Disusun Oleh :
Kelompok 1
Kelas C
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
MARET
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Apel merupakan jenis buah-buahan yang dihasilkan dari pohon buah apel
(Malus domestica). Buah apel biasanya berbentuk bulat dan memiliki kulit
bewarna merah, merah kekuningan, dan hijau sesuai dengan jenis buah apel.
Daging buah apel bewarna putih, bertekstur renyah, berair, memiliki rasa manis
tahun 2017 tingkat konsumsi masyarakat terhadap buah apel masih sangat
rendah. Data konsumsi buah apel di Indonesia pada tahun 2012 sampai tahun
2012 0,78
2013 0,89
2014 0,74
2015 0,72
2016 1,04
jumlah produksi buah apel yang melimpah. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik tahun 2017 dapat diketahui bahwa produksi apel pada tahun 2012-2015
stabil dengan kisaran produksi 200.000 ton. Pada tahun 2016 produksi apel
2012 247.073
2013 255.245
2014 242.915
2015 238.433
2016 329.780
Jumlah produksi buah apel yang melimpah dengan pamanfaatan dan konsumsi
optimal. Salah satu inovasi pengembangan produk dari buah apel yaitu krakers
apel.
sebagai bahan baku. Krakers apel yang akan kami kembangkan terletak di
Kabupaten Malang, hal ini dikarenakan lokasinya dekat dengan bahan baku yaitu
buah apel. Menurut Gazali dan Munawwaroh (2017), Malang dan Kota Batu
merupakan daerah utama penghasil apel di Indonesia, yang mana sekitar 80%
Kota Batu. Jenis buah apel yang banyak dikembangkan di Kabupaten Malang
dan Kota Batu adalah apel manalagi, apel rome beauty, dan apel ana. Ketiga
cenderung memiliki rasa buah yang manis, kandungan asam yang rendah serta
kadar vitamin C yang rendah. Sedangkan, apel Rome Beauty memiliki rasa yang
sedang antara manis dan asam seimbang, kandungan asam yang cukup tinggi,
serta apel Anna memiliki kandungan asam yang paling tinggi. Dari ketiga jenis
apel ini apel yang paling cocok untuk pembuatan krakers adalah apel manalagi.
Produk krakers apel memiliki potensi pasar yang baik, hal ini dikarenakan
saat ini belum ada industri atau UKM sejenis yang menggunakan apel sebagai
Kota Batu sehingga dapat meningkatkan potensi pasar dari produk krakers apel.
Krakers apel merupakan temuan produk baru, akan tetapi krakers apel dapat
Menengah) sudah sangat baik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya UKM di
Malang, akan tetapi produk yang diolah rata-rata emping, keripik, dodol, sirup,
dan lainnya. UKM di Malang belum ada yang mengolah produk krakers apel
diantaranya krakers apel termasuk produk baru dan banyak produk yang
membeli produk. Selain itu produk krakers apel masih perlu dilakukan pengujian
krakers dengan toping keju, krakers dengan toping gula, krakers tumpuk dengan
isian cream, dan krakers tanpa toping. Produk krakers yang akan kami
kembangkan yaitu produk krakers dengan rasa manis sedikit asam dengan
toping gula. Alasan kami mengembangkan krakers dengan toping gula yaitu
Hal ini dikarenakan krakers dengan toping gula lebih baik dalam
mempertahankan tekstur dan umur simpan produk. Selain itu krakers dengan
toping gula akan memerlukan modal yang lebih kecil dibandingkan krakers
dengan toping lainnya. Sehingga produk dapat dipasarkan dengan harga yang
terjangkau.
Aspek yang akan dikaji dalam studi kelayakan produk yaitu aspek pasar,
aspek teknis dan produksi, aspek manajemen, aspek hokum atau yuridis, aspek
dipasarkan pada pasar tertentu dan pada periode tertentu. Karakteristik yang
yang digunakan
perusahaan
sekitar.
• Aspek keuangan sangat penting dalam mendirikan suatu perusahaan, hal ini
1.3 Tujuan
buah apel khusunya di Kabupaten Malang dan Kota Batu yang mana memiliki
jumlah produksi melimpah sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari apel
juga produk krakers apel dapat diterima oleh pasar dan dapat diproduksi dalam
jumlah besar.
Simpannya dengan Pendekatan Kadar Air Kritis yang dibuat oleh Sugiyono,
Esther Mariana, Aton Yulianto tahun 2013. Dari jurnal ini kami mengambil
KONSEP PRODUK
Krakers adalah salah satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras
dengan proses pemeraman atau fermentasi dengan bentuk pipih dengan rasa
cenderung asin dan renyah dan ketika dipathkan penampang potongannya akan
dalam Ahmad dkk (2013). Dalam merancang suatu produk tentunya diperlukan
a. Karakteristik Fisik
3. Bentuk : Kubus
a. Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia krakers yang akan kami buat berdasarkan SNI. 01-
mikroba yang nantinya dapat merusak produk yang dihasilkan. Kadar air
yang berlebihan pada tidak baik karena akan mempercepat umur simpan
produk. Kadar air pada krakers akan berpengaruh pada kerenyahan krakers
suatu bahan. Kadar abu merupakan zat anorganik yang merupakan sisa hasil
pembakaran dari zat organik. Semakin tinggi kadar abu pada krakers maka
diduga proses pembuatan krakers kurang higienis (Sudarmaji et. al, 1989)
6. Cemaran Logam
adalah timbal (Pb), tembaga (Cu), seng (Zn), raksa (Hg), timah (Sn) dan
cemaran arsen (As), masing-masing sebesar maks. 1,0 mg/kg, maks. 10,0
mg/kg, maks 40,0 mg/kg, maks. 0,05 mg/kg dan maks. 0,5 mg/kg. Hal ini
b. Karakteristik Biologis
untuk biskuit keras, crackers, cookies dan wafer yaitu angka lempeng total =
maksimum <3 APM/g, kapang = maksimum 1 x 102 koloni/g. Hal ini bertujuan
Ahmad dkk (2013). Produk yang akan kami buat kami uji organoleptik terlebih
panelis untuk memberikan penilaian terhadap krakers yang kami buat. Atribut
yang kami gunakan untuk uji organoleptik adalah rasa, warna, aroma, dan
kerenyahan.
