PRAKTIKUM
Dosen:
Dr. Ir. Wini Trilaksani, M.Sc
Bambang Riyanto, S.Pi, M.Si
Wahyu Ramadhan, S.Pi, M.Si
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabil’alamin….
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
nikmat yang tak terhingga serta kemudahan bagi kami tim penyusun modul
ini. Tak lupa shalawat dan salam untuk junjungan kita Rasulullah SAW
beserta keluarga dan para sahabat yang telah membawa kita menuju era yang
penuh ilmu dan teknologi seperti saat ini. Modul ini disusun sebagai acuan
dan sarana penunjang dalam pelaksanaan praktikum mata kuliah
Diversifikasi dan Pengembangan Produk Hasil Perairan (THP 333)
dan Teknologi Pemanfaatan Hasil Samping dan Limbah (THP 334)
kurikulum Mayor-Minor tahun pelajaran 2012/2013 semester genap.
Modul ini mendeskripsikan berbagai prinsip pengolahan serta
diversifikasi produk hasil perikanan/perairan baik dari bahan baku yang
bernilai ekonomis tinggi maupun hasil samping pengolahan. Pada modul ini
digambarkan pula teknik atau metode-metode yang dapat digunakan dalam
pengolahan hasil perairan untuk menghasilkan produk yang berdaya saing
tinggi seperti fish jelly products (kamaboko, aneka fish cake, bakso ikan, burger
ikan), produk berlapis (coated/breaded), produk ekstrusi, produk emulsi,
produk-produk pangan berbasis rumput laut dan lain-lain.
Penyusun menyadari modul ini masih memiliki berbagai kekurangan
sehingga diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai
acuan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga modul
ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Amin ya Rabbal’alamin.
Wassalam
Dr.Ir. Wini Trilaksani, M.Sc.
Bambang Riyanto, S.Pi. M.Si
Wahyu Ramadhan, S.Pi, M.Si.
Tim Asistensi THP 333 dan THP th 2014 dan 2015
2
Daftar Isi
Kata Pengantar1
Diversifikasi dan Pengembangan Produk Hasil Perairan
Surimi dan Kamaboko 4
Breaded Seafood Product 14
Burger Ikan 23
Sausage (Sosis) 28
Cumi-cumi kertas 34
Fortifikasi Tepung Tulang Ikan pada Proses Pembuatan Biskuit 37
Tsukuda-ni Kekerangan 41
Produk Ekstrusi (Fish Snack) 45
Bakso Ikan51
Nori Imitasi 55
Soup Cream Instant 59
Marshmallow 65
Jelly drink 76
Puding Rumput Laut 79
Selai Buah-Rumput Laut 82
3
MODUL PRAKTIKUM
Dosen :
Wini Trilaksani
Bambang Riyanto
Wahyu Ramadhan
1. Pendahuluan
Protein ikan mengandung semua jenis asam amino esensial.
Kandungan asam amino dalam daging ikan bervariasi tergantung jenis
ikannya. Pada umumnya kandungan asam amino dalam daging ikan kaya
akan lysin tetapi kandungan triptofannya kurang. Mutu biologis terutama
nilai cerna seafood ditentukan oleh mutu proteinnya yang seimbang dan
mudah dicerna karena jumlah jaringan ikat yang relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan jaringan hewan lainnya.
Berdasarkan sifat kelarutannya, protein ikan dibagi tiga kelas yaitu
protein larut air, protein larut garam, dan fraksi protein tidak larut. Protein
yang tidak larut umumnya berupa jaringan ikat. Protein ini bersifat tidak
larut walaupun pada cairan dengan kekuatan ion tinggi (Watabe 1990).
Berikut ini pengelompokkan protein daging ikan secara lebih terperinci
menjadi 3 (tiga) grup:
3. Protein jaringan ikat (collagen), yang menyumbang sekitar 3-5 % dari total
protein pada teleostei dan sekitar 10 % dalam elasmobranchii
(bandingkan dengan 17 % di mamalia).
5
Gambar 1. Surimi
Secara teknis semua jenis ikan baik yang berasal dari hasil tangkapan
laut maupun hasil budidaya air tawar dapat digunakan untuk pembuatan
surimi, sehingga hampir menghilangkan istilah ”underutilized species”. Kriteria
paling penting untuk menentukan kualitas surimi adalah kekuatan gel (ashi).
Kekuatan gel surimi ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: jenis
ikan, umur, tingkat kematangan gonad, tingkat kesegaran ikan, pH, kadar air,
volume dan frekuensi pencucian, konsentrasi dan jenis penambahan zat
antidenaturant atau cryoprotectant serta suhu dan waktu pemasakan (Suzuki
1981).
Kemampuan protein membentuk gel ini berpengaruh terhadap
elastisitas dari produk lanjutan yang diolah dari surimi. Gelasi protein daging
7
terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah denaturasi protein (tidak
menggulungnya rantai protein) dan tahap kedua terjadi agregasi protein
membentuk struktur tiga dimensi. Ada empat tipe ikatan utama yang
berkontribusi terhadap pembentukan struktur jaringan selama proses gelasi
dari pasta surimi, yaitu: ikatan garam, ikatan hidrogen, ikatan disulfida dan
interaksi hidrofobik (Niwa dalam Lanier, Lee 1992).
Apabila daging ikan mentah digiling dengan penambahan garam,
maka miosin (aktomiosin, miosin dan aktin) akan larut dalam larutan garam
membentuk sol yang sangat adhesif. Bila sol dipanaskan akan terbentuk gel
dengan konstruksi seperti jala dan memberikan sifat elastis pada daging ikan.
Daging ikan terkoagulasi karena panas disebut pasta ikan (kamaboko). Sifat
elastis pada pasta ikan itu disebut ashi. Kekuatan ashi pada tiap jenis ikan
berbeda-beda (Tanikawa 1985). Pasta surimi yang dibuat dengan
mencampurkan daging dengan garam dan dipanaskan, akan menyebabkan
pasta daging tersebut berubah menjadi gel suwari. Gel suwari tidak hanya
terbentuk oleh hidrasi molekul protein, tetapi juga oleh pembentukan
jaringan oleh ikatan hidrogen pada molekul miofibril. Gel suwari terbentuk
dengan cara menahan air di dalam ikatan molekul yang terbentuk oleh ikatan
hidrofobik dan ikatan hidrogen. Pembentukan gel suwari terjadi pada
pemanasan dengan suhu mencapai 50 ºC (Suzuki 1981).
Pemanasan gel bila ditingkatkan hingga di atas suhu 50 ºC, maka
struktur gel tersebut akan hancur. Fenomena ini disebut modori. Modori
akan terjadi apabila pasta surimi dipanaskan pada suhu 50-60 ºC selama 20
menit, pada rentang suhu tersebut enzim alkali proteinase akan aktif. Enzim
tersebut dapat menguraikan kembali struktur jaringan tiga dimensi gel yang
telah terbentuk sehingga gel surimi akan menjadi rapuh dan hilang
elastisitasnya (Suzuki 1981).
