Anda di halaman 1dari 10

Seminar Berdasi, Balé Santika Universitas Padjadjaran Jatinangor, 4 Juli 2018

HUBUNGAN KADAR AIR DAN AKTIVITAS AIR MADU Apis


dorsata DAN Trigona DARI INDONESIA
Matilda Christina Tri Tresnawati, Firna Apriliani Shafira, Bambang Nurhadi, Sumanti Debby
Moody

Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21. Jatinangor, Kab. Sumedang, Jawa Barat.

christina.tri78@gmail.com

ABSTRAK

Madu merupakan cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan lebah
madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral) dan
memiliki fungsi kesehatan bagi manusia karena mengandung berbagai zat gizi. Madu Trigona
memiliki karakteristik yang berbeda dengan madu Apis dorsata. Perbedaan karakteristik madu
Trigona dengan madu Apis dorsata dipengaruhi oleh perbedaan spesies lebah dan perbedaan
asal wilayah lebah. Madu alami memiliki kadar air dan aw yang tinggi sehingga perlu
dilakukan pengolahan yang minim untuk menurunkan kadar air dan aw awal madu sehingga
madu dapat stabil selama penyimpanan dan tidak terfermentasi. Madu yang stabil memiliki aw
berkisar antara 0.56-0.62. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan kadar air dengan
aw madu dari berbagai daerah di Indonesia yaitu Sulawesi Selatan, Riau, Lampung, Lampung
Utara, Banten, Bogor, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Bengkulu.
Madu dari berbagai daerah dikumpulkan, kemudian dipanaskan secara vakum pada suhu 400C
dan tekanan 25 mmHg selama 5 jam. Kemudian setiap interval waktu 1 jam diukur kadar air
madu dan aw madu. Kondisi awal madu memiliki kadar air 19.02 ± 0.14 - 29.52 ± 0.00% b/b
dan aw 0.626 ± 0.00 - 0.758 ± 0.00. Higroskopis madu tertinggi adalah madu Trigona 7 dari
daerah Bengkulu dan terendah adalah madu Apis dorsata 3 dari daerah Lampung Utara.
Sampel madu Apis dorsata dan Trigona dapat stabil dalam proses penyimpanan pada kadar
air antara 12.2775-21.4421 % b/b dan aw 0.62.

Kata Kunci: aw, higroskopis, kadar air, pemanasan

PENDAHULUAN

Madu merupakan cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan
dari lebah madu (Apis sp.) dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari
tanaman (ekstra floral) (Badan Standarisasi Nasional, 2013). Beberapa daerah di Indonesia
Seminar Berdasi, Balé Santika Universitas Padjadjaran Jatinangor, 4 Juli 2018