2. Warna : kecoklatan
4. Kerenyahan : renyah
2.2 Kemasan
Kemasan yang akan kami gunakan terdiri dari pengemas primer dan
pada bagian yang diseal dan nilon pada bagian yang diprint kode produksi.
Plastik nilon memiliki karakteristik tidak berbau, tidak berasa, tidak beracun, dan
tahan terhadap suhu tinggi sehingga aman digunakan untuk produk pangan
(Syrief et al, 1998). Sedangkan plastik LLDPE (Linier Low Density Polyethylene)
memiliki karakteristik seperti daya sealnya kuat dan tahan uap air (Fellows,
produk agar lebih tahan dan tidak mudah rusak saat proses distribusi.
Gambar 2.1 Kemasan primer produk Gambar 2.2 Kemasan sekunder produk
a. Keunggulan
Keunggulan produk kami yaitu menggunakan apel asli sebagai bahan dasar
dalam pembuatan krakers apel dan tidak menggunakan perisa apel. Pemilihan
menggunakan buah apel asli dengan tujuan untuk mengurangi bahan tambahan
pangan yang ada pada produk. Dengan buah apel asli yang akan digunakan
b. Kekurangan
perusahaan kami belum melakukan ekspor-impor dan masih fokus pada Kota
Malang dan akan dikembangkan lagi ke seluruh Pulau Jawa dan seluruh
Indonesia. Kemudian akan dikembangkan lagi ke skala yang lebih luas yaitu
ke skala mancanegara.
konsumsi Crackers dapat dilihat pada Tabel 3.1. dan Gambar 3.1.
2011 0.484
2012 0.487
2013 0.494
2014 0.517
2015 0.851
0,6
0,4
Data Konsumsi
0,2
0
2010 2012 2014 2016
Tahun
1. Product
Crackers Apel. Produk ini bercita rasa khas apel, yang dimana apel tersebut
2. Price
Harga merupakan jumlah uang (ditambahkan beberapa produk kalau
beserta pelayanannya. Dengan kata lain, seseorang akan membeli barang atau
jasa kita jika pengorbanan yang dikeluarkan (uang dan waktu) sesuai dengan
manfaat yang ia ingin dapatkan dari produksi barang atau jasa yang ditawarkan
perusahaan kami, maka ditentukan harga jual produk crackers apel yaitu dengan
keterangan sebagai berikut HPP : Rp.937. Harga Pabrik : Rp. 1200. Harga jual
pasaran : Rp.1500. Harga yang ditetapkan tidak melebihi harga produk cracker
yang sudah ada di pasaran yang memiliki harga rata-rata Rp.1500. Berdasarkan
Good Value Strategy. Good Value Strategy menyatakan bahwa nilai diciptakan
ketika konsumen mampu membeli sesuatu yang lebih bernilai bagi mereka
kualitas medium dengan harga low (redah). Penetapan harga dan analisis biaya
serta usaha dari produk CRAPLE dapat dilihat pada uraian berikut ini :
Fix Cost
Banyaknya Nilai
Harga
Harga Satuan Ekono
Fixed Cost Jumlah (Rp) Penyusutan/b
Nilai Satuan (Rp) mis
ulan (Rp)
(bulan)
Utilitas 1 buah Rp11.550.000 120 Rp11.550.000 Rp96.250
Mesin Penyortir
1 buah Rp11.200.000 120 Rp11.200.000 Rp93.333
Apel
Mesin
Pemotong dan
buah Rp42.000.000 120 Rp42.000.000 Rp350.000
Pemisah Biji
Apel
Mesin Pencuci 1 buah Rp10.000.000 120 Rp10.000.000 Rp83.333
Apel
Mesin Pendingin
1 buah Rp750.000 120 Rp 750.000 Rp6.250
Apel
Mesin
1 buah Rp80.000.000 120 Rp 80.000.000 Rp666.667
pencampur
Mesin
1 buah Rp12.850.000 120 Rp12.850.000 Rp107.083
Penggiling Apel
Bak
Pengembang 1 buah Rp13.000.000 120 Rp13.000.000 Rp108.333
Adonan
Pencetak
buah Rp90.000.000 120 Rp90.000.000 Rp750.000
adonan
Oven 1 buah Rp18.000.000 120 Rp18.000.000 Rp150.000
Conveyor 1 buah Rp14.000.000 120 Rp14.000.000 Rp116.667
Mesin
Pengemas dan 1 buah Rp60.000.000 120 Rp60.000.000 Rp500.000
Packing
Timbangan 1 buah Rp1.000.000 120 Rp1.000.000 Rp8.333
Wadah/keranjan
4 buah Rp50.000 60 Rp200.000 Rp833
g 4 buah
Tanah (30 x 20
m2) dan 1 petak Rp1.000.000.000 360 Rp1.000.000.000 Rp2.777.778
bangunan
Gaji Tenaga
20 orang Rp1.500.000 360 Rp 30.000.000 Rp 4.167
Kerja Langsung
Gaji Tenaga
Kerja Tidak 6 orang Rp2.781.000 420 Rp16.686.000 Rp39.729
Langsung
Truck Box 1 buah Rp70.000.000 120 Rp70.000.000 Rp583.333
Kipas angin 11 buah Rp260.000 60 Rp2.860.000 Rp4.333
Komputer 7 buah Rp4.000.000 120 Rp35.000.000 Rp33.333