8
C=O……….H-N CH3……………CH3
Ikatan hidrogen Ikatan hidrofobik
CH2 – S – S - CH2
Ikatan disulfida
Gambar 3. Ikatan yang berperan dalam pembentukan gel
9
Aktin
Miosin Aktin Miosin
NaCl
Miofibril Aktomiosin
-NaCl +NaCl
Mutu surimi yang baik adalah yang berwarna putih kuat dan dapat
membentuk gel. Surimi dengan mutu paling bagus adalah surimi dengan
derajat putih paling tinggi, paling bersih, kekuatan gelnya paling tinggi dan
lain-lain. Mutu surimi ditentukan berdasarkan sifat sensoris/organoleptik,
sifat fisik (uji lipat, kekuatan gel), dan kimiawinya (proksimat). Sifat mutu itu
erat kaitannya dengan jenis ikan yang digunakan, tingkat kesegaran ikan, cara
pengolahan, cara pembekuan dan penyimpanan beku. Berdasarkan kadar
air, derajat keasaman (pH), kekuatan gel (gel strength), uji lipat dan derajat
putih, kualitas standar surimi (tanpa penambahan tepung) dapat dilihat pada
Tabel 1.
10
a) Organoleptik
- Nilai min. 7
b) Cemaran Mikroba
- ALT, maks. Koloni/gram 5 x 105
- E. coli, maks. Per 25 gram <3
- Coliform, maks. Per 25 gram 3
- Salmonella*) negatif
- Vibrio cholerae*) negatif
11
c) Cemaran Kimia*)
- Abu total, maks. % b/b 1
- Lemak, maks. % b/b 0,5
- Protein, min. % b/b 15
d) Fisika
-Suhu pusat, maks. ºC -18
- Uji lipat, min. 7 (grade A)
- Elastisitas, min. g/cm2 300
Bila diminta oleh importir
*)
Gambar 5. Kamaboko
4. Prosedur
1) Ikan dicuci bersih, kemudian dipisahkan kepala, sisik, isi perut
(gelembung renang) dan kulitnya, selanjutnya diambil daging putihnya.
13
x(6.45cm 2 ) LL LD
mgH2O = -8 x=
0.0948 100
x
% DIA = X 100%
mgcontoh
Keterangan : LL = Luas lingkaran luar
LD = Luas lingkaran dalam
Flowchart Pembuatan Surimi Flowchart Pembuatan Kamaboko
Ikan segar Surimi
Pelumatan
Sol ikan
Pencetakan
Penimbangan
Daging lumat
SURIMI
d) Komponen apa saja yang hilang selama pencucian daging ikan lumat?
1. Pendahuluan
Produk breaded ikan merupakan bentuk olahan dari daging ikan dalam
bentuk ‘minced’ atau ‘fillet’ yang dicelupkan/dilapisi (coating) adonan predust,
batter/premix, breader/tepung roti, dan digoreng cepat (flash frying) untuk
selanjutnya dapat disimpan beku.
Pembuatan breaded product tidak terlalu rumit yaitu dengan cara
melapisi (coating) bahan pangan bermutu tinggi dengan bahan predust, batter
dan breader. Coating adalah cara yang paling umum untuk meningkatkan nilai
dari suatu produk dan sudah diterima secara universal karena konsumen
dapat memperoleh penampakan, aroma, dan flavor yang sesuai dengan
seleranya. Perkembangan jenis convenience produk ini sangat cepat.
Keuntungan dari coating antara lain:
1. Meningkatkan/memperbaiki penampakan
2. Meningkatkan cita rasa/ flavor dan kualitas gizi dengan
penggabungan nutrient/nutrisi
3. Membantu mempertahankan kelembaban produk ketika dimasak,
meningkatkan retensi air pada bahan/mencegah keluarnya natural
juices dari produk selama penyimpanan beku dan pemanasan dengan
microwave
4. Meningkatkan ukuran dan berat produk, menciptakan tekstur
‘crispy’
5. Sebagai usaha diversifikasi olahan dan produk
6. Mempermudah preparasi oleh konsumen
7. Penyatuan antara bumbu dengan bahan lebih baik
18
Jenis coating terdiri dari predust, batters dan breadcrumbs. Ketiga jenis
coating ini dapat digunakan secara sendiri-sendiri atau dikombinasikan.
a. Predust
Predust biasanya adalah campuran dari tepung, pati dan komponen
fungsional lainnya seperti protein, vegetable gum, bumbu atau penambah
citarasa/flavor. Fungsi dari predust adalah:
Adhesi, untuk meningkatkan daya ikat substrat dengan lapisan coating
Tekstur, melindungi produk dari kehilangan air
Flavor, menjaga flavor terutama yang sensitif terhadap suhu tinggi
atau komponen yang mudah menguap selama pemasakan
b. Batters
Batter adalah campuran dari tepung, pati, leavening agents dan seasonings
yang ketika dicampur dengan air membentuk cairan viscous yang digunakan
untuk pelapisan makanan.
Fungsi dari batters adalah:
Meningkatkan daya adhesi
Memberikan tekstur dan struktur yang baik pada produk
Meningkatkan volume produk, meningkatkan berat produk
Penampakan, dengan di-breaded pengurangan penampakan akan
sangat kecil
Dapat meningkatkan cita rasa atau flavor produk
c. Breadcrumbs
Breadcrumbs adalah campuran dari serpihan tepung dan komponen
lainnya dan biasanya digunakan untuk melapisi produk-produk yang siap
untuk dipanggang. Fungsi dari breadcrumbs adalah memberikan penampakan
dan tekstur pada produk akhir
Keuntungan dari coating antara lain:
19
Meningkatkan/memperbaiki penampakan
Menambah rasa/ flavor lebih menarik
Membantu mempertahankan kelembaban produk ketika dimasak
(meningkatkan retensi air pada bahan)
Meningkatkan ukuran dan berat produk
Sebagai usaha diversifikasi olahan dan produk
Mempermudah preparasi oleh konsumen
Penyatuan antara bumbu dengan bahan lebih baik
Produk dari fillet ikan yang dicoating dapat dibedakan menjadi fish
finger/fish stick/fish portion dan terikatsu/bigkatsu/snitzel/fritter, sementara yang
berasal dari daging ikan lumat dikenal sebagai fish nugget, fish patties/burger
dan kakinaga. Contoh lain dari produk berlapis adalah tempura.
Fish stick adalah potongan daging ikan tanpa duri dengan ukuran
5,0 x 1,5 x 1,0 cm3 berbentuk balok kecil dan fish burger adalah campuran
daging ikan tanpa duri dari berbagai jenis ikan yang dicincang dan
dilumatkan dengan ditambah dengan sedikit pati dan bumbu-bumbu. Ikan
yang digunakan untuk pembuatan fish stick umumnya ikan berdaging tebal
dan tidak berduri dagingnya, antara lain: kakap, tenggiri, marlin, tuna, dan
lainnya. Ikan bandeng tidak dapat digunakan sebagai bahan membuat fish
stick, karena dagingnya berduri halus yang sukar dikeluarkan, dan demikian
pula ikan cucut, pari, dan sejenisnya karena baunya kurang disukai.
2. Tujuan
Pengolahan breaded hasil perikanan merupakan upaya
penganekaragaman/diversifikasi olahan hasil perikanan untuk mendapatkan
hasil olahan ikan siap saji yang disukai semua golongan, dan mendapatkan
produk dengan flavor/aroma, tekstur serta penampakan yang menarik.
4. Prosedur
Proses pembuatan produk fish stick
1. Ikan disiangi untuk membuang kepala, sirip, insang dan jeroan,
kemudian diambil dagingnya sekaligus dibuang bagian kulitnya.
