TUJUAN
• Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan, dan menggunakan berbagai alat gelas
yang digunakan di laboratorium kimia.
• Mengatur nyala pembakar bunsen untuk memperoleh cahaya dan nyala yang efisien.
• Mengembangkan keterampilan penggunaan neraca.
• Mengembangkan teknik penggunaan pipet volume.
DISKUSI AWAL
Pada waktu melakukan percobaan, para mahasiswa akan mengaplikasikan teknik-
teknik laboratorium berulang kali, serta cara menggunakan alat-alat gelas. Pada percobaan
ini, diperkenalkan cara membersihkan, mengeringkan, dan menggunakan berbagai macam
alat gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Selanjutnya, dilakukan penggunaan
beberapa teknik laboratorium yaitu penggunaan pembakar bunsen, neraca, dan pipet volume.
Pembakar Bunsen
Dikenal berbagai macam bentuk dan ukuran pembakar bunsen, tetapi yang penting
adalah menghasilkan panas dan nyala yang efisien dengan pengaturan komposisi gas dan
udara. Karena yang pertama merancang pembakar ini untuk laboratorium adalah Robert
Bunsen (1811-1899) maka sampai sekarang alat pembakar di laboratorium dinamakan
pembakar bunsen.
Kontrol gas
Gas alam yang digunakan pada pembakar bunsen biasanya adalah hidrokarbon
metana (CH4). Dengan penambahan oksigen, gas metana akan terbakar, berwarna biru
dengan nyala yang jernih, menghasilkan karbon dioksida dan uap air. Apabila penambahan
oksigen tidak sebanding, sejumlah kecil partikel karbon akan dihasilkan yang menyebabkan
panas yang dihasilkan tidak sempurna, sehingga nyala api berwarna kuning, dan nyala yang
tidak jernih. Pembakaran ini, memungkinkan menghasilkan produk tambahan selain karbon
dioksida dan air, yaitu karbon monoksida yang bersifat racun.
Neraca Laboratorium
Banyak jenis dan model neraca yang digunakan di Laboratorium Kimia Dasar. Neraca
triple beam dan neraca top loading banyak digunakan.
Kerapatan
Setiap zat murni memperlihatkan sifat-sifat intensif yang dimilikinya. Salah satunya
adalah kerapatan, yaitu massa zat per satuan volume. Dalam Sistem Inggris, kerapatan air
pada 4C adalah 8,34 lb/gal atau 62,2 lb/ft3. Sedangkan menurut Satuan Internasional (SI)
kerapatan air adalah 1,00 g/cm3 atau 1,00 g/mL. Dengan mengukur massa dan volume zat,
kerapatan dapat dihitung. Pada percobaan ini akan dihitung kerapatan logam dan kerapatan
cairan yang tidak diketahui.
CARA KERJA
Rangkuman kerja: mengenal alat gelas, menyalakan pembakar bunsen, mengatur dan
menganalisisnya, menggunakan neraca laboratorium, pencatatan data massa dan volume
untuk digunakan dalam perhitungan kerapatan zat padat dan zat cair.
A. Alat-alat Gelas
1. Alat gelas yang tersedia di lemari anda, dicuci ,dan dikeringkan:
Tabel 1.1. Daftar peralatan gelas.
2. Dengan menggunakan neraca teknis ditimbang 1,21 g padatan kalsium karbonat dan
dilarutkan dalam akuades 42,5 mL. Larutan dibagi menjadi dua bagian. Sebagian larutan
disaring sehingga endapan terpisah dari filtratnya. Cara melipat kertas saring dan cara
menyaring dilihat pada Gambar 1.2 dan 1.3.
Gambar 1.2 Cara melipat kertas saring
5. Buret diisi dengan larutan x sampai titik nol (lihat Gambar 1.6 sampai 1.8). Larutan No.4
dititrasi sampai volume dari buret yang dikeluarkan:
I = 20,50 mL
II = 23,25 mL
III= 24,15 mL
5. Dengan menggunakan gelas ukur, diisi 10 mL akuades dan dimasukkan ke dalam gelas
kimia 250 mL. Ditambahkan 5 mL larutan natrium klorida sedikit demi sedikit ke dalam
gelas kimia yang berisi akuades sambil diaduk. Dihitung berapa % v/v pengenceran yang
dilakukan!