Meja Kerja 7 buah Rp500.000 120 Rp3.500.000 Rp4.167
Kursi 10 buah 10 buah Rp100.000 120 Rp1.000.000 Rp833
Sofa 1 buah Rp1.300.000 120 Rp1.300.000 Rp10.833
Total Rp1.529.810.000 Rp6.756.840
Utilitas Harga
Air 1.600.000
Listrik 9.500.000
Telepon 450.000
Total 11.550.000
Variabel Cost
= Rp 1.524.621.000
Harga NETT/HPP = (Nilai penyusutan per bulan+Biaya tidak tetap) /
kapasitas produksi
= Rp. 937
Keuntungan
ANALISA USAHA
a) Biaya Produski
= Rp. 13.481.840
= Rp. 431.850.000
= Rp. 337.202.875
d) Keuntungan Kotor
= Rp 418.368.160
e) Keuntungan Bersih
= Rp 323.721.035
Produksi
= 4,688901351
g) B/C (Benefit/Cost)
= 25,011636612
Bersih)
= Rp 6.756.840: 0,019943484
Artinya usaha tidak rugi dan tidak untung saat dihasilkan pendapatan sebesar
3. Place
Merupakan tempat atau wilayah yang akan dituju untuk memasarkan produk
crackers apel. Produk crackers apel ini akan dipasarkan terlebih dahulu di sekitar
Malang, Jawa Timur. Kemudian nantinya akan diiperluas ke seluruh Pulau Jawa.
Kemudian akan dikembangkan lagi hingga produk crackers apel ini dapat
marketing channels dari produk CRAPLE dapat dilihat pada bagan berikut :
Manufacture
Wholesaler
Retailer
Consumer
4. Promotion
memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk atau jasa yang baru pada
perusahaan. Kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan kami ini yaitu secara
online dan offline. Secara online produk crackers apel akan di promosikan
melalui sosial media, dan media elektronik, seperti instagram, facebook serta
iklan youtube. Secara offline akan dipasarkan langsung oleh karyawan dengan
konsumen dan dipasarkan melalui toko-toko retail. Jenis promosi yang kami
1. Segmentation
Merupakan upaya untuk memetakan pasar dengan memilah-milahkan
usia, tempat tinggal, penghasilan, gaya hidup, atau bagaimana cara mereka
mengkonsumsi produk
➢ Geografi
Wilayah yang kami jadikan target yaitu wilayah Malang, Batu dan sekitarnya.
➢ Demografi
mahasiswa, anak-anak dan orang dewasa karena dengan sasaran itu kami dapat
➢ Psikografik
yang memiliki gaya hidup yang suka /gemar memakan makanan ringan.
Kemudian produk crackers apel ini memiliki harga yang sesuai untuk semua
➢ Segmentasi Perilaku
suka untuk mencoba produk baru yang sejenis. Perusahaan kami berharap
bahwa konsumen memiliki loyalitas yang tinggi terhadap produk yang kami
produksi.
2. Targeting
Pada tahap ini perusahaan membidik kelompok konsumen mana yang akan
di targetkan. Target dari produk Crackers Apel yang ingin kami capai, yaitu
crackers yang diproduksi oleh perusahaan kami tidak membuat harga yang
3. Positioning
pesaing kita dalam pikiran konsumen, dengan kata lain positioning digunakan
Posisi produk Crackers Apel dari perusahaan kami yaitu sebagai market
mendapatkan banyak pasar dari pemimpin sementara yang terkena resiko yang
sangat kecil. Perusahaan kami memproduksi crackers apel yang sama dengan
produk crackers lainnya yang ada di pasaran yang membedakan hanya apel
dikarenakan banyaknya komoditas apel yang terdapat di Kota Malang dan juga
menganalogikan proses produksi cracker yang dilakukan oleh Ahmad dkk (2013),
Nilai ini didapat dari kesesuaian kapasitas mesin yang digunakan. Design
capacity menunjukkan tingkat keluaran ideal per satuan waktu yang dirancang
oleh pabrik. Sedangkan actual capacity didapat dari perhitungan produksi yang
dapat dilakukan oleh pabrik dengan menggunakan 80 kg apel, 160 kg terigu, 2,5
kg gula, 24 kg margarin, 0,5 kg baking soda, 2,5 kg ragi, 3 kg garam, 108 kg air,
dan 10 kg susu skim. Jumlah total bahan yang masuk ke produksi adalah 390,5
kg. Berdasarkan standar SNI produk cracker, cracker yang telah melewati proses
dihitung melalui neraca masa dan dihasilkan cracker sejumlah 287,9 kg atau
= 14.395 bungkus/hari/batch
800 jam/minggu.