2. Daging fillet yang sudah jadi selanjutnya dicuci sampai bersih dari
kotoran yang tersisa dan ditiriskan.
3. Potong-potong daging fillet tadi dengan ukuran 5x10cm dengan
tebal 1-1,5cm untuk fish stick/fish finger. Potongan-potongan ikan
tersebut kemudian dimarinasi dalam bumbu.
4. Untuk pembuatan batter campur tepung terigu, tepung maizena dan
garam. Selanjutnya masukkan kuning telur dan margarin cair ke
dalam campuran tepung dan diaduk kemudian ditambahkan air
secukupnya. Untuk bahan breadingnya semua bahan (panir/tepung
roti) dicampur sehomogen mungkin.
5. Potongan fillet kemudian dicelupkan ke dalam adonan kemudian
dilumuri dengan adonan dan segera di goreng.
6. Hasil penggorengan produk siap untuk dihidangkan atau dibekukan
untuk disimpan dalam freezer.
Pemotongan (5 x 10 cm)
Breading (pemaniran)
Penggorengan
fish stick
Gambar 9. Diagram alir proses pembuatan produk Fish stick
Pemfilletan
Pencucian Tepung
tapioka,
Tepung
Penggilingan/Pencincangan maizena,
Garam.
Bawang
Pencampuran bumbu dan tepung (mixer) putih,
Bawang
Bombay,
Pencetakan (dilapisi plastik yg sudah diolesi minyak) Telur.
Lada
Pengukusan (kalis, ditusuk tidak lengket)
Pemotongan
Pemaniran
Penggorengan
Nugget ikan
Gambar 10. Diagram alir proses pembuatan nugget ikan
27
BURGER IKAN
1. Pendahuluan
Burger ikan merupakan produk emulsi daging ikan, yaitu makanan
yang dibuat dari daging ikan tanpa duri yang telah dicincang atau digiling
sampai lumat/setengah lumat dan ditambah dengan sedikit tepung sebagai
bahan pengikat, minyak/lemak serta bumbu-bumbu, selanjutnya dicetak
dalam casing untuk sosis besar (bologna), dikukus (steam), didinginkan, dan
dipotong setebal 1 cm, dan selanjutnya dapat juga dicoating/dipanir. Produk
ini merupakan produk turunan/pengembangan dari daging ikan lumat tanpa
pencucian seperti yang biasa dilakukan untuk surimi. Produk yang sudah
digoreng biasa disajikan dengan roti, selada, tomat dan saus (mayonaise/
bread spread, mustard tomato/chili sauce).
Proses pembuatan nugget ikan, fish patties, burger ikan dan dan lain-
lain pada dasarnya mengikuti tahap-tahap: penyiangan, pem-fillet-an,
pelumatan daging, pencampuran dengan bumbu dan bahan-bahan lain,
pencetakan/pengukusan, pelapisan dengan predust, batter dan breaded,
pembekuan dan penggorengan. Secara umum ada tiga langkah proses coating
yaitu single pass line, double pass line dan tempura line. Komposisi kimia dari
produk fish stik dan fish burger dapat dilihat pada Tabel 5.
29
2. Tujuan
Tujuan pengolahan burger ikan adalah pengupayakan diversifikasi
atau penganekaragaman hasil perikanan dalam memacu peningkatan jumlah
konsumsi ikan dengan cara mensubtitusi daging hewan terestrial dengan
daging ikan. Tujuan praktikum ini adalah mengenalkan cara pembuatan
burger dan mempelajari hasil formulasi produk burger.
30
4. Cara Pembuatan
Persiapan bumbu
1. Bawang merah, bawang putih dan jahe dengan perbandingan 15 : 3 :
1 dihancurkan dengan menggunakan blender atau lumpang sampai
halus.
2. Kucai dirajang halus.
3. Penimbangan pati (tepung tapioka), mentega, garam, lada dan
campuran bawang merah dan putih serta jahe yang sudah
dihaluskan tadi.
4. Ikan dibuang isi perut, kemudian difillet dan fillet yang didapatkan
diambil dagingnya. Setelah terkumpul daging tersebut dicincang dan
kemudian digiling dengan menggunakan alat penggiling.
5. Setelah semua bahan selesai ditimbang, selanjutnya dicampur dan
dibentuk adonan. Dalam pencampuran adonan digunakan alat mixer
atau dapat juga dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
tangan seperti mambuat roti atau kerupuk. Perlu diperhatikan
urutan-urutan dalam menambahkan bahan-bahan dan bumbu-
bumbu, urutannya adalah sebagai berikut:
31
Pengukusan
Pemotongan
Pemaniran
Penggorengan
SAUSAGE (SOSIS)
1. Pendahuluan
Banyak produk sosis dapat dibuat dari mince fish. Sosis yang telah
banyak dikenal biasanya terbuat dari daging sapi, tetapi sekarang mulai
dibuat dari daging ikan. Beberapa macam sosis yang dibuat dari daging ikan
lumat, pada dasarnya menggunakan resep pembuatan sosis daging dengan
cara mengganti komponen daging dengan ikan.
Sausage berasal dari bahasa latin salsus yang berarti digarami atau
jelasnya pengawetan dengan penggaraman. Ada 6 golongan utama sosis
yaitu sosis segar, asap, masak, asap dan masak, semi kering dan kering. Pada
prinsipnya, sosis diklasifikasikan berdasarkan pada perlakuan suhu
pemasakan yang berkenaan dengan produk atau bahan mentahnya, yaitu (1)
sosis mentah (Rohwurst) yang tidak mengalami pemasakan, contohnya
Bratwurst, sosis fermentasi dan sosis fermentasi kering seperti Salami; (2)
sosis matang (Bruhwurst) yang dimasak setelah diformulasikan, contohnya
Frankfurters dan Bologna, Lyoner; (3) sosis masak (Kochwurst) yang dimasak
dahulu sebelum diformulasikan, contohnya Liversausage, Braunschweiger
dan Bloodsausage (Cross dan Overby 1988). Pengklasifikasian lainnya
menyebutkan ada enam golongan utama sosis yaitu: sosis segar, asap, masak,
asap dan masak, semi kering dan kering. Jenis sosis Frankfurters, Bologna,
Polish dan Berliner dibuat dari daging yang di-curing terlebih dulu dan
mengalami proses pengasapan serta pemasakan. Thuringer, soft salami,
mortadella dan soft cervelat merupakan sosis semi kering sedangkan pepperoni,
chorizos, dry salami, dry cervelat merupakan sosis yang mengalami pengeringan
secara perlahan sehingga diperoleh tekstur yang agak keras (Benders dan
Benders 2000).
34
bertujuan untuk memperoleh produk sosis ikan yang kompak, tekstur yang
empuk, rasa dan adonan yang lebih baik. Jumlah penambahan lemak untuk
sosis berkisar antara 5-25%. Jumlah lemak yang ditambahkan harus
seimbang dengan jumlah air dan protein. Apabila jumlah lemak yang
ditambahkan terlalu sedikit akan menghasilkan sosis yang keras dan kering,
sebaliknya apabila penambahan lemak berlebihan maka sosis yang dihasilkan
akan keriput dan lunak karena selama pemasakan terjadi kehilangan lemak
yang tinggi (cooking loss) sehingga sebagian lemak terpisah. Lemak yang
ditambahkan tidak boleh lebih dari 30% dari bobot daging.
