kali hingga seluruh pen di kandang terisi. Susunan dan jumlah bahan pakan konsentrat PT Kadila Lestari Jaya untuk sekali pencampuran disesuaikan dengan stok bahan jika salah satu bahan ada yang habis maka susunan jumlah bahan yang digunakan akan di ubah untuk menutupi

12

kekurangan nutrisi yang ditimbulkan (susunan bahan pakan terdapat dalam lampiran). 3.1.1.1.2. Pemberian Pakan Menurut Santosa (2000) pemberian pakan ada dua cara yaitu adlibitum, diberikan dalam jumlah yang selalu tersedia atau tidak dibatasi dan restricted yaitu pemberian pakan dalam jumlah yang dibatasi. Selanjutnya dinyatakan bahwa cara pemberian sering kali tidak efisien karena akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang dan bahan pakan yang tersisa akan menjadi busuk sehingga tumbuh jamur yang dapat membahayakan ternak apabila termakan. 1 Sistem Pemberian Pakan Secara Manual Pakan yang diberikan yakni konsentrat, hijauan dan ampas bir diberikan secara terpisah. Sistem pemberian pakan ini dilakukan pada kandang K,L,M (C3). Pakan ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput dan jerami), konsentrat dan pakan tambahan (vitamin, mineral dan urea). Jumlah pakan yang diberikan untuk sapi per ekor setiap hari adalah hijauan sebesar 4 kilogram, atau bervariasi menurut berat dan besar badan, konsentrat sebesar 12 kilogram dan ampas bir 1 kilogram. Menurut Siregar (2007) dalam pemeliharaan penggemukan sapi, pakan sangat berpengaruh maka komposisi dari pakan harus diperhatikan. Pakan yang diberikan di PT Kadila Lestari Jaya berupa hijauan (rumput raja dan jerami), ampas bir dan konsentrat. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 dan 14.00 WIB. Pakan konsentrat yang diberikan di PT Kadila Lestari Jaya terdiri dari campuran abu jagung, bungkil kelapa, bungkil kapuk, bungkil sawit, tengkawang, biji jagung, ekstrak meal, corn feed, kopi, DDGS, garam, gaplek, kedelai, onggok, polard, premix, dedak, R.seed meal, tetes, urea, daun

13

jagung dan ampas bir. Pemberian konsentrat di PT Kadila Lestari Jaya untuk ternak yang baru datang diberikan secara bertahap untuk menghindari terjadinya gangguan pada saluran pencernaan. Jumlah konsentrat yang diberikan disesuaikan dengan jumlah sapi disetiap pedoknya. Sistem pemberian pakan di kandang K,L,M yang digunakan adalah hand feeding, yaitu pakan diberikan secara langsung oleh pegawai kandang tanpa menggunakan alat tertentu. Pakan diangkut dari tempat mixer menggunakan mobil pick up kemudian di distribusikan di setiap kandang, pegawai kandang hanya menuangkan pakan tersebut ke bak pakan. Sedangkan pada kandang O di berikan dengan menggunakan mesin DeLaval. Sapi maupun ternak ruminansia lainnya mempunyai keterbatasan dalam mengkonsumsi ransum. Hijauan maupun rumput-rumputan yang tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia relative cepat tumbuh, tetapi kandungan gizinya relative rendah. Oleh karena itulah, sapi-sapi yang digemukkan dengan hanya memberikan hijauan saja tanpa adanya penambahan pakan berupa konsentrat tidak mungkin mencapai pertambahan bobot badan yang tinggi (Siregar, 2007). 2. Sistem Pemberian Pakan Secara Otomatis (DeLaval) Pemberian pakan yang baik dan benar akan mendorong pertambahan bobot badan ternak. Kebutuhan nutrisi yang utama untuk sapi adalah energi, protein, air, mineral, dan vitamin. Apabila terjadi kekurangan zat makanan maka akan memperlambat laju pertumbuhan urat daging dan memperlambat laju pertumbuhan lemak, sedangkan pemberian pakan yang sempurna akan mempercepat terjadinya pertumbuhan daging dan lemak (Anggorodi, 1984). Perusahaan menetapkan

14

jumlah dan komposisi tidak sama terhadap semua ternak karena di perusahaan juga terdapat sapi yang sedang bunting dan pedet.

3.1.1.2 Pemberian Minum Pemberian pakan harus diimbangi dengan konsumsi air, oleh karenanya bak air harus dipastikan selalu terisi. Pemberian air minum di perusahaan ini selalu terjaga karena terdapat sumber air milik perusahaan. Sistem pemberian minum dilakukan secara adlibitum. Tercantum dalam tabel 1. Tabel 1. Ukuran Bak Tempat Pakan dan Air Minum Ukuran per pen (m) p l 25 m 18 m 28,20 m 106,6 m 10 m 12 m 8m 15 m Tempat pakan (cm) p l t 16 m 18 m 310 cm 310 cm 30 cm 70 cm 54 cm 54 cm 30 cm 60 cm 55 cm 55 cm Tempat minum (cm) p l t 120 cm 1m 1m 1m 50 cm 80 cm 80 cm 80 cm 40 cm 75 cm 75 cm 75 cm

Pen Kandang O Kandang K Kandang L Kandang M

Keterangan: p = panjang, l = lebar, t = tinggi Bak pakan dan bak air minum di PT. Kadila lestari Jaya terbuat dari campuran beton atau campuran semen, pasir dan batu kecil. Dalam pembuatan tempat minum dibuat dari beton dengan lubang pembuangan air pada bagian bawah, tempat pakan dan minum di bagian bawah dibuat cekung untuk

15

mempermudah ternak dalam mengambil pakan sehingga tidak terdapat pakan yang tersisa, selain itu tempat pakan yang cekung mudah dalam pembersihannya.