jam/minggu
Sumber daya alam yang dibutuhkan adalah berupa apel manalagi yang
juga sebagai bahan baku utama dalam pengolahan craple. Jumlah apel yang
digunakan adalah 80 kg/hari atau setara dengan 400 kg/minggu atau 24.000
ton/tahun Berdasarkan data BPS tahun 2017, jumlah perkiraan ketersediaan apel
diperlukan dalam unit pengolahan craple diantaranya sumber air dan sumber
listrik. Sumber air diporelah dari PDAM yang tersedia di lokasi pembangunan
pabrik. Begitu pula dengan sumber listrik yang diperoleh dari PLN yang berada di
Dari segi finansial kecukupan modal untuk investasi menjadi salah satu
hal yang perlu dipertimbangkan. Investasi yang diperlukan dapat berupa mesin
dan peralatan, bangunan, utilitas, dan lain sebagainya. Berikut merupakan modal
Utilitas Rp11.550.000
Transportasi Rp70.000.000
Total Rp1.529.810.000
dkk (2013). Jumlah bahan baku baku yang tersedia dalam satuan gram
faktor tersebut :
1) Quantity
yang besar untuk memasok bahan baku apel. Untuk supply bahan baku terigu
dapat dilakukan kerja sama dengan industri pengolahan tepung yang berada di
kg/hari. Supply bahan baku gula dapat dilakukan kerja sama dengan industri
pengolahan gula yang berada di daerah Malang, yaitu dengan PG Kebon Agung
dengan kuantitas sebesar 2,5 kg/hari. Untuk bahan margarin, baking soda,garam
dan ragi dapat bekerja sama dengan supplier bahan-bahan roti dengan kuantitas
margarin sebesar 24 kg/hari, baking soda 0,5 kg/hari garam sebesar 3 kg/hari
serta ragi sebesar 2,5 kg/hari. Bahan susu skim didapatkan dari supplier bahan-
bahan roti/kue dengan kuantutas sebesar 10 kg/hari. Untuk bahan baku air
2) Quality
merupakan kualitas medium ke atas. Hal ini dikarenakan produk yang dibuat
3) Lead time
Dalam pengadaan bahan baku ditetapkan lead time selama 2 hari. Hal ini
Dilihat dari kondisi, bahan-bahan tersebut dapat memenuhi lead time 2 hari.
4) Cost
Biaya yang dibutuhkan untuk proses pengadaan bahan baku per harinya
bervariasi mulai Rp. 10.000 hingga Rp. 4.000.000. Untuk bahan baku apel
dibutuhkan biaya sebesar Rp. 1.200.000. Untuk bahan baku terigu dibutuhkan
biaya sebesar Rp. 4.000.000. Untuk bahan baku margarin dibutuhkan biaya
sebesar Rp. 312.000. Untuk bahan baku baking soda dibutuhkan biaya sebesar
Rp.16.000. Untuk bahan baku ragi dibutuhkan biaya sebesar Rp.100.000. Untuk
bahan baku garam dibutuhkan biaya sebesar Rp.10.000. Untuk bahan baku susu
skim dibutuhkan biaya sebesar Rp.700.000. Untuk bahan baku gula pasir
pembuatan CRAPLE yaitu jenis manalagi yang memiliki warna hijau, tidak
terdapat lubang (cacat), bertekstur renyah, daging buah berwarna putih, memiliki
6) Warehouse system
dengan lead time bahan selama 2 hari. Pada picking process metode yang
diterapkan yaitu FIFO (First In First Out). First in first out artinya masuk pertama
keluar pertama, maka pada metode ini unit persediaan yang pertama kali masuk
ke gudang perusahaan akan dijual pertama. Metode FIFO ini didasarkan pada
asumsi bahwa aliran cost masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil
simpan bahan. Proses auditing dilakukan setiap hari khususnya saat penerimaan
7) Volume
CRAPLE.
8) Source
Malang. Untuk supply bahan baku terigu dilakukan kerja sama dengan industri
Supply bahan baku gula dapat dilakukan kerja sama dengan industri pengolahan
gula yang berada di daerah Malang, yaitu dengan PG Kebon Agung. Untuk
bahan margarin, baking soda,garam, susu skim dan ragi diperoleh dari prima
food and bakery supplier yang merupakan penyuplai bahan-bahan kue dari
9) Procurement system
Sistem pembelian bahan menggunakan metode Blanket Order System.
sebelum masuk ke dalam proses produksi. Diagram alir dan uraian proses
baku apel. Kemudian dilakukan penyortiran terkait standar apel. Tujuannya agar
sehingga tidak merubah cita rasa dari produk yang dihasilkan. Waktu yang
dibutuhkan untuk penyortiran apel adalah 60 menit, dimana penyortiran ini
dilakukan secara manual oleh tenaga kerja untuk melihat kondisi fisik dari apel
telah sesuai standar dan masuk ke pembuangan biji. Pemotongan ini bertujuan
untuk mempermudah apel ketika akan dihancurkan serta pembuangan biji agar
agar didapatkan kondisi apel yang bersih saat masuk pengolahan. Pencucian ini
dilakukan dalam mesin pencuci apel secara otomatis degan estimasi waktu yang
berguna untuk mencegah terjadinya browning pada apel. Dalam Lastriyanto dkk
bahan. Hal ini dikarenakan adanya proses penghancuran apel secara bersamaan
pada mesin penghancur, sehingga harus menunggu seluruh apel siap terlebih
yaitu apel yang sudah digiling tadi bersamaan dengan air. Kemudian diaduk
ini bertujuan untuk mengembangkan adonan agar teksturnya tidak bantat dan
keras. Setelah mengembang baru dapat dimasukkan ke dalam mesin pencetak
dalam keadaan panas. Pengovenan dilakukan selama 7 menit pada suhu 100*C.