yang memproduksi madu diantaranya adalah Sulawesi Selatan, Riau, Lampung Utara, Banten,
Bogor, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Bengkulu.
Madu dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti bidang pangan, bidang
kesehatan, bidang kecantikan, dan bidang farmasi. Riset ilmiah terbaru membuktikan bahwa
madu potensial sebagai antioksidan, antimikroba, antijamur, dalam perawatan kulit, pengawet
makanan, dan sebagai obat luka (Rusfidra, 2006). Pemanfaatan madu dalam berbagai bidang
ini disebabkan karena madu mengandung gula-gula sederhana, garam mineral, asam organik,
antioksidan, protein dan asam amino, serta zat lain yang dapat dimanfaatkan tubuh (Rybak
dan Chmielewska, 2004).
Lebah penghasil madu yang diketahui masyarakat pada umumnya bergenus Apis.
Salah satu spesies lebah penghasil madu adalah lebah Apis dorsata. Lebah Apis dorsata
adalah lebah madu asli Indonesia dengan ukuran tubuh paling besar, berwarna hitam, dapat
tinggal di dataran 0-1.000 meter dpl dan hanya berkembang di kawasan tropis dan subtropis
Asia, dan mampu memproduksi madu 10-20 kg per koloni per panen (Suranto, 2007).
Selain Apis dorsata, terdapat juga lebah genus lain penghasil madu, salah satunya
adalah lebah bergenus Trigona. Lebah Trigona memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari
tubuh lebah Apis dorsata. Produksi madu lebah Trigona juga lebih sedikit daripada produksi
madu lebah Apis dorsata. Hal ini disebabkan karena lebah Trigona lebih banyak
menghasilkan propolis yang berfungsi untuk perlindungan terhadap serangan predator.
Produksi propolis yang lebih banyak dilakukan karena lebah Trigona tidak memiliki sengat
untuk pertahanan diri (Wijayanti, Herdiana, dan Mardihusodo, 2003).
Madu yang dihasilkan lebah Trigona memiliki karakteristik yang berbeda dengan
madu Apis dorsata. Perbedaan karakteristik madu Trigona dengan madu Apis dorsata
dipengaruhi oleh perbedaan spesies lebah dan perbedaan asal wilayah lebah. Selain itu,
perbedaan karakteristik madu dipengaruhi juga oleh berbagai faktor diantaranya adalah
perbedaan iklim dan cuaca dan jenis nektar yang dikumpulkan lebah (Chayati, 2008).
Madu alami, biasanya memiliki kadar air dan aw yang tinggi. Nilai aw madu yang
melebihi dari standar dapat mengakibatkan terjadinya fermentasi madu oleh khamir (yeast)
osmotolerant yang dapat mengubah fruktosa dan glukosa menjadi alkohol dan karbon
dioksida (Snowdon dan Cliver, 1996). Oleh sebab itu, perlu ada proses pengolahan pasca
panen yang minimal untuk mengurangi kadar air dan aw awal madu sehingga madu dapat
stabil selama penyimpanan (Sihombing, 2005). Nilai aw madu berkisar antara 0.56-0.62,
sehingga pertumbuhan organisme bersel satu akan terhambat pertumbuhannya dalam aktivitas
Seminar Berdasi, Balé Santika Universitas Padjadjaran Jatinangor, 4 Juli 2018

air yang terlalu rendah (Jaya, 2017). Menurut Badan Standarisasi Nasional (2013) kadar air
madu yang baik maksimal 22% b/b.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan kadar air dengan aw madu
dari daerah Sulawesi Selatan, Riau, Lampung, Lampung Utara, Banten, Bogor, Kalimantan
Timur, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Bengkulu.

METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol vial, aw meter, refraktometer
abbe, neraca analitik, dan oven vakum. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini
adalah madu dari lebah Apis dorsata dan Trigona dari berbagai daerah.
Tabel 1. Daftar Sampel Madu Lebah Apis dorsata dan Trigona
Kode
No Spesies Lebah Lokasi Asal Sumber Nektar
sampel
Ds. Kupa, Kec. Mallusetasi, Kab.
1 A1 Apis dorsata Multiflora
Barru, Sulsel
2 A2 Apis dorsata Kab. Kampar Riau Multiflora
Semuli Jaya, Kec. Abung Semuli.
3 A3 Apis dorsata Multiflora
Kab. Lampung Utara
4 A4 Apis dorsata Muara Dua, Lampung Multiflora
5 A5 Apis dorsata Kab. Siak, Riau Multiflora
6 A6 Apis dorsata Kab. Kampar, Riau Dominan akasia
7 T1 Tetragonula apicalis Banten Multiflora
8 T2 Trigona laevicep Cipadang, Lebak, Banten Multiflora
9 T3 Tetragonula biroi Sindang Barang, Bogor Multiflora
Hutan pendidikan Unmul, Kel.
10 T4 Geniotrigona incise Lempake, Kec. Samarinda Utara, Multiflora
Samarinda, Kaltim
11 T5 Trigona laevicep Jawa Timur Multiflora
Dusun Setingga Tawar, Kec. Paloh,
12 T6 Trigona Multiflora
Kab. Sambar, Kalimantan Barat
13 T7 Trigona spp Bengkulu Multiflora
Pisang, pinang,
14 T8 Heterotrigona itama Kalimantan Barat
kelapa, AMP

Prosedur pengujian Aktivitas Air (aw)


Pengujian aw madu dilakukan dengan pengambilan sampel ke dalam wadah sampel
sampai terisi setengahnya kemudian disimpan ke dalam alat aw meter lalu dilakukan
pembacaan aw oleh alat.
Seminar Berdasi, Balé Santika Universitas Padjadjaran Jatinangor, 4 Juli 2018

Prosedur Pengujian Kadar Air


Pengujian kadar air madu dilakukan dengan pembacaan nilai indeks bias sampel pada
suhu 200C dengan menggunakan alat refraktometer. Penentuan kandungan air dalam sampel
dilakukan dengan membandingkan nilai indeks bias dan kadar air.

