DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN i
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Abon Ikan 2
Proses Pengolahan Abon Ikan 2
Pengendalian Mutu 4
Kelayakan Dasar 4
Good Manufacturing Practice (GMP) 4
Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) 5
Hazard Analysis and Critical Control Point 5
METODE 7
Waktu dan Tempat 7
Acuan Regulasi dan Standar 7
Metode Praktik Lapang 8
Pengumpulan Data Primer dan Sekunder 8
Flow Chart Pelaksanaan Praktik Lapang 9
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Formulir Penilaian Kelayaan Dasar Unit Pengolahan 13
2 Konsep Penyusunan HACCP Plan 25
3 Jurnal Kegiatan Praktik Lapang 34
4 Dokumentasi Proses Produksi 37
5 Denah/Tata letak UPI 38
ii
12
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging
yang dihaluskan dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya yang
ditambahkan dengan bumbu atau rempah lalu digoreng. Abon ikan menurut SNI
7690 (2013) merupakan makanan yang kering dengan bentuk yang khas, terbuat
dari daging (sapi, ayam, ikan), direbus, disayat-sayat, ditambah bumbu, digoreng,
dan dipres. Abon dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama karena sifat abon
yang kering atau rendah kadar air, oleh karena itu abon merupakan salah satu
teknik pengolahan yang ditujukan untuk menambah umur simpan produk (BSN
2013).
Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu menurut Junais et al. (2014) merupakan alat bagi suatu
manajemen untuk memperbaiki mutu produk apabila diperlukan,
mempertahankan mutu produk yang sudah tinggi, dan mengurangi jumlah produk
yang rusak. Umumnya pengendalian mutu dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
pengendalian mutu pada bahan baku, pengendalian dalam proses pengolahan, dan
pengendalian pada produk akhir. Penerapan keamanan pangan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Devi et al. (2016) sudah seharusnya dilakukan
oleh industri dalam penanganan hasil perikanan guna memenuhi standar atau
mengurangi resiko buruk. Hal tersebut dapat menciptakan terjaminnya suatu mutu
4
dan kualitas yang dapat mendorong perusahaan untuk dapat bersaing dan
meningkatkan pendapatan (income) negara.
Kelayakan Dasar
17 Penarikan produk
18 Pelaksanaan program.
METODE
proses produksi, dan mengetahui praktik penerapan program Hazard Analysis and
Critical Control Points (HACCP) pada pengolahan abon tuna. Proses observasi
dan praktik lapangan meliputi penilaian atau evaluasi terhadap penerapan Hazard
Analysis and Critical Control Points (HACCP). Diagram alir atau flow chart
pelaksanaan praktik lapangan dapat dilihat pada Gambar 1.
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI 2729:2013. Ikan Segar. Jakarta
(ID): Badan Standardisasi Nasional.
Devi KPT, Suamba IK, Artini NWP. 2016. Analisis pengendalian mutu dan
pengolahan ikan pelagis beku di PT Perikanan Nusantara (Persero) Cabang
Benoa Bali. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 5(1) : 1-11.
Gaspersz V. (2002). Pedoman Implementasi Program Six Sigma. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Goulding S, Mansur. 2014. Penerapan Hazard Analysis and Critical Control
Point (HACCP) produk sashimi di Restoran Tomoto Surabaya. Jurnal
Hospitalitiy dan Manajemen Jasa. 2(1) : 289-301.
[KEPMEN-KP] Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. 2013. Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
52A/KEPMENKP/2013 Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Jakarta (ID):
Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
[KEPMEN-KP] Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. 2013. Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013
Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Jakarta (ID): Kementrian Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor PER.19/MEN/2010 Tentang Pengendalian Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Jakarta (ID) : Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2018. Produksi Perikanan Nasional
Indonesia 2017. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia.
Junais I, Brasit N, Latief R. 2014. Kajian strategi pengawasan dan pengendalian
mutu produk ebi furay PT. Bogatama Marinusa. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology Universitas
Dipenogoro. 2(5) : 1-14.