3.1.2. Sistem Perkandangan Untuk penggemukan sapi dalam waktu yang relative singkat maka ransum yang diberikan haruslah terdiri dari hijauan dan konsentrat. Penggemukan sapi dalam waktu yang relative singkat berarti pertambahan bobot badan yang akan dicapai harus tinggi (Sugeng, 2000). Pada umumnya ternak sapi lebih menyukai rumput hijauan dikarenakan sapi adalah hewan herbivora (pemakan rumput). Rumput memiliki berbagai jenis dan spesies. Tujuan dari usaha penggemukan sapi potong adalah meningkatkan produksi sapi potong sehingga memperoleh bobot badan hidup dan kualias karkas yang baik. Siregar (1996) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan yang dicapai selama masa penggemukan ditentukan oleh beberapa faktor terutama jenis sapi, jenis kelamin, pakan yang diberikan dan pengelolahan kandang. Pertambahan bobot badan harian atau ADG merupakan indikator produksi dalam usaha penggemukan sapi potong. ADG dapat dinilai dari bobot awal dikurangi bobot akhir dibagi dengan lama pemeliharaan. ADG yang di hasilkan antara kandang C2 dan C4 berbeda, sapi-sapi di kandang C2 memiliki rata-rata ADG lebih tinggi daripada C4. Hal ini disebabkan oleh keteraturan waktu pemberian pakan di C2 sangat terjaga, sehingga rutinitas waktu makannya teratur. Berbeda dengan kandang C4 yang tergantung mesin sehingga pemberian pakannya kurang teratur. Di C4, hijauan yang akan diberikan

16

harus di-chopper terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam mesin. Kegiatan ini memerlukan waktu yang lama. Akibatnya, pemberian pakannya lebih lama daripada C2. Selain itu, pada saat pemberian pakan tidak semua sapi di C4 makan semua karena terbatas oleh feed bunk yang pendek. Feed bunk pada C2 lebh panjang daripada C4. Di C2 hampir semua pen memiliki feed bunk yang mengelilingi pen dan hanya bagian belakang pen yang tidak di pasang feed bunk. Pada saat pemberian pakan, semua sapi dapat makan bersama-sama karena kapasitas panjang feed bunk memenuhi jumlah sapi. Hal ini dapat menjaga keteraturan waktu makan sapi. Berbeda dengan feed bunk C4 yang lebih pendek dari C2. Di C4 semua pen memiliki feed bunk hanya di depan pen saja untuk memudahkan distribusi konsentrat oleh mesin. C2 C4

sap i

Feed bunk

sa pi sa pi sa pi sa pi

feed bunk

sa pi sa pi sa pi sa pi

Feed bunk Gambar 2. Penempatan feed bunk pada C2 dan C4

17

Akibatnya, tidak semua sapi di C4 dapat makan serentak karena harus menunggu sapi yang tingkat superioritasnya lebing tinggi selesai makan. Pada saat pemberian pakan, hanya beberapa sapi saja yang langsung makan, sebagian sapi lain yang tidak mendapat tempat pakan menunggu giliran sapi-sapi yang selesai makan. Atap kandang C2 menggunakan atap tipe monitor dan tidak terlalu menutupi kandang sehingga sirkulasi udara dapat berjalan lancar. Kandang C2 lebih tinggi daripada C4. Atap kandang C2 memiliki tinggi dua belas meter, sedangkan C4 memiliki tinggi sepuluh meter sehingga kurang ideal dalam sirkulasi udara. Gang di dalam kandang tidak tertutp oleh sinar matahari, sehingga matahari dapat memasuki kandang. Sinar matahari bermanfaat bagi pertumbuhan dan mengurangi kelembapan di dalam kandang. Kondisi ini berbeda dengan kandang C4 yang tidak menggunakan atap tipe monitor dan kandangnya sangat tertutup. Akibatnya, sirkulasi udara kurang baik dan sinar matahari tidak banyak masuk ke dalam kandang sehingga meningkatkan kelembapan kandang. Meskipun di kandang C4 dipasang tiga blower, hal ini tidak mengurangi kelembapan kandang. Ini terlihat dari pengangkutan kotoran pada litter C4 lebih cepat daripada C2. Rata-rata ADG (Average Daily Gain) kandang C2 yaitu 1,52 0,21 kg/ekor/hari lebih tinggi daripada kandang C4 yaitu 1,43 0,21 kg/ekor/hari. Hal ini disebabkan keteraturan pemberian pakan yang baik dan konstruksi kandang yang ideal seperti tinggi atap yang ideal, penggunaan atap monitor, panjang feed bunk yang sesuai dengan jumlah sapi, serta keadaan kandang yang lebih terbuka untuk mengurangi kelembapan. Menurut Hardjosubroto (1984) di Indonesia, sapi

18

BX diimpor dari Australia penampilan yang dihasilkan tidak sebaik dengan di Australia. Kandang dibersihkan secara rutin karena sangat erat kaitannya dengan kesehatan ternak dan kebersihan lingkungan disekitar kandang. Alat yang digunakan dalam pembersihan kandang terdiri dari sekop, garu, traktor, truk dan sapu lidi. Kegiatan pembersihan kandang meliputi pembersihan lantai kandang dari kotoran ternak. Pembersihan kandang dilakukan pada saat siang hari atau setelah pemberian pakan. Pembersihan kandang dilakukan berdasarkan kelompok atau regunya karena setiap kandang sudah ditentukan siapa saja karyawan yang bertanggung jawab. Sedangkan pembersihan kotoran ternak di lakukan seminggu sekali. Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam suatu usaha peternakan, terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan kandang yang baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang di upayakan pertama-tama untuk melindungi sapi terhadap gangguan dari luar yang merugikan, baik dari sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin kencang. Selain itu, kandang juga harus bisa menunjang peternak dalam melakukan kegiatannya, baik dari segi ekonomi maupun segi kemudahan dalam pelayanan. Kandang berfungsi sebagai lokasi tempat pemberian pakan dan minum. Adanya kandang diharapkan sapi tidak berkeliaran di sembarang tempat, mudah dalam pemberian pakan dan kotorannya pun dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.