0
1
0
Klem
2
0
Buret 3
0
4
Statif 0
5
0
Labu
erlenmeyer
Kertas putih
Botol
semprot
Meniskus
B. Pembakar Bunsen
1. Menyalakan pembakar bunsen. Dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
• Disambungkan selang pembakar bunsen ke outlet gas pada meja kerja laboratorium.
Ditutup katup pengontrol gas pada pembakar bunsen (lihat Gambar 1.1) dan bukalah
katup gas pada outlet.
• Ditutup lubang udara yang adiabatik pada bagian dasar pembakar bunsen dan
perlahan-lahan buka katup pengontrol gas.
• Dinyalakan korek api kemudian didekatkan ke bagian atas bejana berputar, sampai
gas menyentak ujung pengapian.
• Setelah menyala, diatur katup pengontrol gas sampai nyalanya biru muda dan terlihat
dua atau lebih nyala yang berbeda.
• Secara perlahan, dibuka katup pengontrol udara sampai sedikit terdengar desisan.
Bunyi ini adalah ciri khas dari api paling panas dari pembakar bunsen. Terlalu banyak
udara dapat menyebabkan semburan api dan nyala pembakar bunsen akan padam
(Gambar 1.9)
Gambar 1.9 Nyala yang diatur secara efisien pada pembakar bunsen.
2. Pengamatan suhu nyala api menggunakan kawat Ni-Cr. Suhu dalam daerah tertentu
dari nyala non-iluminasi (berwarna biru) mendekati 1500C. Didekatkan kawat Ni-Cr
ke nyala api pada pembakar bunsen (lihat Gambar 1.10) . Diamati daerah panas relatif
pada nyala api tersebut. Buatlah diagram pengamatan pada lembar laporan. Ditutup
katup pengontrol udara dan diulangi pengamatan dengan nyala iluminasi.
Kawat Ni-Cr
3. Pengamatan suhu nyala menggunakan titik leleh logam. Diatur nyala api pada
pembakar bunsen ke nyala non-iluminasi untuk menentukan suhu di macam-macam
daerah nyala. Digunakan tang penjepit untuk memegang 2 cm kawat tembaga, kawat
besi, dan kawat aluminium di macam-macam daerah nyala. Titik leleh besi adalah
1535C, tembaga 1083C, dan aluminium 660C. Pada lembar laporan, catat suhu kira-
kira nyala di daerah yang ditunjukkan pada Gambar 1.15. Dipadamkan nyala api jika
tidak digunakan dengan cara memutar katup gas keluar.
C. Neraca Laboratorium
1. Latihan menggunakan neraca. Seperti yang disarankan, ditentukan massa beberapa
zat. Digunakan neraca top-loading hanya setelah asisten menjelaskan cara
pemakaiannya. Dicatat massa zat untuk menentukan kepekaan neraca: 0,01 g untuk
neraca triple beam dan 0,001 g untuk neraca top-loading.
D. Kerapatan
Tanyakan kepada asisten, neraca mana yang digunakan untuk menentukan kerapatan zat
yang tidak diketahui. Tulis nomor neraca pada lembar laporan.
1. Padatan. Ditimbang suatu padatan yang tidak diketahui, dicatat nomornya, dan dicatat
massanya. Diisi setengah gelas ukur 10 mL dengan akuades dan dicatat volumenya
(Gambar 1.11). Dipindahkan massa padatan yang diketahui ke dalam gelas ukur.
Diusahakan tidak ada gelembung udara yang terjebak atau menempel pada padatan.
Dicatat kenaikan volumenya. Volume padatan adalah perbedaan antara dua batas air.
2. Cairan, air. Dibersihkan dan dikeringkan gelas kimia yang terkecil. Gunakan neraca
yang telah ditentukan, ditimbang teliti dan dicatat massanya. Dipipet 5 mL air ke dalam
gelas kimia. Ditentukan massa gelas kimia dan air. Dihitung kerapatan air dari data yang
baik. Diulangi penentuan kerapatan untuk percobaan kedua.
3. Cairan yang tidak diketahui. Dikeringkan gelas kimia dan pipet. Tanyakan kepada
asisten untuk cairan yang tidak diketahui dan catat nomornya. Dibilas pipet dengan dua
kali 1 mL cairan yang tidak diketahui dan dibuang. Diulangi pengukuran bagian D.2, dan
diganti cairan yang tidak diketahui dengan air. Diulangi percobaan ini untuk percobaan
kedua. Dihitung rata-rata kerapatan cairan.