2. Tujuan
4. Prosedur Kerja
Penimbangan
Pelumatan
Sosis
Gambar 14. Diagram Alir Proses Pembuatan sosis ikan
39
CUMI-CUMI KERTAS
1. Pendahuluan
Cumi-cumi merupakan salah satu cephalopoda yang dikenal dalam
dunia perdagangan disamping sotong dan gurita. Cumi cumi mempunyai
kadar protein yang cukup tinggi yaitu 15,3 gram/100 gram bahan, sehingga
mempunyai potensi yang cukup baik sebagai salah satu bahan makanan
sumber protein. Cumi-cumi mempuyai sifat cepat sekali mengalami
kemunduran mutu sehingga diperlukan penanganan yang cepat, higienis,
hati-hati dengan suhu dingin. Pada saat musim tiba, cumi-cumi di sentra-
sentra produksi begitu melimpah sehingga tidak tertangani. Untuk mengatasi
masalah tersebut perlu dilakukan suatu cara pengawetan dan pengolahan
yang dapat memperpanjang daya awet cumi-cumi, menghasilkan produk
cumi-cumi yang menarik dalam penampakan, rasa, aroma, tekstur serta tidak
mengurangi nilai gizinya.
Produk olahan cumi-cumi yang ada di pasaran adalah cumi-cumi
asin, beku dan dendeng cumi. Sedangkan cumi-cumi kertas merupakan
produk olahan yang relatif baru dan mulai digemari sebagai makanan
camilan. Cumi-cumi kertas adalah produk olahan hasil perikanan yang dalam
proses pengolahannya merupakan penggabungan antara proses pengeringan,
penggaraman, pemanggangan, pengepresan, pengasapan dan pengovenan.
Cumi-cumi kertas berbentuk lembaran tipis menyerupai kertas, mempunyai
rasa manis, pedas atau dapat disesuaikan dengan selera konsumen. Produk
ini di pasaran dikenal dengan nama “juhi” atau “cuttle fish snack product”.
41
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari proses
pembuatan cumi-cumi kertas dan mengamati karakteristik fisik dan
organoleptiknya.
4. Prosedur
BISKUIT
(PENAMBAHAN TEPUNG TULANG IKAN)
1. Pendahuluan
Biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan cara
memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan
bahan pengembang, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang
diizinkan. Pengertian lain dari biskuit adalah makanan kering/panggang yang
terbuat dari serealia seperti gandum, jagung, oat, barley dan sebagainya yang
mengandung air lebih kecil dari 5% dan jika diisi, didekorasi atau
ditambahkan dengan bahan lain seperti krim, icing (krim gula), jam, jelly dan
sebagainya maka kadar airnya dapat melebihi 5%.
\
Gambar 17. Biskuit
Berdasarkan SII 0177-90 biskuit dikelompokkan menjadi empat
jenis, yaitu biskuit keras, crackers, cookies dan wafer. Biskuit keras adalah
biskuit manis yang dibuat dari adonan keras, berbentuk pipih, jika
dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat dan dapat berkadar
lemak tinggi atau rendah. Crackers adalah jenis biskuit yang dibuat dari
adonan keras, melalui proses fermentasi atau pemeraman. Bentuk crackers
pipih dan rasanya lebih mengarah ke rasa asin, relatif renyah serta bila
dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis. Cookies adalah jenis
biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif renyah
dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat. Wafer
45
adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar, relatif
renyah dan bila dipatahkan penampang potongannya berongga-rongga.
Biskuit seringkali dikonsumsi sebagai makanan selingan disamping
makanan pokok. Dalam hal ini tentunya jumlah yang dikonsumsi tidak
dalam porsi yang besar, karena sifatnya hanya sebagai penyumbang energi
dan zat gizi, bukan sebagai pengganti menu utama. Biskuit juga memiliki
kandungan protein, lemak dan beberapa mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh, sehingga sangat baik untuk dikonsumsi.
Selama ini kebanyakan biskuit dibuat dari bahan dasar tepung terigu
yang berasal dari gandum yang kebutuhannya mayoritas masih diimpor.
Sementara banyak sumber karbohidrat lokal yang belum dimanfaatkan yang
dapat dikombinasikan dengan tepung ikan sebagai sumber protein atau
tepung tulang ikan sebagai sumber mineral terutama kalsium sehingga
tercipta biskuit high/tinggi kalsium yang murah. Adapun persyaratan mutu
biskuit menurut (SNI 01-2973-1992) adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Persyaratan mutu biskuit menurut (SNI 01-2973-1992)
Kriteria uji Persyaratan
Air (% b/b) Maks. 5%
Protein (% b/b) Min 9%
Abu (% b/b) Maks. 1,5%
Lemak Min. 9,5%
Karbohidrat Min 70%
Lgam berbahaya Negatif
Serat kasar Maks. 0,5%
Kalori (kal/100 g) Min 400
Jenis tepung Terigu
Bau dan rasa Normal dan tidak tengik
Warna Normal
Sumber: Dewan Standarisasi Nasional (1992)
Ket: Normal = Aroma biskuit yang ditambahkan
Warna = Coklat keemasan
46
2. Tujuan
Praktikum pembuatan biskuit tulang ikan bertujuan untuk
mengetahui proses pembuatan biskuit dan memodifikasi biskuit dengan
penambahan tepung/hancuran tulang ikan sehingga tercipta biskuit yang
kaya protein dan kalsium ikan, serta mengetahui karakteristik fisik dan
organoleptis biskuit dengan penambahan tepung tulang ikan.
3. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan adalah tepung terigu, tepung tulang ikan, gula
bubuk, susu skim, baking powder, margarin, minyak dan telur. Sedangkan
peralatan yang digunakan adalah mixer, baskom, talenan, plastik, alat
penggiling, dan oven.
4. Prosedur
(1). Persiapan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan biskuit harus bersih dan
bebas dari kotoran, kemudian masing-masing bahan ditimbang beratnya.
(2). Pencampuran dan pengadukan
Pencampuran dan pengadukan bahan dilakukan secara bertahap, mulai
dari gula bubuk, susu skim dan baking powder, aduk hingga tercampur
merata. Sambil diaduk menggunakan mixer tambahkan margarin, lalu
telur. Setelah itu tambah tepung terigu dan tepung tulang ikan.
(3). Pencetakan adonan
Pencetakan adonan dilakukan dengan pembuatan lembaran terlebih
dahulu yang bertujuan untuk membentuk adonan yang lebih menarik.
Pembentukan lembaran dilakukan secara berulang-ulang menggunakan
pelapis plastik dan dialasi dengan talenan kemudian dibentuk lembaran
dengan alat penggiling kayu sampai terbentuk suatu lembaran adonan
yang halus dan kompak. Setelah itu cetak lembaran adonan dalam bentuk
hati dan kotak, atau bisa juga dibentuk berdasarkan selera yang disukai.
47
(4). Pemanggangan
Adonan yang sudah dicetak kemudian dipanggang dalam oven selama 5
menit pada suhu 160 0C sampai terlihat biskuit berwarna coklat muda.
Setelah matang angkat biskuit dari dalam oven kemudian dinginkan dan
dikemas menggunakan plastik.
