TEKNOLOGI KOPI
OLEH:
A. Dasar Teori
Kopi merupakan salah satu bahan penyegar yang disajikan dalam bentuk minuman
dan banyak digemari oleh masyarakat karena memiliki cita rasa yang khas. Saat ini, kopi masih
menjadi komoditi perkebunan yang potensial dan andalan sebagai komoditi penambah devisa
negara. Kopi dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk bubuk yang diseduh menggunakan air
panas. Pembuatan kopi bubuk banyak dilakukan oleh masyarakat baik di industri kecil maupun
besar yang dilakukan secara manual maupun mekanis. Produksi kopi bubuk dimulai dari proses
penyangraian dan diakhiri dengan pengecilan ukuran, dimana penyangraian kopi bertujuan
untuk mengembangkan rasa, aroma, warna, dan kadar air.
Tahapan hilir pengolahan kopi bubuk adalah pengecilan ukuran, dimana proses ini
mengubah sifat fisik dari kopi karena mendapatkan gaya-gaya mekanis seperti gaya tekan, gaya
industri biasanya menggunakan penggiling mekanis dengan tujuan meningkatkan produktivitas
dan efisiensi. Beberapa sifat fisik dari kopi banyak diperlukan untuk desain proses, kemasan
tumbuk, dan gaya geser, sehingga bentuk serta ukurannya berubah. Pengecilan ukuran untuk
skala maupun peralatan pengolahan selanjutnya. Selain itu, sifat fisik digunakan untuk
mengontrol proses penggilingan agar ukuran bahan yang digiling sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Sifat fisik yang dikaji pada praktikum ini adalah densitas curah, angle of repose,
kadar air, derajat kehalusan, serta dimensi rata-rata partikel.
B. Tujuan Praktikum
1. untuk mengetahui nilai- nilai standar sifat fisik yang digunakan untuk
mengontrol proses penggilingan tersebut.
A. Alat
B. Bahan
- Bubuk kopi
C. Cara Kerja
1. DensitasCurah
Densitas curah dihitung dengan membagi berat bubuk kopi dengan volume
bubuk kopi yang telah dihitung volumenya dalam gelas ukur.
Pertama masukkan bubuk kopi kedalam gelas ukur sampai volume 100 ml.
Tuang bubuk kopi kedalam suatu wadah dan timbang beratnya.
Hitung densitas dengan rumus :
Densitas curah = Berat Kopi/Volume.
2. Kadar Air Bubuk Kopi
Timbang 2 g bubuk kopi didalam wadah yang sudah diketahui beratnya.
Masukkan kedalam oven dengan suhu 100oC selama 2 jam.
Angkat sampel dari oven lalu dinginkan dalam desikator dan timbang.
Ulangi perlakuan oven sampai berat sampel konstan.
Hitung kadar air dengan rumus :
Kadar air (%) = {(Berat awal-Berat akhir)/Berat awal} x 100%
3. Angle of Repose
Bubuk dijatuhkan pada ketinggian 15 cm melalui corong pada bagian datar.
Kertas putih digunakan sebagai alas bidang datar.
Untuk mengurangi pengaruh tekanan dan kecepatan bahan, maka pengukuran
dilakukan dengan volume 100 ml serta dicurahkan perlahan pada dinding
corong dengan bantuan sudip pada posisi corong yang tetap sehingga
diusahakan jatuhnya bubuk selalu konstan
Pengukuran diameter dilakukan pada sisi yang sama pada setiap pengukuran.
Sudut repose ditentukan dengan mengukur diameter (D) dan tinggi tumpukan
(t), dan dihitung dengan rumus :
Sudut repose = arc tan (2t/D)
Diameter yang digunakan adalah rata-rata dari diameter secara vertical dan
diameter secara horizontal.
4. DistribusiPartikel
Timbang bubuk kopi sebanyak masing-masing 10 g dan diayak pada ayakan
60, 80, dan 120 mesh
Timbang bubuk kopi yang tertahan pada masing-masinga yakan
Hitung presentase bubuk kopi yang tertahan dengan rumus:
Presentasebubuk kopi = (Beratsisaayakan/Beratawal) x 100%
5. IndeksKeseragaman
Lihat kopi yang paling banyaklolosadapadaayakan.
Cari pada literature untuk ayakan tersebut masuk kedalam criteria kasar,
sedang, dan halus.