PERTANYAAN PENDAHULUAN
Sebelum memulai percobaan ini dalam laboratorium, anda harus dapat menjawab pertanyaan
di bawah ini:
1. Bedakan antara nyala iluminasi dengan nyala non-iluminasi. Yang mana yang memiliki
panas lebih tinggi?
2. Apa warna nyala efisien yang dominan untuk pembakar bunsen?
3. Gambarkan nyala non-iluminasi yang efisien yang diatur pada pembakar bunsen
memiliki (satu, dua, tiga) kerucut yang khas.
4. Berapa suhu dalam nyala pembakar bunsen yang ditentukan dalam percobaan ini?
5. Dua jenis neraca laboratorium masing-masing memiliki kepekaannya sendiri untuk
mengukur massa suatu zat yang digunakan dalam percobaan ini. Berilah nama setiap
jenis neraca tersebut berkaitan dengan kepekaannya.
6. (a) Apa definisi meniskus? (b) Jelaskan (bisa dengan diagram) teknik pembacaan
meniskus.
7. Massa suatu gelas kimia adalah 6,684 gram. Setelah diisi 2,5 mL bensin, massa gelas
kimia tersebut dengan bensin menjadi 8,248 g. Berdasarkan data tersebut, tentukan
kerapatan bensin.
8. Teknik penggunaan pipet yang efisien membantu seorang ahli kimia untuk memperoleh
data yang bagus dan reproducible. Apa yang harus dilakukan dalam situasi berikut:
a). Meneteskan suspensi dari tip pipet dipindahkan dengan _______________
b). Untuk menghilangkan sedikit cairan sisa yang terakhir setelah dikeluarkan dari pipet
___________________________________________________
c). Suatu pipet harus diisi dengan bantuan ____________________________
d) Jari yang mana yang digunakan untuk mengontrol suatu volume cairan dalam pipet.
A. Alat-Alat Gelas
Tuliskan dengan singkat langkah-langkah penyiapan alat gelas.
B. Pembakar Bunsen
1. Diagram pada sebelah kanan daerah panas nyala non-iluminasi yang dideteksi dengan
kawat kassa yang ditempatkan sejajar terhadap pembakar.
2. Pada sebelah kanannya, gambarkan sebuah gambar nyala non-iluminasi peada pembakar
bunsen dan tunjukkan suhu kira-kira dari daerah nyala berikut (lihat Gambar 1.13).
(a) Pada puncak nyala ____ C
(b) Antara puncak nyala dan di dalam kerucut ____ C
(c) Pada puncak di dalam kerucut ____ C
3. Apakah gambar anda sesuai dengan uji kawat kassa? Jelaskan!
C. Neraca Laboratorium
Tentukan massa zat-zat berikut pada neraca yang ditentukan. Jelaskan hasil anda dengan
kepekaan yang benar. Bandingkan massa-massa yang dicatat untuk zat yang sama pada
neraca yang berbeda.
Zat Neraca triple-beam Neraca top-loading
Tabung reaksi 75 mm/(g)
Gelas kimia 250 mL/(g)
Cawan penguap/(g)
Gelas ukur 10 mL/(g)
Gelas ukur 10 mL
dengan 4 mL air (g)
Lain-lain (g)
D. Kerapatan
Berapa nomor neraca? _____
Perc. 1 Perc. 2
(a) Massa padatan/(g) ________ ________
(b) Volume air/(cm3) ________ ________
(c) Volume air dan padatan/(cm3) ________ ________
(d) Volume padatan/(cm3) ________ ________
(e) Kerapatan padatan/(g/cm3) ________ ________
(f) Rata-rata kerapatan padatan/(g/cm3) ____________
2. Cairan
Air Cairan cuplikan no. __
Perc. 1 Perc. 2 Perc. 1 Perc. 2
(a) Massa tabung reaksi
dan gelas kimia/(g) _____ _____ _____ _____
(b) Massa tabung reaksi,
gelas kimia dan cairan/(g) _____ _____ _____ _____
(c) Massa cairan/(g) _____ _____ _____ _____
(d) Volume cairan/(mL) _____ _____ _____ _____
(e) Kerapatan cairan/(g/mL) _____ _____ _____ _____
(f) Rata-rata kerapatan
Cairan/(g/mL) ________ ________
Pertanyaan :
1. Kerapatan padatan A adalah 2,70 g/cm3 dan padatan B adalah 3,87 g/cm3. Suatu cuplikan
1,00 g masing-masing padatan dipindahkan ke dalam gelas ukur yang mengandung 5,00
mL air. Padatan yang mana yang menempati volume air lebih besar? Berapa mL?