19

Kandang sapi pada PT Kadila Lestari Jaya merupakan kandang dengan sistem barak atau koloni. Kandang yang dimiliki perusahaan terdiri dari tujuh bangunan kandang yang dimana setiap kandang memiliki jumlah pen yang berbedabeda. Menurut Santosa (2000) kandang diperlukan untuk melindungi ternak sapi dari keadaan lingkungan yang merugikan sehingga dengan adanya kandang ini ternak akan memperoleh kenyamanan. Bahan atap yang digunakan adalah asbes dan seng. Menurut Kaharudin (2010) atap kandang dapat dibuat dari bahan yang murah seperti atap alang-alang, daun kelapa atau menggunakan seng dan asbes, untuk atap yang berasal dari daun kelapa dan alang-alang perlu lebih miring berkisar 30 persen sehingga air hujan yang jatuh dapat segera mengalir sedangkan atap seng dan asbes kemiringan minimal 15 persen untuk dapat mengalir air hujan mengalir dengan lancar, untu daerah kering beriklim kering sebaiknya ketinggian atap minimal 3,5 meter untuk menjamin sirkulasi udara dalam kandang. Lantai kandang PT. Kadila Lestari Jaya terbuat dari semen beton, bahan semen memiliki keunggulan diantarannya yaitu kokoh, awet dan tidak kasar,

sehingga nyaman bagi ternak. Lantai yang rata, tidak kasar atau tajam akan menjamin kenyamanan hidup ternak. Sehingga ternak yang menghuni dapat berdiri tegak di atas keempat kaki yang kokoh, dapat berbaring dan istirahat dengan nyaman. (Sugeng, 2008). Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan kandang antara lain (1) memenuhi persyaratan kesehatan ternak, (2) mempunyai ventilasi yang

20

baik, (3) efisien dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan seperti pencurian serta (5) tidak berdampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan perlengkapan kandang hendaknya dapat memberikan kenyaman kerja bagi petugas dalam proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan penanganan kesehatan. Bentuk dan tipe kandang hendaknya disesuaikan dengan lokasi, pola atau tujuan pemeliharaan dan kondisi fisiologis ternak. Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris sementara kandang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan. Diantara kedua jajaran tersebut umumnya dibuat jalur untuk jalan. Kandang penggemukan dibuat tunggal apabila kapasitas ternaknya sedikit. Namun untuk kegiatan penggemukan bersifat komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan besar sehingga dapat menampung jumlah sapi lebih banyak. Ukuran kandang untuk seeokor sapi jantan dewasa adalah 1,5 m x 2 m, untuk sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5 x 1 m per ekor (Soeparno, 1998).

21

jalan 1 14 2 13 3 12 4 11 5 10 6 9 7 8

jalan 15 26 16 25 17 24 18 23 19 22 20 21

jalan 27 36 28 35 29 34 30 33 31 32

Jalan Gambar 3. Jumlah Pedok Kandang O

22

jalan 1 16 2 15 3 14 4 13 5 12 6 11 Gudang Kandang L 1 16 2 15 3 14 4 13 5 12 6 7 jalan 8 9 7 10 8 9

111 10

Gudang Kandang M 1 16 2 15 3 14 4 13 5 12 6 7 jalan 8 9

111 10

Gudang Jalan Gambar 4. Jumlah Pedok Kandang K Jumlah sapi di setiap pen rata-rata 55 ekor/pen, dengan luas pen 240 m2. Setiap pen dilengkapi dengan sebuah pintu yang terbuat dari besi yang berukuran pintu memiliki lebar 5 m dan tinggi 1 mm dan panjang 6 m. Menurut Santosa (1995) luas kandang sapi yang berbentuk koloni tidak boleh kurang dari 2 m2 per ekor dan ukuran kandang individu lebih kecil yaitu 1,75 m2 per ekor dimana masing-masing bobot badan sapi sekitar 150 kg. Berdasarkan ketentuan Santosa (1995) luas kandang yang diperuntukan untuk sapi dengan bobot badan 300 kg

23

adalah 4 m2 per ekor sedangkan untuk sapi dengan sapi bobot badan 300-400 kg adalah 5 m2 per ekor dan untuk sapi dengan bobot badan di atas 400 kg adalah 5,3 6 m2 per ekor. Dapat di simpulkan bahwa perkandangan di PT Kadila sudah memenuhi syarat dalam pemeliharaan sapi potong. Letak bangunan kandang di PT Kadila Lestari Jaya memanjang dari utara ke selatan. Tata letak kandang di perusahaan ini sudah baik karena kandang membujur dari utara ke selatan. Sugeng (1996) menyatakan bahwa kandang harus membujur dari arah utara ke selatan dengan tujuan sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang secara leluasa, sehingga kandang cepat kering dan memutus siklus hidup cacing, parasit dan bibit penyakit yang dapat mengancam penurunan produktivitas ternak. Lantai kandang PT Kadila terbuat dari semen yang tahan injakan dan di berikan alas serbuk gergaji untuk memudahkan dalam pembersihan kandang. Selain itu, agar air tetap dapat mengalir. Dengan kemiringan lantai sekitar 4 persen. Menurut Sukmawati dan Kaharudin (2010) bagian-bagian kandang seperti lantai kandang :
1. Harus kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah

dibersihkan dan mampu menopang beban yang ada diatasnya. 2. Dapat berupa tanah yang dikeraskan, beton, pasir semen (PC) dan kayu yang kedap air. Tingkat kemiringan lantai kandang sangat penting untuk menjaga drainase kandang.
3. Tingkat kemiringan lantai tidak boleh lebih dari 5 persen, artinya perbedaan

tinggi lantai depan dengan lantai belakang setiap panjang lantai 1 m.