Flowcahart pembuatan biskuit tepung tulang ikan
TSUKUDA-NI KEKERANGAN
1. Pendahuluan
Kelompok hasil laut Indonesia yang belum banyak dieksplorasi
adalah kerang-kerangan, walaupun permintaan dunia untuk golongan ini
cukup tinggi. Mussels, oysters, clams dan scallops adalah golongan kerang-
kerangan yang telah dikonsumsi dan termasuk makanan lux sejak zaman
Romawi dan periode Maya. Selama abad 17 metode penyimpanan mussels
masih sangat primitif yaitu dengan menyimpannya di air payau, sedangkan
kultur oyster dengan metode rack culture diawali di laguna Venetitian. Tahun
1950-an pertama kali mussels processing machines dibuat di Nederland dan pada
tahun 1980-an mesin processing line untuk mussel secara lengkap diciptakan.
Kerang sudah lama terkenal dengan kandungan gizinya yang tinggi,
terutama kandungan protein, asam lemak tidak jenuh majemuk, mineral, dan
vitamin serta zat-zat bioaktifnya relatif tinggi. Tetapi untuk memperkirakan
jumlah yang dikonsumsi sebaiknya mempertimbangkan juga sumber-sumber
zat gizi yang lain dan berpatokan pada rekomendasi diet.
Untuk memastikan bahwa kerang-kerangan masih hidup atau fresh
dapat dilihat dari cara menutupnya kerang. Bila kerang dapat menutup
dengan rapat atau bergerak menutup bila disentuh menunjukkan bahwa
kerang tersebut masih hidup. Hindari kerang yang mempunyai broken shell,
berat (biasanya penuh dengan pasir), atau terlalu ringan atau lepas bila
digoyang/kocok (menunjukkan hewan tersebut sudah mati dan tidak fresh.
Shucked mussels harus mempunyai plump meat dan dikelilingi oleh cairan
bening, mussels yang masih muda lebih tender dibandingkan yang besar.
Scallop segar mempunyai penampakan yang cemerlang (shiny), firm dan
bentuknya tidak berubah, beraroma manis dan briny. Bila menemukan
scallop yang beraroma asam atau bau iodine menunjukan produk tersebut
50
sudah tidak segar. Daging scallop segar mempunyai warna ivory sampai putih
agak pink, bila warnanya putih stark menunjukan bahwa dagingnya sudah
direndam dalam air untuk meningkatkan beratnya.
Pengolahan kerang umumnya sangat tergantung pada jenisnya.
Perkembangan permintaan konsumen dan pasar tertentu mempengaruhi
teknik pengolahan yang dilakukan. Untuk pengolahan kerang berdasarkan
jenis kerang yang cukup popular adalah pengolahan scallop atau simping dan
pengolahan kerang darah. Sedangkan pengolahan kerang lainnya antara lain
dibuat tsukudani yang merupakan pengolahan kerang secara fermentasi.
Tsukuda-ni adalah produk yang dapat dijadikan lauk teman nasi atau
camilan dari hasil perikanan (ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut
dll). Produk camilan ini berasal dari Jepang, asal kata tsukuda (nama suatu
tempat di Jepang). Ada dua jenis tsukuda-ni: (1) ”Tsukuda-ni” (in a narrow
sense), dan (2)”ame-ni” (boiled with soy bean sauce and wheat gluten). Teknik
pembuatannya mudah dan sederhana. Direbus selama 60-90 menit dengan
ditambahkan seasoning solution/bumbu-bumbu seperti ”shoyu”, gula, dan
wheat gluten. Bisa juga ditambah bumbu sesuai selera. Kemudian dikeringkan
dengan oven pada suhu sedang (60–80oC) selama 2 – 3 jam. Setelah dingin
produk dikemas dengan plastik (flexible packaging). Produk dapat awet selama
20 hari karena adanya NaCl pada shoyu, gula, rempah-rempah dan melalui
proses dehidrasi parsial. Produk yang dibuat dengan perebusan dalam waktu
pendek (disebut “yamato-ni”) hanya mempunyai daya awet 2-3 hari karena
derajat kekeringannya sangat rendah.
Tabel 10. Bahan seasoning yang biasa digunakan dalam produksi tsukuda-ni
skala industri
Natural Soya sauce, liquified amino acids, sugar, starch syrup, glucose,
seasoning common salt, sweet sake, agar and vinegar
Chemical Sodium glutamate, succinic acid and sodium salt, nucleic acid
seasoning condimen, (sodium’5-inosinate and sodium ‘5-guanilate).
Artificial Sodium sacharine
sweetening
Coloring agents New coccine, ploxine, Tartrazine,Sunset yellow, and brilliant blue
Preservatives Sorbic acid and potassium salt.
Others Polyphosphates
Sumber: Tanikawa revised by Motohiro and Akiba (1985)
Produk camilan ini merupakan pangan yang bernilai gizi tinggi,
karena kaya protein dan asam lemak tak jenuh (omega-3), serta mineral yang
sangat diperlukan oleh tubuh. Jenis-jenis mineral yang terdapat pada kerang-
kerangan ini selain berfungsi dalam metabolisme juga ada yang berfungsi
sebagai antioksidan diantaranya adalah Fe, Cu, Se, Mn dan Zn. Unsur-unsur
ini pada umumnya terdapat pada kerang-kerangan.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari
pembuatan produk tsukudani, serta mempelajari proses yang terjadi selama
pembuatan produk tersebut.
52
4. Prosedur
1. Preparasi bahan baku (kerang), bahan yang digunakan hanyalah
mantel dari kerang. Jeroan dan insang dibuang.
2. Mantel dicuci bersih dan ditiriskan.
3. Penentuan rendemen.
4. Bumbu-bumbu disiapkan dan dihaluskan.
5. Perebusan dicampur dengan bumbu selama 60-90 menit
6. Pengeringan dengan oven pada suhu sedang (60-80) 0C selama 2-3
jam.
Sortasi mutu/size
Pencucian
53
Penentuan rendemen
Pembumbuan
Tsukudani
1. Pendahuluan
Snack (makanan ringan) adalah makanan yang dikonsumsi diantara
ketiga waktu makan utama dalam sehari. Dalam pengertian ini, maka jenis
makanan ringan sangat banyak, baik dalam bentuk, cara pengolahan,
maupun cara penyajian (Muchtadi et al. 1988). Salah satu proses pengolahan
makanan ringan (snack) yang paling sering digunakan adalah proses ekstrusi.
Ekstrusi bahan pangan merupakan suatu proses dimana bahan tersebut
dipaksa mengalir di bawah pengaruh satu atau lebih kondisi operasi seperti
pencampuran (mixing), pemanasan dan pemotongan (shear), melalui suatu
cetakan yang dirancang untuk membentuk hasil ekstrusi yang bergelembng
kering (puff-dry) (Muchtadi et al. 1998).
Berdasarkan perkembangannya snack terbagi dalam tiga kelompok,
yaitu (1) snack generasi pertama adalah produk-produk konvensional tanpa
melalui proses ekstrusi seperti kripik kentang, singkong dan crackers, (2) snack
generasi kedua, mengalami proses lebih lanjut setelah keluar dari ekstruder
yaitu pemotongan menjadi bagian yang lebih kecil dan pengeringan untuk
menurunkan kadar air, (3) snack generasi ketiga yaitu snack yang setelah
diekstrusi masih memerlukan pengolahan lebih lanjut seperti pengeringan
atau penggorengan (Harper 1981).
