Disusun Oleh :
ALIFIANITA PURWANDARI (151710101045)
ABDAN DANIAL H. (151710101069)
VIOLA AWANG WULANSARI (151710101105)
KIND AISYAH AMINI (151710101117)
MUHAMMAD ANGGA ELAN P. (151710101123)
THP-C
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan kopi paling
banyak. Kopi merupakan hasil komoditi perkebunan yang memberikan kontribusi
besar karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki peran
yang penting bagi devisa negara , kopi juga digunakan sebagai sumber
penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia
(Rahardjo, 2012).
Salah satu jenis kopi yang banyak dihasilkan oleh Indonesia yaitu kopi
robusta. Produktivitas yang tinggi pada kopi robusta menyebabkan pengaruh besar
dalam keberhasilan agribisnis. Mutu kopi perlu ditingkatkan seiring dengan
peningkatan produktivitas sehingga kopi robusta mampu bersaing dengan pasar
dunia (Rahardjo, 2012).
Proses produksi dan pengolahan komiditas kopi merupakan aspek penting
dalam menghasilkan mutu kopi yang baik. Pemilihan kopi unggul, pemeliharan,
pengendalian hama dan gulma, pemupukan yang seimbang, pemanenan serta
pengolahan kopi pasca panen mempunyai fungsi penting untuk mendapatkan
mutu kopi tinggi. Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam menentukan
kualitas dan cita rasa kopi (Rahardjo, 2012).
Mutu akhir kopi yang tinggi akan dipengaruhi oleh mutu dari biji kopi.
Sehingga mutu biji kopi yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan untuk
pembuatan kopi. Pengolahan kopi pasca panen seperti proses sortasi, fermentasi,
pencucian, pengeringan, dan penyangraian harus dilakukan secara sempurna dan
efektif untuk menghasilkan mutu biji kopi yang tinggi.
Pada pengolahan pasca panen, proses pengolahan yang cukup
menggunakan waktu lama yaitu pada proses fermentasi. Fermentasi pada kopi
terbagi menjadi tiga yaitu fermentasi basah, semi basah, dan kering. Setiap
metode memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Metode yang hanya
digunakan petani umumnya adalah metode kering karena tidak menggunakan air
yang banyak namun tidak menghasilkan mutu biji kopi yang baik. Sedangkan
metode basah akan menghasilkan mutu biji lebih baik daripada metode fermentasi
lainnya namun memerlukan biaya yang banyak dan waktu yang digunakan cukup
lama. Lama waktu yang digunakan fermentasi basah yaitu 24-36 jam (SNI 012907-1992 ). Fermentasi bertujuan untuk membantu melepaskan lapisan lendir
yang menyelimuti kopi, menghasilkan aroma yang khas dan mengurangi kadar
kafein terutama untuk kopi jenis robusta. Waktu yang lama dalam proses
fermentasi basah inilah yang menjadi penyebab utama masyarakat jarang
menggunakan metode basah.
Waktu fermentasi dapat dipercepat dengan penambahan enzim. Suatu
enzim dapat mempercepat suatu reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada
apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai
katalis yang efisien karena dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2006). Salah satu enzim yang akan mempercepat
proses fermentasi yaitu enzim pektinase. Waktu fermentasi dapat dipersingkat
dengan penambahan enzim ini menjadi yaitu 16 - 20 jam saja. Pektin juga dapat
mengganggu curing tembakau, kopi, dan serat rami atau jute (Panji, 2015).
Enzim pektinase telah banyak digunakan dalam industry pangan. Aplikasi
pektinase di industri sangat luas, diantaranya pada industri jus
buahbuahan untuk memperbaiki hasil dan kejernihan jus (Alkorta et al.,
1982), industri tekstil (Kashyap et al., 2001), pra perlakuan limbah cair
pektin, pembuatan kertas, fermentasi teh dan kopi (Carr, 1985). Ada
dua kelompok enzim pektinase yang diaplikasikan pada industri, yaitu
pektinase asam yang digunakan secara luas dalam ekstraksi, klarifikasi
dan pembuangan pektin dari jus buah. Sedangkan pektinase basa
banyak diaplikasikan untuk praperlakuan limbah cair dari pengolahan
sayur-sayuran yang banyak mengandung residu pektin, industri tekstil,
ekstraksi minyak sayur, industri kertas, fermentasi kopi dan teh
(Kashyap et al., 2001; Hondal et al., 2002).
ISI
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi
dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari
spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia.
Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui
para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang di bawa oleh
VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa, dan hanya
bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC
cukup
menguntungkan
sebagai
komoditi
perdagangan
maka
VOC
: Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Ordo
: Malvales
Famili
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L.
selain
mengatalisis
degradasi
zat
pektat
(pektin)
melalui
depolimerisasi (hidrolase dan liase), pektinase juga dapat merombak zat pektat
(pektin) tersebut melalui reaksi diesterifikasi (esterase). Aplikasi enzim pektinase
sangat luas, mencakup industri pangan dan non-pangan,
pektinase dapat
digunakan pada proses ekstraksi dan klarifikasi jus buah, dan pigmen dari
tanaman, digunakan untuk pengolahan serat selulosa untuk
pembuatan linen,
goni (jute), dan tali rami (hemp), sebagai salah satu bahan yang dapat diterapkan
dalam produksi oligogalakturonida sebagai komponen pangan fungsional, dan
membantu proses fermentasi teh dan kopi (Phutela et al. 2005).
Untuk mendapatkan enzim psektinase yaitu dengan cara fermentasi pada
kulit kakao dengan bantuan mikroba yaitu Aspergillus Niger . Manfaat
fermentasi dengan teknologi ini antara lain
Dicampur ransum
Sebelum digunakan Aspergillus niger di larutkan dengan air steril tanpa kaporit.
Seperti air mata air atau air sumur yang bersih, bisa menggunakan air hujan atau
air sungai tetapi harus dimasak lebih dahulu, kemudian didinginkan. Kedalam air
steril yang dingin dimasukkan gula pasir, urea dan NPK kemudian dilarutkan.
Dengan fermentasi Aspergillus niger mampu meningkatkan nilai nutrisi limbah
dengan kandungan protein meningkat dari 9,88% menjadi 17,12%. Kandungan
serat kasar turun yakni dari 7,10% menjadi 4,15%, hal ini menunjukkan bahwa
aspergillus niger mampu meningkatkan nilai gizi limbah kakao sebagai bahan
pakan ternak.
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan
mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus, Aspergillus niger dapat
tumbuh dengan cepat, dapat tumbuh pada suhu 35C-37C
(optimum), 6C-8C (minimum), 45C-47C (maksimum) dan
memerlukan oksigen yang cukup. Aspergillus niger memiliki bulu
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal
berwarna coklat gelap sampai hitam (Artikata, 2009).
Aspergillus sp terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di daerah
tropik dengan kelembaban yang tinggi. Meskipun terdapat lebih dari
100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia
ialah Aspergillus flavus dan
Aspergillus niger, yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi
(Jawetz dkk, 1996). Beker (2006) dalam Handayani dkk (2008)
menyatakan A.niger
Najiyati dan Danarti. 2004. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Rahardjo, Pudji. 2012. Kopi Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika
dan Robusta. Jakarta : Penebar Swadaya
Siswoputranto, P.S., 1992. Kopi Internasional dan Indonesia. Yogyakarta :
Kanisius.