6. Derajat Kehalusan (Fineness Modulus/ FM)
Derajat kehalusan masing-masing ayakan dihitung dengan rumus:
FM = Fraksi tertahan/100
7. Dimensi Rata-rata Partikel
Dimensi rata-rata partikel dihitung dengan menggunakan derajat kehalusan :
D = 0.004 (2)FM
Keterangan:
D : Dimensi rata-rata partikel (mm)
FM: Derajat kehalusan
A. HASIL
1. Tabel Hasil Rata-rata Densitas Curah Bubuk Kopi Cap Kupu-kupu Bola Dunia
Tinggi : 9 cm
: arc tan
: 51°
4. Tabel Hasil Distribusi Partikel Kopi pada Setiap Kelompok
Kelompok Hasil
Tipe Mesh
Kelompok Jenis Kopi
60 80 120
Tipe Mesh
Kelompok Jenis Kopi
60 80 120
B. PEMBAHASAN
A. Densitas Curah
Pada praktikum kali ini didapakan densitas rata-rata curah bubuk kopi “Cap Kupu-
kupu Bola Dunia” dari kelompok 3 dan kelompok 4 adalah 0.568 g/ml. Densitas curah didapat
dari masa bubuk kopi dalam volume tertentu dibagi volume bubuk kopi tersebut. Hasil dari
kedua kelompok menunjukan nilai densita scurah yang tidak jauh berbeda. Nilai densitas curah
bubuk kopi dari setiap kelompok yang memggunakan bubuk kopi dengan merek berbeda
menunjukan kerapatan dari bubuk kopi. Untuk kelompok yang mendapat bubuk kopi dengan
merek yang sama hasil yang didapat tidak begitu berbeda. Nilai densitas curah paling tinggi ada
pada kopi bubuk cap kupu-kupu bola dunia. Sedangkan nilai densitas curah terendah ada pada
kopi bubuk setia bali. Semakin tinggi nilai densitas curah dari suatu bubuk kopi, menunjukan
semakin rapat kerapatan daribubuk kopi tersebut.
C. Angle of repose
Angle of repose atau sudut curah adalah sudut yang terbentuk dari bahan yang
dicurahkan pada tempat yang berbidang datar sehingga terbentuk gundukan yang menyerupai
kerucut (Pranomo, 1976). Pada praktikum yang dilakukan, kopi bubuk merk Bali Bola Dunia
dicurahkan dari ketinggian 15 cm diatas alas aluminum foil agar terjadi gundukan yang
berbentuk kerucut. Setelah itu dilakukan pengukuran rata-rata diameter secara horizontal dan
vertikal serta tingginya. Kemudian dihitung dengan rumus : arc tan 2(t)/rata-rata diameter.
Pada tabel hasil pengamatan didapatkan hasil angle of repose Kopi Bubuk Cap Kupu-
Kupu Bola Dunia yaitu sebesar 51° yang merupakan nilai terbesar dari semua sampel yang
digunakan. Hal ini berarti bahwa ukuran partikel bahan dari sampel yang digunakan memiliki
ukuran yang lebih kecil dibandingkan sampel lain. Menurut Gauthama (1998), pengecilan
ukuran dapat memperbesar sudut tumpukan yang terbentuk. Hal ini didukung oleh pernyataan
Sahay (1994), bahwa hasil pertanian yang memiliki ukuran lebih kecil dari bahan pangan lainnya
memiliki sudut curah yang lebih besar karena apabila ukuran biji semakin kecil dan makin
seragam maka tumpukannya akan lebih banyak dan tidak menyebar luas pada permukaan bidang
karena sudut curah dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk bahan. Ukuran partikel bahan yang lebih
kecil menyebabkan porositasnya rendah sehingga tumpukan bahan tersebut tidak memiliki
rongga udara yang besar menyebabkan kerapatan massanya semakin besar dan dapat
mempermudah bahan untuk membentuk tumpukan. Hal ini akan menyebabkan semakin besar
nilai angle of repose yang dihasilkan. Menurut Mujnisa (2008) bahwa ketika dilakukan
pengukuran sudut curah semakin besar jari-jari maka sudut yang dihasilkan semakin kecil karena
hal tersebut berbanding terbalik. Semakin seragam bentuk maka sudut curah makin besar begitu
sebaliknya. Selain itu nilai angle of repose juga mungkin disebabkan karena kandungan air yang
dimiliki Selain itu, nilai angle of repose mungkin juga disebabkan oleh kadar air bubuk kopi.
Semakin tinggi kadar air suatu bahan maka semakin besar sudut tumpukan yang terbentuk.
Selain itu pada sampel yang sama didapatkan nilai angle of repose yang tidak berbeda
jauh dan pada sampel yang berbeda didapatkan nilai angle of repose yang berbeda pula.