Snack generasi kedua merupakan snack ekstrusi yang paling banyak
beredar di pasaran. Snack mengembang (puffed snack) dapat diproduksi dalam
berbagai jenis berdasarkan kandungan gizinya, seperti tinggi kandungan
proteinnya, rendah kalori, termasuk tinggi kandungan seratnya.
Selanjutnya Harper (1981) menyatakan bahwa makanan ringan
dibedakan menjadi dua macam berdasarkan bahan dasarnya. Kelompok
makanan ringan pertama adalah makanan ringan yang menggunakan bahan
55
kondisi proses. Suhu optimum untuk proses ekstrusi bahan yang berasal dari
pati-patian sekitar 170-200 ˚C. Kondisi ini akan menghasilkan produk
dengan kerenyahan dan pengembangan yang baik. Kondisi paling optimum
untuk bahan pati-patian yaitu suhu 170 ˚C, tekanan 438-5516 Kpa,
kecepatan ulir 300 rpm, dan waktu diam bahan sekitar 10 detik. Bahan yang
digunakan dalam proses ekstrusi sebaiknya berbentuk butiran kecil dengan
ukuran 1-3 mm. Jika bahan yang digunakan berbentuk tepung maka produk
yang dihasilkan akan kurang memuaskan.
Tabel 11. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat (SNI 01-2886-2000)
No. Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Bau - Normal
1.2 Rasa - Normal
1.3 Warna - Normal
2 Kadar air % b/b Maks. 4
3 Kadar lemak
3.1 Tanpa proses % b/b Maks. 30
3.2 penggorengan % b/b Maks. 38
Dengan proses
penggorengan
4 Kadar silikat % b/b Maks. 0,1
5 Bahan tambahan
5.1 makanan - Sesuai SNI 01-0222-1995 dan
Pemanis buatan permenkes
Pewarna no.722/Menkes/Per/IX/198
5.2 - s.d.a
6 Cemaran logam
6.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0
6.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 10
6.3 Seng (Zn) mg/kg Maks. 40
6.4 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05
7 Arsen (As) mg/g Maks. 0,5
8 Cemaran mikroba
8.1 Angka Lempeng Koloni/g Maks. 1,0x104
8.2 Total Koloni/g Maks. 50
8.3 Kapang APM/g negatif
E. coli
Sumber : BSN (2000)
58
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pembuatan
snack berbahan baku ikan dan cereal menggunakan teknologi ekstrusi sebagai
salah satu upaya diversifikasi hasil perikanan.
4. Prosedur
1). Pembuatan grit daging ikan, grit jagung dan grit beras.
2). Grit daging ikan, grit jagung dan beras, garam dan flavor dicampur dalam
bentuk kering dalam ekstruder.
3). Ekstrudat yang dihasilkan didinginkan selama 1-2 menit.
Alur proses pembuatan grit daging ikan, grit jagung dan grit beras
Ikan segar Jagung dan beras
Gambar 23. Diagram alir pembuatan grit daging ikan, grit jagung dan grit
beras
Garam 2% Flavor
Proses ekstrusi
Ekstrudat
Fish snack
Gambar 24. Diagram alir proses pembuatan fish snack
5. Pengamatan dan pertanyaan
1). Jelaskan maksud tahapan proses ekstrusi!
2). Jelaskan reaksi yang terjadi selama proses ekstrusi?!
3). Jelaskan fungsi proses pendinginan selama 1-2 menit!
60
BAKSO IKAN
1. Pendahuluan
Salah satu bentuk produk diversifikasi perikanan yang diharapkan
akan mampu meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat adalah bakso ikan.
Bakso ikan merupakan produk makanan berbentuk bulatan atau lainnya,
yang diperoleh dari campuran daging ikan (kadar daging ikan tidak kurang
dari 50%) dan pati atau serealia dengan atau tanpa penambahan bahan
makanan yang diizinkan (SNI 01-3819-1995). Bakso merupakan produk
emulsi daging yang di dalamnya terdapat lemak dan air yang berfungsi
sebagai fase diskontinyu dan fase kontinyu. Komponen daging yang
berperan dalam produk bakso adalah protein yang bersifat larut garam,
terutama aktin dan miosin.
sebesar 5,6% dan 20,80%. Boraks digunakan oleh para pedagang karena
selain berfungsi sebagai bahan pengawet dan mempunyai harga yang murah,
boraks juga mampu memperbaiki warna, tekstur dan rasa pada bakso. Untuk
menghindari penyalahgunaan boraks pada produk perikanan diperlukan
suatu alternatif metode penggunaan bahan alami yang aman dan
menyehatkan salah satu alternatifnya adalah karaginan.
Karaginan sudah banyak diaplikasikan ke dalam produk makanan
dan minuman sebagai pembentuk gel, pengental maupun penstabil. Pada
daging, penambahan karaginan dalam larutan garam dapat meningkatkan
kualitas suatu produk. Hal ini disebabkan oleh kemampuan karaginan dalam
mengikat air dan berinteraksi dengan protein sehingga dapat
mempertahankan protein terlarut.
Kualitas suatu produk merupakan faktor pada komoditas yang
membedakan tingkat penerimaan produk tersebut kepada konsumen. Syarat
mutu bakso ikan menurut SNI 01-3819-1995 dapat dilihat pada Tabel 12.
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari proses
pembuatan bakso ikan.
4. Prosedur
1. Ikan segar disiangi (sisik, isi perut, kepala, insang, dan sirip dibuang)
kemudian dicuci. Daging ikan diambil dan dipisahkan dari kulit serta
tulangnya, lalu dilumatkan dengan menggunakan meat grinder sampai
diperoleh daging lumat (mince) halus.
2. Daging lumat tersebut kemudian dicuci dengan air es dan diperas
dengan kain blacu. Tujuan pencucian ini adalah untuk menghilangkan
protein larut air yang menghambat pembentukan gel.
3. Daging yang sudah dicuci ditimbang kemudian dicampur dengan
bumbu-bumbu dan tepung tapioka serta ditambah es, pencampuran
dilakukan menggunakan alat food processor, sampai adonan bercampur
secara merata (homogen).
4. Adonan yang terbentuk dicetak bulat-bulat menurut ukuran yang
dikehendaki, sambil ditampung dengan air hangat.
5. Setelah pencetakkan selesai, selanjutnya bakso direbus sampai matang,
ditandai dengan bola-bola bakso yang mengapung dalam permukaan air
mendidih, kemudian bakso diangkat dan diangin-anginkan.
64
Pemfilletan
Bakso ikan
NORI IMITASI
1. Pendahuluan
Nori merupakan bahan makanan berupa lembaran rumput laut jenis
Porphyra sp. yang dikeringkan dan termasuk makanan favorit di Jepang dan
Korea (Yamazaki et al. 2004). Nori pada umumnya dipasarkan berwarna
hitam kemerahan dan hijau. Warna hitam nori berasal dari klorofil a,
karetonoid, picoeritrin, dan picosianin. Jika dibakar, warna hitam akan berubah
menjadi hijau karena hilangnya picoeritrin (Amano dan Noda 1993). Warna
nori yang berkualitas bagus adalah hitam cerah dan berkilau ketika
dikeringkan (Tanikawa 1971).
Nori memiliki berbagai ukuran yang bermacam-macam.