2. Kerapatan logam timbal adalah 11,35 g/cm3. Jika 16,44 g timbal ditambahkan ke dalam
gelas ukur 10 mL yang mengandung 4,2 mL air, bagaimana pembacaan volume akhir air
pada gelas ukur ?
3. Pada bagian D.1 gelembung udara yang terdapat pada permukaan logam ketika
dimasukkan ke dalam air, Jelaskan bagaimana fenomena ini mempengaruhi densitas
logam yang dilaporkan.
4. Pada bagian D.3, beberapa tetes cairan yang tidak diketahui ke dalam dinding tabung
pipet (karena pipetnya kotor) setelah cairannya dikeluarkan. Apakah volume sebenarnya
cairan yang dikeluarkan lebih besar atau lebih kecil dari 2 mL yang tertera pada pipet ?
Jelaskan!
Percobaan 2
REAKSI KIMIA
TUJUAN
Mengamati jenis reaksi kimia, mengidentifikasi hasil reaksi kimia, dan meringkas
perubahan kimia dalam persamaan kimia dalam kesetimbangan.
DISKUSI AWAL
Persamaan kimia dapat menunjukan apa yang terjadi dalam reaksi kimia. Sebagai
contoh dalam persamaan ini :
2 KClO3 (aq) → 2 KCl (s) + 3 O2 (g)
Artinya bahwa kalium klorat (KClO3) dapat terurai dengan pemanasan menghasilkan
kalium klorida (KCl) dan oksigen (O2). Sebelum persamaan reaksi ditulis, kita harus sudah
menetapkan apa produknya. Bagaimana kita dapat memutuskan apa produknya itu? Produk
dapat diidentifikasi berdasarkan sifat-sifat kimia dan fisiknya melalui analisis yang baik.
Yang terbentuk adalah gas oksigen dan bukan klor yang dihasilkan dalam reaksi di atas
berdasarkan sifat yang telah ditetapkan yaitu oksigen merupakan gas tidak berwarna dan
tidak berbau. Klor merupakan gas yang berwarna kuning – hijau pucat dan berbau menyegat.
Dalam percobaan ini, anda akan mengamati reaksi-reaksi yang dapat menghasilkan
gas, endapan atau perubahan warna yang terjadi selama reaksi berlangsung. Hal ini
menunjukkan bahwa reaksi kimia dapat terjadi. Untuk mengidentifikasi beberapa produk
yang dihasilkan dalam suatu reaksi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sifat dari produk yang dihasilkan dalam reaksi kimia
Kelarutan zat Ketidaklarutan zat Anion
Gas
padat dalam air padat dalam air oksimangan
PROSEDUR
A. Reaksi antara unsur Cu dan S
Sekitar 5 cm kawat Cu dan catat sifatnya. Diamati permukaannya mengkilat, sangat
mudah ditarik jadi pita, dan berwarna yang karakteristik. Digulung kawat tersebut dan
ditempatkan di kui pembakar dan ditambahkan bubuk sulfur, ditutup, dan dipanaskan di atas
pembakar bunsen yang telah ditempatkan segitiga porselen. PERALATAN HARUS
DIPASANG SERAPAT MUNGKIN. Karena jika sulfur terbakar akan menghasilkan
sulfurdioksida yang berbahaya. Pemanasan mula-mula rendah sampai bagian bawah kui
berwarna merah. Dilanjutkan pemanasan sampai tidak terbentuk asap lagi, hal ini
menunjukkan bahwa semua sulfur telah terbakar. Diangkat kui menggunakan krustang dan
jangan dibuka tutupnya,lalu ditempatkan pada blok tahan panas (jangan ditempatkan diatas
meja untuk mendinginkannya). Setelah dingin dibuka tutup kui dan diamati. Dicatat semua
sifat zat tersebut. Dipastikan semua jawaban anda.