Masrifah E, Noorachmat BP, Sukmawati A. 2015. Kesesuaian penerapan
manajemen mutu ikan pindang bandeng (Chanos chanos) terhadap Standar
Nasional Indonesia. Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil
Menengah. 10(2) : 163-172.
[PERMENKES] Peraturan Menteri Kesehatan.2010. Peraturan Menteri
Kesehatan No 429 Tahun 2010 tentang Persyaratan Air Minum. Jakarta
(ID): Peraturan Menteri Kesehatan.
[PERMENPERIN] Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia. 2010.
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik
(Good Manufacturing Practices). Jakarta (ID): Kementerian Perindustrian
11
[PP] Peraturan Pemerintah. 2004. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Jakarta (ID): PeraturanPemerintah.
LAMPIRAN
11
Lampiran 1 Form Penilaian/Evaluasi Kelayakan Dasar Unit Pengolahan
1 Nama UPI/Perusahaan :
2 Alamat
Kantor Pusat :
UPI/ Ruang Proses/Gudang :
3 Jenis UPI : a. UPI b. UPRL-K c. UGPI d. UPIH e. Non - UPI f. KPI
4 No.Telp/Fax/Email :
CP (Nama & HP) :
a. IUP / Izin
c. Akta d. Perjanjian Sewa-
5 Kelengkapan Dokumen : Usaha di bidang b. SIUP e. Manual GMP-SSOP
Notaris Menyewa (jika ada)
Perikanan
6 Produk
Terlampir
Terlampir
13
14
Jumlah
10 Jumlah Hari Kerja : hari/bulan
11 Asal Es Bentuk Es Penggunaan Es
a. Produksi sendiri dg kapasitas : ton a. Balok a. Penanganan c. Distribusi
b. Pembelian dari : b. Curai b. Penyimpanan Sementara d. Pengolahan
-
12 Bahan Penolong/ Tambahan :
-
13 Jenis/ Bahan Kemasan : a. Inner b. Master
15
16
17
18
19
20
21
22
elektronik
Tingkat Kebersihan Karyawan
b X
Kebersihan personal karyawan terpelihara dengan baik
Kesehatan Karyawan
c Karyawan yang sakit dan berpotensi menularkan penyakit X
tidak diperbolehkan masuk kerja
PENINGKATAN
KEMAMPUAN / Pelatihan Karyawan
XIX a X
KETRAMPILAN Program pelatihan yang terjadwal
SDM
Fasilitas Pengendalian Binantang Pengganggu
PENGENDALIAN
Tersedia fasilitas pengendalian serangga, tikus, hewan
XX BINATANG a X
peliharaan, dan binatang lainnya, fasilitas pengendalian
PENGGANGGU
binatang pengganggu berfungsi dengan efektif
INSTALASI
PENGOLAHAN Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
XXI a X X
AIR LIMBAH Memiliki fasilitas IPAL
(IPAL)
Keterangan :
a. Minor : Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi atau dibiarkan secara terus-menerus akan
berpotensi mempengaruhi mutu pangan
b. Mayor Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi mempunyai potensi mempengaruhi keamanan
pangan
c. Serius Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi dapat mempengaruhi keamanan pangan
d. Kritis Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi akan segera mempengaruhi keamanan pangan
1. KETIDAKSESUAIAN
a. Minor :
b. Mayor
c. Serius
d. Kritis
2. TINGKAT (GRADE) 1. A (Baik Sekali)
KEPATUHAN 2. B (Baik)
3. C (Cukup)
4. D (Gagal)
Mengetahui
Penanggung Jawab UPI (UMKM) ........................., .....................
Ketua Tim
…………………………. .......................................