Kemudian dapat dilakukan pengemasan ketika suhu crackers telah menurun dan
dikemas kedalam plastik sachet yang berisi 2 keping crackers dengan berat
bersih 20 gr.
craple:
adalah 387 menit. Bila dikonversikan ke jam menjadi 6,45 jam. Proses yang
merupakan proses yang tidak berlangsung secara kontinyu, atau disebut dengan
suatu input akan menghasilkan suatu output pada waktu yang berbeda.
manual sehingga lebih teliti, tidak memerlukan biaya yang besar untuk
proses serta membutuhan waktu proses yang lebih lama karena adanya jeda
process ini adalah adanya kapasitas produksi yang tidak besar, serta
produksi yang hanya berjalan 1 shift. hal ini dikarenakan produk craples masih
produksi.
terdiri dari 20 orang untuk tenaga kerja langsung dan 6 orang untuk tenaga kerja
tidak langsung. Tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja yang berinteraksi
langsung dan terlibat dengan proses operasional, sedangkan tenaga kerja tidak
(Halim, 2010). Pada tenaga kerja langsung, rinciannya terdiri dari 1 orang bagian
apel yang masuk ke dalam proses pengolahan telah sesuai standar. Pengecekan
dilakukan secara visual. Terdapat 1 orang operator dan 1 orang pada bagian
apel. Terdapat 1 orang pada bagian pendinginan apel. Terdapat 1 orang bagian
dan pengepakan.
Pada tenaga kerja langsung terdiri dari pemilik yang bertanggung jawab
sesuai dengan standar yang diberlakukan dan layak untuk dipasarkan. Terdapat
produk.
pekerjaan dapat dilakukan dengan cara sendiri atau dengan cara membeli
keputusan membuat atau membeli menurut Arif (2018), dapat dilihat pada tabel
berikut:
N
Alasan Membuat Alasan Membeli
o
1 Biaya produksi yang lebih rendah Biaya perolehan lebih rendah
2 Pemasok yang kurang cocok Menjaga komitmen pemasok
Memastikan pemasok yang memadai Mendapatkan keahlian teknis
3
dan manajemen
4 Pemanfaatan tenaga kerja berlebih Kapasitas tidak memadai
5 Memperoleh kualitas yang diinginkan Mengurangi buatan persediaan
Menghilangkan kolusi pemasok Memastikan ada sumberdaya
6
alternatif
Memperoleh item yang unik Kapasitas di perusahaan tidak
7
mendukung
8 Mempertahankan bakat yang ada Pertukaran informasi
Menjaga rancangan dan kualitas yang Item terlindungi karena hak paten
9
memadai
Mempertahankan dan meningkatkan Membebaskan manajemen
10
ukuran perusahaan menangani bisnis utama
pembelian bahan dengan alasan agar tidak menambah biaya produksi seperti
buatan persediaan. Hal ini dikarenakan pembuatan untuk bahan baku akan
memerlukan ruang yang berpengaruh terhadap harga bangunan dan tanah, serta
investasi mesin dan peralatan yang besar. Selain itu, macam bahan baku yang
pemasok agar didapatkan keseragaman bahan baku yang digunaan pada proses
produksi.
pembuatan bahan dengan alasan biaya produksi yang dihasilkan lebih rendah,
diperlukan beberapa mesin dan peralatan. Mesin dan peralatan yang digunakan
3. Mesin Pencuci Apel SPM Merek : Longer 100 kg/jam •Production output : 100
Asal : China kg/jam
Jenis : Washer •Price : Rp.10.000.000
Tegangan : 380V •Quality : baik
Daya : 5100 Watt •Technology : otomatis
Berat : 500 kg •Durability : kuat,tahan
Dimensi : 10 tahun
5x1,2x1,3 m •Manpower Engagement
Harga : : operator mengatur start
10.000.000 alat dan finish alat,
tenaga kerja lain
sebagai pengawas
•Space Requirement :
luas ruang yang
dibutuhkan 6 x 2,2 m
(kelonggaran 1 x 1 m)
•Power Requirement &
Consumption :
kebutuhan listrik
disesuaikan tegangan
yaitu sebesar 380V
•Sparepart : suku
cadang berasal dari
China dan diganti setiap
1 tahun
•safety : dilengkapi pipa
penyalur air supaya air
tidak berceceran dan
membahayakan pekerja
lainnya. Tujuan utama pengaturan tata letak agar dapat meminimalkan biaya
konstruksi dan instalasi. Pada perencanaan unit kegiatan ini menggunakan tata
letak dengan tipe product layout. Product layout dalam Arif (2017), merupakan
penyusunan tata letak berdasarkan proses yang terjadi pada unit kegiatan mulai
dari masuknya bahan baku hingga menjadi produk. Tata letak ini cocok
diterapkan pada unit kegiatan dengan produktivitas tinggi dan variansi rendah.