24

Dalam mendesain pembuatan alas kandang tersebut, akan memudahkan feses dan air urine sapi dapat mengalir dan tidak tinggal di dalam kandang. Kandang tetap nampak bersih dan ternak pun tidak mudah kotor pada saat sapi beristirahat (duduk). Siregar (2007) menyatakan bahwa untuk penggemukan kandang memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
a. Memberi kenyaman bagi ternak sapi yang digemukan. b. Memenuhi persyaratan bagi kesehatan ternak.

c. Mudah dibersihkan dan selalu terjaga kebersihanya. d. Mempunyai ventilasi atau pertukaran udara yang sempurna. e. Bahan-bahan yang digunakan dapat bertahan lama, tidak mudah lapuk dan sedapat mungkin memerlukan biaya yang relative murah dan terjangkau oleh peternak. f. Tidak ada genangan air dalam maupun diluar kandang. Kandang di PT Kadila tidak memiliki dinding, hanya menggunakan pagar pembatas yang terbuat dari kawat baja yang berdiameter 0,5 cm dan tingginya 1 m. Pagar pembatas ini berfungsi untuk memisahkan antar pen atau pedok atau sebagai sekat pembatas. Menurut Siregar (2000) pembuatan dinding kandang disarankan hanya pada daerah-daerah yang banyak angin dan bertiup kencang. Sedangkan pada daerah-daerah yang berangin tenang seperti daerah peternakan di Kadila Lestari Jaya tidak perlu dibuat dinding khusus. Kandang di PT Kadila Lestari Jaya juga dilengkapi dengan bak pakan (feedbank) dan bak air minum (waterbank) untuk sapi. Bak pakan tersebut terdapat disepanjang depan kandang, sedangkan bak air minum terletak di tengah-tengah kandang. Pada masing-masing kandang memiliki

25

ukuran bak pakan yang sama begitupun untuk bak air minum yang berukuran sama, persegi panjang. 3.1.3. Membersihkan Tempat Pakan Pembersihan tempat pakan dilaksanakan setiap hari dan dilakukan sebelum pemberian pakan. Sisa pakan hari sebelumnya harus segera dibersihkan, apabila dibiarkan dalam feedbank maka akan terjadi pembusukan yang dapat berdampak pada kesehatan ternak. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Abidin (2002) bahwa jika kebersihan kandang tidak terjaga, maka akan timbul penyakit Pneumonia. Sisa pakan yang terkumpul di masukkan karung dan kemudian ditimbang. Saat penimbangan setiap karung akan diberi tanda asal sisa pakan tersebut. Hasil timbangan dicatat dan diberikan pada koordinator kandang agar mengetahui berapa kilogram pakan yang dikonsumsi. Sisa pakan tersebut diberikan pada ternak. Ternak sering diberi pakan sisa yaitu ternak pada kandang O di pen 6. 3.2 Kegiatan Insidental 3.2.1 Mengobati sapi yang sakit Penyakit yang seering menyerang ternak di PT Kadila Lestari Jaya adalah bloat (kembung), pink eye dan paru-paru. Sapi yang mengalami sakit biasanya di karantina dan dilakukan pengobatan dikandang jepit. Hal tersebut di maksudkan agar sapi tidak dapat berontak saat diobati. Sapi yang terserang kembung hanya di beri air hangat dan di beri minyak kayu putih di bagian perutnya. Ternak yang menderita pink eye di beri obat Limoxin 200-LA dicampur dengan aquades dengan perbandingan 3:1. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam suntikan, pemberian nya dengan cara di semprot

26

pada bagian mata. Sedangkan ternak yang menderita sakit paru-paru di tangani langsung oleh dokter hewan. Ternak yang sakit ditempatkan pada kandang khusus ternak sakit, kandang ternak sakit terdapat dikandang yang kosong. Jika ternak tersebut bertambah parah dan sulit untuk disembuhkan maka ternak akan dipotong. Ternak yang dipotong karena sakit biasanya akan dijual pada pedagang yang sudah menjadi langganan, tapi penjualan ternak tersebut tentu sudah dipertimbangkan oleh manager dan bertindak sebagai dokter hewan apakah daging ternak tersebut masih aman untuk dikonsumsi atau tidak. Walaupun ternak tersebut terjual tapi harga jualnya turun drastis dapat mencapai 30 40 persen. 3.2.2 Mengunjungi Rumah Pemotongan Hewan PT Kadila PT Kadila Lestari Jaya memiliki Rumah Potong Hewan sendiri yang sudah menjadi langganan perusahaan dalam pemasokan ternak siap potong. Rumah pemotongan hewan tersebut diketuai oleh Bapak Dodo. Dalam sehari Rumah pemotongan hewan milik PT Kadila dapat memotong ternak rata-rata 100 ekor perhari. Tetapi saat ini mengalami penurunan menjadi 50 ekor perhari karena pembatasan sapi impor. Pemotongan dimulai pukul 17.00 sampai selesai. Setiap pemotongan dikenakan retribusi sebesar Rp 80.000,00. Sistem pemotongan ternak dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Perlakuan Sebelum Pemotongan (antemortem) 1.1 Penimbangan ternak

27

Penimbangan ternak dilakukan pada ternak yang telah dipilih untuk di potong dan untuk mengetahui perkiraan persentase karkas yang dihasilkan sehingga dapat diperkirakan keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari penjualan daging hasil pemotongan sapi tersebut. Berat karkas diperoleh dari berat ternak yang telah dipotong dan telah dilakukan proses pengulitan, pemisahan kepala dan kaki, pengeluaran organ dalam dan penyisitan lemak yang menempel disekitar karkas. Sedangkan bobot hidup diperoleh dari bobot ternak sapi yang ditimbang sebelum dilakukan pemotongan. 1.2. Pengistirahatan ternak Sebelum pemotongan sapi yang telah dipilih selanjutnya dikumpulkan di holding ground untuk diistirahatkan terlebih dahulu. Pengistirahatan sebelum pemotongan sekurang-kurangnya selama 24 jam bertujuan unutk mengosongkan isi perut dan menurunkan tingkat stress ternak serta mengurangi rigormortis (tekanan) pada daging 1.3. Pemeriksaan antemortem Pemeriksaan sebelum pemotongan bertujuan untuk mengetahui keadaan ternak apakah cedera atau tidak. Soeparno (1998) menyatakan bahwa ternak yang akan dipotong harus dalam keadaan sehat, tidak dalam keadaan lelah atau habis dipekerjakan. Pemeriksaan yang dilakukan di rumah pemotongan hewan PT Kadila meliputi keadaan ternak ada luka atau tidak, cacat atau tidak dan diperiksa kesehatannya . Pemerikasaan dimaksudkan untuk menentukan apakah hewan tersebut layak untuk dipotong atau tidak. 1.4. Penjatuhan ternak