Perbedaan nilai angle of repose pada setiap merk kopi bubuk diakibatkan sifat fisik yang dimiliki
berbeda-beda. Menurut Khalil (1999), beberapa hal yang mempengaruhi sudut curah adalah
kandungan air, ukuran partikel, bentuk partikel, karakteristik permukaan dan kerapatan
tumpukan. Akan tetapi angle of repose kopi bubuk Bali Bola Dunia pada kelompok 3 dan 4
didapatkan hasil yang berbeda cukup jauh. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan saat melakukan praktikum.
D. Distribusi Partikel
Distribusi ukuran partikel bubuk kopi ditentukan dengan menggunakanayakan
dengan ukuran 60, 80 dan 120 mesh. Bubuk kopi yang tertahan pada masing-masing ayakan
ditampilkan dalam bentuk persentase. Ukuran partikel yang tersisa pada ayakan paling dominan
terdapat pada ayakan 80 Mesh. Distribusi ukuran partikel ini dapat bergeser ke ukuran yang lebih
besar apabilapenggilingan dilakukan terus menerus, tetapi masalah yang akan ditimbulkan
adalah energi penggilingan yang dikeluarkan akan lebih banyak, waktu yang lama, dan bubuk
yang dihasilkan sangat halus dan bersifat lebih higroskopis atau mudah menyerap uap air di
udara.( Syah,Hendri,dkk. 2013)
Pada kelompok 4 dengan bahan Kopi Bubuk Cap Kupu-kupu Bola Dunia didapatkan
hasil presentase distribusi partikel yaitu 42,6 % pada 60 mesh, 87,3 %pada 80 mesh, dan 83,4
%pada 120 mesh. Dapat diamati bahwa hasil presentas terendah didapat pada ayakan 60 mesh,
namunterjadi penurunan hasil pada 120 mesh, yang disebabkan jumlah fraksi yang tertahan pada
ayakan 120 mesh lebih rendah dibandingkan pada ayakan 80 mesh. Sedangkan hasil yang
berbeda didapatkan oleh kelompok 3 dengan sampel yang sama yaitu dengan presentase 3,6%
pada 60 mesh, 36 % pada 80 mesh, dan 70,1 % pada 120 mesh. Pada kelompok 3 Tidak terjadi
penurunan dikarenakan pengayakan yang optimal pada ayakan 120 mesh oleh kelompok 3.
Sehingga terjadi perbedaan hasil karena kesalahan atau kurangnya ketelitian pada saat pratikum.
E. Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman merupakan salah satu parameter dalam menentukan bentuk
sebaran partikel bubuk kopi setelah proses penggilingan. Proses pemecahan tersebut dilakukan
untuk mendapatkan kopi bubuk dengan ukuran maksimal 75 mesh ( sesuai dengan standard
ketentuan). Ukuran butir-butir (partikel-partikel) bubuk kopi akan berpengaruh terhadap rasa dan
aroma kopi. Secara umum, semakin kecil ukurannya akan semakin baik rasa dan aromanya
karena sebagian besar bahan-bahan yang terdapat di dalam kopi bisalarut di dalam air ketika
diseduh. Berdasarkan praktikum penentuan mutu bubuk kopi yang dilakukan, ada 7 merk
sampel yang digunakan yaitu kelompok 1 dan 2 kopi ABC Bali, kelompok 3 dan 4 Kopi Bubuk
Bali Cap Kupu-kupu Bola Dunia, kelompok 5 Kopi Bali Tulen Cap Puspa Dewata, kelompok 6
Kopi Bubuk Setia Bali, kelompok 7 Kopi Bubuk Excotic Coffee, Pupuan Coffee. Proses
penentuan indeks keseragaman ditentukan dengan melihat hasil ayakan bubuk kopi pada masing-
masingukuran mesh.
Pada percobaan yang dilakukan relatif bubuk kopi hasil ayakan dengan berat
tertinggi diperoleh pada ayakan berukuran 60 mesh. Berdasarkan literatur, bubuk kopi yang
berhasil lolos melalui ayakan 60 mesh memiliki ukuran partikel 250 mikron. Oleh karena itu,
percobaan yang dilakukan kelompok kami ( kelompok 4) dengan sampel bubuk kopi bali cap
kupu-kupu bola dunia dalam indeks kesegaraman ukuran termasuk kedalam serbuk halus ( fine
powder ).Hal tersebut dikarenakan hamper seluruh partikel serbuk dapat melewati ayakan nomor
60 dan tidak lebih dari 40% melewati ayakan nomor 100. Selanjutnya pada percobaan ayakan
berukuran 80 mesh berat kopi yang berhasil lolos ayakan hanya sebesar 0,7397 gram( ukuran
partikel 177 mikron) dari total bubuk kopi yang diayak 8,7366 gram. Data tersebut menunjukkan
ukuran bubuk tersebut memiliki indeks keseragaman pada jenis serbuk sangat halus( very fine
powder ). Sedangkan untuk pengayakan dengan mesh berukuran 120 bubuk kopi yang berhasil
lolos sangat sedikit hanya 0,1815 gram sehingga cenderung jumlah yang masih tertahan pada
ayakan relative banyak. Sehingga, dari praktikum tersebut dapat diketahui bahwa ukuran bubuk
kopi dari sampel yang diuji rata-rata pada skala 60-80 mesh dengan ukuran partikel 177-250
mikron tergolong serbuk halus.