1. Apakah zat tersebut menyerupai tembaga?
2. Apakah mungkin untuk menekukkan zat tersebut tanpa memecahkannya?
3. Apa warna zat tersebut?
4. Apakah reaksinya terjadi?
Tembaga(II) sulfida (CuS), tidak larut dalam larutan amonia (NH3), artinya tidak
bereaksi dengan NH3, kemudian tembaga(I) sulfida (Cu2S), larut (artinya bereaksi)
memberikan larutan berwarna biru dengan NH 3. Ditempatkan sejumlah kecil hasil dari
reaksi tersebut ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL larutan NH3 6M.
Dipanaskan perlahan-lahan menggunakan pembakar bunsen.
5. Apakah hasil dari reaksi dapat bereaksi dengan NH 3?
6. Perkirakan rumus yang mungkin dari hasil tersebut!
7. Tulis reaksi yang menunjukkan pembentukan dari hasil yang anda perkirakan
Cu (s) + S (g) → ?
C. Reaksi Metatesis
Penambahan pengamatan diperlukan sebelum persamaan reaksi dapat ditulis untuk
reaksi di atas, tetapi kita melihat bahwa kita dapat mengidentifikasi beberapa produk/hasil.
Sisa dari reaksi sangat sederhana dan anda akan mampu mengidentifikasinya berdasarkan
informasi yang ada, dan tidak hanya mengidentifikasi hasil tetapi juga untuk menuliskan
persamaan. Sejumlah reaksi dapat diwakilkan melalui persamaan di bawah ini.
AB + CD → AD + CB
Hal ini disebut reaksi penguraian ganda atau metatesis. Jenis reaksi termasuk
perubahan atom atau kelompok atom antara senyawa, di bawah ini suatu contoh yang
spesifik.
NaCl (aq) + AgNO3 (aq) → NaNO3 (aq) + AgCl (s)
Ditempatkan sejumlah kecil sampel natrium karbonat (Na2CO3) dalam tabung reaksi dan
ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 6 M.
1. Dicatat pengamatan anda!
2. Dicatat warna dan bau gas yang terbentuk (Gambar 2.1)!
PERTANYAAN
Sebelum memulai percobaan ini di laboratorium, anda harus dapat menjawab pertanyaan di
bawah ini:
1. Sebelum dapat menuliskan persamaan reaksi, apa yang harus anda ketahui?
2. Pengamatan apa yang mungkin anda buat untuk memperkirakan bahwa reaksi kimia itu
terjadi?
3. Bagaimana anda dapat membedakan antara NO 2 dan NO?
4. Definisikan reaksi metatesis, berikan contohnya!
5. Apa yang dimaksud dengan endapan?
6. Setimbangkan persamaan reaksi dibawah ini!
KBrO3 (s) → KBr(s) + O2 (g)
MnBr2 (aq) + AgNO3 (aq) → MnNO3 (aq) + AgBr (s)
7. Bagaimana anda dapat membedakan antara gas H 2 dan H2S?
8. Dengan menggunakan air bagaimana anda dapat membedakan padatan KCl putih dan
PbCl2 ?
9. Tulislah persamaan untuk penguraian H2CO3 (aq) dan H2SO3 (aq)
B. Reaksi Oksidasi-Reduksi
1. ........................................................................................................................
2. Zn(s) + HCl(aq) →
3. ........................................................................................................................
4. ........................................................................................................................
5. ........................................................................................................................
6. ........................................................................................................................
7. ........................................................................................................................
8. ........................................................................................................................
9. ........................................................................................................................
10. ........................................................................................................................
11. ........................................................................................................................
12. ........................................................................................................................
13. ........................................................................................................................
14. ........................................................................................................................
15. ........................................................................................................................
C. Reaksi Metatesis
1. ........................................................................................................................
2. ........................................................................................................................
3. ........................................................................................................................
4. HCl (aq) + Na2CO3 (aq) →
5. ........................................................................................................................
6. ........................................................................................................................
7. HCl (aq) + Na2SO3 (s) →
8. ........................................................................................................................
9. ........................................................................................................................
10. HCl (aq) + ZnS (s) →
11. ........................................................................................................................
12. ........................................................................................................................
13 Pb(NO3) (aq) + HCl (aq) →
14. ........................................................................................................................
15. ........................................................................................................................
16. BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) →
17. ........................................................................................................................