Berdasarkan ukurannya, nori dibagi beberapa jenis yaitu yakinori, yakinori
tipe setengah, yakinori tipe sepertiga, ajitsuke nori/okazunori, mominori,
kizaminori, dan aonori. Standar ukuran nori menurut DKP (2006) adalah
12 cm x 10 cm. Secara umum nori dikemas dalam kemasan kedap udara,
karena bersifat higroskopik (Tanikawa 1971).
Bahan baku nori sulit ditemukan di Indonesia, oleh karena itu
dibuat nori imitasi. Nori imitasi merupakan nori berbahan baku selain
Porphyra sp. dan memiliki karakteristik yang mirip nori. Nori imitasi
ditambahkan pewarna agar warna yang diperoleh mirip aslinya. Salah satu
contoh pewarna yang digunakan adalah daun suji, karena daun suji telah
banyak dimanfaatkan dan aman digunakan (Heyne 1987).
Nori merupakan produk kering dan memiliki daya awet tinggi. Sifat
ini dipengaruhi salah satu prosedur pembuatannya yaitu proses pengasapan,
karena pengasapan dapat menurunkan aw dan sebagai desinfektan.
66
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan nori imitasi
dan mengetahui karakteristik fisik nori imitasi.
4. Prosedur
Proses pembuatan dimulai dari surimi dithawing dan pembuatan
larutan daun suji 1:6 (perbandingan aquades dan daun suji). Larutan daun
suji disaring dan dicampur dengan surimi sampai 50 ml. Campuran tersebut
dihomogenkan dengan magnetic stirer pada suhu 500C sampai homogen dan
ditambahkan gliserol 10%. Selama penghomogenan ditambah NaOH 1 M
sebanyak 3 ml sampai pH 11 selama 20 menit. Larutan campuran tersebut
disaring dan dituang dalam plat kaca sampai rata. Setelah itu dioven dengan
suhu 500C selama beberapa jam. Nori imitasi yang terbentuk dilepaskan
67
secara perlahan-lahan dan diasap dengan batok kepala selama beberapa jam.
Gambar 15 menunjukan diagram alir pembuatan nori imitasi.
Surimi beku
Penimbangan
NaOH 1 M sampai pH 11 (3
ml) Penghomogenan 20 menit,
suhu 50 oC
Penyaringan
Nori Imitasi
Pengadukan
Soup Cream
Pemblenderan
Pembekuan
MARSHMALLOW
1. Pendahuluan
Marshmallow merupakan makanan ringan sejenis permen yang
bertekstur seperti busa yang lembut, ringan, kenyal dalam berbagai bentuk,
aroma, rasa dan warna sehingga tergolong dalam produk confectionery.
Marshmallow bila dimakan meleleh di dalam mulut karena terbuat dari
campuran gula (terutama sukrosa dan beberapa tipe glukosa yang berbeda)
atau sirup jagung, gelatin, putih telur, gum arab dan bahan perasa yang
dikocok hingga mengembang (Nakai dan Modler 1999). Asal penamaan
produk ini adalah berasal dari tanaman marshmallow (Althea officinalis) yang
digunakan sebagai resep asli pembuatan marshmallow. Ekstrak akar
marshmallow mempunyai sifat liat dan lengket serta membentuk gel bila
dicampur dengan air. Saat ini penggunaan dari ekstrak ini telah digantikan
oleh gelatin yang mempunyai sifat hampir sama.
Marshmallow dapat dikelompokkan sebagai deposited (endapan),
extruded, grained dan nongrained. Perbedaan utama antara produk deposited dan
extruded adalah densitas dan kekerasan pada produk akhir yang dihasilkan.
Produk extruded dibutuhkan untuk mempertahankan bentuknya. Kedua
produk ini (deposited dan extruded) biasanya mengandung gelatin 200 sampai
250 bloom.
Tabel 17. Syarat mutu kembang gula lunak jelly berdasarkan SNI 01-3547-
1994
Kriteria uji Persyaratan mutu kembang gula
lunak jelly
Bentuk Normal
Rasa Normal
Bau Normal
Air (% b/b) Maks. 20
Abu (% b/b) Maks. 3
Gula reduksi (sebagai gula invert) Maks. 20
(% b/b)
Sakarosa (% b/b) Min. 30
Pemanis buatan Negatif
Pewarna tambahan Negatif
Getah (gum base) (% b/b) Min. 12
Cemaran timbal (mg/kg) Maks. 1,5
Cemaran tembaga (mg/kg) Maks. 10
Cemaran seng (mg/kg) Maks. 10
Cemaran timah (mg/kg) Maks. 40
Cemaran raksa (mg/kg) Maks. 0,03
Cemaran aksen (mg/kg) Maks. 1
Angka lempeng total (koloni/g) Maks. 5 x 104
Bakteri koliform (APM/g) Maks. 20
Escherichia coli (APM/g) <3
Salmonella Negatif/25 g
Staphylococcus aureus (koloni/g) Maks. 102
Kapang dan khamir (koloni/g) Maks. 10
Sumber : BSN (1994)
Gelatin merupakan hidrokoloid yang berasal dari hewan yang
berfungsi untuk meningkatkan kekentalan dan membentuk gel dalam
berbagai produk es krim untuk mencegah pertumbuhan kristal-kristal es
yang besar atau dalam produk-produk gel pencuci mulut. Gelatin sangat
80
efektif dalam membentuk gel. Satu bagian gelatin dapat mengikat 99 bagian
air untuk membentuk gel. Efektivitas gelatin sebagai pembentuk gel berasal
dari susunan asam aminonya yang unik (Glicksman 1983).
Menurut Ward dan Courts (1977), dua sifat yang paling banyak
diinginkan pada gelatin adalah karakteristik mencair di dalam mulut (melt in
the mouth) dan kemampuan membentuk thermoreversible gel. Gelatin banyak
digunakan dalam berbagai produk aplikasi karena sifat jernih dan tak
berbaunya.
Penggunaan gelatin pada berbagai jenis industri, terdapat berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap fungsi gelatin yang harus diperhatikan,
yaitu konsentrasi, berat molekul, suhu, pH dan penambahan-penambahan
senyawa lain. Gelatin harus ditangani secara higienis karena mudah diserang
mikroorganisme dan kemungkinan adanya penambahan atau adanya
senyawa lain dapat merusak gelatin misalnya asam dan enzim proteolitik.
Enzim proteolitik merusak atau menguraikan protein gelatin, sedangkan
asam dapat menggumpalkan protein sehingga fungsinya menjadi terganggu.
2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mempelajari formulasi terbaik
marshmallow dari gelatin kulit ikan kakap merah (Lutjanus sp.) dan mengamati
sifat fisik serta organoleptiknya.
84
4. Prosedur
Penambahan gelatin dalam marshmallow berfungsi sebagai
pembentuk gel. Pada penelitian ini ditambahkan gelatin dengan konsentrasi
6%, 8%, 10% yang dilanjutkan dengan uji sensori yang meliputi warna, bau,
rasa, dan tekstur.
Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut air (250 gram) dan
gelatin dipanaskan hingga suhu 600C, kemudian sukrosa (75 gram) dan
sirup glukosa (150 gram) dipanaskan hingga suhu 800C. Kedua larutan
tersebut diaduk menggunakan mixer hingga merata dan mengembang selama
± 15 menit. Pada saat proses pencampuran ditambahkan juga flavor
strawberry dilanjutkan penuangan ke dalam wadah yang telah ditaburi dengan
gula halus serta didiamkan semalam (12 jam). Komposisi bahan yang
digunakan untuk pembuatan marshmallow gelatin kulit ikan kakap merah
(Lutjanus sp.) dapat dilihat pada Tabel 19, sedangkan proses pembuatan
marshmallow disajikan pada Gambar .