Pada praktikum ini, derajat kehalusan dapat ditentukan dengan cara membagi jumlah
fraksi yang tertahan pada masing-masing ayakan dibagi dengan 100. .Menurut Henderson dan
Perry (1976), derajat kehalusan dapat menunjukkan keragaman hasil penggilingan atau
penyebaran fraksikasar dan halus. Pada kelompok 4 dengan bahan Kopi Bubuk Bola Dunia,
didapatkan hasil derajat kehalusan yaitu 0,0426 pada 60 mesh, 0,0873 pada 80 mesh, dan 0,0834
pada 120 mesh dengan rata-rata 0,0711. Pada kelompok kami, terjadi penurunan hasil pada 120
mesh, dimana jumlah fraksi yang tertahan pada ayakan 120 mesh lebih rendah dibandingkan
pada ayakan 80 mesh, hal ini dapat terjadi karena pada saat mengayak pada 80 mesh masih
terjadi kurangnya ayakan sehingga hasil pada ayakan 120 mesh lebih rendah dibandingkan hasil
pada ayakan 80 mesh. Pada kelompok 3 dengan bahan yang sama mendapatkan hasil rata-rata
derajat kehalusan yaitu sebesar 0,0365, pada praktikum kali ini terjadi perbedaan hasil rata-rata
antara kelompok 3 dan 4 dengan bahan yang sama. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan dari
praktikan dan kurang telitinya pada saat praktikum berlangsung.
IV. KESIMPULAN
1. Densitas rata-rata curah bubuk kopi “Cap Kupu-Kupu Bola Dunia” dari kelompok
3 dan 4 adalah 0,568 g/ml.Semakin tinggi nilai densitas curah dari suatu bubuk
kopi, menunjukan semakin rapat kerapatan dari bubuk kopi tersebut.
2. Hasil yang didapatkan pada setiap kelompok menunjukkan bahwa kadar air yang
terkandung pada setiap jenis bubuk kopi yang digunakan khususnya bubuk kopi
bali memiliki kadar air yang memenuhi persyaratan SNI 01-3542-2004 bubuk
kopi yang telah ditetapkan yaitu maksimal 7%.
3. Perbedaan nilai angle of repose mungkin disebabkan karena perbedaan ukuran
partikel dan kadar air. Perbedaan hasil pada kelompok 3 dengan sampel yang
sama mungkin disebabkan karena terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh
praktikan saat praktikum berlangsung.
4. Terjadi penurunan hasil pada 120 mesh dibandingkan 80 mesh, karena kurangnya
ayakan. Selain itu terdapat perbedaan hasil antara kelompok 3 dan 4 dengan
sampel yang sama mungkin dapat disebabkan terjadinya kesalahan pada saat
praktikum.
5. Indeks keseragaman kopi bubuk “Cap Kupu-Kupu Bola Dunia” memiliki ukuran
rata-rata pada skala 60-80 mesh dengan ukuran partikel 177-250 mikron tergolong
serbuk halus.
6. Terjadi penurunan hasil pada ayakan 120 mesh disebabkan jumlah fraksi yang
tertahan lebih rendah disbanding ayakan 80 mesh. Sedangkan didapatkan hasil
yang berbeda pada kelompok 3 dan tidak terjadi penurunan dikarenakan
pengayakan yang optimal pada ayakan 120 mesh.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Irma Dwi, dkk. 2012. Pentingnya Mengetahui Proses Pengayakan Dalam Sediaan
Farmasi.https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/22/metode-dan-teknik-
pengayakan-untuk-menentukan-ukuran-partikel-dalam-teknologi-farmasi/. Diakses pada
17 November 2019.
Safitri, dkk. 2016. Efek Pengolahan Terhadap Sifat Organoleptik Kopi Bubuk dan Kopi Seduhan.
http://ekanurlita12.blogspot.com/2016/05/. Diakses pada 17 November 2019.
Syah,Hendri,dkk. 2013. Karakteristik Fisik Bubuk Kopi Arabika Hasil Penggilingan Mekanis
Dengan Penambahan Jagung dan Beras Ketan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia Vol. 5 No. 1
LAMPIRAN