18. (NH4)2 CO3 (aq) + BaCl2 (aq)
19. ....................................................................................................................
20. ........................................................................................................................
21. ........................................................................................................................
TUJUAN
Mengetahui cara pembuatan larutan baku pertama dan larutan baku kedua, serta dapat
menghitung konsentrasi dan normalitas dari setiap zat baku yang diperlukan.
DISKUSI AWAL
Larutan baku adalah suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, dapat
digunakan untuk menetapkan kadar suatu larutan lain yang belum diketahui konsentrasinya.
Larutan baku dapat dibedakan menjadi:
1. Larutan baku pertama, yaitu larutan yang mengandung zat padat murni yang
konsentrasinya diketahui dengan tepat, dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
larutan lain yang belum diketahui. Karakteristik larutan baku pertama:
❖ Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni
❖ Zat harus stabil, mudah dikeringkan, dan tidak higroskopis
❖ Mempunyai berat molekul yang cukup besar
2. Larutan baku kedua, yaitu larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui
dengan tepat, sebab dibuat dari zat yang tidak pernah murni (bersifat higroskopis atau
sangat mudah bereaksi dengan udara). Karakteristik larutan baku kedua:
❖ Tidak tersedia dalam keadaan murni
❖ Tidak stabil, sangat higroskopis, mudah bereaksi dengan udara
❖ Mempunyai berat molekul relatif kecil.
❖ Sebelum digunakan, larutan baku kedua harus distandarisasi / dibakukan dengan
larutan baku pertama.
Larutan baku NaOH bukan merupakan larutan baku pertama karena dapat bereaksi
dengan CO2 dari udara membentuk senyawa Na2CO3 sehingga dapat merendahkan kadar
NaOHnya. Sebelum digunakan, maka larutan baku kedua harus dibakukan terlebih dahulu
terhadap larutan baku pertama.
Contoh larutan baku pertama:
a. Boraks (Na-tetraborat (Na2B4O7, Mr 381,4)
Boraks stabil dengan rumus : Na2B4O7.10H2O
Reaksinya: Na2B4O7 + 7 H2O 2 NaOH + 4 H3BO3
2 NaOH + 2 HCl 2 NaCl + 2 H2O
Berarti 1 mol Na2B4O7 sebanding dengan 2 grek H+ atau 1 grek = ½ mol atau N = ½ M.
Pembuatan larutan boraks: 1,0 M = 381,4 gram/Liter
0,1 M = 38,14 gram/Liter
0,05 M= ¼ x 19,07 = 4,7675 gram/250 mL
Pembakuan KMnO4:
a. Reaksi asam oksalat dengan KMnO4:
Reaksi oksidasi : (C2O4 2 CO2 + 2 e-) x 5
Reaksi reduksi : (MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O) x 2
Reaksi Redoks :
2KMnO4 +3H2SO4 + 5H2C2O4 2MnSO4 + K2SO4 + 10CO2 + 8H2O
Ketelitian Pengukuran
Karena pengukuran dengan ketelitian maksimum adalah maksud utama dari suatu analisis
kuantitatif, maka perlu diperhatikan:
1. Gangguan-gangguan kecil setiap waktu perlu diperhatikan (kebocoran pada buret,
percikan-percikan larutan pentiter yang keluar dari labu titrasi).
2. Sebelum digunakan, semua alat gelas harus dalam keadaan bersih dan kering.
3. Digunakan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan, diantaranya:
➢ Untuk pengukuran suatu volume yang membutuhkan ketelitian yang tinggi,
misalnya; pengukuran volume larutan baku pertama, digunakan sebuah buret
(ketelitian sampai 0,05 mL). Sedangkan untuk pengukuran volume yang
mendekati seperti pada pembuatan larutan yang masih harus dibakukan (larutan
baku kedua), cukuplah alat gelas ukur (tingkat ketelitian 1 mL).
➢ Penimbangan zat padat murni untuk pembuatan larutan baku pertama, perlu
menggunakan neraca analitis yang dapat memberikan tingkat ketelitian sampai
0,0001 gram. Penimbangan bahan yang masih akan dibakukan, cukup dipakai
neraca teknis dengan tingkat ketelitian penimbangan sampai 0,01 gram.