Kelebihan dari penggunaan tipe tata letak ini adalah proses pengolahannya
dapat berjalan secara lanjut dari satu unit pengolahan ke unit pengolahan
lainnya. Hal ini juga dapat menghemat waktu proses dan memperpendek jalur
yang saling bergantung satu sama lain, sehingga bila terdapat salah satu mesin
layout adalah untuk memperlancar aliran produksi dan tidak terhambat oleh
perpindahan bahan dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain itu, output
yang masih dalam proses) akan menjadi lebih kecil. Layout perusahaan
Selain itu, juga ditentukan analisa terhadap aliran bahan. Aliran bahan
yang digunakan adalah aliran U, dimana aliran ini akan membentuk seperti huruf
U. Aliran ini mempunyai ciri lokasi input produk dengan output produk berada di
lokasi yang relatif sama. Aliran ini juga digunakan agar memudahkan
jadi dari pabrik (Yuliant dkk, 2014). Aliran material pada pabrik CRAPLE dapat
dilakukan untuk mengetahui hubungan kerja yang terdapat pada aktivitas yang
satu dengan lainnya. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah Activity
2016):
Angka Keterangan
1 Menggunakan catatan yang sama
2 Menggunakan personil yang sama
3 Menggunakan ruang yang sama
4 Tingkat hubungan yang sama
5 Tingkat hubungan kerja sama
6 Urutan aliran kerja
7 Melakukan aliran kerja yang sama
8 Menggunakan peralatan dan fasilitas yang sama
9 Ribut, kotor, debu, dll
10 Lain-lain yang mungkin perlu
kantor. Dari aktivitas tersebut, dapat dilihat keterkaitannya pada peta ARC
berikut:
Secara garis besar, dapat dilihat bahwa keterkaitan antar aktivitas sangat
tinggi untuk aktivitas dengan urutan aliran kerja. Hal ini membuat penempatan
kebutuhan luasan ruangan ini digunakan untuk mengetahui luas lantai ruangan
Penentuan luas lantai dapat didasarkan pada bahan baku yang digunakan,
mesin, atau peralatan, serta barang jadi yang dihasilkan. Hal lain yang perlu
2017).
untuk mengetahui luas ruangan yang digunakan untuk menyimpan bahan baku
atau material yang diperlukan dalam produksi. Pertimbangan tata ruangan dalam
menatanya
ruang
Selain itu, terdapat juga penentuan kebutuhan luas lantai produksi yang
Selain itu juga diperlukan untuk menyediakan ruang yang dapat menunjang
ruang antara mesin dan operator yang bekerja, dan juga untuk memudahkan
rincian luasan yang dibutuhkan untuk mesin dan peralatan yang akan digunakan:
kantor agar pabrik dapat beroperasi secara efektif. Dalam kantor ini juga dapat
agar dapat bekerja dengan tenang tanpa terganggu oleh aktivitas personil
penempatan mesin dan peralatan membutuhkan luas lantai sebesar 101,28 m2.
penyimpanan bahan baku sebesar 100 m2. Dan penyimpanan barang jadi
ketersediaan lahan yang dicari bahwa terdapat lahan sebesar 600 m2. Sehingga
Alokasi area
area penerimaan bahan baku yang termasuk ruang penyimpanan bahan baku
seperti apel, terigu, gula,susu skim, baking soda, margarin, dan lain sebagainya.
Luas ruangan penerimaan bahan baku ini adalah 100 m2. Kemudian terdapat
area penyiapan bahan baku, yang meliputi proses penerimaan bahan baku,
adalah 8 m2. Serta terdapat area pengemasan untuk mengemas dan mengepack
produk craples yang sudah jadi. Luas ruangan pengemasan adalah 9 m2.
Terdapat juga area penyimpanan produk jadi untuk menyimpan produk cracker
yang siap didistribusikan dengan luas ruangan 64 m2. Selain itu, terdapat juga
area kantor terdiri dari beberapa ruangan untuk tenaga kerja kantor yang meliputi
marketing, teknisi serta front office. Luas ruangan untuk kantor adalah 57 m2.
BAB V
terdapat 3 teori umum pemilihan lokasi yaitu teori weber, teori losch dan teori
robinson. Teori Webber (least cost location), yaitu pemilihan lokasi-lokasi industri
berdasarkan tempat - tempat yang mempunyai biaya paling minimum dari bahan
mentah yang dibutuhkan, tenaga kerja serta konsumen (pasar), yang semuanya
ditimbang dengan biaya transportasi. Adapun tujuan teori ini adalah untuk
menentukan lokasi optimalnya. Lokasi optimum yaitu lokasi yang terbaik secara
sehingga pada teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau
industri adalah yang dapat menguasai wilayah pasaran yang terluas sehingga
sumber daya bahan mentah, pasaran, sumber suplai tenaga kerja, wilayah
bahan bakar dan tenaga, jalur transportsi, medan wilayah, pajak, dan peraturan
penjaluran kota. Dari teori-teori tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
jasa pendukung serta komunitas masyarakat dan perilaku tenaga kerja. Dalam
yaitu memilih daerah secara geografis, tahap kedua yaitu memilih komunitas
Alternatif lokasi yang dipilih untuk industri krakers apel yang akan
didirikan yaitu Kota Batu dan Kabupaten Malang. Kota Batu merupakan salah
daya Surabaya atau 15 km sebelah barat laut Kota Malang. Kota Batu
utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan barat.