28

Penjatuhan ternak di rumah potong hewan PT Kadila dilakukan secara modern yaitu dengan teknik pemingsanan. Sapi yang berada di cattle yard masuk melalui jalur kecil menuju RPH, kemudian di stunning pada bagian dahi. Setelah pingsan sapi di jatuhkan lalu di adakan pemotongan di bagian leher. 2. Perlakuan Saat Pemotongan (mortem) Proses pemotongan di RPH PT Kadila dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan disesuaikan menurut ketentuan yang berlaku. Penyembelihan dilakukan pada bagian leher dengan memotong vena jugularis, trachea, arteri carotis dan oesophagus. Menurut Majelis Ulama Indonesia bahwa dengan terputusnya jalan makanan dan jalan pernafasan maka hewan tersebut telah disembelih dengan cara yang halal dan dagingnya pun halal untuk dikonsumsi. Pengeluaran darah dapat dilakukan dengan cara menusuk jantung dari arah leher. Tujuan dari penusukan jantung adalah untuk mempercepat dan

menyempurnakan pengeluaran darah begitu juga dengan kematian ternak. Pengeluaran darah yang tidak sempurna dalam proses penyembelihan akan menyebabkan lebih banyak residu darah yang tertinggal didalam karkas, sehingga daging yang dihasilkan lebih gelap dan lemak daging dapat tercemar oleh darah (Soeparno, 1998). Metode yang digunakan dalam proses bleeding yaitu pisau masuk ke dalam dada melalui tulang iga pertama sebelah kiri, dengan tulang punggung diatasnya dan tulang dada dibawahnya. Arteri carotis dipotong dari arah tulang dada menuju tulang punggung dengan kemiringan 45 derajat (Soeparno, 1998). Rumah pemotongan hewan PT Kadila tidak melakukan seperti itu proses pengeluaran darah hanya dilakukan dengan cara menunggu hewan tersebut sampai benar-benar mati.

29

Permukaan tempat pemotongan dibuat lebih miring sehingga kepala berada di permukaan bawah atau lebih rendah. 3. Perlakuan Setelah Pemotongan (postmortem) Perlakuan setelah proses pemotongan di rumah pemotongan hewan PT Kadila yaitu pengulitan, pengeluaran jeroan (eviscerasi), serta pemisahan antara karkas dan non karkas. Setelah penyembelihan dan ternak benar-benar mati, maka dilakukan proses penyiapan karkas. Penyiapan karkas meliputi pemisahan kepala, pengulitan kepala, pemisahan ke empat kaki dan pengulitan tubuh (Soeparno, 1992) Pemisahan kepala dilakukan dengan cara memotong persendian tulang atlas yang terletak antara tulang leher dengan tengkorak. Sedangkan pemisahan kaki dilakukan pada tulang canon, yaitu pada metatarsus dan metacarpus. Menurut Soeparno (1998) kepala dan kaki termasuk dalam komponen non karkas eksternal. 3.1. Pengulitan Pengulitan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pengulitan dilantai, pengulitan digantung dan pengulitan yang menggunakan mesin (Soeparno, 1998). Pengulitan yang dilakukan di rumah pemtongan hewan PT Kadila adalah pengulitan dengan digantung. Prosesnya yaitu kaki belakang ditusuk oleh besi kemudian besi tersebut di tarik ke atas menggunakan katrol sehingga terangkat dan menggantung. Proses pengulitan dimulai dari bagian perut kemudian penyobekan kulit bagian perut dan diteruskan hingga bagian leher. Selanjutnya diteruskan dengan penyisitan menuju bagian punggung hingga seluruh kulit terlepas dari bagian daging. 3.2. Pengeluaran Jeroan (Eviscerasi)

30

Pengeluaran jeroan dilakukan cara membelah rongga dada dan tulang rusuk pada satu sisi menggunakan pisau dan kapak, sehingga semua isi perut dan organ dalam seperti usus, rumen, hati, limpa, paru-paru dan jantung dapat dikeluarkan 3.3. Pemotongan karkas Pemotongan karkas di RPH PT Kadila sama seperti RPH lainnya yaitu karkas dipotong menjadi empat bagian, 2 bagian kaki depan dan 2 bagian kaki belakang. Setelah dilakukan pemotongan , karkas ditimbang kemudian disimpan diruang pelayuan sampai diangkut oleh pembelinya. Apabila akan dikirim ke tempat yang jauh maka potongan karkas akan disimpan pada tempat atau ruang pendinginan. Pratiwi (1997) melaporkan bahwa bobot setengah karkas dingin sebagai indikator tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap persentase daging sapi Brahman Cross yang dipotong pada kisaran 350-550 kg. Pengaruh bobot karkas menjadi nyata apabila dikombinasikan dengan lemak subkutan dalam memprediksi persentase daging dengan tingkat akurasi yang relatif tinggi. Persantase karkas sapi Brahman Cross di PT Kadila kriteria Bull paling mahal harganya karena mengandung lemak sedikit dan persentase karkasnya 5156 %. Sedangkan persentase steer 48-52 % dan persentase heifer 46-50%. Perbandingan komposisi karkas antara bangsa tipe besar dan tipe kecil didasarkan pada bobot yang sama, maka bangsa tipe besar akan lebih besar perdagingannya dan lebih banyak mengandung protein, proporsi tulangnya lebih tinggi dan proporsi lemak lebih rendah daripada sapi tipe kecil (Williams, 1982 ; Black, 1983). Perbedaan ini disebabkan karena pada bobot yang sama, ternak tipe besar secara fisiologis adalah lebih muda. Sapi Eropa tipe kecil seperti Angus, Hereford dan Shorthorn mengandung lebih banyak lemak pada saat penggemukan daripada tipe