➢ Pengukuran terhadap volume atau berat suatu bahan, minimal harus dilakukan dua
kali. Bila kedua hasil pengukuran menunjukkan perbedaan lebih dari 1%, maka
pengukuran perlu dilakukan sekali lagi.
PROSEDUR
A. Pembuatan larutan baku pertama asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,100 N 100 mL.
1. Ditimbang padatan asam oksalat 0,63 gram di atas kertas perkamen dengan timbangan
analitis.
2. Dimasukkan asam oksalat ke dalam labu ukur 100 mL dengan bantuan corong dan
dibilas kertas perkamennya dengan akuades dari botol semprot.
3. Ditambahkan akuades ke dalam labu ukur tersebut sampai kira-kira setengah bagian,
dan digoyangkan labu ukur sampai asam oksalat larut semua.
4. Setelah semua asam oksalat larut, ditambahkan akuades sampai tanda batas dan
dihomogenkan.
B. Pembuatan larutan baku kedua natrium hidroksida (NaOH) 0,100 N 250 mL.
1. Ditimbang natrium hidroksida pellet 1,00 gram menggunakan kaca arloji.
2. Disiapkan akuades bebas karbonat dengan cara dipanaskan terlebih dahulu akuades
sebangak 400 mL.
3. Setelah didinginkan akuadesnya, disediakan kira-kira 100 mL dalam gelas kimia.
4. Dimasukkan natrium hidroksida sedikit demi sedikit ke dalam gelas kimia yang berisi
akuades 100 mL dan diaduk perlahan-lahan dengan batang pengaduk.
5. Setelah larut semua, kemudian ditambahkan akuades sampai 250 mL.
HASIL PENGAMATAN
I. Pembuatan larutan baku pertama asam oksalat 0,100 N 100 mL.
Berat kertas perkamen:
Berat asam oksalat :
Berat kertas perkamen + asam oksalat:
II. Pembuatan larutan baku kedua natrium hidroksida 0,100 N 250 mL
Berat kaca arloji :
Berat natrium hidroksida :
Berat kaca arloji + natrium hidroksida :
PERHITUNGAN
1. Hubungan molaritas dan normalitas larutan dengan gram zat terlarut
massa zat terlar ut 1000
M= x
Mr volume larutan (mL)
V1. N1 = V2. N2
PERTANYAAN
1. Berapa volume air yang ditambahkan untuk 10,0 mL NaOH 0,32 M supaya diperoleh
larutan NaOH 0,1 M?
2. Berapa massa (gram) Ca(OH)2 untuk membuat 250 mL Ca(OH)2 0,4 M?
3. Suatu larutan terdiri dari 1,848 gram asam oksalat (H 2C2O4.2H2O) dalam 500 mL air.
Berapa molaritas dan normalitas larutan?
TUJUAN
Membuat dan mentritrasi larutan natrium hidroksida
Menentukan konsentrasi molar dari asam kuat
DISKUSI AWAL
Suatu analisis kimia yang mengutamakan penggunaan alat gelas volumetri (seperti
pipet, buret, dan labu ukur) disebut analisis volumetri.
Suatu larutan air yang mengandung suatu zat yang tidak diketahui konsentrasinya dapat
dianalisis melalui suatu reaksi dengan reaktan kedua dengan jumlah molnya yang telah
ditentukan dengan tepat. Suatu prosedur dengan pengukuran volume secara akurat dari suatu
larutan standar yang mengandung reaktan secara hati-hati ditambahkan sampai semua zat
yang tidak diketahui bereaksi disebut titrasi. Prosedur titrasi dimana buret diisi dengan suatu
cairan yang disebut titran, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang
mengandung analit
Titran
Buret
Analit
indikator Kertas
putih
Titik akhir titrasi
(perubahan warna)
Gambar 4.1 (a) Titran dalam buret yang dibutuhkan untuk analit
(b) Perubahan warna dari Indikator pada titik akhir titrasi
Titran dapat berupa larutan yang diketahui konsentrasinya atau tidak diketahui. Analit
dapat berupa larutan yang volumenya diukur dengan pipet atau zat padat yang dilarutkan
dengan ditimbang beratnya secara akurat. Suatu reaksi berjalan sempurna jika jumlahnya
secara stoikiometri dari zat yang direaksikan bergabung. Hal ini disebut titik ekuivalen/titik
stoikiometri dalam titrasi.