Prosedur Variasi Hubungan Kadar Air dan Aktivitas Air (aw)


Prosedur penelitian yang dilakukan dengan cara pengurangan kadar air madu dalam
botol vial yang sudah diketahui beratnya dengan menggunakan oven vakum dengan suhu
400C dan tekanan 25 mmHg pada lima titik waktu yaitu setiap kelipatan 1 jam kemudian
dilakukan pengukuran berat sebelum dan sesudah pengovenan, pengukuran kadar air madu,
dan pengukuran aw madu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Kadar Air dan Aktivitas Air (aw) Awal Madu
Kadar air dan aktivitas air madu merupakan salah satu parameter penentu kualitas
madu. Madu yang baik memiliki kadar air dan aktivitas air sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Hasil pengamatan kadar air dan aw awal madu dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar Air dan Aktivitas Air (aw) Awal Madu Apis dorsata dan Trigona
Kode Sampel Kadar Air Awal (% b/k) Kadar Air Awal (% b/b) Aktivitas Air Awal (aw)
A1 36.28 ± 0.26 26.62 ± 0.14 0.710 ± 0.00
A2 32.31 ± 0.25 24.42 ± 0.14 0.701 ± 0.00
A3 23.64 ± 0.00 19.12 ± 0.00 0.664 ± 0.00
A4 23.49 ± 0.22 19.02 ± 0.14 0.657 ± 0.00
A5 26.29 ± 0.23 20.82 ± 0.14 0.666 ± 0.00
A6 33.73 ± 0.25 25.22 ± 0.14 0.695 ± 0.01
T1 41.28 ± 0.28 29.22 ± 0.14 0.740 ± 0.00
T2 41.88 ± 0.00 29.52 ± 0.00 0.757 ± 0.00
T3 40.69 ± 0.56 28.92 ± 0.28 0.756 ± 0.00
T4 37.78 ± 0.27 27.42 ± 0.14 0.735 ± 0.00
T5 25.85 ± 0.04 20.54 ± 0.03 0.626 ± 0.00
T6 41.68 ± 0.28 29.42 ± 0.14 0.738 ± 0.00
T7 40.49 ± 0.28 28.82 ± 0.14 0.755 ± 0.00
T8 39.12 ± 0.00 28.12 ± 0.00 0.758 ± 0.00

Kadar air awal madu berkisar antara 19.02 ± 0.14 - 29.52 ± 0.00% b/b. Kadar air madu
tertinggi dimiliki sampel T2 dari daerah Banten dan kadar air terendah dimiliki sampel A4
dari daerah Lampung. Urutan kadar air madu dari tertinggi sampai terendah adalah T2, T6,
T1, T3, T7, T8, T4, A1, A6, A2, A5, T5, A3, dan A4. Hal ini berarti sampel T2 lebih encer
dari A4. Sampel A5, T5, A3, dan A4 memiliki kadar air kurang dari 22% b/b sedangkan
Seminar Berdasi, Balé Santika Universitas Padjadjaran Jatinangor, 4 Juli 2018