Keterangan :
TINGKAT JUMLAH PENYIMPANGAN
(RATING) Minor Mayor Serius Kritis
A = Baik sekali 6 0–5 0 0
B* = Baik ≥7 6 – 10 1–2 0
C = Cukup NA ≥ 11 3–4 0
D = Gagal NA NA ≥5 1
23
24
.........../...................2019
Penanggung Jawab UPI
( )
25
pengemasan, dan pemuatan. Diagram alir pembuatan abon ikan dapat dilihat pada
Gambar 2.
Penerimaan
Pencucian
Pencucian I
Penghalusan
Penyiangan
Pencucian II
Perebusan/pengkusan
Pengepresan
Pencabikan
Pencampuran
Pemasakan
Penirisan minyak
Pengemasan Penyimpanan
27
Penyimpanan
Pemuatan
Gambar 2 Diagram alir pembuatan abon ikan
SSOP/GMP
Kategori
mengendalikan Apakah Bahaya potensial signifikan
Tahapan bahaya
Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan
Proses Tindakan pencegahan
Bahaya potensial Keparahan keputusan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L,M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahapa
Proses
Tahap 7 Penentuan Titik Kendali Kritis (CCP)
Titik kritis ditentukan berdasarkan pada empat buah pertanyaan yang mendasari keputusan terhadap suatu tahap proses
dikatakan titik kritis (CCP) atau bukan CCP. Penentuan titik kritis dapat dilihat pada Gambar 3 dan Tabel berikut. Keempat
pertanyaan tersebut yaitu:
1 Apakah ada upaya pencegahan pada tahap tersebut atau tahap berikutnya?
2 Apakah upaya pencegahan pada tahap tersebut khusus dirancang untuk mengeliminasi atau mereduksi kemungkinan
terjadinya risiko bahaya pada tingkat yang dapat diterima?
3 Dapatkah risiko bahaya tersebut terjadi melewati batas yang dapat diterima atau dapat meningkat sampai pada batas yang tidak
dapat diterima?
4 Apakah ada tahap berikutnya yang dapat meng-eliminasi risiko bahaya atau mereduksi kemungkinan terjadinya risiko bahaya
sampai pada batas yang dapat diterima?
29
30
31
Tidak
Y Tidak CCP
31
32
1 Tindakan Segera (immediete action), yaitu tindakan untuk menyesuaikan proses agar
kembali terkontrol dan menangani produk-produk yang dicurigai terkena dampak
penyimpangan.
2 Tindakan Pencegahan (preventive action), yaitu pertanggung jawaban untuk tindakan
koreksi dan pencatatan tindakan koreksi.
Koreksi yang dilakukan berupa penyesuaian proses agar dapat terkontrol,
melakukan penanganan terhadap produk yang dicurigai terkena penyimpangan,
pertanggung jawaban untuk tindakan koreksi dan pencatatan tindakan koreksi. Tindakan
koreksi yang mungkin akan dilakukan antara lain pengolahan kembali, penurunan mutu
produk, serta pengolahan menjadi produk berbeda. Pengolahan kembali hanya
dilakukan jika bahaya yang ada dapat dihilangkan dengan proses tersebut. Penurunan
mutu produk dapat menjadi pilihan jika bahaya yang ada merupakan bahaya mutu,
bukan bahaya keamanan produk. Pengolahan menjadi produk berbeda dilakukan apabila
penambahan proses yang hampir sama dapat mereduksi jumlah kontaminan.
33
34
Tanda tangan
No Tanggal Kegiatan
(yang berwenang)
1 1 Agustus 2019
2 2 Agustus 2019
3 3 Agustus 2019
4 4 Agustus 2019
5 5 Agustus 2019
6 6 Agustus 2019
7 7 Agustus 2019
8 8 Agustus 2019
9 9 Agustus 2019
10 10 Agustus 2019
11 11 Agustus 2019
12 12 Agustus 2019
13 13 Agustus 2019
14 14 Agustus 2019
15 15 Agustus 2019
16 16 Agustus 2019
17 17 Agustus 2019
18
19
20
21
35
36
37
38
39