Dalam percobaan titik stoikiometri dari titrasi asam basa dapat dideteksi dengan
menggunakan indikator fenolftalein yang tidak berwarna dalam larutan bersifat asam tetapi
akan berwarna merah muda/pink dalam larutan bersifat basa. Keadaan titrasi pada saat
fenolftalein berubah warna disebut titik akhir titrasi dari indikator (Gambar 4.1b).
Pemilihan indikator berdasarkan pH pada saat titik stoikiometri, yang mendekati dengan titik
akhir titrasi dari indikator.
Jumlah stoikiometri : Jumlah untuk menyeimbangkan persamaan.
Indikator asam-basa : Suatu zat yang mempunyai warna berbeda pada struktur
bersifat asam dan bersifat basa.
pH : logaritma negatif dari konsentrasi molar H3O+
Dari persamaan reaksi setimbang, satu mol KHC 8H4O4 bereaksi dengan satu mol
NaOH.
Dalam prosedur percobaan diukur secara akurat massa dari kalium hidrogen ftalat dan
dilarutkan dalam air deionisasi (air DM). Larutan KHC 8H4O4 dititrasi oleh larutan NaOH
sampai titik stoikiometri/titik akhir titrasi tercapai, ditandai dengan terjadi perubahan warna
dari indikator fenolftalin. Volume NaOH nya dicatat. Konsentrasi molar dari larutan NaOH
dapat dihitung berdasarkan persamaaan (4.2) dan
mol NaOH
Konsentrasi Molar (M) NaOH (mol/Larutan) = (4.3)
L larutan NaOH
Dari reaksi secara stoikiometri mol asam yang dinetralisasi dalam reaksi dapat
dihitung. Dari volume yang telah diukur dan mol asam yang bereaksi, konsentrasi molar
dapat dihitung.
mol asam
Konsentrasi molar asam (mol/L) = (4.5)
volume asam (L)
PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur secara Umum
Larutan NaOH yang dibuat dengan konsentrasi perkiraan. Konsentrasi molar yang lebih
akurat dari larutan NaOH (sebagai titran) ditentukan dengan menggunakan larutan kalium
hidrogen ftalat sebagai standar primer. Larutan NaOH yang telah distandardisasi sebagai
larutan sekunder yang kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi molar larutan
asam.
3. Pengulangan
Dengan cara yang sama titrasi sampel yang lain dari larutan asam.
4. Penyimpanan.
Simpanlah larutan NaOH yang telah distandarisasi dalam botol polietilen 500 mL
tertutup rapat.
Tugas Pendahuluan
Analisis Volumetri
2. a. Tulis nama dan rumus formula dari standar primer yang digunakan untuk
menstandardisasi larutan NaOH dalam percobaan ini!
4. Jelaskan bagaimana setengah tetes dari titran dapat ditambahkan dari buret!
5. a. Suatu sampel kalium hidrogen ftalat (KHC8H4O4) 0,394 gram dilarutkan dalam 100 mL
air. Jika membutuhkan larutan NaOH 13,93 mL untuk bereaksi pada titik stoikiometri,
berapa konsentrasi molar dari larutan natrium hidroksida? Massa molar KHC8H4O4
204,2 g/mol.
b. Asam oksalat H2C2O4.2H2O (massa molar 126,07 g/mol) dapat digunakan sebagai
standar primer untuk standarisasi dari larutan NaOH.
Berapa massa asam oksalat yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan 13,93 mL
NaOH Asam oksalat sebagai H2A (diprotik) asam.
6. Suatu asam H2A dengan volume 25 mL konsentrasi tidak diketahui dengan dua tetes
fenoftalin membutuhkan 13,40 mL NaOH 0,1320 M pada titik akhir.
a. Perubahan warna apa yang terjadi pada titik akhir titrasi?
Gunakan tidak kurang tiga angka signifikan pada saat pencatatan data dan perhitungan
No Sampel 1 2 3
1. Volume larutan asam/(mL) 25,0 25,0 25,0
2. Pembacaan akhir NaOH dalam buret/(mL)
3. Pembacaan awal NaOH dalam buret/(mL)
4. Volume NaOH yang dibutuhkan/(mL)
5. Konsentrasi molar NaOH/(mol/L) bagian A
6. mol NaOH yang dibutuhkan/(mol)
7. Konsentrasi molar larutan asam/(mol/L)