85
Marshmallow
Jelly drink
Minuman ringan ada yang berbentuk cair dan ada yang berbentuk
bubuk. Minuman riingan dalam bentuk bubuk adalah media yag baik untuk
zat gizi seperti vitamin dan mineral. Banyak vitamin penting yang mudah
rusak bila ditambahkan pada media cair (Ensminger el al 1994). Jenis
minuman ringan lain yang berkembang adalah minuman ringan yang
mengusung konsep healthy, fungsional dan satistied, contohnya adalah minuman
berenergi, yoghurt atau sari buah dan jelly drink.
89
Jelly drink merupakan minuman ringan yang kaya akan serat dan
biasanya dibuat dari hidrokoloid rumput laut. Minuman rumput laut cocok
digunakan sebagai minuman diet, mengingat dewasa ini banyak konsumen
memerlukan produk-produk diet terutama konsumen menengah ke atas
yang memperhatikan kesehatannya.
Bahan:
- Rumput laut : 200 gram
- Rosella: 15 kuntum
- Gula: 200 gram
- Air: 1000 ml
- Asam sitrat: seperempat sendok the
Prosedur kerja:
90
Tujuan:
Alat:
- Ember plastik 1 buah kapasitas 20 liter
- Baskom plastik 1 buah kapasitas 10 liter
- Wajan 1 buah diameter 75 cm
- Alat pengaduk
- Kain saring 1 m
- Loyang aluminium 4 persegi panjang (30x30x2,5 cm) 5 buah
- Talenan 1 buah
- Kompor 1 buah
- Blender 1 buah,
92
- Penggilingan 1 buah
- Timbangan 1 buah
- Pengemas kantong plastik, Tas plastik 1 buah
- Oven 1 buah
- Pisau 1 buah
- Gelas ukur 1 buah
Keranjang plastik/trays 1 buah
Cara pembuatan:
1. Rumput laut kering disortasi dari kotoran-kotoran yang berupa
pasir, karang, rumput laut jenis lain dan benda asing lainnya.
Direndam dalam air yang mengandung kapur 5 gram kemudian
dicuci bersih
2. Rumput laut direndam selama 1-2 hari . Perendaman dihentikan bila
rumput laut telah dapat diputus dengan kuku jari
3. Rumput laut dipotong-potong kecil kemudian diblender hingga
menjadi bubur rumput laut
4. Bubur rumput laut dimasak dalam wajan dengan ditambah air
sebanyak 4 liter (40 kali dari berat rumput laut kering), setelah
mendidih ditambahkan KCl 0,05 gram. Pemasakan dilakukan pada
suhu 90 oC selama 3 jam. Selama pemasakan dilakukan pengadukan
5. Hasil perbusan disaring dengan menggunakan kain saring
6. Hasil penyaringan ditambahkan susu full cream 100 gram, telur 2
butir dan vanilli 1 gram, kemudian diaduk hingga homogen
7. Adonan puding dituangkan ke dalam loyang. Dibiarkan dingin
selama 3 jam, kemudian dipotong-potong tipis (1-2 mm)
8. Potongan-potongan puding dikeringkan dalam oven pada suhu 50
oC selama 48 jam
9. Penggilingan potongan-potongan menjadi tepung instan. Tepung
instan yang dihasilkan sebanyak 60 gram ditambahkan gula tepung
sebanyak 240 gram
10. Untuk mengolah tepung instan rumput laut menjadi makanan siap
saji yang berupa puding adalah dengan melarutkannya dalam air
panas dengan perbandingan 1:4 (1 bagian tepung instan : 4 bagian
air)
93
Selai buah merupakan salah satu produk pangan semi basah yang
cukup dikenal dan disukai oleh masyarakat. Food and Drug Administration
(FDA) mendefinisikan selai sebagai produk olahan buah-buahan, baik
berupa segar, buah beku, buah kaleng maupun campuran ketiganya dalam
proporsi tertentu terhadap gula (sukrosa) dengan atau tanpa penambahan
air. Proporsinya adalah 45 % bagian berat buah dan 55 % bagian berat gula.
Namun, proporsi tersebut dapat disesuaikan dengan selera dan cita rasa yang
diinginkan (Fachruddin 2008). Campuran yang dihasilkan kemudian
dipekatkan sehingga hasil akhirnya mengandung total padatan terlarut
minimum 65 persen. Selai buah memiliki konsistensi gel atau semi gel yang
diperoleh dari interaksi senyawa pektin yang berasal dari buah atau pektin
yang ditambah dari luar, gula, sukrosa, dan asam. Konsistensi gel dapat
diperkuat dengan penambahan jenis hidrokoloid lain diantaranya adalah
agar-agar atau karaginan dari rumput laut.
Sifat rumput laut yang berperan dalam pembuatan selai adalah
kemampuan dalam pembentukan gel. Pada selai buah-buan yang berperan
sebagai pembentuk gel adalah pectin yang terkandung dalam buah-buahan,
sedangkan pada rumput laut jenis Gracilaria sp dan Eucheuma sp kandungan
agar-agar dan karaginannya sebagai pembentuk gel, berfungsi sebagai
pembentuk tekstur selai sehingga mendapatkan tekstur yang disukai.
Dalam pembuatan selai ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan antara lain pengaruh panas dan gula selama pemasakan, serta
keseimbangan proporsi gula, pektin (hidrokoloid lainnya) dan asam.
Penambahan asam dalam pembuatan selai berguna untuk menurunkan pH
bubur buah karena struktur gel dalam pembuatan selai hanya terbentuk pada
pH rendah. Asam-asam yang dapat digunakan adalah asam sitrat, asam
asetat, dan cairan asam dari perasan jeruk nipis.
95
Bahan:
- Rumput laut
- Gula
- Buah
- Air
- Asam Citrate
Alat:
- wajan
- pisau
- blender
- baskom
- kompor
Prosedur:
1. Rumput laut kering disortir dari kotoran-kotoran yang berupa pasir,
karang, rumput laut jenis lain dan benda asing
2. lainnya. Direndam dalam air yang mengandung kapur 20 gram
selama 30 menit kemudian dicuci bersih.
3. Rumput laut dikeringkan dalam oven.
4. Rumput laut digiling menjadi tepung.
5. Membuat larutan gula. Gula cair 2,5 kg dilarutkan ke dalam 7 liter
air sampai gula menjadi larut.
6. Tepung rumput laut dicampur dengan larutan gula. Dipanaskan
sampai tepung rumput laut larut dan ditambahkan0,3 gr asam sitrat.
7. Pemanasan dilanjutkan dengan sampai mendidih. Ditambahkan
'essence' vanilli 5ml
8. Selai rumput laut diaduk dan diisikan dalam botol selai (jam) yang
sudah direbus dalam air mendidih selama 30menit. Botol yang berisi
96
selai rumput laut yang sudah panas ditutup dengan tutup botol yang
juga sudah disterilisasi. Dari 2,5 kg bahan baku rumput laut dapat
menjadi 40 botol selai rumput laut. Daya awet selai rumput laut
tahan selama 2 minggu bila disimpan dalam suhu ruang.
Prosedur kerja:
97