Pengertian
Hurdle technologytechnology merupakan kombinasi dari merupakan kombinasi dari
beberapa metode pengawetan untuk memperpanjang masa simpan dengan masa simpan dengan
menggunakan suhu rendah selama penyimpanan (Ratnasari et al., 2014).
Hurdle technology merupakan treatment pengawetan pangan yang efektif atau (effective
preservation of food) dengan mengkombinasikan perlakuan yang mempunyai efek sinergis
sehingga berpotensi untuk memperbaiki stabilitas produk dan meningkatkan mutu pangan
Hurdle technology masih jarang diterapkan oleh home industry pangan, hal ini dikarenakan
pandangan sempit bahwa treatment pengawetan pangan tersebut akan memerlukan biaya yang
mahal dan peralatan yang rumit. Namun dalam penerapannya, treatment ini mudah untuk
dilakukan karena dapat menekan biaya produksi dan mengurangi penurunan mutu suatu produk
pangan (Witono et al., 2012).
Pengembangan hurdle technology antara lain dapat dilakukan dengan mengkombinasikan
perlakuan fisik dan bahan pengawet alami seperti kunyit dan jahe. Penggunaan bahan pengawet
alami sebagai antimikroba dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan (Corner, 1995).
teknologi rintangan dapat meningkatkan keamanan mikroba buah dan sayuran acar. Radiasi
gamma, osmotik dehidrasi, dan pengeringan infra merah dapat menginduksi mikroba memuat
irisan nanas dan dengan demikian meningkatkan kehidupan diri hingga 40 hari (Saxena et al.,
2009).
Keamanan mikroba dan stabilitas sebagian besar makanan didasarkan pada aplikasi faktor
pengawetan yang disebut "hurdle", dan teknik penerapan pengawetan yang berbeda dikenal
sebagai “teknologi hurdle” (Pal,2014).
Beberapa faktor hurdle seperti aktivitas air, perawatan panas dan antimikroba diterapkan untuk
menjaga kelembaban tinggi produk buah-buahan seperti pepaya, pisang, nanas, mangga, dan
Persik (Alzamora et al., 1993).
Pal, M.,Shimelis, A., Mamo,W.,Barot,A.M, Pinto,S.V dan Prajapati, J.P. (2017). Hurdle
technology : a novel approach for food preservation. Beverage and Food World,
44(1) : 20-26.
Pal, M., Gebretensey, A., Shiberu, T., Abdurahman, M. and Karanfil,O. 2014. The role of
bacteriosin as food preservative. Beverage and Food World, 42: 28-30.
Alzamora, S.M., Tapia, M.S., Argaiz, A. and Welli, J. 1993. Application of combined methods
technology in minimally processed fruits. Food Research International 26: 125-130.
Ratnasari, Z., Baehaki,A. dan Supriadi, A. (2014). Penggunaan garam, sukrosa dan asam sitrat
konsentrasi rendah untuk mempertahankan mutu fillet ikan gabus (Channastriata)
yang disimpan pada suhu 40c. Fishtech, 3(1) : 8-14.