Wilayah kota ini berada di ketinggian 700-2.000 meter dan ketinggian rata-rata
yaitu 871 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata mencapai
11-19 derajat Celsius. Dengan luas wilayah sekitar 202,30 km², sebagian besar
keadaan topografi kota Batu didominasi kawasan dataran tinggi dan perbukitan
pariwisata dan pertanian. Di bidang pertanian, Kota Batu merupakan salah satu
sebagai kota apel. Apel Batu memiliki empat varietas yaitu manalagi, rome
beauty, anna, dan wangling. Batu juga dikenal sebagai kawasan agropolitan,
sehingga juga mendapat julukan kota agropolitan. Karena letak geografis yang
berada di dataran tinggi, kota Batu banyak menghasilkan sayur mayur dan buah-
buahan. Kota Batu terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan
kecamatan yang memiliki komoditas unggulan berupa buah jeruk dan apel,
Urban.
timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di
Kabupaten Malang memiliki potensi pertanian dengan iklim sejuk. Daerah utara
kecamatan, yang dibagi lagi menjadi sejumlah desa dan kelurahan. Dari
pemaparan di atas, lokasi spesifik yang akan dipilih untuk mendirikan industri
daerah Urban.
faktor. Kota Batu dipilih karena memiliki beberapa alasan. Dilihat dari segi
kedekatan pasar, Kota Batu memiliki jarak yang dekat dengan sasaran
pemasaran. Kota Batu dan wilayah sekitarnya (Malang Raya) juga memiliki
pasar yang potensial terhadap makanan ringan. Hal ini dipengaruhi oleh
banyaknya pendatang usia remaja-dewasa yang memiliki tingkat konsumtfitas
cukup tinggi. Data Badan Pusat Statistik, mencatat bahwa indeks tingkat
123,21. Hal ini bahkan mengalahkan nilai Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
nasional yang tercatat sebesar 115,92. Dengan adanya hal ini, maka Kota Batu
layak dipilih sebagai alternatif lokasi karena memiliki kedekatan yang baik
dengan pasar. Dilihat dari segi ketersediaan bahan baku, Kecamatan Bumiaji
merupakan penghasil apel terbesar di Kota Batu. Menurut data dari Kementerian
Pertanian Kota Batu, Apel yang dihasilkan oleh Kecamatan Bumiaji mencapai
545,06 ton/tahun. Jumlah ini mencukupi proses produksi yang memiliki kapasitas
produksi sebesar 300 kg/hari ton/tahun. Selain itu, jarak antara bahan baku dan
lokasi pabrik yang sangat dekat juga menunjang keberhasilan dari industri ini.
Dilihat dari segi fasilitas transportasi, Kota Batu memiliki fasilitas transportasi
yang lengkap dan baik. Terdapat beberapa jenis transportasi mulai dari sepeda,
motor, mobil, truk serta bus. Selain itu, fasilitas transportasi Kota Batu juga Baik.
publik. Semua fasilitas tersebut telah tersedia di Kota Batu. Selanjutnya dilihat
dari segi tenaga kerja dan upah. Berdasarkan Hasil Registrasi Penduduk akhir
tahun 2002, jumlah penduduk Kota Batu tercatat sebesar 163.393 jiwa dengan
adalah penduduk perempuan. Data dari Badan Pusat Statistik Kota Batu (2017)
juga menunjukan bahwa terdapat penduduk usia kerja menurut kelompok umur
dan jenis kelamin sebanyak 157.593 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak
79.142 jiwa dan perempuan sebanyak 78.451 jiwa. Jika diasumsikan tenaga
kerja yang dibutuhkan oleh industri krakers apel sebanyak 200 tenaga kerja,
maka Kota Batu dapat memenuhi permintaan tenaga kerja tersebut. Jika ditinjau
dari segi upah, maka hal ini dilihat dari besarnya UMR tiap daerah. Kota Batu
menempati urutan ke-9 tingkat UMR tertinggi yaitu sebesar Rp. 2.575.616,61.
Dilihat dari segi geografis, Kota Batu terletak pada ketinggian rata-rata 871 m di
atas permukaan laut dan memiliki luas sebesar 6.493,64 Ha. Kemiringan lahan
>40%. Kota batu mengikuti perubahan putaran 2 iklim,musim hujan dan musim
Bau memiliki udara yang sejuk dan tanah yang subur serta bertekstur tidak
terlalu keras. Hal ini dapat mempermudah proses pembangunan industri. Dilihat
dari segi industri dan jasa pendukung. Kota Batu memiliki beberapa industri dan
jasa pendukung untuk proyek krakers apel ini yaitu supplier apel segar, supplier
tepung apel dan berbagai bahan tambahan pangan untuk krakers apel. Dilihat
dari segi komunitas masyarakat dan perilaku tenaga kerja, Kota Batu memiliki
penduduk yang mayoritas memiliki profesi utama sebagai petani serta masih
kerja yang terlatih dan terdidik, memiliki permintaan pasar yang tinggi, tersedia
fasilitas Pendidikan, rekreasi dan kesehatan yang baik serta tersedia jasa
segi kedekatan pasar. Sama dengan Kota Batu, Kabupaten Malang memiliki
jarak yang dekat dengan sasaran pemasaran. Selai itu, juga memiliki pasar yang
masyarakat Jawa Timur khususnya dalam hal makanan mencapai 123,21. Hal ini
tercatat sebesar 115,92. Dengan adanya hal ini, maka Kabupaten Malang layak
dipilih sebagai alternatif lokasi karena memiliki kedekatan yang baik dengan
pasar. Dilihat dari segi ketersediaan bahan baku, penghasil apel di Kabupaten
jam 20 menit. Jarak tersebut cukup dekat dengan perusahaan. Selain itu,
menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, apel yang dihasilkan
kg/hari. Selain itu, jarak antara bahan baku dan lokasi pabrik yang cukup dekat
juga menunjang keberhasilan dari industri ini. Dilihat dari segi fasilitas
baik. Terdapat beberapa jenis transportasi mulai dari sepeda, motor, mobil, truk
serta bus. Selain itu, fasilitas transportasi Kabupaten Malang juga baik. Hampir
dilihat dari segi tenaga kerja dan upah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
tahun 2017, jumlah penduduk usia produktif Kabupaten Malang mencapai
183.415 jiwa dengan komposisi perempuan sebanyak 91.170 jiwa dan laki-laki
sebanyak 92.245 jiwa. Jika diasumsikan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
industri krakers apel sebanyak 200 tenaga kerja, maka jumlah penduduk usia
Jika ditinjau dari segi upah, maka hal ini dilihat dari besarnya UMR tiap daerah.