sampel T2, T6, T1, T3, T7, T4, T8, A1, A6, dan A2 memiliki kadar air lebih dari 22% b/b.
Madu dengan kadar air tinggi (>18%) akan merangsang pertumbuhan khamir yang
menyebabkan fermentasi (White, 1992).
Secara umum, kadar air madu Trigona lebih tinggi dari kadar air madu Apis dorsata.
Kadar air madu berdasarkan SNI tidak berlaku untuk madu Trigona. Hal ini disebabkan
karena madu Trigona mengandung air dalam jumlah yang banyak sehingga kadar airnya
tinggi sesuai dengan penelitian menurut Tanuwidjaya (2014) yang telah meneliti kadar air
madu Trigona dengan rata-rata ±28,2%.
Kadar air madu dipengaruhi oleh kelembaban relatif udara. Indonesia beriklim tropis
dengan kelembaban relatif udara berkisar 60%-90% (Sihombing 2005) sehingga
mengakibatkan kadar air madu tinggi. Selain itu, kadar air madu juga dipengaruhi oleh sel
tempat penyimpanan madu yang berbeda. Sel tempat penyimpanan madu Trigona terbuat dari
lilin dan resin sedangkan madu Apis terbuat dari lilin murni (Chaves, Gomes, dan Costa.,
1836). Madu Trigona sepanjang waktu mengalami kontak dengan udara. Madu yang jenuh
akan gula (65%-80%; Hack-Gil et al., 1998) bersifat higroskopis (White, 1992) dan menyerap
air dari lingkungan sekitar bila kontak dengan udara. Hal ini menyebabkan kadar air madu
Trigona tinggi.
Aktivitas air awal madu berkisar antara 0.626 ± 0.00 - 0.758 ± 0.00. Aktivitas air (aw)
madu tertinggi dimiliki sampel T8 dari daerah Kalimantan Barat dan terendah dimiliki sampel
T5 dari daerah Jawa Timur. Urutan aw madu dari tertinggi sampai terendah adalah T8, T2, T3,
T7, T1, T6, T4, A1, A2, A6, A5, A3, A4, dan T5. Seluruh aw madu Apis dorsata dan Trigona
lebih tinggi dari 0,62% sehingga masih dapat ditumbuhi oleh mikroorganisme yaitu khamir
osmotoleran yang dapat menyebabkan fermentasi pada madu sehingga perlu dilakukan
penanganan pasca panen yaitu pemanasan untuk menurunkan aw sampai batas aman.

Hubungan Kadar Air dan Aktivitas Air (aw) Madu


Proses pemanasan madu Apis dorsata mengakibatkan penurunan kadar air dan
aktivitas air madu. Kadar air dan aktivitas air madu yang rendah dapat mencegah pertumbuan
mikroorganisme sehingga madu stabil selama proses penyimpanan. Hubungan kadar air dan
aktivitas air madu Apis dorsata dapat digambarkan dalam kurva. Kurva dari masing-masing
sampel madu Apis dorsata dapat dilihat pada Gambar 1.
Kadar air dan aktivitas air madu memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Berdasarkan Gambar 1, setelah proses pemanasan selama 5 jam, kadar air seluruh sampel
madu Apis dorsata terus mengalami penurunan begitu juga dengan nilai aktivitas air madu
Seminar Berdasi, Balé Santika Universitas Padjadjaran Jatinangor, 4 Juli 2018

juga mengalami penurunan. Hal ini berarti semakin lama proses pemanasan, maka nilai kadar
air dan aktivitas air madu akan semakin rendah.

Gambar 1. Kurva Hubungan Kadar Air dengan Aktivitas Air Madu Apis dorsata
Keterangan : (A) Apis dorsata 1 (B) Apis dorsata 2 (C) Apis dorsata 3 (D) Apis dorsata 4
(E) Apis dorsata 5 (F) Apis dorsata 6

Proses pemanasan madu Trigona mengakibatkan penurunan kadar air dan aktivitas air
madu. Kadar air dan aktivitas air madu yang rendah dapat mencegah pertumbuan
mikroorganisme sehingga madu stabil selama proses penyimpanan. Hubungan kadar air dan
aktivitas air madu Trigona dapat digambarkan dalam kurva. Kurva dari masing-masing
sampel madu Trigona dapat dilihat pada Gambar 2.
Kadar air dan aktivitas air madu memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Berdasarkan Gambar 2, setelah proses pemanasan selama 5 jam, kadar air seluruh sampel
Seminar Berdasi, Balé Santika Universitas Padjadjaran Jatinangor, 4 Juli 2018

madu Trigona terus mengalami penurunan begitu juga dengan nilai aktivitas air madu juga
mengalami penurunan. Hal ini berarti semakin lama proses pemanasan, maka nilai kadar air
dan aktivitas air madu akan semakin rendah.