31

besar seperti Charolais (Williams, 1982). Sebelumnya Arthaud et al. (1969) dari penelitiannya menjelaskan bahwa karkas dan daging, sapi Brahman Cross jantan lebih berat dibandingkan dengan sapi kebiri pada bangsa yang sama. 3.4. Pemeriksaan postmortem Pemeriksaan postmortem dilakukan untuk melindungi konsumen dari penyakit yang dapat ditimbulkan karena mengkonsumsi daging yang tidak sehat. Pemeriksaan postmortem tidak dilakukan di RPH PT Kadila karena sebelum dilakukan pemotongan hewan sudah diperiksa dan dinyatakan sehat untuk disembelih. Jika terdapat sapi sakit yang dipotong karena terpaksa maka akan dilakukan pemeriksaan apabila terdapat bagian daging yang tidak layak konsumsi. Bagian tersebut akan pisahkan dari bagian yang layak konsumsi. Pemeriksaan post mortem dilakukan setelah semua proses tersebut di atas usai. Menurut Soeparno (1992), maksud dari pemeriksaan daging adalah (1) melindungi konsumen dari penyakit yang dapat ditimbulkan dari memakan daging yang tidak sehat, (2) melindungi konsumen dari pemalsuan daging dan (3) mencegah penyakit di antara ternak.

3.2.3 Pengolahan Limbah Dan Pembuatan Pupuk Kompos Limbah peternakan adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha pemeliharaan ternak dan aktivitas didalamnya. Limbah ternak adalah bahan yang tercerna oleh proses metabolisme hewan dan dikeluarkan sebagai feses dan urine. Pupuk kompos dapat terbuat dari kotoran ternak seperti sapi, daun-daunan atau kombinasi keduannya.

32

Dalam penanganan limbah, PT Kadila Lestari melakukan pembuatan pupuk dan sebagian limbah yang ada dimanfaatkan oleh petani disekitar perusahaan untuk digunakan sebagai pengganti pupuk buatan. Limbah atau kotoran sapi umumnya digunakan untuk memupuk tanaman palawija seperti jagung, cabai, tomat. Dalam pengambilan limbah petani bebas mengambil limbah dan sudah mendapat ijin dari manager untuk mengambil limbah tersebut. Para petani lebih suka mengambil limbah atau kotoran sapi yang sudah kering. Alasannya karena lebih mudah dalam membawa dan langsung dapat digunakan untuk memupuk tanaman. Selain itu, limbah juga dijual langsung dengan harga Rp 60,- /kg ( minimal satu truk yaitu 5-6 ton ). Jika di jual dalam bentuk kompos dengan harga 360,-/kg. Proses Pembuatan Pupuk Kompos Pengomposan adalah proses dekomposisi biologis yang mengubah bahan organik menjadi produk seperti humus yang stabil di bawah kondisi yang terkendali (Markel, 1981). Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa buangan, makhluk hidup (tanaman maupun hewan dimana prosesnya berjalan secara aerobik dan anerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu (Yuwono. 2005) Tahapan pembuatan pupuk di PT Kadila Lestari Jaya, yaitu : Setiap hari sapi-sapi yang ada dalam tiap-tiap pen dibiarkan membuang limbahnya dalam pen tersebut, baik limbah padat (feses) maupun limbah cair (urin). Selama satu periode penggemukan tanpa ada upaya untuk memindahkan limbah tersebut setiap harinya. Hal ini akan lebih mudah dalam penanganan dan lebih

33

efisien waktu, biaya, dan tenaga kerja bila dilakukan proses pengumpulan limbah ternak dalam satu waktu tertentu, tepatnya 15-24 hari. Saat proses pembongkaran berlangsung, sapi-sapi yang ada dalam pen tersebut dipindahkan ke pen yang kosong atau ke cattle yard. Setelah sapi-sapi keluar pen, bulldozer masuk ke dalam pen untuk mengumpulkan kotoran sapi dan menaikkannya ke dalam truk pengangkut. Setiap pen memerlukan rata-rata 6-8 truk untuk mengangkut kotoran. Untuk pengolahan limbah cair, dilakukan cara yang sedikit berbeda dari pengolahan limbah padat. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan mengalirkan limbah ke tempat penampungan sementara yang ada di dekat komplek kandang sampai beberapa waktu. Tempat penampungan ini berupa kolam luas dengan dilengkapi saluran air dan pipa-pipa untuk mengalirkan limbah cair perusahaan dari komplek kandang. Selain limbah cair, beberapa truk pengangkut limbah padat ada yang menurunkan limbahnya ke dalam kolam. Tujuannya untuk menambah jumlah komponen pupuk cair agar didapat kemampuan menyuburkan tanah lebih baik lagi. Kemudian setelah pupuk cair tersebut siap (sudah matang), barulah disalurkan ke lahan-lahan perkebunan yang membutuhkan.