Kabupaten Malang menempati urutan ke-6 tingkat UMR tertinngi yaitu sebesar
Rp. 2.781.564,24. Dilihat dari segi geografis, Kabupaten Malang terletak pada a
yang sejuk dan tanah yang subur serta bertekstur tidak terlalu keras. Hal ini
dapat mempermudah proses pembangunan industri. Dilihat dari segi industri dan
pendukung untuk proyek krakers apel ini yaitu supplier apel segar, supplier
tepung apel dan berbagai bahan tambahan pangan untuk krakers apel. Dilihat
dari segi komunitas masyarakat dan perilaku tenaga kerja, Kabupaten Malang
memiliki penduduk yang beragam, Hal ini dapat menyediakan tenaga kerja
adalah harga lahan yang lebih murah disbanding daerah urban, ketersediaan
fasilitas dan infrastruktur yang terus dikembangkan, tersedia tenaga kerja terlatih
Batu Batu
Bahan Baku
Pasar
Tenaga
Kerja
infrastruktur
transportasi
Kondisi 0,1 40 80 4 8
geografis
(Kecamatan Singosari) karena memiliki nilai yang lebih besar yaitu 89,2.
Justifikasi :
Kota batu mampu menyediakan apel sebanyak 545,06 ton/tahun (1,89 ton/hari)
Kabupaten Malang mampu menyediakan apel sebanyak 1.009.499 ton/tahun
(3505,2 ton/hari)
Skoring :
Kedekatan Pasar
Skoring :
Jarak 11-20 km = 80
Jarak 21-30 km = 60
Jarak 31-40 km = 40
Jarak >40 km = 20
Kota Batu memiliki mampu menyediakan penduduk usia kerja sebanyak 157.593
jiwa
183.415 jiwa
Skoring :
Ketersediaan Infrastruktur
Skoring :
Kemudahan transportasi
beraspal
Skoring :
UMR
Skoring :
Kondisi Geografis
Asumsi kondisi geografis yang baik untuk industri krekers apel yaitu beriklim
sejuk tanah yang baik dan landai dan bukan tanah gerak
permukaan laut, kemiringan sebesar 25-40%, memiliki udara yang sejuk dan
tanah yang subur serta bertekstur tidak terlalu keras (kurang baik)
Kabupaten Malang memiliki kondisi geografis ketinggian 400-700 meter dpl, dan
Skoring :
5.1 Kesimpulan
Proyek yang akan dibangun adalah craple yaitu krakers berbahan dasar
tepung dan apel. Karakter produk dibuat sesuai dengan ketentuan SNI. 01-2973-
1992 yang mengatur tentang kajian mutu biskuis. Berat produk per pcs yaitu 20
CRAPEL, harganya jualnya 1200 untuk pabrik dan 1500 untuk pasar, tempat
pemasaran yaitu Malang dan berlanjut ke seluruh pulau Jawa dan dipromosikan
melalui social media dan media elektronik. Strategi STP juga digunakan dengan
yang ada sehingga kapasitas per hari yaitu 14.395 bungkus/hari/batch. Bahan
baku ynag digunakan yaitu apel, terigu, gua, margarin, baking soda, ragi, garam,
air dan susu skim. Jenis proses yang digunakan yaitu batch process dikarenakan
kapasitas produksi tidak terlalu besar dan produksi hanya berjalan 1 shift. Mesin
dan peralatan yang digunakan ada yang masuk dalam kategori SPM dan ada
juga yang GPM. Tata letak yang digunakan yaitu product layout. Untuk
penentuan lokasi terdiri dari 2 pilihan yaitu Kota Batu dan Kabupaten Malang.
Metoda yang digunakan yaitu Factor Rating-Method dan alternative yang dipilih
adalah Kabupaten Malang dikarenakan nilai totalnya lebih besar dari Kota Batu
Saran yang dapat diberikan pada perencanaan proyek ini yaitu sebaiknya
spesifikasi bahan, dan lain-lan. Selain itu diperlukan penunjang data yang lebih
dengan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, L., Marleni L., Meta M., dan Abubakar T. 2013. Kajian dan
Gorontalo
Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2017. Keadaan Angkatan Kerja Kota Batu
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI. 01-2973-1992. Syarat Mutu dan Cara
Putri, G.N., Wahono H.S Dan Novita W. 2017. Pengaruh Varietas Apel (Malus
Riskiani, D., Dwi I Dan Dian R.A. 2014. Pemanfaatan Tepung Umbi Ganyong
Syrief et.al. 1998. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. MSP. Jakarta
Wijaya, H., dan Nirwana A. 2010. Kajian Teknis Standar Nasional Biskuit SNI.