Gambar 2. Kurva Hubungan Kadar Air dengan Aktivitas Air Madu Trigona
Keterangan : (A) Trigona 1 (B) Trigona 2 (C) Trigona 3 (D) Trigona 4(E) Trigona 5 (F) Trigona 6
(G) Trigona 7 (H) Trigona 8
Seminar Berdasi, Balé Santika Universitas Padjadjaran Jatinangor, 4 Juli 2018

Stabilitas Madu
Madu memiliki perubahan aw pada rentang yang rendah yaitu pada kisaran 0,5-0,7.
Tingkat kestabilan dan higroskopis madu dapat ditentukan dengan kurva linear. Stabilitas
madu dapat ditentukan berdasarkan nilai slope dan intersep dari persamaan garis linear kurva
hubungan aktivitas air dengan kadar air. Semakin besar nilai slope pada kurva, maka stabilitas
madu semakin berkurang dan madu semakin higroskopis. Begitu juga sebaliknya, semakin
kecil nilai slope pada kurva maka madu semakin stabil dan higroskopisnya semakin rendah.
Sabilitas madu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Stabilitas Madu Apis dorsata dan Trigona


Kadar Kadar
Kode Aktivitas
Persamaan R2 Slope Intersep Air (% Air (%
Sampel air (aw)
b/k) b/b)
A1 y=126.68x - 54.333 0.8948 126.68 54.333 0.62 24.2086 19.4903
A2 y=67.477x - 14.541 0.8981 67.477 14.541 0.62 27.2947 21.4421
A3 y=20.835x + 9.9682 0.6508 20.835 9.9682 0.62 22.8859 18.6237
A4 y=23.346x + 8.1584 0.7976 23.346 8.1584 0.62 22.6329 18.4558
A5 y=74.438x - 23.263 0.8668 74.438 23.263 0.62 22.8886 18.6255
A6 y=76.889x - 20.57 0.7742 76.889 20.57 0.62 27.1012 21.3225
T1 y=158.72x - 75.559 0.9336 158.72 75.559 0.62 22.8474 18.5982
T2 y=149.6x - 71.106 0.9176 149.6 71.106 0.62 21.6460 17.7943
T3 y=178.6x - 94.037 0.9332 178.6 94.037 0.62 16.6950 14.3065
T4 y=133.18x - 60.754 0.8244 133.18 60.754 0.62 21.8176 17.9101
T5 y=104.34x - 39.901 0.6447 104.34 39.901 0.62 24.7898 19.8652
T6 y=188.22x - 97.527 0.9725 188.22 97.527 0.62 19.1694 16.0858
T7 y=189.09x - 103.24 0.9643 189.09 103.24 0.62 13.9958 12.2775
T8 y=159.32x - 82.247 0.7804 159.32 82.247 0.62 16.5314 14.1862

Nilai slope terbesar dimiliki sampel T7 dari daerah Bengkulu dan terkecil dimiliki
sampel A3 dari daerah Lampung Utara. Urutan nilai slope dari terkecil hingga terbesar adalah
T7, T6, T3, T8, T1, T2, T4, A1, T5, A6, A5, A2, A4, dan A3. Madu T7 lebih higroskopis
dibandingkan dengam madu A3. Semakin higroskopis madu, maka kemampuan menyerap air
madu semakin kuat sehingga stabilitas madu selama proses penyimpanan semakin berkurang,
begitu juga sebaliknya. Secara umum, nilai slope sampel madu Trigona lebih tinggi
dibandingkan dengan madu Apis dorsata. Hal ini berarti madu Trigona dapat digolongkan
sebagai bahan pangan yang memiliki higroskopis yang lebih tinggi dibandingkan dengan
madu Apis dorsata. Kestabilan madu Trigona lebih rendah dibandingkan dengan madu Apis
dorsata sehingga kemampuan penyerapan air dari lingkungan madu Trigona lebih kuat
dibandingkan dengan madu Apis dorsata.
Seminar Berdasi, Balé Santika Universitas Padjadjaran Jatinangor, 4 Juli 2018