3.3 Kegiatan Penunjang 3.3.1 Penimbangan ternak Penimbangan di PT Kadila Lestari Jaya biasanya dilakukan pada saat sapisapi tersebut baru datang dari Lampung atau saat akan di jual atau saat ada yang

34

membeli. Alat yang digunakan adalah indikator timbangan yang bermerk Ruddweight 500. 3.3.2 Wawancara dan Pengambilan Gambar Kegiatan wawancara dalam praktik kerja, hampir dilakukan setiap hari. Wawancara dilakukan baik pada waktu jam istirahat maupun pada jam kerja. Wawancara dilakukan dengan manager dan karyawan. Hasil dari wawancara dijadikan bahan untuk menyusun laporan maupun sebagai tambahan pengetahuan mahasiswa praktik kerja. Selain wawancara, dilakukan juga pengambilan gambar yang menunjang dalam pembuatan laporan praktik kerja. 3.4. Analisis Ekonomi Penerimaan PT Kadila Lestari Jaya di dapat hanya dari penjualan sapi. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai dengan penjualan berdasarkan bobot hidup ternak. Hasil analisis ekonomi usaha sapi potong PT. Kadila Lestari Jaya dihitung per bulan diperoleh penerimaan sebesar Rp 2.520.000.000,00 dengan biaya tetap sebesar Rp 156.295.833,30 dan biaya variabel sebesar Rp 1.203.629.500,00. Berdasarkan penerimaan, biaya tetap dan biaya variabel diperoleh keuntungan sebesar Rp1.160.074.666,70 .

3.4.1. Analisis Break Even Point (BEP) Break Even point adalah suatu titik yang menunjukkan keadaan total penerimaan sama dengan total biaya yang ada pada perusahaan yang bersangkut

35

atau merupakan titik dimana tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh keuntungan (Ahyari, 1986). Perhitungan break event point PT Kadila Lestari Jaya menggunakan rumus aljabar menurut Swasta dan Sukotjo (1995) yaitu perhitungan break even point dalam rupiah dan satuan dengan rumus BEP dalam rupiah = Biaya tetap : ( 1- (Biaya variable : Penerimaan) Hasil analisis menunjukan bahwa titik break even point dalam rupiah adalah Rp 299.417.305,20. Analisis Efisiensi Ekonomi Efisiensi menurut ekonomi tergantung pada harga-harga faktor produksi dan efisiensi teknologi. Efisiensi ekonomi (Return/Cost ratio) adalah perbandingan antara output dengan input. Semakin tinggi penerimaan semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh dan semakin efisiensi (Soekartawi, 1993). R / C Ratio = Penerimaan Biaya

Hasil analisis R/C ratio > 1, maka penggunaan biaya efisiensi makin besar perolehan, makin besar tingkat efisiensinya. R/C ratio = 1, maka penggunaan biaya tidak efisien (belum memperoleh pendapatan) R/C ratio <1, maka penggunaan biaya tidak efisiensi (belum memperoleh pendapatan)

36

Perhitungan usaha dilakukan dengan menggunakan metode Return Cost Ratio dan didapat hasil efisiensi usaha sebasar 1,8, artinya bahwa pengeluaran sebesar satu rupiah akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1,8 (Lampiran). 3.4.2. Rentabilitas Usaha peternakan memiliki beberapa analisis antara lain yaitu rentabilitas. Rentabilitas adalah perbandingan antara laba dengan modal yang menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto, 1999). Persentase hasil rentabilitas yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan bunga simpanan yang berlaku umum di Bank maka kegiatan usaha efisien. Sedangkan bila hasil rentabilitas yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan bunga simpanan yang berlaku di Bank maka kegiatan usaha kurang efisien.

Semakin besar perolehan rentabilitas maka semakin besar pula tingkat efesiensinya (Suyudi, 1996). Dari perhitungan yang diperoleh, laba yang didapat sebesar Rp 1.160.074.666,70 dan modal awal yang dipergunakan sebesar Rp 36.379.000.000. Sehingga nilai rentabilitas yang didapat yaitu laba dibagi modal dikalikan 100 persen yaitu sebesar 3,18 persen.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

37

1. PT. Kadila Lestari Jaya telah berhasil bergerak di bidang penggemukan sapi

Brahman Cross.
2. Pemberian pakan konsentrat sudah cukup baik karena telah diperhitungkan

kandungan nutrien dalam setiap bahan pakan.


3. Penanganan kesehatan ternak di PT. Kadila Lestari Jaya sudah cukup baik

karena adanya dokter hewan dan kandang karantina.


4. Tenaga kerja (caretaker) di bagian pakan masih kurang 5. Keuntungan PT. Kadila Lestari Jaya per bulan sebesar Rp 1.160.074.666,7.

Break event point (BEP) dalam rupiah diperoleh Rp 299.417.305,2 . Usaha yang dijalankan termasuk efisien dengan nilai R/C Ratio sebesar 1,8. Rentabilitas sebesar 3,18 persen sehingga dapat disimpulkan bahwa rentabilitas di PT. Kadila Lestari Jaya termasuk dalam kategori efisien. 4.2 Saran 1. Perlu penambahan tenaga kerja di bagian pakan

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Cetakan 1. Agro media Pustaka. Jakarta.

38

Ahyari, A. 1986. Analisis Pulang Pokok Edisi I. BPFE. Yogyakarta. Anggorodi, 1984. Ilmu Makanan Ternak. PT. Gramedia. Jakarta. Kaharudin. 2010. Petunjuk Praktis Perkandangan Sapi. Balai pengkajian teknologi pertanian NTB. NTB Merkel, J.A. 1981. Managing Livestock Waste. Avi Publishing Company, Inc. Connecticut Riyanto, B. 1999. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta. Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya : Jakarta Santosa, U. 2000. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan Ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta. Siregar, S.B. 2000. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya . Jakarta. Siregar, S.B. 2007. Penggemukan sapi cetakan II. Penebar Swadaya, Jakarta. Soeparno. 1992. Ilmu Dan Teknologi Daging. Cetakan Ke-1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Soeparno. 1998. Ilmu Dan Tehnologi Daging. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Soekartawi, A. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press. Jakarta. Sugeng, B.Y. 1996. Sapi Potong. Penebar Swadaya . Jakarta Sugeng, B.Y. 2000. Sapi Potong. Cetakan Kedelapan. Penebar Swadaya, Jakarta. Suyudi, M. 1996. Analisis Ekonomi Usaha Peternakan. Pradja Paramita. Jakarta. Yuwono. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta

DAFTAR GAMBAR

39

1. Pemberian pakan

2. Pembuatan pakan dan konsentrat

3. Tempat pengolahan limbah

4. Tempat penampungan limbah

40

5. Tempat penampungan konsentrat dan hijauan

6. Gudang hijauan dan chopper 7. Pakan ternak

Bungkil Kedele

Tengkawang

Garam

Onggok

41

Ampas Biji Kopi

Bungkil Sawit

Abu Jagung

Ampas Kopi

Corn Seed

Molases

Ampas Bir

Hijauan

42

Denah PT Kadila Lestari Jaya

4 2 1
offic e DeLav al C Y

K L M N

C Y

10 3

O
9 R

PUPU K

C Y

Keterangan : 1. Kantor 2. Kandang K, L, M ( finisher ) 3. Pupuk 4. DeLaval 5. Kandang N ( pedet ) 6. Kandang O 7. Kandang P 8. Cattle Yard

43

Lampiran 1. Susunan Jumlah Bahan Pakan Secara Manual No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Bahan Pakan A.Jagung B.Kapuk B.Kelapa B.Sawit Tengkawang Biji Jagung B.Kacang Tanah Ekstrak Meal Corn Feed D.Kopi DDGS Garam Gaplek Kedelai Onggok Polard Premix W.Rice/dedak R.Seed Meal Tetes Urea JUMLAH Jumlah (kg) 30 45 84 150 98 97 165 66 5 45 75 263 41 135 120 75 8 1502

44

Lampiran 2. Susunan jumlah bahan secara DeLaval No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Bahan Pakan A.Jagung B.Kapuk B.Kelapa B.Sawit Tengkawang Biji Jagung B.Kacang Tanah Ekstrak Meal Corn Feed D.Kopi DDGS Garam Gaplek Kedelai Onggok Polard Premix W.Rice/dedak R.Seed Meal Tetes Urea Daun jagung A.bir JUMLAH Jumlah (kg) 90 120 230 410 260 250 440 180 14 130 200 710 109 370 320 200 20 2100 6153

Sumber : PT Kadila Lestari Jaya (2012)

Lampiran 3. Analisis Ekonomi

45

A. Penerimaan tunai Penjualan sapi : 600 ekor x 450 kg x Rp 28.000,00 = Rp 7.560.000.000,00 Penjualan sapi per bulan = Rp 7.560.000.000,00: 3 = Rp 2.520.000.000,00 B. Biaya pengeluaran 1. Biaya tetap Uraian Kandang Gudang Kantor Mesin mixer Timbangan Timbangan mobil Timbangan sapi DeLaval jumlah Jumlah DT (unit) (bulan) 150 9000 4 240 2 120 4 4 1 3 1 240 240 240 180 60 NB (Rp) 30.000.000.000 3.000.000.000 500.000.000 400.000.000 4.000.000 400.000.000 75.000.000 NS (Rp) 22.500.000.000 2.250.000.000 375.000.000 40.000.000 3.000.000 300.000.000 56.250.000 Penyusutan 833.333,33 3.125.000 1.041.666,67 1.500.000 4.166,67 416.666,67 1.041.666,67 8.333.333,33 16.295.833,3

2.000.000.000 1.500.000.000 36.379.000.000 25.524.250.000

Penyusutan selama per bulan = Rp 16.295.833,33 Gaji tenaga kerja tetap


1. Manager 1 orang x Rp 5.000.000,00

= Rp 5.000.000,00 = Rp 10.000.000,00 = Rp 15.000.000,00 = Rp 5.000.000,00 = Rp 105.000.000,00


+

2. Wakil GM 1 orang x Rp 10.000.000,00 3. GM 1 orang x 15.000.000,00


4. Tenaga kerja kantor 2 orang x Rp 2.500.000,00 5. Tenaga kerja 100 orang x Rp 1.050.000,00

Jumlah total Total biaya tetap Rp16.295.833,33 + Rp 140.000.000,00

= Rp 140.000.000,00 = Rp 156.295.833,3

46

1. Biaya variabel a. Pakan Konsentrat 11 kg/ekor x 30 hari x Rp 2.400/Kg Hijauan 4 kg/ekor x 30 hari Rp 200/Kg Ampas bir 1 kg/hari x 30 hari x Rp 450/kg
b. Tagihan listrik per bulan c. Tagihan telepon per bulan d. Pembelian sapi 600 x 300 kg x Rp 20.000,00

= Rp 792.000,00 = Rp = Rp 24.000,00 13.500,00

= Rp 2.000.000,00 = Rp 800.000,00

= Rp 3.600.000.000,00 Pembelian sapi per bulan Rp 3.600.000.000,00 : 3 = Rp 1.200.000.000,00 Total biaya variabel = Rp 1.203.629.500,00
+

Total biaya pengeluaran = biaya tetap + biaya variabel = Rp 156.295.833,3 + Rp = Rp 1.359.925.333,3


C. Pendapatan per bulan

1.203.629.500,00

Total penerimaan total biaya = Rp 2.520.000.000,00 - Rp 1.359.925.333,3 = Rp 1.160.074.666,7 D. BEP BEP dalam rupiah = Biaya tetap : ( 1- (Biaya variable : Penerimaan) = Rp 156.295.833,3 : ( 1 (Rp 1.203.629.500,00 : Rp 2.520.000.000,00) = Rp 299.417.305,2 E.Rentabilitas RE = (Keuntungan : Modal ) x 100% = (Rp 1.160.074.666,7 : Rp 36.379.000.000 ) x 100 % = 3,18 % F. R/C ratio

47

R/C = Penerimaan : Biaya total = Rp 2.520.000.000,00 : Rp 1.359.925.333,3 = 1,8

Sumber : PT Kadila Lestari Jaya (2012)

Anda mungkin juga menyukai