Penentuan kadar air pada aktivitas air (aw) 0.62 dilakukan berdasarkan persamaan
garis linear dari kurva hubungan kadar air dan aktivitas air pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Kadar air seluruh sampel madu Apis dorsata dan Trigona pada aktivitas air (aw) 0.62
berdasarkan Tabel 3 berkisar antara 13.9958-27.2947 % b/k atau 12.2775-21.4421 % b/b. Hal
ini menunjukan bahwa seluruh sampel madu Apis dorsata dan Trigona dapat stabil dalam
proses penyimpanan pada kadar air antara 12.2775-21.4421 % b/b dan aw 0.62 dan memenuni
standar yang sudah ditetapkan. Kadar air terendah adalah sampel T7 dari daerah Bengkulu
dan tertinggi adalah sampel A2 dari daerah Riau.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian, kadar air dan aw madu Trigona lebih tinggi dari madu
Apis dorsata. Kondisi awal madu memiliki kadar air 19.02 ± 0.14 - 29.52 ± 0.00% b/b dan aw
0.626 ± 0.00 - 0.758 ± 0.00. Proses pemanasan madu dengan menggunakan oven vakum
mengakibatkan kadar air dan aw madu terus menurun. Sampel madu Apis dorsata dan Trigona
dapat stabil dalam proses penyimpanan pada kadar air antara 12.2775-21.4421 % b/b dan aw
0.62. Higroskopis madu tertinggi adalah madu Trigona 7 dari daerah Bengkulu dan terendah
adalah madu Apis dorsata 3 dari daerah Lampung Utara.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan arahan selama penelitian dan melakukan penulisan kepada
penulis serta kepada Kepala Laboratorium Keteknikan Pengolahan Pangan dan Laboratorium
Uji Departemen Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran serta pihak-pihak yang membantu
terselesaikannya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2013. SNI 3545-2013 : Madu. Badan Standarisasi
Nasional Indonesia, Jakarta.
Chaves AFA, Gomes JEH, Costa AJS. 1836. Physical chemistry of Melipona fulva Lepeletier
honey characterization, 1836 (Hymenoptera: Apidae: Meliponinae) used in
beekeeping by traditional communities around the city of Macapa-AP. Biota Amazon.
2012;2(1):1-9.
Chayati, I. 2008. Sifat Fisikokimia Madu Monoflora dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Jawa Tengah. J. Agritech : 28 : 11-13.
Seminar Berdasi, Balé Santika Universitas Padjadjaran Jatinangor, 4 Juli 2018

Hack-Gil C, Myung-Kyoo H, Jae-Gil K. 1998. The chemical composition of Korean Honey.


Korean Journal of Food Science Technology. 20:631-636.
Jaya, F. 2017. Produk-produk Lebah Madu dan Hasil Olahannya. UB Press, Malang. P. 27-
28.
Rusfidra. 2006. Madu Cindera Mata Alam Menyehatkan. Artikel Iptek Harian Pikiran Rakyat.
Bandung, 27 Juli 2006.
Rybak H. dan Chmielewska. 2004. Honey. United State, CRC press LLC, hal. 1-5.
Sihombing, D. T. H. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Snowdon, J. A., & Cliver, D. O. 1996. Microorganisms in honey. International Journal of
Food Microbiology, 31, 1–26.
Suranto, A. 2007. Terapi Madu. Penebar Plus, Jakarta. 5-34 p.
Tanuwidjaya, S. J. 2014. Karakteristik Kimia dan Organoleptik Madu dari Lebah Apis
mellifera, Apis cerana, Apis dorsata, dan Trigona sp. Fakultas peternakan. IPB, Bogor.
White, J.W. 1992. Quality Evaluation of Honey: Role of HMF and Diastase Assays in Honey
Quality Evaluation. American Bee Journal. 132(11/12): 737-742, 792-794.
Wijayanti MA, Herdiana EM, Mardihusodo SY. 2003. Efek Bee Propolis terhadap Infeksi
Plasmodium berghei pada Mencit Swiss. J. Berkala Ilmu Kedokteran : 35(2) : 81-89.

Anda mungkin juga menyukai